Baru satu hari gabung disini, hari ini saya lihat sudah ada postingan tentang saya.
Hidup ini tidak hitam putih.  Ada yang suka pasti ada yang benci.  Bagi anda Sidharta Gaotama guru agung manusia dan para dewa.  Mungkin bagi yang lain justru dia gurunya pada setan dan iblis.  
Paham Teroris
Saya istilahkan dengan paham teroris.  Sebuah paham yang tidak mengenal wilayah abu-abu.  Bila tidak hitam maka putih.  Bila tidak seiman dengan saya maka anda kafir.  Bila tidak mengikuti cara saya menulis, maka tulisan anda tidak berkwalitas.  Bila tulisan anda mengandalkan kontroversi, maka tulisan anda murahan.
Itulah paham teroris.
Di dalam pemahaman ini akan terpicu apa yang dinamakan kebencian.  Dalam kadar yang sangat tinggi, paham teroris ini akan menjelma menjadi tindakan teror.  Yang sekarang sedang menginfeksi dunia.
Tidak kita sadari, kadang kadang paham teroris ini muncul di kita sendiri. 
Menolak bukan menerima.  Menerima bukan menolak.
Ajaran Buddha katanya, ambillah jalan tengah.  Jalan luhur yang beruas delapan. 
Nirwana, nir = kosong. 
Tidak ini dan tidak itu.  
Abu abu.  
Bukan putih bukan hitam.  
Tiap hari mengecam teroris, padahal di dalam diri ada paham teroris.
  
			
			
			
				paham teroris yang saya ketahui, hanyalah sekelompok orang yang menindas orang yang lemah dengan cara2 sadis (membunuh) tidak menurut bunuh, dan bunuh.
seperti apa paham teroris dalam hati yang seperti anda maksud bro, mohon penjelasannya  _/\_
			
			
			
				Quote from: traktor on 14 June 2011, 03:10:46 PM
Baru satu hari gabung disini, hari ini saya lihat sudah ada postingan tentang saya.
Hidup ini tidak hitam putih.  Ada yang suka pasti ada yang benci.  Bagi anda Sidharta Gaotama guru agung manusia dan para dewa.  Mungkin bagi yang lain justru dia gurunya pada setan dan iblis.  
Paham Teroris
Saya istilahkan dengan paham teroris.  Sebuah paham yang tidak mengenal wilayah abu-abu.  Bila tidak hitam maka putih.  Bila tidak seiman dengan saya maka anda kafir.  Bila tidak mengikuti cara saya menulis, maka tulisan anda tidak berkwalitas.  Bila tulisan anda mengandalkan kontroversi, maka tulisan anda murahan.
Itulah paham teroris.
Di dalam pemahaman ini akan terpicu apa yang dinamakan kebencian.  Dalam kadar yang sangat tinggi, paham teroris ini akan menjelma menjadi tindakan teror.  Yang sekarang sedang menginfeksi dunia.
Tidak kita sadari, kadang kadang paham teroris ini muncul di kita sendiri. 
Menolak bukan menerima.  Menerima bukan menolak.
Ajaran Buddha katanya, ambillah jalan tengah.  Jalan luhur yang beruas delapan. 
Nirwana, nir = kosong. 
Tidak ini dan tidak itu.  
Abu abu.  
Bukan putih bukan hitam.  
Tiap hari mengecam teroris, padahal di dalam diri ada paham teroris.
  
Bold biru, itukah definisi teroris? Sepertinya kualitas tulisan anda mulai menurun lagi. Mungkin dipengaruhi emosi? 
Teroris adalah orang menggunakan teror, membangkitkan ketakutan orang lain/masyarakat demi mencapai tujuannya. Bagaimana mungkin orang yang mengkritik tulisan anda disebut teroris? Sungguh penilaian yang pendek. 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 03:23:05 PM
Bold biru, itukah definisi teroris? Sepertinya kualitas tulisan anda mulai menurun lagi. Mungkin dipengaruhi emosi? 
Maaf, apakah ini kebiasaan anda untuk menilai 'bukan isi' tetapi mental, psikologi penulis?  Jadi pernyataan ini tidak relevan
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 03:23:05 PM
Teroris adalah orang menggunakan teror, membangkitkan ketakutan orang lain/masyarakat demi mencapai tujuannya. Bagaimana mungkin orang yang mengkritik tulisan anda disebut teroris? Sungguh penilaian yang pendek.
Nah, yang saya maksud paham teroris, bukan teroris.
Paham teroris: paham yang tidak mengenal wilayah hitam putih.  Susah dimengerti?  
Paham = adalah semacam pengertian, pedoman, yang dipercayai, dsb dsb. dan bla bla bla.
Teroris: benar yang anda tulis, orang yang melakukan teror.
Mengapa muncul teroris? karena pemahaman para teroris itu pada satu hal.  Salah atau benar itu relatif.  Umumnya para teroris berpaham bahwa mereka SANGAT BENAR.  Karena mereka sangat benar, maka orang lain pasti salah. 
Itulah paham teroris, paham yang dianut teroris manapun di dunia ini.  Mau yang di Irlandia, Srilanka, JI dsb.  semuanya berpaham bahwa mereka paling benar, yang lain salah.  Bila anda tidak sepaham dengan saya maka anda adlaah musuh.  Bila tidak berpihak, maka diartikan kontra.
Itulah paham teroris. 
NB: Biasakan berdebat dengan adu argumen, bukan adu praduga pada penulis atau lawan debat.  Itu kekanak-kanakan.  Saya tidak peduli siapa anda, saya hanya peduli apa yang anda utarakan. 
			
 
			
			
				Quote from: wang ai lie on 14 June 2011, 03:14:42 PM
paham teroris yang saya ketahui, hanyalah sekelompok orang yang menindas orang yang lemah dengan cara2 sadis (membunuh) tidak menurut bunuh, dan bunuh.
seperti apa paham teroris dalam hati yang seperti anda maksud bro, mohon penjelasannya  _/\_
Pertama bedakan Paham Teroris dengan Teroris.
Paham Teroris adalah kondisi, Teroris adalah orang yang sudah melangkah ekstrem dengan paham itu.
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 03:23:05 PM
Bagaimana mungkin orang yang mengkritik tulisan anda disebut teroris? Sungguh penilaian yang pendek.
Adakah saya menuliskan pengkritik saya sebagai teroris? sungguh fitnahan yang kejam
			
 
			
			
				Defenisi paham: paham    pa.ham
[n] pengertian: pengetahuan banyak, -- nya kurang; (2) n pendapat; pikiran: -- nya tidak bersesuaian dng -- kebanyakan orang; (3) n aliran; haluan; pandangan: ia mempunyai -- nasionalis; (4) v mengerti benar (akan); tahu benar (akan): sebenarnya saya sendiri tidak begitu -- akan perkara itu; (5) a pandai dan mengerti benar (tt suatu hal): ia -- bahasa Sanskerta; ia -- dl pembuatan gula
Definisi teroris:
teroris    te.ro.ris
[n] orang yg menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan politik: gerombolan -- telah mengganas dng membakar rumah penduduk dan merampas hasil panen
Jadi jika digabungkan arti tepat-nya apa?
			
			
			
				Quote from: traktor on 14 June 2011, 04:37:59 PM
Maaf, apakah ini kebiasaan anda untuk menilai 'bukan isi' tetapi mental, psikologi penulis?  Jadi pernyataan ini tidak relevan
Maaf, saya mau menilai isi, tapi sayangnya tulisan anda kosong tanpa makna. 
QuoteNah, yang saya maksud paham teroris, bukan teroris.
Paham teroris: paham yang tidak mengenal wilayah hitam putih.  Susah dimengerti?  
Paham = adalah semacam pengertian, pedoman, yang dipercayai, dsb dsb. dan bla bla bla.
Teroris: benar yang anda tulis, orang yang melakukan teror.
Mengapa muncul teroris? karena pemahaman para teroris itu pada satu hal.  Salah atau benar itu relatif.  Umumnya para teroris berpaham bahwa mereka SANGAT BENAR.  Karena mereka sangat benar, maka orang lain pasti salah. 
Itulah paham teroris, paham yang dianut teroris manapun di dunia ini.  Mau yang di Irlandia, Srilanka, JI dsb.  semuanya berpaham bahwa mereka paling benar, yang lain salah.  Bila anda tidak sepaham dengan saya maka anda adlaah musuh.  Bila tidak berpihak, maka diartikan kontra.
Itulah paham teroris. 
Oh, kalau begitu, adalah tepat kalau saya bilang "Traktor Lubis adalah penganut terorisme yang suka tuding orang lain berpaham teroris" alias "maling teriak maling". Sebab hanya ada putih = yang memuji tulisan Traktor Lubis, dan hitam = yang mengkritisi. Sementara anda tidak perlu masukan karena sudah merasa paling benar. Ini sangat 'teroris' sekali menurut definisi anda sendiri. 
QuoteNB: Biasakan berdebat dengan adu argumen, bukan adu praduga pada penulis atau lawan debat.  Itu kekanak-kanakan.  Saya tidak peduli siapa anda, saya hanya peduli apa yang anda utarakan.
:) Adu argumen? Argumen apa yang bisa diberikan terhadap tulisan merengek dari seorang tukang cari sensasi yang kosong? Hanya sebuah rengekan yang berusaha menggiring opini 'orang yang mengkritisi tulisan anda' itu dinilai 'teroris'. Terlebih lagi, 
kalau didebat secara makna, orang seperti anda akan berlindung di balik "ini gaya bahasa", "ini karya seni". Nanti kalau tulisan anda ada isinya, bukan hanya opini dan rengekan, mungkin akan saya berikan argumen. 
Saya tahu anda hanya haus akan pujian untuk memuaskan kesombongan. Tampaknya anda berhasil, bisa dilihat dari banyaknya fans anda. Silahkan dilanjutkan, saya tidak layani. 
			
 
			
			
				Quote from: sriyeklina on 14 June 2011, 04:56:10 PM
Defenisi paham: paham    pa.ham
[n] pengertian: pengetahuan banyak, -- nya kurang; (2) n pendapat; pikiran: -- nya tidak bersesuaian dng -- kebanyakan orang; (3) n aliran; haluan; pandangan: ia mempunyai -- nasionalis; (4) v mengerti benar (akan); tahu benar (akan): sebenarnya saya sendiri tidak begitu -- akan perkara itu; (5) a pandai dan mengerti benar (tt suatu hal): ia -- bahasa Sanskerta; ia -- dl pembuatan gula
Definisi teroris:
teroris    te.ro.ris
[n] orang yg menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan politik: gerombolan -- telah mengganas dng membakar rumah penduduk dan merampas hasil panen
Jadi jika digabungkan arti tepat-nya apa?
Tidak ada daerah abu-abu? ;D Ketika hakim memutuskan benar/salah, maka berarti hakim = teroris. Ini adalah teknik menggiring opini dengan menyamakan satu kualitas antara 2 hal berbeda, namun salah satunya sudah memiliki stigma negatif. 
Seseorang tidak memiliki pandangan abu-abu TIDAK menjadikannya teroris. Seorang menjadi teroris jika menggunakan kekerasan/ketakutan/teror untuk mewujudkan keinginannya. 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 04:57:07 PM
Maaf, saya mau menilai isi, tapi sayangnya tulisan anda kosong tanpa makna. 
Oh, kalau begitu, adalah tepat kalau saya bilang "Traktor Lubis adalah penganut terorisme yang suka tuding orang lain berpaham teroris" alias "maling teriak maling". Sebab hanya ada putih = yang memuji tulisan Traktor Lubis, dan hitam = yang mengkritisi. Sementara anda tidak perlu masukan karena sudah merasa paling benar. Ini sangat 'teroris' sekali menurut definisi anda sendiri. 
:) Adu argumen? Argumen apa yang bisa diberikan terhadap tulisan merengek dari seorang tukang cari sensasi yang kosong? Hanya sebuah rengekan yang berusaha menggiring opini 'orang yang mengkritisi tulisan anda' itu dinilai 'teroris'. Terlebih lagi, kalau didebat secara makna, orang seperti anda akan berlindung di balik "ini gaya bahasa", "ini karya seni". Nanti kalau tulisan anda ada isinya, bukan hanya opini dan rengekan, mungkin akan saya berikan argumen. 
Saya tahu anda hanya haus akan pujian untuk memuaskan kesombongan. Tampaknya anda berhasil, bisa dilihat dari banyaknya fans anda. Silahkan dilanjutkan, saya tidak layani.
Kalau tanpa makna tinggalkan saya say... dari pada darah tinggi.
Nah, anda justru sekarang yang merengek teronsesi pada tulisan saya
Anda tahu banyak ya?....
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 05:02:26 PM
Tidak ada daerah abu-abu? ;D Ketika hakim memutuskan benar/salah, maka berarti hakim = teroris. Ini adalah teknik menggiring opini dengan menyamakan satu kualitas antara 2 hal berbeda, namun salah satunya sudah memiliki stigma negatif. 
kembali anda menghujat.  Saya hanya memberitahu ada paham yang disebut paham teroris.  
Belajarlah yang pintar, paham teroris bukan teroris. tapi berpotensi menghasilkan teroris.
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 05:02:26 PM
Seseorang tidak memiliki pandangan abu-abu TIDAK menjadikannya teroris. Seorang menjadi teroris jika menggunakan kekerasan/ketakutan/teror untuk mewujudkan keinginannya.
Saya tidak mengatakan paham teroris pasti menghasilkan teroris, anda yang mengklaim begitu.
			
 
			
			
				Quote from: traktor on 14 June 2011, 05:12:16 PM
Kalau tanpa makna tinggalkan saya say... dari pada darah tinggi.
Nah, anda justru sekarang yang merengek teronsesi pada tulisan saya
Anda tahu banyak ya?....
Saya tidak darah tinggi, tapi merasa buang waktu diskusi dengan orang keras kepala. Jadi ya, akan saya tinggalkan jika diskusinya tetap tidak ada kemajuan. 
Anda memang berlindung di balik "gaya bahasa" dan "karya seni", bukan? Itu bukan rengekan, itu fakta. 
Tahu banyak atau sedikit, tergantung sudut pandang. 
Quote from: traktor on 14 June 2011, 05:15:03 PM
kembali anda menghujat.  Saya hanya memberitahu ada paham yang disebut paham teroris.  
Belajarlah yang pintar, paham teroris bukan teroris. tapi berpotensi menghasilkan teroris.
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 05:02:26 PM
Tidak ada daerah abu-abu? ;D Ketika hakim memutuskan benar/salah, maka berarti hakim = teroris. Ini adalah teknik menggiring opini dengan menyamakan satu kualitas antara 2 hal berbeda, namun salah satunya sudah memiliki stigma negatif. 
Seseorang tidak memiliki pandangan abu-abu TIDAK menjadikannya teroris. Seorang menjadi teroris jika menggunakan kekerasan/ketakutan/teror untuk mewujudkan keinginannya. 
Di bagian manakah dari posting saya itu yang bersifat menghujat? Dan siapakah yang saya hujat? 
Saya tahu ada paham teroris. Justru anda yang harus belajar apa definisi paham teroris, jangan merasa diri paling pintar. Sudah di-copy-paste sis Sriyeklina. Kalau kurang, saya copy-paste dari wikipedia:
There is no universally agreed, legally binding, criminal law definition of terrorism. Common definitions of terrorism refer only to those violent acts which are intended to create fear (terror), are perpetrated for a religious, political or ideological goal, deliberately target or disregard the safety of non-combatants (civilians), and are committed by non-government agencies.Tidak ada definisi hukum kriminal tentang terorisme yang disetujui secara universal dan terikat hukum. Definisi umum terorisme merujuk hanya pada aksi kekerasan yang ditujukan menciptakan ketakutan (teror), yang dilakukan untuk tujuan religius, politik, atau ideologis, dengan sengaja menargetkan atau tanpa memperhitungkan keselamatan sipil (tidak berperang), dan dilakukan oleh badan di luar pemerintahanTidak ada di sini menyinggung sedikitpun sikap kekritisan terhadap cara menulis orang lain adalah terorisme, seperti yang anda kemukakan sebelumnya: 
Quote from: traktor on 14 June 2011, 03:10:46 PM
[...]
Paham Teroris
Saya istilahkan dengan paham teroris.  Sebuah paham yang tidak mengenal wilayah abu-abu.  Bila tidak hitam maka putih.  Bila tidak seiman dengan saya maka anda kafir.  Bila tidak mengikuti cara saya menulis, maka tulisan anda tidak berkwalitas.  Bila tulisan anda mengandalkan kontroversi, maka tulisan anda murahan.
[...]
QuoteSaya tidak mengatakan paham teroris pasti menghasilkan teroris, anda yang mengklaim begitu.
Yang saya bahas adalah mengkritisi tulisan orang lain bukan terorisme.
Penggunakan ancaman, kekerasan, dan ketakutan, untuk tujuan tertentu, barulah disebut terorisme. 
Saya pun tidak membahas probabilitas paham (=terorisme) menghasilkan penganut (teroris). 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 05:37:14 PM
Saya tidak darah tinggi, tapi merasa buang waktu diskusi dengan orang keras kepala. Jadi ya, akan saya tinggalkan jika diskusinya tetap tidak ada kemajuan. 
Anda memang berlindung di balik "gaya bahasa" dan "karya seni", bukan? Itu bukan rengekan, itu fakta. 
Tahu banyak atau sedikit, tergantung sudut pandang. 
Di bagian manakah dari posting saya itu yang bersifat menghujat? Dan siapakah yang saya hujat? 
Saya tahu ada paham teroris. Justru anda yang harus belajar apa definisi paham teroris, jangan merasa diri paling pintar. Sudah di-copy-paste sis Sriyeklina. Kalau kurang, saya copy-paste dari wikipedia:
There is no universally agreed, legally binding, criminal law definition of terrorism. Common definitions of terrorism refer only to those violent acts which are intended to create fear (terror), are perpetrated for a religious, political or ideological goal, deliberately target or disregard the safety of non-combatants (civilians), and are committed by non-government agencies.
Tidak ada definisi hukum kriminal tentang terorisme yang disetujui secara universal dan terikat hukum. Definisi umum terorisme merujuk hanya pada aksi kekerasan yang ditujukan menciptakan ketakutan (teror), yang dilakukan untuk tujuan religius, politik, atau ideologis, dengan sengaja menargetkan atau tanpa memperhitungkan keselamatan sipil (tidak berperang), dan dilakukan oleh badan di luar pemerintahan
Tidak ada di sini menyinggung sedikitpun sikap kekritisan terhadap cara menulis orang lain adalah terorisme, seperti yang anda kemukakan sebelumnya: 
Yang saya bahas adalah mengkritisi tulisan orang lain bukan terorisme.
Penggunakan ancaman, kekerasan, dan ketakutan, untuk tujuan tertentu, barulah disebut terorisme. 
Saya pun tidak membahas probabilitas paham (=terorisme) menghasilkan penganut (teroris).
Maaf, saya tidak berminat melayani nafsu anda.  teruskan saja menjudge orang lain, itu baik untuk kemerosotan.
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 04:57:07 PM
Sebab hanya ada putih = yang memuji tulisan Traktor Lubis, dan hitam = yang mengkritisi. Sementara anda tidak perlu masukan karena sudah merasa paling benar. Ini sangat 'teroris' sekali menurut definisi anda sendiri. 
biasa berkelana dengan keledai, kali ini ditendang kuda....
 =))
			
 
			
			
				Quote from: traktor on 14 June 2011, 05:41:59 PM
Maaf, saya tidak berminat melayani nafsu anda.  teruskan saja menjudge orang lain, itu baik untuk kemerosotan.
 _/\_
			
 
			
			
				Diberikan fakta, malah dibilang menghakimi. Diberikan argumen dengan referensi, malah dibilang sedang nafsu.
Traktor terbuat dari tahu ternyata. 
			
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 05:52:53 PM
Diberikan fakta, malah dibilang menghakimi. Diberikan argumen dengan referensi, malah dibilang sedang nafsu.
Traktor terbuat dari tahu ternyata. 
belut detected
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 14 June 2011, 05:43:15 PM
biasa berkelana dengan keledai, kali ini ditendang kuda....
 =))
Betulkah? Bahkan 'keledai' pun saya masih ragu-ragu.  
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 05:56:25 PM
Betulkah? Bahkan 'keledai' pun saya masih ragu-ragu.  
masa berkelana pakai burung unta ?
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 14 June 2011, 05:59:20 PM
masa berkelana pakai burung unta ?
Pakai kura-kura...
			
 
			
			
				hahahahaha ada kebun binatang rupanya....
			
			
			
				Quote from: dilbert on 14 June 2011, 05:43:15 PM
biasa berkelana dengan keledai, kali ini ditendang kuda....
 =))
Pengamat yang gagal berusaha jadi kritikus sekaligus psikiater....
			
 
			
			
				Mini Pinscher, barangkali. ;D 
Sayang sekali, padahal saya merasa tulisan2nya di satu pihak, banyak yang sesuai dengan dhamma. Memang 'merasa tak perlu masukan' adalah penyakit yang sangat merusak. 
Nah, kalau orang yang mengkritisi, dibilang "kritikus + psikiater", tapi kalau dia sendiri yang mengkritisi dan menilai orang sebagai teroris, tidak apa-apa. 
			
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 05:52:53 PM
Diberikan fakta, malah dibilang menghakimi. Diberikan argumen dengan referensi, malah dibilang sedang nafsu.
Traktor terbuat dari tahu ternyata. 
mending kalau ada isinya, ternyata kulit tahu doank  :))
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 06:08:44 PM
Mini Pinscher, barangkali. ;D 
Sayang sekali, padahal saya merasa tulisan2nya di satu pihak, banyak yang sesuai dengan dhamma. Memang 'merasa tak perlu masukan' adalah penyakit yang sangat merusak. 
Nah, kalau orang yang mengkritisi, dibilang "kritikus + psikiater", tapi kalau dia sendiri yang mengkritisi dan menilai orang sebagai teroris, tidak apa-apa. 
umumnya memang begitu
			
 
			
			
				Quote from: adi lim on 14 June 2011, 06:12:39 PM
mending kalau ada isinya, ternyata kulit tahu doank  :))
Tahu pong gitu, maksudnya? ;D 
Quote from: adi lim on 14 June 2011, 06:14:19 PM
umumnya memang begitu
Saya heran apa sih susahnya menyadari bahwa kita perlu belajar dari orang lain, bahwa diri sendiri kadang bisa keliru? 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 06:21:27 PM
Saya heran apa sih susahnya menyadari bahwa kita perlu belajar dari orang lain, bahwa diri sendiri kadang bisa keliru? 
Karena hanya orang bodoh yang masih butuh belajar. 
			
 
			
			
				kalau bukan klonengan satria mungkin muridnya, karena sepintas tampak sedikt lebih tolol daripada gurunya
			
			
			
				Tapi pandangannya sedikit-banyak masih sesuai dhamma, tidak seperti "Master Logika" yang amburadul entah apa. 
			
			
			
				Quote from: Indra on 14 June 2011, 06:39:13 PM
kalau bukan klonengan satria mungkin muridnya, karena sepintas tampak sedikt lebih tolol daripada gurunya
sangkinG tololnya... udah gak berani memunculkan...menurut LOGIKA...hahahaaa kasian kasihan keasinan...
mungkin orang tolol kalau mendpt kesempatan memamerkan ketololnya dia akan sedikit bahagia... mungkin begitu...
			
 
			
			
				Quote from: johan3000 on 14 June 2011, 06:44:54 PM
sangkinG tololnya... udah gak berani memunculkan...menurut LOGIKA...hahahaaa kasian kasihan keasinan...
mungkin orang tolol kalau mendpt kesempatan memamerkan ketololnya dia akan sedikit bahagia... mungkin begitu...
Wah, bro 3K ini... sepertinya ada 'something personal'? ;D 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 14 June 2011, 06:45:49 PM
Wah, bro 3K ini... sepertinya ada 'something personal'? ;D 
lagi melihat seberapa jauh ketololan orang ini akan berlanjut....
			
 
			
			
				Terkadang seseorang tidak ingin dikritik.
Menganggap kritikan itu adalah sebuah penghinaan
atas segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya.
Tidak ingin melihat kembali dengan lapang dada bahwa,
apanya yang dikritik orang lain sesungguhnya...
Sehingga emosi muncul... tidak disadari, dan diteruskan
hingga menimbulkan perselisihan yang sulit ditentukan
tapal batasnya.
			
			
			
				Quote from: traktor on 14 June 2011, 04:37:59 PM
Maaf, apakah ini kebiasaan anda untuk menilai 'bukan isi' tetapi mental, psikologi penulis?  Jadi pernyataan ini tidak relevan
saya pernah dengar soal ini (dibold)  siapa ya yang suka menggunakan kata tidak relevan  :-?
bro traktor, tidak selamanya putih dan tidak selamanya hitam, jika memang suatu artian di anggap tidak relevan pasti ada sesuatu yang dianggap kurang relevan, entah dari penulis ataupun pembaca
selama ini berdiskusi di disini selalu menggunakan hal yang relevan, dari pernyataan yang bro keluarkan belum tentu selamanya sesuai dengan apa yang kita pikirkan  :) 
tidak ada istilah menyerang dan lain sebagainya, jika sesuatu hal perlu ada yang kita luruskan pasti kita mencoba meluruskan, tetapi jika apa yang hal tersebut benar pasti kita berusaha memahami hal tersebut
ya kita saling mengisi bro, tidak selamanya kita itu benar, pasti kita itu ada salah, dan hal itu sering terjadi , bukan hanya untuk anda, tetapi saya termasuk yang lain juga pasti ada salah. itulah gunanya diskusi bro, saling mengisi , saling mengingatkan, bukan debat yang kita inginkan
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 14 June 2011, 06:39:13 PM
kalau bukan klonengan satria mungkin muridnya, karena sepintas tampak sedikt lebih tolol daripada gurunya
beda ma guru mabok logika, nyang ini lebih pinter dr pd guru mabok logika yg ka-chow... ;D
			
 
			
			
				Quote from: johan3000 on 14 June 2011, 06:44:54 PM
sangkinG tololnya... udah gak berani memunculkan...menurut LOGIKA...hahahaaa kasian kasihan keasinan...
mungkin orang tolol kalau mendpt kesempatan memamerkan ketololnya dia akan sedikit bahagia... mungkin begitu...
sante bro, klo diskus, lbih better kita jgn nyerang pribadi orang lain doeloe, krn pasti pasti ga jalan proses diskus tersebut, kan nyang mau di dapat adalah penjelasan si traktor... ;D
			
 
			
			
				Quote from: dato' tono on 14 June 2011, 07:43:43 PM
sante bro, klo diskus, lbih better kita jgn nyerang pribadi orang lain doeloe, krn pasti pasti ga jalan proses diskus tersebut, kan nyang mau di dapat adalah penjelasan si traktor... ;D
 buat onar dibeberapa forum dgn nama TL (nama yg sama)
bukankah itu tandanya orang TOLOL ? dan ilmu copasnya udah ketahuanan..
bukankah itu tandanya orang TOLOL ? cuma seharian aja udah ketahuan..
bukankah itu tandanya orang TOLOL ?