Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Sunyata on 28 May 2011, 03:29:55 PM

Poll
Question: Beranikah anda mengorbankan nyawa demi semua makhluk / menjadi Bodhisattva?
Option 1: Ya votes: 0
Option 2: Tidak votes: 2
Option 3: Ragu votes: 0
Title: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 28 May 2011, 03:29:55 PM
Adakah yang rela mengorbankan nyawa demi makhluk lain dan mewujudkan cita-citanya menjadi Sammasambuddha?
Contoh: Melindungi "MUSUH" anda dari perampok yang mengakibatkan anda terbunuh. Yang lebih extreme, menggantikannya saat lehernya akan dipenggal, dikeluarkan isinya dan dibuang dalam sarang harimau ;D

Mohon dishare.
Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, Terima kasih _/\_
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: FZ on 28 May 2011, 03:36:19 PM
IMO. bukan menjadi sammasambuddha tetapi bodhisattva, tapi kayaknya ini ajaran dari Mahayana ya, di mana seorang Bodhisattva mendedikasikan dirinya untuk kebahagiaan orang lain ?
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 28 May 2011, 03:39:36 PM
Tidak tahu ;D
Saya juga tidak terlalu paham tentang aliran.
Karena baru belajar mohon dikoreksi ;D
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: M14ka on 28 May 2011, 03:47:16 PM
Quote from: Sunyata on 28 May 2011, 03:29:55 PM
Adakah yang rela mengorbankan nyawa demi makhluk lain dan mewujudkan cita-citanya menjadi Sammasambuddha?
Contoh: Melindungi ibu anda dari perampok yang mengakibatkan anda terbunuh. Yang lebih extreme, menggantikannya saat lehernya akan dipenggal, dikeluarkan isinya dan dibuang dalam sarang harimau ;D

Mohon dishare.
Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, Terima kasih _/\_

Tentu rela kalo untuk ibu ku, berkorban apapun akan kulakukan hehe....Kebahagiaan terbesar ku adalah kalo ibuku bahagia...  :)
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: FZ on 28 May 2011, 03:50:31 PM
Quote from: Sunyata on 28 May 2011, 03:39:36 PM
Tidak tahu ;D
Saya juga tidak terlalu paham tentang aliran.
Karena baru belajar mohon dikoreksi ;D
sama.. saya juga nubitol .. tunggu para sesepuh jawab..
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Indra on 28 May 2011, 03:51:05 PM
Quote from: M14ka on 28 May 2011, 03:47:16 PM
Tentu rela kalo untuk ibu ku, berkorban apapun akan kulakukan hehe....Kebahagiaan terbesar ku adalah kalo ibuku bahagia...  :)

iya nih kasusnya kurang ekstrim, mungkin perlu di revisi, relakah berkorban demi teman atau bahkan musuh?
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 28 May 2011, 03:57:24 PM
Quote from: Indra on 28 May 2011, 03:51:05 PM
iya nih kasusnya kurang ekstrim, mungkin perlu di revisi, relakah berkorban demi teman atau bahkan musuh?
Done ;D
Mungkin musuh yang bisa dijadikan contoh adalah Ksatria lembah hitam ;D
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: dipasena on 28 May 2011, 04:20:02 PM
mengorbankan diri nya diatas kayu salib menebus dosa manusia... by gusti brewok ;D
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: wang ai lie on 28 May 2011, 05:26:56 PM
Quote from: Sunyata on 28 May 2011, 03:29:55 PM
Adakah yang rela mengorbankan nyawa demi makhluk lain dan mewujudkan cita-citanya menjadi Sammasambuddha?
Contoh: Melindungi "MUSUH" anda dari perampok yang mengakibatkan anda terbunuh. Yang lebih extreme, menggantikannya saat lehernya akan dipenggal, dikeluarkan isinya dan dibuang dalam sarang harimau ;D

Mohon dishare.
Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, Terima kasih _/\_
kalau rela untuk mewujudkan cita2nya menjadi sammasambuddha belum pernah tau dan belum pernah dengar,
tetapi kalau dari "rela mengorbankan nyawa" yang paling pertama ada dipikiran saya "ibu" , seorang ibu akan rela melakukan apapun untuk kita , dari awal melahirkan kita sudah mempertaruhkan nyawa dan tidak sedikit juga yang hingga mengorbankan nyawa.
seperti kisah "mama hao" seorang ibu rela mengerat pahanya, diambil dagingnya untuk dijadikan obat demi kesembuhan putranya. _/\_
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: ryu on 28 May 2011, 05:34:36 PM
Quote from: Sunyata on 28 May 2011, 03:29:55 PM
Adakah yang rela mengorbankan nyawa demi makhluk lain dan mewujudkan cita-citanya menjadi Sammasambuddha?
Contoh: Melindungi "MUSUH" anda dari perampok yang mengakibatkan anda terbunuh. Yang lebih extreme, menggantikannya saat lehernya akan dipenggal, dikeluarkan isinya dan dibuang dalam sarang harimau ;D

Mohon dishare.
Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, Terima kasih _/\_
dan pada akhirnya musuh anda dipotong anda pun dipotong, sungguh bermanfaat bagi harimau =))
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 28 May 2011, 05:43:34 PM
Quote from: dhanuttono on 28 May 2011, 04:20:02 PM
mengorbankan diri nya diatas kayu salib menebus dosa manusia... by gusti brewok ;D
=))
Jadi muncul pertanyaan di kepala, Apakah gusti brewok akan jadi Buddha?

Quote from: ryu on 28 May 2011, 05:34:36 PM
dan pada akhirnya musuh anda dipotong anda pun dipotong, sungguh bermanfaat bagi harimau =))
=)) =)) =))
Asalkan bermanfaat ya :hammer:

Thanks ko Wang sudah mau share _/\_
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: dipasena on 28 May 2011, 05:53:04 PM
Quote from: Sunyata on 28 May 2011, 05:43:34 PM
=))
Jadi muncul pertanyaan di kepala, Apakah gusti brewok akan jadi Buddha?


masalah nya tu gusti brewok di saleb, gara2 menebus dosa manusia (mangsud nya menanggung kesalahan2 manusia) atau emang dianggap sebagai penjahat oleh penguasa pada saat itu sehingga di jatuhkan hukuman saleb (pada saat itu hukuman saleb tu adalah hukuman yg menakutkan, hanya pantas untuk penjahat/preman/pembunuh/pemberontak) ?

jadi pengorbanan gusti brewok bakal jd bodhisatva ato bodo-satwa ?
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Wolvie on 28 May 2011, 05:53:28 PM
Klo baca Jataka terutama yang calon Buddha Sakyamuni mengorbankan diri kepada induk harimau laper dan anak2nya, selalu merinding...

Klo sy masih mikir2 ribuan kali untuk melakukan maha dana seperti itu..
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Wolvie on 28 May 2011, 05:55:05 PM
Quote from: dhanuttono on 28 May 2011, 05:53:04 PM
masalah nya tu gusti brewok di saleb, gara2 menebus dosa manusia (mangsud nya menanggung kesalahan2 manusia) atau emang dianggap sebagai penjahat oleh penguasa pada saat itu sehingga di jatuhkan hukuman saleb (pada saat itu hukuman saleb tu adalah hukuman yg menakutkan, hanya pantas untuk penjahat/preman/pembunuh/pemberontak) ?

jadi pengorbanan gusti brewok bakal jd bodhisatva ato bodo-satwa ?
waduh, sempat bingung tadi bacanya, dikira salep buat sakit kulit.. wkwkwkwkwLOL
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: dipasena on 28 May 2011, 06:09:35 PM
Quote from: Wolvie on 28 May 2011, 05:53:28 PM
Klo baca Jataka terutama yang calon Buddha Sakyamuni mengorbankan diri kepada induk harimau laper dan anak2nya, selalu merinding...

Klo sy masih mikir2 ribuan kali untuk melakukan maha dana seperti itu..

nah klo gusti brewok brani gtu, baru bole lah di bangga-kan, dimakan harimau untuk menebus dosa para singa2... dr pd di saleb untuk menebus dosa para preman... ya kan, orang yg berdosa pasti lah orang jahat sekelas preman... klo aa kan bukan preman :))
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 28 May 2011, 06:18:31 PM
=)) =)) =)) =))
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: The Ronald on 28 May 2011, 06:40:00 PM
Quote from: dhanuttono on 28 May 2011, 06:09:35 PM
nah klo gusti brewok brani gtu, baru bole lah di bangga-kan, dimakan harimau untuk menebus dosa para singa2... dr pd di saleb untuk menebus dosa para preman... ya kan, orang yg berdosa pasti lah orang jahat sekelas preman... klo aa kan bukan preman :))
yg pastinya...itu pengorbanan sia2 toh yg berdosa tetap saja masuk neraka~~~ (terutama si yudas tuh.. dan raja herodes)
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: kullatiro on 28 May 2011, 07:55:44 PM
hm, bila bisa menolong dan merubah manusia angka 95% sudah cukup besar bila bisa membawa kedalam jalan yang terbaik, tentu saja angka 100% mungkin adalah ideal tetapi apakah angka ini tidak terlalu sangat ideal.
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Mr.Jhonz on 28 May 2011, 07:59:25 PM
Quote from: Wolvie on 28 May 2011, 05:53:28 PM
Klo baca Jataka terutama yang calon Buddha Sakyamuni mengorbankan diri kepada induk harimau laper dan anak2nya, selalu merinding...

Klo sy masih mikir2 ribuan kali untuk melakukan maha dana seperti itu..
Sy kira kisah ini bukan pesan/esensi dari buddhism,
btw,bisa minta link jataka tentang kisah ini..

Thank
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: dipasena on 28 May 2011, 09:40:36 PM
VYAGHRI JATAKA
Kelahirannya berkaitan dengankisah tentang harimau

Belas kasih sang Buddha menjangkau seluruh makhluk hidup. Belas kasihnya yang sempurna tiada terlukiskan serta tak terbatas. Dikumandangkan dalam seluruh kelahiran masa lampaunya.

Sebelum menjadi seorang Buddha, Boddhisatva dalam rangkaian kelahirannya yang terlalu banyak untuk diingat, berdasarkan kebijaksanaannya, memberkati dunia dengan tiada terhitung peragaan belas kasihnya, yang ditujukkan melalui perbuatan dana, kata-kata yang menyenangkan, pertolongan serta kesamaan antara ucapan dengan perbuatannya

Dalam salah satu kelahirannya, Boddhisatva terlahir dalam keluarga Brahmana yang dihormati karena kemurnian sila serta ketekunan ibadahnya. Sebagai hasil dari penimbunan kebajikan dalam kehidupan lampaunya, ia mendapati dirinya bergelimang dalam kekayaan, kedudukan dan kemasyuran.

Sebagai pemuda, kedalaman kepandaiannya dicapai berkat kegigihannya dalam belajar. Dengan segera ia mahir dalam seni serta pengetahuan yang sangat hebat hingga bahkan para brahmana menghormatinya sebagai suri teladan, seperti kitab-kitab sendiri, bagi para kesatria perang, ia dihormati laksana seorang raja. Bagi mereka yang haus akan pengetahuan, ia tampak sebagai mata air pengetahuan yang tidak akan mongering. Dan bagi rakyat banyak, ia bagaikan seorang dewa.

Namun demikian dirinya tak merasa senang pada kekuasaan, kekayaan ataupun kemasyuran. Karma masa lalunya dan perenungannya terhadap Dhamma yang terus menerus, telah membuat batinnya murni. Ia melihat segala sesuatu dengan jelas bahwa penderitaan yang tiada akhirlah yang menyertai kebahagiaan duniawi, disamping sikap penolakkan terhadap samsara memang telah mengakar dalam dirinya. Tanpa ragu, ia menjauhkan diri dari kehidupan rumah tangga, seolah seperti suatu penyakit, pindah ke tempat pengasingan di hutan sepi, yang kemudian menjadi terhias dengan kehadirannya.

Di tempat tersebut, bebas dari keterikatan dan seimbang, ia memancarkan ketenangan batin. Ia mempengaruhi bahkan orang-orang duniawiyang tak tertarik pada kebajikan sekalipun, membuat mereka berpaling dari ketertarikannya terhadap perilaku jahat. Kebijaksanaan dan kebajikannya tersebar ke segala penjuru, melembutkan bahkan hati seekor binatang yang sangat buas sekalipun, sehingga mereka berhenti saling menyakiti, sebaliknya, bahkan mulai menjalani hidup seperti sang pertapa. Melalui kekuatan kemurniaan sila, pengendalian indriawi, kepuasan dan belas kasihnya, Boddhisattva, pada saat tak berhubungan dengan makhluk-makhluk duniawi, tetap menunjukkan belas kasihnya kepada semua makhluk.

Mengingat bahwa keinginannya hanya sedikit, sikap kepura-puraan tidak dikenalnya, penghormatan, perolehan dan kesenangan tidak menarik baginya. Ia bahkan membuat kagum para dewa, yang datang kepadanya untuk menyampaikan hormat. Mendengar tentang penolakan duniawi yang dilakukannya, para sahabat dekat yang telah tertarik padanya karena kebajikannya, meninggalkan keluarga mereka dan bergabung menjadi siswanya. Ia menerima mereka dengan senang hati dan mengajari mereka apa yang disebut sebagai tingkah laku utama, rasa puas, penycian indriawi, sikap sadar, ketidakterikatan, meditasi pada maƮtri karuna serta ajaran-ajaran lainnya.

Kenyataan kebahagiaannya menarik para siswa yang memiliki sifat-sifat seperti dirinya. Dan melalui ajaran-ajarannya, sebagaian besar dari para siswanya berhasil mencapai realisasi serta berdiam dalam kebajikan, dengan demikian pintu yang menuju kea lam rendah telah ditutup dan gerbang kebahagiaan telah terbuka lebar.

Pada suatu hari, Mahasattva, dengan diiringi oleh seorang siswanya bernama Ajita, pergi menyusuri jalan menuju ke gunung, ke tempat yang sesuai untuk melakukan meditasi. Ketika mereka melintasi sebuah jurang yang tertutup semak belukar, ketenangan mereka terganggu oleh suara geraman binatang buas.

Bodhisattva mencarinya melalui jalan setapak di tepi jurang menuju ke sebuah ngarai kecil yang berada jauh di bawah, lalu melihat seekor harimau muda yang bermata sayu dan bertubuh lunglai. Jelas sekali ia lemas, sudah tidak makan selama beberapa hari disebabkan karena kesulitan setelah melahirkan. Tersiksa oleh rasa lapar, ia mulai menatap anaknya sendiri untuk diterkam. Bodhisattva melihat bahwa anak harimau yang kehausan, tanpa rasa takut, penuh rasa percaya, mendekati ibunya yang menatapnya dengan tajam dan menggeram seolah-olah ia anak harimau lain.

Tergetarlah hati Bodhisattva, bagaikan pohon besar yang terguncang oleh gempa bumi, terguncang oleh derita yang dilihatnya. Demikianlah orang yang sungguh berbelas kasih tersentuh oleh penderitaan kecil makhluk lain, bahkan tidak menghiraukan penderitaannya sendiri.

Didorong oleh rasa belas kasihnya yang besar, ia berkata kepada siswanya: "Oh, lihatlah betapa buruknya mengasihi diri sendiri, seorang ibu akan memakan anaknya demi memuaskan rasa laparnya! Demikianlah, teman ketidakpantasan di dalam samsara. Siapakah yang kemudian akan menuruti kecintaannya kepada dirinya sendiri, bila mereka melihat apa yang akan diakibatkannya! Cepatlah pergi dan carikan mereka makanan, agar ia tidak menyakiti anaknya sendiri, dengan begitu juga tidak menyakiti dirinya sendiri. Aku berusaha menghalanginya sampai engkau kembali.

Siswanya pergi seperti yang diperintahkan, tak menyangka bahwa Bodhisattva menjauhkan dirinya dengan alasan yang sama sekali berbeda. Karena Bodhisattva berpikir: "Mengapa aku harus mencari daging dari tubuh makhluk lain bila tubuhku sendiri tersedia? Mencari daging makhluk lain belum dapat dipastikan, dan aku akan kehilangan kesempatan untuk menolong. Tubuh sesungguhnya lemah, tak memuaskan, selamanya kotor dan penyebab derita. Sungguh bodoh tak menggunakannya demi kebajikan makhluk lain."

"Hanya dua alas an yang membuat orang mengabaikan penderitaan makhluk lain, yaitu keterikatan dan ketidaksanggupan untuk memberikan yang dibutuhkan. Sebaliknya aku tidak merasa tenang selagi makhluk lain menderita, bila mana aku dapat menolongnya, mengapa aku tidak melakukannya?"

"Bahkan bila mereka menderita itu telah melakukan suatu kejahatan yang berat, aku tidak dapat menahan apa yang kumiliki; hatiku akan terbakar oleh rasa sesal yang tidak terkira, seperti semak kering yang dilalap api. Karenanya, aku akan mencegah penyebab penderitaan ini dengan menjatuhkan diriku sendiri dari atas tebing ini. Tubuhku akan mencegah harimau itu memakan anaknya sendiri dan menghindarkan anak-ankanya mati ditaring ibunya."

"Perbuatan ini akan membesarkan hati mereka-mereka yang berusaha untuk menolong dunia, sekaligus menjadi teladan buat mereka yang lemah dalam berusaha. Ini akan diingat oleh mereka yang mengerti arti kemurahan hati dan akan memacu pikiran kebajikan. Perbuatan ini akan membuat kecewa Mara dan menggembirakan para sahabat yang memiliki sifat-sifat Kebuddhaan, membuat malu mereka yang memberikan dorongan keyakinan kepada praktisi Mahayana, membuat binggung mereka yang mencela kemurahan hati. Pada saat yang sama, ini akan membersihkan jalan menuju kelahiran di alam surga bagi mereka yang senang beramal dana. Aku akan memenuhi kehendak agungku, yaitu membawa kebajikan bagi makhluk lain menggunakan tubuhku sendiri, dengan demikian aku akan dapat mencapai Pencerahan Agung."

"Sebagaimana matahari yang memupus kegelapan dan membawa terang, demikian pula semoga perbuatan ini mengakhiri penderitaan dunia, membawa kebahagiaan selama-lamanya. Aku tidak melakukan perbuatan ini demi pujian atau harapan akan kedudukan, bukan pula demi ketenaran serta kebahagiaan yang kekal, perbuatan ini semata-mata demi kebajikan seluruh alam semesta, sehinga kebahagiaannya akan terus berkembang setiap kali kisah ini dituturkan."

Selanjutnya untuk membuat takjub bahkan para dewa yang cinta kedamaian, Bodhisattva menjatuhkan dirinya dari bibir bukit, dengan demikian telah memberikan hidupnya sendiri. Tubuhnya, saat membentur bumi, menimbulkan suara gaduh yang mengejutkan harimau, mengurungkan niatnya yang semula, lalu mencari dan menemukan tubuh Bodhisattva dan segera mulai memakannya.

Ajita segera datang dengan tangan kosong tak dapat menemukan daging apapun. Ia memanggil-manggil gurunya, akan tetapi tak ada jawaban yang terdengar. Lalu pandangannya jatuh ke arah bawah, ia menyaksikan gurunya sedang disantap oleh harimau. Rasa sedih dan duka memenuhi hatinya, namun demikian ia merasa takjub pada perbuatan tiada mementingkan diri luar biasa yang begitu agungnya.

"Betapa berbelas kasihnya sang Mahasattva terhadap makhluk hidup yang sengsara, dan betapa bedanya terhadap nasibnya sendiri! Betapa berani dan perwira wujud belas kasihnya! Ia memiliki sila kebajikan sempurna, melampaui segala keagungan makhluk lain. Tubuhnya, yang begitu berharga oleh kebajikannya, kini telah berubah menjadi bejana yang patut untuk dipuji setinggi-tingginya."

"Betapa tegar dan seimbang hatinya, sekokoh bumi, namun demikian ia begitu tergetar oleh penderitaan makhluk lain! Betapa tak sempurnanya batinku sendiri bersikap terhadap perbuatan agungnya yang penuh keberanian ini. Sesungguhnya, makhluk hidup tak perlu lagi menderita dalam perlindungannya. Berdasarkan kekuatan penolakan samsaranya, ia menaklukan segala penderitaan dan juga Mara, sumber segala keinginan, yang tak akan bangkit dengan mudah, telah ditundukkan dan dikalahkan. Mari memuja dengan berbagai cara kepada Mahasattva atas kebajikannya yang tiada tara dan tiada terhingga, karena dialah pelindung bagi semua makhluk."

Dalam ketakjubannya atas perbuatan agung Bodhisattva, para siswanya bersama-sama dengan para Gandharva, Yaksa, Naga dan para Raja Dewa menutupi tanah tempat harta tulang belulang Bodhisattva dengan untaian bunga, kain warna warni, hiasan permata serta serbuk cendana. Memenuhi angkasa dengan lantunan puji-pujian, mereka takjub atas perbuatan tanpa keakuan yang telah dilakukan oleh Bodhisattva.

Dalam kisah ini, kita dapat mengetahui bagaimana Sang Buddha, bahkan dalam kehidupannya yang lampau, telah menunjukkan sikap belas kasihnya kepada semua makhluk. Melihat belas kasih agung yang demikian, menimbulkan keyakinan tak tergoyahkan kepadanya, dan dengan keyakinan ini timbullah kesukacitaan yang tertuju pada sang Buddha. Dengan jalan inilah keyakinan dikembangkan.

Kisah ini juga berguna dalam menjelaskan mengapa kita harus mendengarkan ajaran dengan seksama, karena Dhamma yang diperoleh melalui berbagai kesulitan besar. Tergerak oleh kisah seperti ini, orang dapat memuji kemuliaan belas kasih yang akan membawa pada perbuatan yang mendatangkan kebajikan bagi semua makhluk.

Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 28 May 2011, 10:06:53 PM
Sangat bermanfaat, terima kasih banyak aa'tono _/\_
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: dipasena on 28 May 2011, 10:14:07 PM
cm intermezo, tuk meningkatkan saddha via pintu samping walau pasti dicela ;D

bisa bedakan ga ? bodhisatva mengorbankan diri nya karena emang dorongan cinta kasih, tanpa rasa takut n mikir panjang...

bandingkan dengan, bodo-satva gusti brewok, sebelum di saleb, berdoa, ketakutan n bercucuran keringat dingin. ditangkap n di saleb karena kebodohan n kesalahan dia sendiri, penyaleban nya adalah hukuman yg dijatuhkan penguasa pada saat itu kepada nya, bukan karena kasih nya brewok untuk menebus dosa ini itu... bo'ong banget pernyataan itu...

=))
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 28 May 2011, 10:24:00 PM
Saya nyerah aja deh kalo ditanya aa'tono  ^:)^
Semoga aa dapat lebih rajin dalam membabarkan sutta suttanya yang bermanfaat ;D

=))
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: kullatiro on 28 May 2011, 10:44:28 PM
coba pikirkan dengan baik apa kita akan tidak ketakutan, gelisah mengetahui jalan yang dilalui akan seperti jalan lautan api tapi tetap tegar dalam menjalankan nya dengan baik, wa bahkan tidak berani dgn penglihatan seperti itu masih menerjang lautan api. aku saja memilih menyingkir jauh2 supaya tdk terkena bencana dll. hal2 seperti ini agak susah dikatakan karena sebagian manusia mempunyai reaksi berbeda, bila aku lari jauh akankah menjadi cerita yang baik dan menjadi kan nya apa bila menyingkir jauh2?   
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 28 May 2011, 11:10:24 PM
Pingsanlah semua makhluk kalau tidak ada yang berani. Untuk itu saya tambahkan poll agar teman2 bisa vote dan melihat hasilnya bersama-sama ;D
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 28 May 2011, 11:39:23 PM
Ngomong-ngomong saya sendiri vote "TIDAK" ;D
:hammer:
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: wang ai lie on 29 May 2011, 12:03:44 AM
Adakah yang rela mengorbankan nyawa demi makhluk lain dan mewujudkan cita-citanya menjadi Sammasambuddha?

coba ini di ganti " adakah yang rela mengorbarkan nyawa untuk keluarga ?adakah yang rela menolong orang lain walaupun kita pun masih perlu bantuan orang lain? ;D. "
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 29 May 2011, 12:10:58 AM
Quote from: wang ai lie on 29 May 2011, 12:03:44 AM
Adakah yang rela mengorbankan nyawa demi makhluk lain dan mewujudkan cita-citanya menjadi Sammasambuddha?

coba ini di ganti " adakah yang rela mengorbarkan nyawa untuk keluarga ?adakah yang rela menolong orang lain walaupun kita pun masih perlu bantuan orang lain? ;D. "
:hammer: :hammer: :hammer:
Biarkan orang memilih ;D
Ko Wang juga gak berani ya? ;D
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: wang ai lie on 29 May 2011, 12:12:22 AM
Quote from: Sunyata on 29 May 2011, 12:10:58 AM
:hammer: :hammer: :hammer:
Biarkan orang memilih ;D
Ko Wang juga gak berani ya? ;D

masih menikmati keduniawian gimana mau berani, ya memang tidak berani. kemelekatan saya masih besar belum bisa di hilangkan  :)
Title: Re: Adakah yang rela?
Post by: Sunyata on 29 May 2011, 12:16:59 AM
Quote from: wang ai lie on 29 May 2011, 12:12:22 AM
masih menikmati keduniawian gimana mau berani, ya memang tidak berani. kemelekatan saya masih besar belum bisa di hilangkan  :)
Dari pada ribut lebih baik di vote :D