Bagaimana pandangan buddhism terhadap praktek "shia sen"/dewa turun n merasuki tubuh manusia ?
praktek ini banyak dilakukan di kota2 pontianak/singkawang yg terkenal dengan istilah tatung pd hari2 besar tertentu dalam kalender lunar, di india jg ada praktek seperti ini dalam agama hindu.
budaya buddhis Tibet juga ada yang seperti itu. mereka mengundang pelindung dharma tertentu merasuki tubuh seorang medium untuk memohon petunjuk.
sekitar 2 hari yg lalu, dekat rumah aa, ada orang yg bs "shia sen", aa pkir ah paling jg kayak orang kerasukan gtu... krn rasa ingin tau n penasaran, aa datang ke rumah itu (malam hari), ga terlalu byk orang yg hadir, kira2 10 orang lebih, byk altar yg ada patung dewa-dewi kepercayaan kong hu cu n taoisme.
trnyata beda seperti orang kerasukan umumnya, medium sangat mudah untuk dirasuki oleh dewa tertentu sperti "siao hai", "sun wu kong", "kuan kong" dan lainnya. setelah proses kerasukan terjadi, medium dapat berbicara bahasa cina fasih, menusuk badan nya dengan pisau tp tidak luka, klo kerasukan "sun wu kong" medium loncat sana sini bertingkah seperti seorang monyet...
medium jg bs melihat/menilai karakter seseorang hanya dr wajah n telapak tanggan, rejeki seseorang, kesialan yg akan dihadapi, penyakit, tempat usaha, rumah seseorang, benda kotor dan lainnya....
setelah selesai, medium jg sangat mudah terlepas dr kerasukan, hanya terjatuh kelantai/ke meja, tdak sampai 1 menit medium sadar kembali seperti semula... namun, bkn cm 1x, medium bs kerasukan dewa-dewi lain lg, jd 1 malam itu medium bs dimasuki beberapa dewa-dewi...
seru n menegangkan... hehehe... ;D bagaimana pandangan rekan2 dinilai dr sisi buddhism ?
Di kampung ku juga banyak yg klaim kerasukan sun go kong,dewi kwam im,kwankong..
Kira2 su go kong cs-nya ada 1 atau ada banyak ya??
Quote from: Mr.Jhonz on 30 April 2011, 01:14:53 PM
Di kampung ku juga banyak yg klaim kerasukan sun go kong,dewi kwam im,kwankong..
Kira2 su go kong cs-nya ada 1 atau ada banyak ya??
bs jd, itu adalah dewa-dewi alam catumaharajika yg mempunyai kemampuan tertentu, yg mengetahui cerita2 dewa-dewi tiongkok dan mengaku sebagai cewa-dewi tiongkok tersebut...
itu sih bukan buddhis banget,.itu mah tradisi yang dibawa masyarakat tionghoa umumnya,.coba tanyakan pada rekan kita yang buddhis namun dari suku jawa,..nggak tau dia shia sen kayak gitu, kakao juga pernah liat orang shia sen sendiri, ceritanya temen mau minta panglaris buat dagangannya, ya udah kakao cuma ngikut aja,..kala itu ada semacam kurungan diikat kain merah,..orangnya dimasukin kurungan dan pas keluar sdh dlm posisi kerasukan kala itu sih kongco apalah kakao lupa,..dia ngomong bahasa china pasih,..dll,..kakao cuma ngeliatin aja, namun yg kemasukan khongco nanya, "teman kamu mau apa?" teman kakao bilang dia ngantar aja kongco,..trus kakao pikir,..kalau itu khongco,..koq nggak bisa tau maksud kedatangan saya? kakao pikir kala itu ha ha kongconya mungkin kelasnya kurang tinggi,..jd hilang keyakinan kakao terhadap kaya begituan,..jd 50%,.sebenarnya mungkin saja yang memasukinya adalah makhluk dari alam berbeda, mungkin jg ada yang dari alam dewa, tp yang kakao tau,..dewa dg manusia itu manusia itu memiliki kekotoran, paling dekatpun dewa yang bisa berada cuma 3 jengkal dari manusia, kalau dewa memasuki itu kayaknya nggak bener,..dewa nggak mempunyai sifat merasuki, yang punya sifat merasuki mahkluk alam abaya(alam menyedihkan) atau mungkin asura(raksasa dan yang terlahir spontan) logikanya gini,..jk kamu adalah dewa, mau nggak disuruh2 manusia? ibarat bos sama bawahan mau nggak bos disuruh bawahan?? selama dia mengaku2 dewa dan dewi dan nggak mencelakai manusia malah membantu itu dikategorikan makhluk itu ingin membayar hutang karma dia, dalam buddhis,.mengenal 31 alam kehidupan, ada kemungkinan itu makhluk lain, tapi yang jelas bukan dewa, dewa sifatnya menampakan diri bukan merasuki...kakao bilang hati2 dengan hal2 gaib gini,..kurang persiapan yang matang akan mencelakai diri sendiri, gaib2 ini bisa menjelma dan menirukan orang yang ingin dia tiru, kakao cuma sarankan nggak baik menggantungkan nasib kita pada hal2 gaib seperti diatas,..menjadikan kita semakin auban (kalao kata orang tangerang bilang),..dalam buddhis seharusnya yang kita imani adalah hukum karma,..karena kita semua masih pemula,..hendaknya hukum karma bisa menjadi iman bagi umat buddha khususnya. _/\_ namaste _/\_
coba sekali waktu datang ke daerah semarang, banyak kelenteng yg masih mengadakan seperti itu . tapi untuk yg sun go kong itu rekayasa medium. selama ini sun go kong hanya mitos karangan belaka. _/\_
Nah berikut ini pengalaman pribadi yang cukup menarik, berkaitan dengan Shia shen, yg terjadi 2 tahun yg lalu.
Waktu itu saya berkunjung ke Bali dan ketemu teman lama yang menikah dengan putri dari Bali.
Dia dengan background K******k, tapi setelah menikah menjadi tidak jelas orientasinya. Dari cerita bersambung cerita, dia bertanya: "mau ngga lihat sebuah pura milik pribadi, tetapi selain dewa dewi Hindu yg dipuja disitu , juga Bodhisattva Kuan Im. Pemiliknya sepasang suami istri asli Bali, dan sangat baik pada siapa saja."
Karena tidak ada acara apa apa, keesokan harinya kita berdua meluncur ke desa yg cukup jauh dari Kuta, ada dibawah pura Besakih, Gn. Agung.
Kami sampai di desa tersebut, sudah menjelang senja, dengan udara yang cukup dingin.
Ibu Jero, demikian biasa dipanggil oleh orang orang sekitarnya, menyambut kami dengan ramah, mempersilahkan duduk di serambi rumahnya disebelah kompleks pura pribadi, yang ternyata sedang ada acara sembahyangan. Setelah saling berkenalan ibu Jero mohon maaf untuk mohon diri karena upacara sudah akan dimulai, dan mempersilahkan kita untuk minum dan menikmati snack yang telah dihidangkan.
Kurang lebih satu jam kita menunggu, tiba tiba seorang pria keluar dari pura mendatangi kami, dan mengatakan bahwa kami berdua diundang untuk masuk ke pura, padahal kami tidak punya persiapan untuk masuk pura yaitu memakai sarung Bali dengan ikat pinggang putih. Waktu saya menyatakan bahwa kami tidak membawa sarong dan ikat pinggang; utusan ke dua datang dan mengatakan tidak perlu pakai sarung dan ikat pinggang. Akhirnya kami masuk kedalam pura dan diminta duduk di depan.
Ternyata ibu Jero yang sedang dalam kondisi trance, dengan mata terpejam dia berkata (suaranya berbeda dengan suara pada waktu berbincang bincang dengan kami). "Romo, saya hanya menyampaikan permintaan. Itu diluar pagar ada 2 panglima perang dengan ratusan prajuritnya yang memohon agar dapat dibebaskan dari sumpah setianya kepada romo".
Ditengah kebingungan, saya bilang : "Bu Jero, saya tidak melihat apa apa diluar pagar, dan saya tidak pernah punya prajurit"
Yang dijawab : "Bukan sekarang, tapi duluuu sudah lama sekali, romo ., kasihanilah mereka, karena terikat dengan sumpah setia mereka kepada romo, maka mereka tidak bisa meninggalkan dunia ini."
Selagi saya sedang bingung dan saling pandang dengan teman saya , tiba tiba suara Ibu Jero berubah menjadi suara pria dan ngoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami, kelihatannya seperti dialek salah satu etnis di Tiongkok. Karena saya tidak paham, saya hanya bengong menatap. Lalu tiba tiba si Ibu Jero bernamaskara dihadapan saya sambil menangis dan masih mengoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami.
Lalu ada seorang pedanda Hindu yang tampil dan mengatakan : "Pak, kalau yang diminta hanya pembebasan dari janji, berikan saja pak". Karena bagi saya tidak pernah merasa menerima janji, maka saya sama sekali tidak keberatan.
Lalu saya katakan sambil menghadap ibu Jero : "Saya tidak keberatan, semua yang terikat dengan sumpah setia, saya bebaskan". Kembali si Ibu Jero mengoceh dan namaskara berulang ulang.
Waktu saya katakan : "sudah cukup", tiba tiba suara si Ibu Jero berubah lagi, kembali ke suara wanita :"Romo , mereka minta pembebasannnya diresmikan dan ditunjukkan jalan untuk mereka." Kembali saya dibuat bingung. Dan si Ibu Jero berkata lagi :"Ini pesan dari mak Kwan Im, romo sdh tahu caranya". Bingung bertambah bingung, tiba tiba saya teringat cara pelimpahan jasa disertai Mantra Hrdaya Sutra.
Saya lalu meminta air untuk pemberkahan, yg selalu tersedia di setiap Pura, dan minta ditambah isinya, lalu seperti biasa merenungkan rasa enak, rasa nikmat, rasa kenyang yg telah saya rasakan pada waktu makan siang tadi (babi guling komplit hehehe), juga rasa segar dan puas waktu minum es jeruk sebagai penutup; lalu mengucapkan agar semua rasa tersebut dapat dinikmati oleh siapa saja yang berkumpul disitu dan membutuhkan. Berikutnya bermeditasi Metta Bhavana sebentar dihadapan rupang Bodhisattva Kwan Yin, lalu saya bangun dan mulai berkeliling untuk memercikkan air pemberkahan sambil membaca mantra :"Gate, gate paragate Bodhi Svaha".
Sekembalinya ke dalam pura, ibu Jero mengatakan :"Romo, sudah selesai, mereka semua gembira dan sudah berangkat, saya juga pamit". Lalu ibu Jero duduk diam , tidak berapa lama, membuka mata dan bersuara dengan suara aslinya : "Wah Romo, baru pertama kali saya lihat orang begitu banyak kumpul disini".
Saya dan teman saya yg tidak melihat apa apa, bertanya pada ibu Jero : "Bu, saya tidak melihat apa apa, bisa ceritakan yang ibu lihat". Lalu si Ibu Jero berkata : "Tadi waktu badan saya dipinjam, saya hanya bisa mendengar dan melihat, saya melihat banyak sekali prajurit dari negeri Cina, mereka seperti baru selesai berperang, banyak yang berdarah, dan pakaiannya sobek sobek, tutup dada yang dari kulit juga banyak yang rusak, semuanya berlutut diluar pagar itu, tidak berani masuk. Setelah romo memberikan air, mereka kelihatan sangat gembira dan puas, tidak lama kemudian lenyap."
Setelah itu, saya menanyakan mendetail kepada ibu Jero, mengapa beliau sampai membuat cetya secara khusus untuk Kwan Im, padahal beliau asli Bali dan tidak pernah pergi ke kelenteng. Cukup panjang ceritanya, tapi tidak berkaitan dengan cerita ini.
Akhirnya kami berdua mohon pamit kepada Ibu Jero dan suaminya, untuk kembali ke Kuta. ditengah perjalanan saya tidak tahan oleh rasa lapar, terpaksa mampir dulu di warung sebelum kembali ke hotel.
Sampai sekarang saya masih skeptis dengan pengalaman tersebut. Karena saya sendiri tidak merasakan apa apa selama kejadian tersebut. Siapa yang menguasai raga ibu Jero, saya juga tidak tahu.
^
^
Ternyata bro dtgvajra .... kehidupan yg lampau punya jabatan Perdana Mentri mirip Zhu Ge liang ;D
Tuch 2 orang yg ngasih Thanks ..... mungkin mantan Panglima-mu ^-^
Quote from: Adhitthana on 01 May 2011, 12:31:16 AM
^
^
Ternyata bro dtgvajra .... kehidupan yg lampau punya jabatan Perdana Mentri mirip Zhu Ge liang ;D
Tuch 2 orang yg ngasih Thanks ..... mungkin mantan Panglima-mu ^-^
yg ke 3 jadi kudanya
^
^
Nyesel bilang Panglima .... mestinya kurir surat a.k.a burung merpati ;D
Kok ga di manfaatin pasukannya :)) kek film lord of the ring..
Quote from: dtgvajra on 30 April 2011, 10:10:48 PM
Nah berikut ini pengalaman pribadi yang cukup menarik, berkaitan dengan Shia shen, yg terjadi 2 tahun yg lalu.
Waktu itu saya berkunjung ke Bali dan ketemu teman lama yang menikah dengan putri dari Bali.
Dia dengan background K******k, tapi setelah menikah menjadi tidak jelas orientasinya. Dari cerita bersambung cerita, dia bertanya: "mau ngga lihat sebuah pura milik pribadi, tetapi selain dewa dewi Hindu yg dipuja disitu , juga Bodhisattva Kuan Im. Pemiliknya sepasang suami istri asli Bali, dan sangat baik pada siapa saja."
Karena tidak ada acara apa apa, keesokan harinya kita berdua meluncur ke desa yg cukup jauh dari Kuta, ada dibawah pura Besakih, Gn. Agung.
Kami sampai di desa tersebut, sudah menjelang senja, dengan udara yang cukup dingin.
Ibu Jero, demikian biasa dipanggil oleh orang orang sekitarnya, menyambut kami dengan ramah, mempersilahkan duduk di serambi rumahnya disebelah kompleks pura pribadi, yang ternyata sedang ada acara sembahyangan. Setelah saling berkenalan ibu Jero mohon maaf untuk mohon diri karena upacara sudah akan dimulai, dan mempersilahkan kita untuk minum dan menikmati snack yang telah dihidangkan.
Kurang lebih satu jam kita menunggu, tiba tiba seorang pria keluar dari pura mendatangi kami, dan mengatakan bahwa kami berdua diundang untuk masuk ke pura, padahal kami tidak punya persiapan untuk masuk pura yaitu memakai sarung Bali dengan ikat pinggang putih. Waktu saya menyatakan bahwa kami tidak membawa sarong dan ikat pinggang; utusan ke dua datang dan mengatakan tidak perlu pakai sarung dan ikat pinggang. Akhirnya kami masuk kedalam pura dan diminta duduk di depan.
Ternyata ibu Jero yang sedang dalam kondisi trance, dengan mata terpejam dia berkata (suaranya berbeda dengan suara pada waktu berbincang bincang dengan kami). "Romo, saya hanya menyampaikan permintaan. Itu diluar pagar ada 2 panglima perang dengan ratusan prajuritnya yang memohon agar dapat dibebaskan dari sumpah setianya kepada romo".
Ditengah kebingungan, saya bilang : "Bu Jero, saya tidak melihat apa apa diluar pagar, dan saya tidak pernah punya prajurit"
Yang dijawab : "Bukan sekarang, tapi duluuu sudah lama sekali, romo ., kasihanilah mereka, karena terikat dengan sumpah setia mereka kepada romo, maka mereka tidak bisa meninggalkan dunia ini."
Selagi saya sedang bingung dan saling pandang dengan teman saya , tiba tiba suara Ibu Jero berubah menjadi suara pria dan ngoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami, kelihatannya seperti dialek salah satu etnis di Tiongkok. Karena saya tidak paham, saya hanya bengong menatap. Lalu tiba tiba si Ibu Jero bernamaskara dihadapan saya sambil menangis dan masih mengoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami.
Lalu ada seorang pedanda Hindu yang tampil dan mengatakan : "Pak, kalau yang diminta hanya pembebasan dari janji, berikan saja pak". Karena bagi saya tidak pernah merasa menerima janji, maka saya sama sekali tidak keberatan.
Lalu saya katakan sambil menghadap ibu Jero : "Saya tidak keberatan, semua yang terikat dengan sumpah setia, saya bebaskan". Kembali si Ibu Jero mengoceh dan namaskara berulang ulang.
Waktu saya katakan : "sudah cukup", tiba tiba suara si Ibu Jero berubah lagi, kembali ke suara wanita :"Romo , mereka minta pembebasannnya diresmikan dan ditunjukkan jalan untuk mereka." Kembali saya dibuat bingung. Dan si Ibu Jero berkata lagi :"Ini pesan dari mak Kwan Im, romo sdh tahu caranya". Bingung bertambah bingung, tiba tiba saya teringat cara pelimpahan jasa disertai Mantra Hrdaya Sutra.
Saya lalu meminta air untuk pemberkahan, yg selalu tersedia di setiap Pura, dan minta ditambah isinya, lalu seperti biasa merenungkan rasa enak, rasa nikmat, rasa kenyang yg telah saya rasakan pada waktu makan siang tadi (babi guling komplit hehehe), juga rasa segar dan puas waktu minum es jeruk sebagai penutup; lalu mengucapkan agar semua rasa tersebut dapat dinikmati oleh siapa saja yang berkumpul disitu dan membutuhkan. Berikutnya bermeditasi Metta Bhavana sebentar dihadapan rupang Bodhisattva Kwan Yin, lalu saya bangun dan mulai berkeliling untuk memercikkan air pemberkahan sambil membaca mantra :"Gate, gate paragate Bodhi Svaha".
Sekembalinya ke dalam pura, ibu Jero mengatakan :"Romo, sudah selesai, mereka semua gembira dan sudah berangkat, saya juga pamit". Lalu ibu Jero duduk diam , tidak berapa lama, membuka mata dan bersuara dengan suara aslinya : "Wah Romo, baru pertama kali saya lihat orang begitu banyak kumpul disini".
Saya dan teman saya yg tidak melihat apa apa, bertanya pada ibu Jero : "Bu, saya tidak melihat apa apa, bisa ceritakan yang ibu lihat". Lalu si Ibu Jero berkata : "Tadi waktu badan saya dipinjam, saya hanya bisa mendengar dan melihat, saya melihat banyak sekali prajurit dari negeri Cina, mereka seperti baru selesai berperang, banyak yang berdarah, dan pakaiannya sobek sobek, tutup dada yang dari kulit juga banyak yang rusak, semuanya berlutut diluar pagar itu, tidak berani masuk. Setelah romo memberikan air, mereka kelihatan sangat gembira dan puas, tidak lama kemudian lenyap."
Setelah itu, saya menanyakan mendetail kepada ibu Jero, mengapa beliau sampai membuat cetya secara khusus untuk Kwan Im, padahal beliau asli Bali dan tidak pernah pergi ke kelenteng. Cukup panjang ceritanya, tapi tidak berkaitan dengan cerita ini.
Akhirnya kami berdua mohon pamit kepada Ibu Jero dan suaminya, untuk kembali ke Kuta. ditengah perjalanan saya tidak tahan oleh rasa lapar, terpaksa mampir dulu di warung sebelum kembali ke hotel.
Sampai sekarang saya masih skeptis dengan pengalaman tersebut. Karena saya sendiri tidak merasakan apa apa selama kejadian tersebut. Siapa yang menguasai raga ibu Jero, saya juga tidak tahu.
saya mo tambahin dikit karena orang bali ...
di bali sendiri dukun atau balian yang "trance" atau kerauhan dalam bahasa bali, kebenarannya masih banyak dipertanyakan, ada yang pro dan ada yang kontra, karena banyak saya punya pengalaman bahwa orang yang "kerauhan" hanya berpura-pura saja. biasaya untuk kepentingan pribadi atau golongan juga bisa agar kelihatan tampak "hebat", atau dikatakan sakti .
nah dalam kasus anda, disini anda sama sekali tidak "merasakan" sesuatu... biasanya jika benar seorang balian sedang mengalami trance / kerauhan mengenai masa lalu anda ( reinkarnasi di bali ). biasanya orang yang mendapat "pesan" atau anda dalam hal ini akan merasakan sesuatu juga. antara lain: secara samar2 / jelas anda mengenang kehidupan anda, kadang ada yang merasa seperti berada pada suasana yang lain tapi begitu familiar dengan anda, atau perasaan sedih dan rindu / sebet dalam bahasa bali. dan banyak malah mendapatkan "penglihatan".
tapi ini kembali lagi kepada anda, percaya nggak percaya... terserah anda ... tapi yang jelas jika melihat ajaran buddha ini bertolak belakang karena begitu seseorang meninggal maka dia akan langsung terlahir kembali. ( tergantung kamma ) so kesimpulannya ... apakah "pasukan" anda itu lahir ke alam peta? jadi hantu? atau roh? tidak mungkin akan bertemu anda secara spesifik hanya sekedar menuntut janji pembebasan ... yang bisa membebaskan mereka hanya kamma mereka sendiri.
satu lagi tips untuk mengetahui orang tersebut kerasukan atau tidak... jatuhkan saja hio/dupa atau bisa juga di sulut pada bagian tubuhnya..jika dia kaget atau merasakan sakit ini pasti hanya pura-pura. tp di bali yang lebih banyak terjadi adalah orang-orang hanya kerauhan pada kelompok alam bhuta / peta ... bagaimana cara mengetahuinya ??? yuk member dhammacitta study tur ke bali 8)... hindhu bali antara adat dan agama ... _/\_
Quote from: anantara on 01 May 2011, 11:05:15 AM
satu lagi tips untuk mengetahui orang tersebut kerasukan atau tidak... jatuhkan saja hio/dupa atau bisa juga di sulut pada bagian tubuhnya..jika dia kaget atau merasakan sakit ini pasti hanya pura-pura. tp di bali yang lebih banyak terjadi adalah orang-orang hanya kerauhan pada kelompok alam bhuta / peta ... bagaimana cara mengetahuinya ??? yuk member dhammacitta study tur ke bali 8)... hindhu bali antara adat dan agama ... _/\_
Hayu atuh. Saya tungguin ya di Warung Be Guling bu Made Oka di Ubud. hahaha.......ha.
Quote from: Adhitthana on 01 May 2011, 12:52:16 AM
^
^
Nyesel bilang Panglima .... mestinya kurir surat a.k.a burung merpati ;D
Karyawan TIKI? ;D :))
Quote from: Adhitthana on 01 May 2011, 12:31:16 AM
^
^
Ternyata bro dtgvajra .... kehidupan yg lampau punya jabatan Perdana Mentri mirip Zhu Ge liang ;D
Tuch 2 orang yg ngasih Thanks ..... mungkin mantan Panglima-mu ^-^
OKe, para Panglima, harap kumpul di warung Be Guling di Ubud. :)) :)) :))
Quote from: dtgvajra on 02 May 2011, 12:53:32 PM
OKe, para Panglima, harap kumpul di warung Be Guling di Ubud. :)) :)) :))
mohon kuda diundang juga, kasian kan, kalo cuma makan rumput
Quote from: Indra on 02 May 2011, 12:57:33 PM
mohon kuda diundang juga, kasian kan, kalo cuma makan rumput
O iya, kuda juga dipersilahkan hadir, srombotan Bali terdiri dari dedaunan, tanpa daging yang halal maupun haram.
waktu aku kecil, wah hebat yah ada yang seperti ini didunia tetapi setelah mempelajari buddhis, menjadi pertanyaan buat ku sendiri dan memutuskan tdk menyukai hal ini logisnya wa seperti robot yg dikendalikan oleh mahluk lain.juga ada pengalaman 2 kali kena hipnot di jalan ( untung tdk apa apa bisa lepas dari hipnotis tersebut). kejadian baru2 ini yang aku sebut impulse ( aku tdk tahu apa yang sebenarnya terjadi) meyakinkan diri ku akan hal seperti ini tidak aku inginkan.
skrg ini byk shia sen, keluarga saya jg sering gt. hanya saya yang nga ikt iktan, kecuali disuruh ikt. :)) . tp nga apa apalah ikt sembayang gt. hormati para mahkluk berbudi.
Quote from: anantara on 01 May 2011, 10:57:05 AM
saya mo tambahin dikit karena orang bali ...
di bali sendiri dukun atau balian yang "trance" atau kerauhan dalam bahasa bali, kebenarannya masih banyak dipertanyakan, ada yang pro dan ada yang kontra, karena banyak saya punya pengalaman bahwa orang yang "kerauhan" hanya berpura-pura saja. biasaya untuk kepentingan pribadi atau golongan juga bisa agar kelihatan tampak "hebat", atau dikatakan sakti .
nah dalam kasus anda, disini anda sama sekali tidak "merasakan" sesuatu... biasanya jika benar seorang balian sedang mengalami trance / kerauhan mengenai masa lalu anda ( reinkarnasi di bali ). biasanya orang yang mendapat "pesan" atau anda dalam hal ini akan merasakan sesuatu juga. antara lain: secara samar2 / jelas anda mengenang kehidupan anda, kadang ada yang merasa seperti berada pada suasana yang lain tapi begitu familiar dengan anda, atau perasaan sedih dan rindu / sebet dalam bahasa bali. dan banyak malah mendapatkan "penglihatan".
tapi ini kembali lagi kepada anda, percaya nggak percaya... terserah anda ... tapi yang jelas jika melihat ajaran buddha ini bertolak belakang karena begitu seseorang meninggal maka dia akan langsung terlahir kembali. ( tergantung kamma ) so kesimpulannya ... apakah "pasukan" anda itu lahir ke alam peta? jadi hantu? atau roh? tidak mungkin akan bertemu anda secara spesifik hanya sekedar menuntut janji pembebasan ... yang bisa membebaskan mereka hanya kamma mereka sendiri.
Menurut saya tidak bertolak belakang juga. Seseorang ketika beradhitthana dalam ucapannya, maka itulah kammanya. Kalau baca di Petavatthu, banyak kisah manusia yang meninggal terlahir di alam Peta karena kamma dari sumpahnya. Dalam kasus ini (seandainya memang benar terjadi), mungkin memang mereka itu yang masih melekat pada sumpahnya dan menunggu dibebaskan dari kewajiban tersebut.
Quote from: blood_demon on 02 May 2011, 02:02:53 PM
skrg ini byk shia sen, keluarga saya jg sering gt. hanya saya yang nga ikt iktan, kecuali disuruh ikt. :)) . tp nga apa apalah ikt sembayang gt. hormati para mahkluk berbudi.
Kiraiin ikutan shia sen jadi sun wu kong or cu pat kay =))
shiasen budaya chinnese,..karena kakao chinnese,..kakao jg percaya dewa2 chinnese itu adalah legenda hidup yang didewakan oleh masyarakat karena tindak tanduknya yang benar, patriot, dll, kakao tiap ce it cap goh jg masih cung cung cep,.dan menjaga tradisi chinnese kakao ;D,..tapi kalau untuk didatangkan,.dipaksa turun, dll, kalau tujuannya misalnya sejit atau pengobatan org sih nggak masalah, karena itu membantu ;D
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 May 2011, 02:06:46 PM
Menurut saya tidak bertolak belakang juga. Seseorang ketika beradhitthana dalam ucapannya, maka itulah kammanya. Kalau baca di Petavatthu, banyak kisah manusia yang meninggal terlahir di alam Peta karena kamma dari sumpahnya. Dalam kasus ini (seandainya memang benar terjadi), mungkin memang mereka itu yang masih melekat pada sumpahnya dan menunggu dibebaskan dari kewajiban tersebut.
apakah kekuatan sumpah bisa sedemikian kuatnya?
kek sumpah pocong dll itu bijimana?
Quote from: ryu on 02 May 2011, 02:43:42 PM
apakah kekuatan sumpah bisa sedemikian kuatnya?
kek sumpah pocong dll itu bijimana?
bs jd, klo dengan tekat yg kuat... ;D
bro ryu mau bertekad jd murid tong sam cong kah ? bs jd cu pat kai ntar... :)) j/k
Quote from: ryu on 02 May 2011, 02:43:42 PM
apakah kekuatan sumpah bisa sedemikian kuatnya?
kek sumpah pocong dll itu bijimana?
Sama saja seperti pengucapan saccakiriya gatha, tergantung si pengucap dan kondisi ketika hal tersebut diucapkan, sebuah sumpah memang bisa memiliki kekuatan besar.
Quote from: kakao on 30 April 2011, 01:35:24 PM
menjadikan kita semakin auban (kalao kata orang tangerang bilang),..
'auban' kok larinya ke orang tangerang ya? :))
::
Quote from: Adhitthana on 01 May 2011, 12:31:16 AM
^
^
Ternyata bro dtgvajra .... kehidupan yg lampau punya jabatan Perdana Mentri mirip Zhu Ge liang ;D
Tuch 2 orang yg ngasih Thanks ..... mungkin mantan Panglima-mu ^-^
Quote from: Indra on 01 May 2011, 12:37:15 AM
yg ke 3 jadi kudanya
sy tadinya mo ngasih thanks juga, jadi urung...
::
Apakah dewa bisa "merasuki" / "mempengaruhi" kesadaran manusia ?
dewa bs mempengaruhi pikiran manusia yang memiliki tingkat kesadaran yg rendah.
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 May 2011, 03:21:36 PM
Sama saja seperti pengucapan saccakiriya gatha, tergantung si pengucap dan kondisi ketika hal tersebut diucapkan, sebuah sumpah memang bisa memiliki kekuatan besar.
yang namanya sumpah, misalnya sumpah setia, dalam cerita diatas, katanya mereka terikat sumpahnya sendiri, tidak bisa dilepas oleh mereka sendiri, hanya oleh si yang di beri sumpah setia baru bisa terbebaskan.
pertanyaan :
dirinya sendiri sumpah setia, kok pengen lepas dari sumpah itu?
dan kenapa bisa berbarengan yang sumpahnya terkabul?
apakah yang bersumpah setia itu semuanya terlahir jadi"roh" prajurit? atau sebagian? bagaimana kondisi yang memungkinkan sumpah itu bisa terlaksana?
tidak masuk logika nih ;D
Quote from: dhanuttono on 02 May 2011, 03:21:14 PM
bs jd, klo dengan tekat yg kuat... ;D
bro ryu mau bertekad jd murid tong sam cong kah ? bs jd cu pat kai ntar... :)) j/k
kalau bersumpah nanti tidak akan terlahir kembali bisa gak? ;D
Pernah beberapa kali dibahas soal kesurupan, pada intinya, dari sisi Buddhisme berpandangan bahwa:
1. Manusia terdiri atas: nama dan rupa
2. pada saat 'kesurupan' kesadaran si subjek melemah dan kesadaran makhluk lain mengambil alih/mengendalikan 'rupa' si subjek
3. dalam hal ini: kesurupan, hipnotis, trance mirip kejadiannya dipandang dari sisi Buddhisme
::
Quote from: blood_demon on 02 May 2011, 03:50:53 PM
dewa bs mempengaruhi pikiran manusia yang memiliki tingkat kesadaran yg rendah.
Di cerita Jataka Surabha Migha, Dewa Sakka merasuki tubuh Pendeta Kerajaan yang merupakan tumimbal lahir (kelahiran lampau dari Sariputra)
mungkin pada saat itu kesadaran beliau lagi lemah, shg bs di rasuki atau dipengaruhi. umumnya org yg mudah dirasuki adalah sebagai berikut :
org yang bimbang
org yang senantiasa menghayal
orang yg terkejut atau ketakutan
orang yang memiliki kepercayaan tahayul yg tinggi shg membiarkan pikiran mereka dipengaruhi gt.
dan lain lain, dmana kondisi kesadaran sedang lemah
menurut saya sich gt
Quote from: dilbert on 02 May 2011, 03:49:41 PM
Apakah dewa bisa "merasuki" / "mempengaruhi" kesadaran manusia ?
kemungkinan ya...
praktek "shia sen" umumnya, unjuk gigi dalam artian tusuk sana, tusuk sini pake pisau/besi/panah untuk menyatakan bahwa si medium benar sedang "shia sen" kadang malah ada yg aneh, selama masuk kondisi trance, medium memotong lidahnya n benar terlepas setelah itu bs disambung lg...
aneh ya ? tp terjadi... bole di cross check ke rekan2 yg ada di ponti/singkawang ato bs cari si medium, biasa disebut tatung...
aa mandangnya gini, ketika proses "shia sen" terjadi, umumnya mahluk tertentu tersebut mengaku sebagai dewa A, dewi B dan lainnya, tp yg mereka lakukan bukan meronta2/menangis/mengeliat/meraung2 kesana sini seperti "orang gila" melainkan memberikan nasehat/pandangan/pesan moral dan lainnya, intinya hal baik...
bandingkan dengan orang yg kerasukan sperti umumnya, meronta2/menangis/mengeliat/meraung2... dan kadang terkesan marah/emosi karena diganggu, tidak ada hal yg baik yg dilakukan ketika medium dalam kondisi trance
jd yg bs aa simpulkan (pandangan pribadi aja), bs jd proses "shia sen" yg terjadi, krn medium "dipengaruhi" oleh mahluk alam dewa tingkat rendah/catumaharajika yg memiliki kemampuan spesial, krn hal yg dilakukan masih positif. konon katanya, mahluk alam dewa ini masih bs berinteraksi dengan manusia...
Quote from: ryu on 02 May 2011, 04:03:29 PM
kalau bersumpah nanti tidak akan terlahir kembali bisa gak? ;D
bs bro...
tidak akan terlahir kembali sebagai pria... bs aja...
tidak akan terlahir kembali sebagai wanita... bs aja...
tidak akan terlahir kembali sebagai manusia... bs lagi...
tidak akan terlahir kembali di alam dewa... lebih bs lagi...
tidak akan terlahir kembali di alam brahma... jauh lebih bs lagi...
jd ya terlahir lg di alam apaya... wkwkwk =)) j/k
klo ini kasus nya lain bro... tidak akan terlahir kembali/nibbana butuh proses, hehehe...
Quote from: ryu on 02 May 2011, 04:02:36 PM
yang namanya sumpah, misalnya sumpah setia, dalam cerita diatas, katanya mereka terikat sumpahnya sendiri, tidak bisa dilepas oleh mereka sendiri, hanya oleh si yang di beri sumpah setia baru bisa terbebaskan.
pertanyaan :
dirinya sendiri sumpah setia, kok pengen lepas dari sumpah itu?
dan kenapa bisa berbarengan yang sumpahnya terkabul?
apakah yang bersumpah setia itu semuanya terlahir jadi"roh" prajurit? atau sebagian? bagaimana kondisi yang memungkinkan sumpah itu bisa terlaksana?
tidak masuk logika nih ;D
Saya bukan ahli sumpah-serapah, jadi hanya spekulasi saja.
Pengen lepas karena memang sudah tidak berlaku. Misalnya mungkin perangnya sudah selesai, negaranya sudah bubar. Tapi karena namanya sumpah setia, maka dimulai dan diakhiri oleh kedua belah pihak.
Bisa berbarengan sumpahnya terkabul karena mungkin sumpahnya juga barengan. Satu panglima 'kan pengawalnya bisa ribuan, bukan cuma seorang.
Soal kelahiran kembali, tentu saya tidak tahu. Tapi bisa saja jika memang dia melekat pada sumpahnya sebagai prajurit.
Quote from: ryu on 02 May 2011, 04:03:29 PM
kalau bersumpah nanti tidak akan terlahir kembali bisa gak? ;D
Ini bukan ditujukan ke saya, tapi mau komentar. Saya pernah baca di sutta, ada keinginan yang mungkin, dan mungkin terjadi. Ada keinginan yang tidak mungkin, namun mungkin terjadi (karena kamma lain). Ada keinginan yang mungkin, namun tidak mungkin terjadi (karena terhalang kamma lain). Terakhir ada keinginan yang tidak mungkin dan tidak mungkin terjadi.
Bersumpah tidak terlahir kembali tanpa mengikis LDM termasuk kategori ke empat tersebut.
Quote from: dtgvajra on 02 May 2011, 12:53:32 PM
OKe, para Panglima, harap kumpul di warung Be Guling di Ubud. :)) :)) :))
mohon .... panglima yg satu ini dicukur kumisnya
dari kumis keliatan dekilnya ;D
Kalau yang boong kayaknya bukan dewa, tapi ashura. Soalnya kalau dewa boong kan langsung matek.
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 03 May 2011, 12:22:43 PM
Kalau yang boong kayaknya bukan dewa, tapi ashura. Soalnya kalau dewa boong kan langsung matek.
yg suka iseng dan nakal adalah yakkha, dan yakkha juga termasuk dewa di alam catumaharajika bersama dengan gandabbha
Quote from: Indra on 03 May 2011, 12:24:21 PM
yg suka iseng dan nakal adalah yakkha, dan yakkha juga termasuk dewa di alam catumaharajika bersama dengan gandabbha
tp yakkha n gandabha dikategorikan dalam kelompok alam apaya, beda dengan catumaharajika yg masuk dalam kelompok alam sugati...
klo kerasukan yg umum, meronta2/menangis/mengeliat/meraung2, marah2 dan lainnya kayaknya lebih ke mahluk petta dan asura (yakkha/gandabha)
Quote from: dhanuttono on 03 May 2011, 12:43:12 PM
tp yakkha n gandabha dikategorikan dalam kelompok alam apaya, beda dengan catumaharajika yg masuk dalam kelompok alam sugati...
yakkha dan gandabha menurut sutta (misalnya DN 32 Atanatiya Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_32:_Atanatiya_Sutta)) termasuk para pengikut empat raja dewa catumaharajika
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 03 May 2011, 12:22:43 PM
Kalau yang boong kayaknya bukan dewa, tapi ashura. Soalnya kalau dewa boong kan langsung matek.
kok lagsg mati ya? ko sdh pnh wawancara? ;D
=)) hebat wkwkwkww. bs tau matinya.
Quote from: dhanuttono on 03 May 2011, 12:43:12 PM
tp yakkha n gandabha dikategorikan dalam kelompok alam apaya, beda dengan catumaharajika yg masuk dalam kelompok alam sugati...
klo kerasukan yg umum, meronta2/menangis/mengeliat/meraung2, marah2 dan lainnya kayaknya lebih ke mahluk petta dan asura (yakkha/gandabha)
Yakkha di utara, Gandhabba di timur, mereka termasuk golongan Catummaharajika.
Quote from: blood_demon on 03 May 2011, 01:47:33 PM
=)) hebat wkwkwkww. bs tau matinya.
hussshhh..si demon nyemak akh di thread ;D
ku kan cuman nanya
Quote from: Kainyn_Kutho on 03 May 2011, 01:48:51 PM
Yakkha di utara, Gandhabba di timur, mereka termasuk golongan Catummaharajika.
yang di barat? selatan? tenggara? barat daya? timur laut? dll?
Quote from: Kainyn_Kutho on 03 May 2011, 01:48:51 PM
Yakkha di utara, Gandhabba di timur, mereka termasuk golongan Catummaharajika.
sutta yg menceritakannya plsssssssss
Quote from: blood_demon on 03 May 2011, 01:51:08 PM
sutta yg menceritakannya plsssssssss
atanatiya sutta ?
ko dilbert saya td baru liat, itu sutta yg menceritakan ttg paritta perlindungan gt. tidak menjelaskan secara jelas soal dewa maupun asura dan jenis jenisnya
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 May 2011, 04:54:20 PM
Saya bukan ahli sumpah-serapah, jadi hanya spekulasi saja.
Pengen lepas karena memang sudah tidak berlaku. Misalnya mungkin perangnya sudah selesai, negaranya sudah bubar. Tapi karena namanya sumpah setia, maka dimulai dan diakhiri oleh kedua belah pihak.
Bisa berbarengan sumpahnya terkabul karena mungkin sumpahnya juga barengan. Satu panglima 'kan pengawalnya bisa ribuan, bukan cuma seorang.
Soal kelahiran kembali, tentu saya tidak tahu. Tapi bisa saja jika memang dia melekat pada sumpahnya sebagai prajurit.
kalau sumpah dengan ikrar sama atau beda?
dan sumpah itu berlaku untuk 2 belah pihak atau 1 pihak saja?
misalkan "katanya" ada yang berikrar tidak akan lepas dari kelahiran kembali sebelum semua mahluk berhasil lepas dari samsara, jadi gimana nih?
Quote
Ini bukan ditujukan ke saya, tapi mau komentar. Saya pernah baca di sutta, ada keinginan yang mungkin, dan mungkin terjadi. Ada keinginan yang tidak mungkin, namun mungkin terjadi (karena kamma lain). Ada keinginan yang mungkin, namun tidak mungkin terjadi (karena terhalang kamma lain). Terakhir ada keinginan yang tidak mungkin dan tidak mungkin terjadi.
Bersumpah tidak terlahir kembali tanpa mengikis LDM termasuk kategori ke empat tersebut.
kalau ini :
48 ikrar Buddha Amitabha (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=13116.msg219688)
termasuk keinginan yang mungkin terjadi atau tidak?
Quote from: dtgvajra on 30 April 2011, 10:10:48 PM
Nah berikut ini pengalaman pribadi yang cukup menarik, berkaitan dengan Shia shen, yg terjadi 2 tahun yg lalu.
Waktu itu saya berkunjung ke Bali dan ketemu teman lama yang menikah dengan putri dari Bali.
Dia dengan background K******k, tapi setelah menikah menjadi tidak jelas orientasinya. Dari cerita bersambung cerita, dia bertanya: "mau ngga lihat sebuah pura milik pribadi, tetapi selain dewa dewi Hindu yg dipuja disitu , juga Bodhisattva Kuan Im. Pemiliknya sepasang suami istri asli Bali, dan sangat baik pada siapa saja."
Karena tidak ada acara apa apa, keesokan harinya kita berdua meluncur ke desa yg cukup jauh dari Kuta, ada dibawah pura Besakih, Gn. Agung.
Kami sampai di desa tersebut, sudah menjelang senja, dengan udara yang cukup dingin.
Ibu Jero, demikian biasa dipanggil oleh orang orang sekitarnya, menyambut kami dengan ramah, mempersilahkan duduk di serambi rumahnya disebelah kompleks pura pribadi, yang ternyata sedang ada acara sembahyangan. Setelah saling berkenalan ibu Jero mohon maaf untuk mohon diri karena upacara sudah akan dimulai, dan mempersilahkan kita untuk minum dan menikmati snack yang telah dihidangkan.
Kurang lebih satu jam kita menunggu, tiba tiba seorang pria keluar dari pura mendatangi kami, dan mengatakan bahwa kami berdua diundang untuk masuk ke pura, padahal kami tidak punya persiapan untuk masuk pura yaitu memakai sarung Bali dengan ikat pinggang putih. Waktu saya menyatakan bahwa kami tidak membawa sarong dan ikat pinggang; utusan ke dua datang dan mengatakan tidak perlu pakai sarung dan ikat pinggang. Akhirnya kami masuk kedalam pura dan diminta duduk di depan.
Ternyata ibu Jero yang sedang dalam kondisi trance, dengan mata terpejam dia berkata (suaranya berbeda dengan suara pada waktu berbincang bincang dengan kami). "Romo, saya hanya menyampaikan permintaan. Itu diluar pagar ada 2 panglima perang dengan ratusan prajuritnya yang memohon agar dapat dibebaskan dari sumpah setianya kepada romo".
Ditengah kebingungan, saya bilang : "Bu Jero, saya tidak melihat apa apa diluar pagar, dan saya tidak pernah punya prajurit"
Yang dijawab : "Bukan sekarang, tapi duluuu sudah lama sekali, romo ., kasihanilah mereka, karena terikat dengan sumpah setia mereka kepada romo, maka mereka tidak bisa meninggalkan dunia ini."
Selagi saya sedang bingung dan saling pandang dengan teman saya , tiba tiba suara Ibu Jero berubah menjadi suara pria dan ngoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami, kelihatannya seperti dialek salah satu etnis di Tiongkok. Karena saya tidak paham, saya hanya bengong menatap. Lalu tiba tiba si Ibu Jero bernamaskara dihadapan saya sambil menangis dan masih mengoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami.
Lalu ada seorang pedanda Hindu yang tampil dan mengatakan : "Pak, kalau yang diminta hanya pembebasan dari janji, berikan saja pak". Karena bagi saya tidak pernah merasa menerima janji, maka saya sama sekali tidak keberatan.
Lalu saya katakan sambil menghadap ibu Jero : "Saya tidak keberatan, semua yang terikat dengan sumpah setia, saya bebaskan". Kembali si Ibu Jero mengoceh dan namaskara berulang ulang.
Waktu saya katakan : "sudah cukup", tiba tiba suara si Ibu Jero berubah lagi, kembali ke suara wanita :"Romo , mereka minta pembebasannnya diresmikan dan ditunjukkan jalan untuk mereka." Kembali saya dibuat bingung. Dan si Ibu Jero berkata lagi :"Ini pesan dari mak Kwan Im, romo sdh tahu caranya". Bingung bertambah bingung, tiba tiba saya teringat cara pelimpahan jasa disertai Mantra Hrdaya Sutra.
Saya lalu meminta air untuk pemberkahan, yg selalu tersedia di setiap Pura, dan minta ditambah isinya, lalu seperti biasa merenungkan rasa enak, rasa nikmat, rasa kenyang yg telah saya rasakan pada waktu makan siang tadi (babi guling komplit hehehe), juga rasa segar dan puas waktu minum es jeruk sebagai penutup; lalu mengucapkan agar semua rasa tersebut dapat dinikmati oleh siapa saja yang berkumpul disitu dan membutuhkan. Berikutnya bermeditasi Metta Bhavana sebentar dihadapan rupang Bodhisattva Kwan Yin, lalu saya bangun dan mulai berkeliling untuk memercikkan air pemberkahan sambil membaca mantra :"Gate, gate paragate Bodhi Svaha".
Sekembalinya ke dalam pura, ibu Jero mengatakan :"Romo, sudah selesai, mereka semua gembira dan sudah berangkat, saya juga pamit". Lalu ibu Jero duduk diam , tidak berapa lama, membuka mata dan bersuara dengan suara aslinya : "Wah Romo, baru pertama kali saya lihat orang begitu banyak kumpul disini".
Saya dan teman saya yg tidak melihat apa apa, bertanya pada ibu Jero : "Bu, saya tidak melihat apa apa, bisa ceritakan yang ibu lihat". Lalu si Ibu Jero berkata : "Tadi waktu badan saya dipinjam, saya hanya bisa mendengar dan melihat, saya melihat banyak sekali prajurit dari negeri Cina, mereka seperti baru selesai berperang, banyak yang berdarah, dan pakaiannya sobek sobek, tutup dada yang dari kulit juga banyak yang rusak, semuanya berlutut diluar pagar itu, tidak berani masuk. Setelah romo memberikan air, mereka kelihatan sangat gembira dan puas, tidak lama kemudian lenyap."
Setelah itu, saya menanyakan mendetail kepada ibu Jero, mengapa beliau sampai membuat cetya secara khusus untuk Kwan Im, padahal beliau asli Bali dan tidak pernah pergi ke kelenteng. Cukup panjang ceritanya, tapi tidak berkaitan dengan cerita ini.
Akhirnya kami berdua mohon pamit kepada Ibu Jero dan suaminya, untuk kembali ke Kuta. ditengah perjalanan saya tidak tahan oleh rasa lapar, terpaksa mampir dulu di warung sebelum kembali ke hotel.
Sampai sekarang saya masih skeptis dengan pengalaman tersebut. Karena saya sendiri tidak merasakan apa apa selama kejadian tersebut. Siapa yang menguasai raga ibu Jero, saya juga tidak tahu.
kalau dari cerita diatas, sepertinya mak Kwan Im itu bener2 ada ya? anehnya kenapa emak2 ini cuma menampakan dirinya pada orang2 tertentu, sama kaya tokoh tetangga =))
Quote from: ryu on 03 May 2011, 05:13:42 PM
kalau dari cerita diatas, sepertinya mak Kwan Im itu bener2 ada ya? anehnya kenapa emak2 ini cuma menampakan dirinya pada orang2 tertentu, sama kaya tokoh tetangga =))
Bagi yang belum pernah mengalami kejadian seperti itu, akan merasa MASA SIH bisa seperti itu ? Bagi yang pernah mengalami kejadian seperti, tetap juga akan bertanya-tanya... BENARKAH seperti itu ?
Kalau saya sih sudah pernah mengalami hal-hal yang "supranatural", pegangan saya sih Metta, Karuna dan Mudita saja... Banyak Keinginan, maka banyak Cobaan, Sedikit Keinginan maka sedikit cobaan. Tiada keinginan, apapun ok... UPEKKHA...
[at] om kainyt
Bagaimana dengan kasus umat maitreya?
Aye dulu udah pernah di sumpah,walaupun aye ga ngerti bahasanya..
*Cuma ngikutin apa yg di baca ama pandita..
[at] all
om kwaci ngajarin kita anicca..
Dulu sering kritik johan soal postingan mengoncang iman,sekrang om kwaci pasang avatar cewek cakep :))
Quote from: dilbert on 03 May 2011, 06:11:12 PM
Bagi yang belum pernah mengalami kejadian seperti itu, akan merasa MASA SIH bisa seperti itu ? Bagi yang pernah mengalami kejadian seperti, tetap juga akan bertanya-tanya... BENARKAH seperti itu ?
Kalau saya sih sudah pernah mengalami hal-hal yang "supranatural", pegangan saya sih Metta, Karuna dan Mudita saja... Banyak Keinginan, maka banyak Cobaan, Sedikit Keinginan maka sedikit cobaan. Tiada keinginan, apapun ok... UPEKKHA...
sepertinya dengan banyaknya kesaksian2 maka kebenaran semakin menjauh, membuat pusing aja.
Quote from: ryu on 03 May 2011, 05:11:12 PM
kalau sumpah dengan ikrar sama atau beda?
dan sumpah itu berlaku untuk 2 belah pihak atau 1 pihak saja?
Sepertinya sama yah, keduanya berlaku bagi orang yang mengucapkan/bertekad. Jika dua pihak mengucapkan, maka berlaku di 2 belah pihak.
Quotemisalkan "katanya" ada yang berikrar tidak akan lepas dari kelahiran kembali sebelum semua mahluk berhasil lepas dari samsara, jadi gimana nih?
kalau ini : 48 ikrar Buddha Amitabha (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=13116.msg219688)
termasuk keinginan yang mungkin terjadi atau tidak?
Ini sangat mungkin terjadi. Apalah susahnya melekat pada samsara?
Kalau bagian 'semua makhluk lepas dari samsara' juga mungkin, tapi setelah lewat kurun waktu yang tak terpikirkan.
Quote from: Mr.Jhonz on 03 May 2011, 07:50:26 PM
[at] om kainyt
Bagaimana dengan kasus umat maitreya?
Aye dulu udah pernah di sumpah,walaupun aye ga ngerti bahasanya..
*Cuma ngikutin apa yg di baca ama pandita..
Tekad dibuat oleh pikiran. Walaupun telinga mendengar dan mulut mengucapkan, kalau pikiran tidak mengerti, maka hal apa yang ditekadkan? Secara teknis, berarti sumpahnya tidak pernah terjadi.
Kalau saya dulu pernah mengucapkan sumpah untuk tidak membocorkan 5 kata 'sakti' tersebut dengan sadar. Maka walau saya tidak percaya ancaman Lao Mu 'Mahakasih' (nyamber gledek, kutukan berapa turunan) tersebut, tapi saya tetap memegang janji untuk tidak membocorkannya.
Menurut saya, selain orang bersangkutan yang membebaskan, sumpah juga bisa teranulir dengan sendirinya karena keadaan. Misalnya saya bersumpah mendukung kumpulan X yang menurut saya adalah pembabar dhamma, lalu seiring waktu, ternyata ketahuan X ini pengumpul uang, bukan pembabar dhamma, maka sumpah saya otomatis tidak berlaku.
Di kisah dhamma juga ada Buddha Gotama yang janji ke Nanda mendapatkan bidadari kaki merah itu dan janji itu teranulir sendiri ketika Nanda menjadi seorang Arahat.
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 May 2011, 08:47:56 AM
Sepertinya sama yah, keduanya berlaku bagi orang yang mengucapkan/bertekad. Jika dua pihak mengucapkan, maka berlaku di 2 belah pihak.
Ini sangat mungkin terjadi. Apalah susahnya melekat pada samsara?
Kalau bagian 'semua makhluk lepas dari samsara' juga mungkin, tapi setelah lewat kurun waktu yang tak terpikirkan.
bukan soal melekat pada samsaranya, tapi tekadnya itu tuh, seperti :
3) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang berada
di negeriku, andaikata
semua badannya tidak berwarna emas sejati, maka aku tak
akan mencapai samyaksambuddha!
17) Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata para Buddha yang berada
di sepuluh penjuru dunia jumlah tak terhingga
tidak memuliakan namaku, maka aku
tak akan mencapai samyaksambuddha!
dll
Quote from: ryu on 04 May 2011, 09:28:40 AM
bukan soal melekat pada samsaranya, tapi tekadnya itu tuh, seperti :
3) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang berada
di negeriku, andaikata semua badannya tidak berwarna emas sejati, maka aku tak
akan mencapai samyaksambuddha!
17) Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata para Buddha yang berada
di sepuluh penjuru dunia jumlah tak terhingga tidak memuliakan namaku, maka aku
tak akan mencapai samyaksambuddha!
dll
Wah, kalau yang terlalu jauh seperti itu, dispekulasikan pun sudah susah. Kalau saya pribadi menganggap sebagai tidak mungkin.
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 May 2011, 09:39:16 AM
Wah, kalau yang terlalu jauh seperti itu, dispekulasikan pun sudah susah. Kalau saya pribadi menganggap sebagai tidak mungkin.
ok deh ;D
nah kalau pengalaman dtgvjra, mak kwan im katanya muncul, bagaimana pendapat om ;D
Quote from: ryu on 03 May 2011, 08:01:30 PM
sepertinya dengan banyaknya kesaksian2 maka kebenaran semakin menjauh, membuat pusing aja.
sudah coba ke tempat orang trance / tang sin / lok tung / lok tang / mediumisasi gak ?
Quote from: No Pain No Gain on 03 May 2011, 01:50:43 PM
yang di barat? selatan? tenggara? barat daya? timur laut? dll?
Naga di barat, Kumbhanda di selatan.
Quote from: blood_demon on 03 May 2011, 01:51:08 PM
sutta yg menceritakannya plsssssssss
Hal seperti itu biasanya diklasifikasikan berdasarkan banyak sutta, bukan cuma satu. Misalnya dalam Sakkapanhasutta bisa disimpulkan bahwa Gandhabba ada di bawah alam Tavatimsa, berarti Catummaharajika. Pancasikha sang pemusik juga disebut Gandhabba, berarti tidak seperti gambaran gendruwo di sini. Dalam Patikasutta juga ada disinggung tentang Kalakanja adalah yang paling rendah di antara para Asura, berarti Asura sendiri ada banyak klasifikasinya. Dari pembacaan banyak sutta itu, maka kita bisa menarik kesimpulan kira-kira tentang gambaran tingkatan para deva tersebut.
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 09:51:15 AM
sudah coba ke tempat orang trance / tang sin / lok tung / lok tang / mediumisasi gak ?
blom sih, but bagi aye hal2 seperti itu tidak masuk logika aja.
masing2 agama atau kepercayaan mempunyai cara masing2 dalam hal2 seperti ini.
dalam kr****n ada "katanya" kemasukan bahasa roh kudus, ada juga "katanya" melihat Yesus bicara padanya dll
dalam islam "katanya" ada jin, ada setan yang bisa merasuk tubuh manusia dll
dalam buda pun ternyata ada juga "katanya" kwan im menampakkan dirinya, buda bisa minum kopi bareng, dewa2 bisa merasuk tubuh manusia (lucunya ada tokoh2 khayalan pun juga bisa masuk ke tubuh manusia (sun go kong), dll)
dalam hindu keknya lebih banyak ya kasus kerasukan ("katanya" kalau kebali ga boleh bicara sembarangan, tar kemasukan oleh penunggu disana)
dan kalau semua hal diatas dipikirin :
bisa jadi kalau semua benar maka ajaran diatas itu benar semua tidak ada yang salah
atau ada yang benar dan yang salah
atau tidak ada yang benar semua
Quote from: ryu on 04 May 2011, 09:45:42 AM
ok deh ;D
nah kalau pengalaman dtgvjra, mak kwan im katanya muncul, bagaimana pendapat om ;D
Saya pernah diceritakan kalau memanggil dewi Kwan Im, yang datang belum tentu Sang Kwan Im sendiri, tapi dewi pengikutnya yang mewakili. Soal kebenarannya, tentu saja kita yang belum sakti tidak akan tahu. Kalau di 'tetangga' juga 'roh' yang buat kerasukan suka ngaku-ngaku Satan/Lucifer, padahal cuma roh 'biasa' saja.
Mengenai kekuatannya, hal-hal gaib begini memang susah dibuktikan. Menurut pengalaman saya memang ada yang benar-benar punya kemampuan gaib untuk membantu/mencelakakan, ada juga yang sekadar tukang tipu. Dan seperti bisa diduga, tipe ke dua ini jumlahnya jauh lebih banyak, jadi kita harus pinter-pinter sendiri dalam menilai.
Quote from: ryu on 04 May 2011, 10:01:14 AM
blom sih, but bagi aye hal2 seperti itu tidak masuk logika aja.
masing2 agama atau kepercayaan mempunyai cara masing2 dalam hal2 seperti ini.
dalam kr****n ada "katanya" kemasukan bahasa roh kudus, ada juga "katanya" melihat Yesus bicara padanya dll
dalam islam "katanya" ada jin, ada setan yang bisa merasuk tubuh manusia dll
dalam buda pun ternyata ada juga "katanya" kwan im menampakkan dirinya, buda bisa minum kopi bareng, dewa2 bisa merasuk tubuh manusia (lucunya ada tokoh2 khayalan pun juga bisa masuk ke tubuh manusia (sun go kong), dll)
dalam hindu keknya lebih banyak ya kasus kerasukan ("katanya" kalau kebali ga boleh bicara sembarangan, tar kemasukan oleh penunggu disana)
dan kalau semua hal diatas dipikirin :
bisa jadi kalau semua benar maka ajaran diatas itu benar semua tidak ada yang salah
atau ada yang benar dan yang salah
atau tidak ada yang benar semua
Kalau dewa, asura, yakkha, gandhaba percaya ? (mungkin percaya dengan referensi Sutta-Sutta) --> hipotesis a
Kalau referensi JATAKA kisah SURABHA MIGHA gimana menjelaskan bahwa DEWA SAKKA masuk/merasuki (diterjemahkan) kedalam tubuh pendeta kerajaan... --> hipotesis b
hipotesis a dan hipotesis b berasal dari sumber yang dikatakan "kredibel"... apakah tidak menggelitik bro ryu untuk mencari tahu atau berpandangan "out of box" dari Logika yang selama ini ada di pikiran bro ryu...
Ke tempat-tempat yang bisa trance/lok thung/lok tang/ mediumisasi dan sejenis-nya...
Quote from: ryu on 04 May 2011, 10:01:14 AM
blom sih, but bagi aye hal2 seperti itu tidak masuk logika aja.
masing2 agama atau kepercayaan mempunyai cara masing2 dalam hal2 seperti ini.
dalam kr****n ada "katanya" kemasukan bahasa roh kudus, ada juga "katanya" melihat Yesus bicara padanya dll
dalam islam "katanya" ada jin, ada setan yang bisa merasuk tubuh manusia dll
dalam buda pun ternyata ada juga "katanya" kwan im menampakkan dirinya, buda bisa minum kopi bareng, dewa2 bisa merasuk tubuh manusia (lucunya ada tokoh2 khayalan pun juga bisa masuk ke tubuh manusia (sun go kong), dll)
dalam hindu keknya lebih banyak ya kasus kerasukan ("katanya" kalau kebali ga boleh bicara sembarangan, tar kemasukan oleh penunggu disana)
dan kalau semua hal diatas dipikirin :
bisa jadi kalau semua benar maka ajaran diatas itu benar semua tidak ada yang salah
atau ada yang benar dan yang salah
atau tidak ada yang benar semua
Betul, saya setuju dengan bro ryu, maka saya lebih cocok pada pandangan Buddhisme (Theravada khususnya).
Dalam pandangan Theravada, makhluk bisa terlahir di alam sorga karena perbuatan, bukan karena agama. Dengan kata lain, di sorga, dewanya punya agama yang beraneka ragam pula. Ketika dewa ini berinteraksi dengan manusia, maka juga tentu dengan yang sesuai dengan kepercayaannya. Dewa agama X muncul di medium agama X, dewa Y muncul di medium agama Y.
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 10:06:23 AM
Kalau dewa, asura, yakkha, gandhaba percaya ? (mungkin percaya dengan referensi Sutta-Sutta) --> hipotesis a
Kalau referensi JATAKA kisah SURABHA MIGHA gimana menjelaskan bahwa DEWA SAKKA masuk/merasuki (diterjemahkan) kedalam tubuh pendeta kerajaan... --> hipotesis b
hipotesis a dan hipotesis b berasal dari sumber yang dikatakan "kredibel"... apakah tidak menggelitik bro ryu untuk mencari tahu atau berpandangan "out of box" dari Logika yang selama ini ada di pikiran bro ryu...
Ke tempat-tempat yang bisa trance/lok thung/lok tang/ mediumisasi dan sejenis-nya...
nah sebenernya cerita dewa2 dan asura dalam sutta pun "aye" kurang percaya. sepertinya tercampur dengan mitos hindu
kalau misalnya cerita dalam sutta keberadaan dewa2 hindu itu benar2 ada, maka sepertinya ajaran hindu lebih baik dong dari ajaran buda
hal2 itu tidak terlalu berguna bagi "aye" ;D
Quote from: ryu on 04 May 2011, 10:56:52 AM
nah sebenernya cerita dewa2 dan asura dalam sutta pun "aye" kurang percaya. sepertinya tercampur dengan mitos hindu
kalau misalnya cerita dalam sutta keberadaan dewa2 hindu itu benar2 ada, maka sepertinya ajaran hindu lebih baik dong dari ajaran buda
hal2 itu tidak terlalu berguna bagi "aye" ;D
Tidak berguna bagi bro ryu menjadi lain persoalan... terus tentu-nya berbeda dengan klaim/pernyataan bahwa "dewa-dewa" atau asura atau yakkha atau sejenisnya yang "BISA MASUK/MERASUKI" manusia itu menjadi lain persoalan pula...
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 11:20:01 AM
Tidak berguna bagi bro ryu menjadi lain persoalan... terus tentu-nya berbeda dengan klaim/pernyataan bahwa "dewa-dewa" atau asura atau yakkha atau sejenisnya yang "BISA MASUK/MERASUKI" manusia itu menjadi lain persoalan pula...
ya karena bagi aye hal2 seperti itu bisa mengaburkan inti ajaran yang sesungguhnya, karena seperti di post sebelumnya masing2 ajaran punya referensinya, dan masing2 "katanya" mengalaminya, dan hal itu sulit untuk di buktikan ;D
masing2 agama khan punya paten tersendiri mengenai mahluk2 itu, kalau dari segi ilmiah mungkin saja "katanya" itu bisa saja alien yang datang ke bumi, karena keterbatasan pengetahuan maka disebutlah Tuhan, dewa, setan dll ;D
Quote from: ryu on 04 May 2011, 11:34:42 AM
ya karena bagi aye hal2 seperti itu bisa mengaburkan inti ajaran yang sesungguhnya, karena seperti di post sebelumnya masing2 ajaran punya referensinya, dan masing2 "katanya" mengalaminya, dan hal itu sulit untuk di buktikan ;D
masing2 agama khan punya paten tersendiri mengenai mahluk2 itu, kalau dari segi ilmiah mungkin saja "katanya" itu bisa saja alien yang datang ke bumi, karena keterbatasan pengetahuan maka disebutlah Tuhan, dewa, setan dll ;D
berarti inti-nya semua "pengetahuan" itu dari "kata-nya"... bukan-kah lebih baik kalau bisa di-jumpai dulu orang orang yang bisa mediumisasi/lok thung/lok tang/ tang sin tsb... mungkin walaupun bagi bro ryu tidak berguna... bukan-kah kalau mengalami / encounter/ menghadapi kejadian tersebut dan mengetahui dengan "sebenar-benar"-nya lebih baik daripada hanya mereka-reka dan mengambil kesimpulan dari yang "kata-nya" tersebut ?
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 11:54:21 AM
berarti inti-nya semua "pengetahuan" itu dari "kata-nya"... bukan-kah lebih baik kalau bisa di-jumpai dulu orang orang yang bisa mediumisasi/lok thung/lok tang/ tang sin tsb... mungkin walaupun bagi bro ryu tidak berguna... bukan-kah kalau mengalami / encounter/ menghadapi kejadian tersebut dan mengetahui dengan "sebenar-benar"-nya lebih baik daripada hanya mereka-reka dan mengambil kesimpulan dari yang "kata-nya" tersebut ?
walau mendatangi apakah bisa tau itu bener atau bohong?
di tipi pun banyak yang show2 seperti itu apakah bisa tau itu bohong atau tidak?
Quote from: ryu on 04 May 2011, 12:00:23 PM
walau mendatangi apakah bisa tau itu bener atau bohong?
di tipi pun banyak yang show2 seperti itu apakah bisa tau itu bohong atau tidak?
datang-i dahulu... jangan dengar dari "kata-nya", dan jika memang kejadian itu "bohong2an"... tentu tidak akan "mengerus" keyakinan/saddha bro ryu...
dulu pas gua kecil ( kira2 umur 5thn - SMP kls 1), gua kena penyakit ginjal, ya ada komplikasi gt deh.. entah brp byk pengobatan juga sih yg uda di jalanin gua sendiri uda lupa.. dan pengobatan alternatif sampai bawa ke dewa2 ( mui shin, thiu chiam, lok tang, dll) byk dah. toh sembuh juga karena pengobatan medis di china sktr thn 97-98..
se ingat gua, (maklum tll byk jd gk inget satu persatu tempatnya) ada bbrp lok tang/"kerasukan dewa" yg bener2 sangat terlihat asli, bisa cerita ini itu, (kebetulan mama yg bawa saya sekalian tanya2 urusan2 lain). tapi waktu nya tiba tanya ttg penyakit gua, di bilang ada yg "kerjain" jadi di kasi hu thao yg katanya dibakar n minum bisa buat menangkal bala tsb.. jadi di minum lah itu hu thao nya ( caranya? di bakar itu kertas kuning + tinta merah dari tulisan2nya sampai hitam gosong, campur segelas air) tebak hasil nya? secara medis TIDAK SEMBUH.
saya sendiri sampai sekarang meyakini kl praktik2 begitu adalah mungkin wajar ada(beneran), dan lebih wajar lagi kl byk yg bohong2an atau untuk mencari duit doank. penjelasan ttg apa/siapa/kenapa merasuki ya itu mah byk versi nya..
satu hal yg saya suka "mengerjain sodara" saya yg masih percaya dan sering datang ke tempat lok tang di jakarta adalah.. minta sama itu dewa permintaan yg agak berat dunk, jgn cuma yg enteng2 apalagi nasihat2 doank..
contohnya: minta dewa membebaskan antasari azhar, atau membuat DPR membuka kasus Century, menghilangkan kelaparan pada masyarakat di afrika dll, yah yg bener2 global gitu dunk, wkwkkwkwkwk saya rasa sodara saya gk pernah minta seperti itu.. karena kl pun ada dewa yg merasuki, gak sanggup juga toh..
kalau dari sisi buddhism mungkin lebih baik tidak mendatangi hal2 seperti ini, toh saya belum bisa melihat manfaat yg bisa di ambil dr praktik2 seperti ini?
just my opinion :)
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 12:05:08 PM
datang-i dahulu... jangan dengar dari "kata-nya", dan jika memang kejadian itu "bohong2an"... tentu tidak akan "mengerus" keyakinan/saddha bro ryu...
males ;D lagian emang ngapain liat2 gituan =))
kalau menurut bro dilbert, para dewa itu punya agama gak? orang china ya dewanya? / mantan orang china? masuknya untuk orang china saja atau bisa masuk ke agama lain? / suku lain?
Quote from: ryu on 04 May 2011, 04:38:35 PM
males ;D lagian emang ngapain liat2 gituan =))
kalau menurut bro dilbert, para dewa itu punya agama gak? orang china ya dewanya? / mantan orang china? masuknya untuk orang china saja atau bisa masuk ke agama lain? / suku lain?
ngaku-nya sih punya agama... soalnya ada yang "kerasukan" yang muslim, jadi bisa baca ayat-ayat quran...
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 04:44:03 PM
ngaku-nya sih punya agama... soalnya ada yang "kerasukan" yang muslim, jadi bisa baca ayat-ayat quran...
nah kalau yang kemasukan agamanya buda, bisa baca ayat2 quran ga ;D
Quote from: ryu on 04 May 2011, 04:46:30 PM
nah kalau yang kemasukan agamanya buda, bisa baca ayat2 quran ga ;D
yang pernah wa liat, tang sin-nya chinese... agama sih BuddhaKonghucu... begitu "kemasukan" macan putih, bisa baca ayat ayat Quran...
---
Oh ya... gua pernah "kena" nomor togel 4 angka... di kasih sama tang-ki TOA PEK KONG... masih ingat gua... 0373... gua pasang x20ribu x 10ribu x 20ribu... di bayar Rp. 66.400.000
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 04:49:09 PM
yang pernah wa liat, tang sin-nya chinese... agama sih BuddhaKonghucu... begitu "kemasukan" macan putih, bisa baca ayat ayat Quran...
oh trus gunanya di undang2 gitu buat apaan?
emang setan itu sengaja di undang buat acara apaan?
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 04:49:09 PM
yang pernah wa liat, tang sin-nya chinese... agama sih BuddhaKonghucu... begitu "kemasukan" macan putih, bisa baca ayat ayat Quran...
---
Oh ya... gua pernah "kena" nomor togel 4 angka... di kasih sama tang-ki TOA PEK KONG... masih ingat gua... 0373... gua pasang x20ribu x 10ribu x 20ribu... di bayar Rp. 66.400.000
toa pek kok yg di mana nih? mohon alamat yg jelas
Quote from: ryu on 04 May 2011, 04:53:01 PM
oh trus gunanya di undang2 gitu buat apaan?
emang setan itu sengaja di undang buat acara apaan?
Kalau gak salah ingat saya... yang ngundang medium dewa itu (kebetulan katanya dewa-nya Catumaharajika) untuk nyelesaikan masalah yang ngundang (masalahnya karena "badan kotor ; habis nyari psk" bersihkan rumah datuk), jadi sakit-sakitan...
Jadi medium dewa catumaharajika itu ngundang datuk harimau putih yang bersemayan di kelenteng dewa tsb. Saya lihat sendiri, ketika merasuki, ngomong-nya jadi jawa begitu, dan begitu datang. baca ayat ayat al quran dulu.
Quote from: Indra on 04 May 2011, 04:56:22 PM
toa pek kok yg di mana nih? mohon alamat yg jelas
Toa Pek Kong di MEDAN... Daerah DELI INDAH... Belum ada kelenteng. hanya ada altar di rumah-nya... Tang-sin-nya (medium-nya) masih belum FULL TIME in-charge...
Gua temenan sama tang-sin-nya... jadi suatu pagi, ditelepon... katanya kemarin malam, ketiduran di depan altar PEK KONG... mimpi BEOL 3x...
BEOL (SHIT) = 73... 3x = 03... jadi pagi-pagi sudah info gua suruh beli 0373 dan 7303... gua beli lah satu set... JITU... hehehehehe... Kena itu, gua kasih tang-sin-nya duit 8juta...
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 04:58:09 PM
Toa Pek Kong di MEDAN... Daerah DELI INDAH... Belum ada kelenteng. hanya ada altar di rumah-nya... Tang-sin-nya (medium-nya) masih belum FULL TIME in-charge...
Gua temenan sama tang-sin-nya... jadi suatu pagi, ditelepon... katanya kemarin malam, ketiduran di depan altar PEK KONG... mimpi BEOL 3x...
BEOL (s**t) = 73... 3x = 03... jadi pagi-pagi sudah info gua suruh beli 0373 dan 7303... gua beli lah satu set... JITU... hehehehehe... Kena itu, gua kasih tang-sin-nya duit 8juta...
kalo ada gelombang ke 2, gue titip ya
Quote from: Indra on 04 May 2011, 05:02:17 PM
kalo ada gelombang ke 2, gue titip ya
itu-lah yang susah... ntah ada gelombang yang ke-2 gak... tapi asli kalau masa masa itu, banyak sekali kesempatan saya jitu TOGEL... hanya saja sendiri gak bisa nangkap apa artinya...
Pernah saya disuruh -- BISNIS JUAL BELI KEPITING saja, PASTI JADI ORANG KAYA -- Gua jawab, sesuai ajaran Buddha, gua gak mau jualan makhluk hidup, apalagi kepiting, karena jualan kepiting pasti harus hidup hidup... Tapi begitu, gua tahu ini kasih KODE ALAM... Besok-nya gua beli KEPITING 42 x70ribu..
Ternyata teman-teman.... Buka 42... kena deh Rp. 4.900.000
Tahu gak 4 angka-nya apa ? 7842... 78 = orang kaya (dari buku erek erek mimpi)... 42 = kepiting...
habis tahu 78 = orang kaya... Langsung ADUHHHHHH.... kok gak nangkap atau gak nyari nomor-nya orang kaya gitu lo...
---
Kalau ke "orang pintar" nanya masalah jodoh, masalah bisnis, masalah ini itu... itu mah biasa... karena susah di-evaluasi kebenarannya...
YANG BENAR BENAR JAGO, orang pintar-nya / dewa-nya / yakkha-nya / peta-nya / asura-nya / atau apapun itu yang "katanya" merasuki DI MINTAI Nomor TOGEL...
Karena saudara saudara... Nomor TOGEL itu MEASURABLE... jadi bisa di evaluasi kebenarannya...
Kalau cuman ngomong-in si ANU berat jodoh karena bla bla bla... atau si UNA usaha seret karena BLO BLO BLO... gak measurable...
BETUL GAK SAUDARA SAUDARA...
Jadi kalau ke orang pintar, minta-lah Nomor TOGEL yang bakal keluar nanti sore ?
wkwkwkwkwkwkwkwk
:)) ampe apal
Quote from: Forte on 04 May 2011, 05:09:21 PM
:)) ampe apal
karena berkesan bro... my experience...
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 05:07:28 PM
itu-lah yang susah... ntah ada gelombang yang ke-2 gak... tapi asli kalau masa masa itu, banyak sekali kesempatan saya jitu TOGEL... hanya saja sendiri gak bisa nangkap apa artinya...
Pernah saya disuruh -- BISNIS JUAL BELI KEPITING saja, PASTI JADI ORANG KAYA -- Gua jawab, sesuai ajaran Buddha, gua gak mau jualan makhluk hidup, apalagi kepiting, karena jualan kepiting pasti harus hidup hidup... Tapi begitu, gua tahu ini kasih KODE ALAM... Besok-nya gua beli KEPITING 42 x70ribu..
Ternyata teman-teman.... Buka 42... kena deh Rp. 4.900.000
Tahu gak 4 angka-nya apa ? 7842... 78 = orang kaya (dari buku erek erek mimpi)... 42 = kepiting...
habis tahu 78 = orang kaya... Langsung ADUHHHHHH.... kok gak nangkap atau gak nyari nomor-nya orang kaya gitu lo...
---
Kalau ke "orang pintar" nanya masalah jodoh, masalah bisnis, masalah ini itu... itu mah biasa... karena susah di-evaluasi kebenarannya...
YANG BENAR BENAR JAGO, orang pintar-nya / dewa-nya / yakkha-nya / peta-nya / asura-nya / atau apapun itu yang "katanya" merasuki DI MINTAI Nomor TOGEL...
Karena saudara saudara... Nomor TOGEL itu MEASURABLE... jadi bisa di evaluasi kebenarannya...
Kalau cuman ngomong-in si ANU berat jodoh karena bla bla bla... atau si UNA usaha seret karena BLO BLO BLO... gak measurable...
BETUL GAK SAUDARA SAUDARA...
Jadi kalau ke orang pintar, minta-lah Nomor TOGEL yang bakal keluar nanti sore ?
wkwkwkwkwkwkwkwk
buset jago nomor toh... hahaha...:)) tu encek gw, toko nya kebakaran, ludes...des... trus pindah, cari ruko baru, eh ngobrol2 ma teman nya ini itu, trus malam nya mimpi apa gtu, ya tentang nomor...
bsok nya di pasang, busettt... 4 angka dapat nya sampe gope-tiau (500 jeti)... serius ini, ga bo'ong, tu uang dipake tuk DP ruko baru... ayo, bagaimana nih, pandangan orang2 disini...
Quote from: dhanuttono on 04 May 2011, 05:16:45 PM
buset jago nomor toh... hahaha...:)) tu encek gw, toko nya kebakaran, ludes...des... trus pindah, cari ruko baru, eh ngobrol2 ma teman nya ini itu, trus malam nya mimpi apa gtu, ya tentang nomor...
bsok nya di pasang, busettt... 4 angka dapat nya sampe gope-tiau (500 jeti)... serius ini, ga bo'ong, tu uang dipake tuk DP ruko baru... ayo, bagaimana nih, pandangan orang2 disini...
Itu kan mimpi... gak seru...
yang seru dan bakal jadi cerita kan kalau ada TANGSIN / DEWA yang JAGO ngasih Nomor, pasti langsung ramai praktek-nya... hahahahhaa
---
Tapi dibandingkan dengan cerita Anathapindika yang Harta-nya habis, kemudian oleh makhluk halus penghuni rumah-nya di-balikkan harta Anathapindika dengan mengambil harta dari dasar sungai, dasar laut untuk memenuhi gudang emas-nya Anathapindika...
manakah yang lebih sulit dipercaya ? Tiba tiba muncul emas-emas di rumah...
Kalau masang TOGEL, kena... wajar donk karena ADA BET, ADA HARAPAN... hehehehe
Mimpi juga bole ..
Tangsin juga bole..
yang penting JITU..
kayaknya harus buka thread khusus angka
hehheeh...
Pandangan positif Buddhism, Karma baiknya sudah berbuah..
Pandangan positif Non Buddhism, Berkah dari T*han..
Pandangan negatif Non Buddhism, itu godaan hanT*..
Pandangan negatif Buddhism, Kalo melekat akan menimbulkan lobha sehingga malas bekerja..
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 04:49:09 PM
Oh ya... gua pernah "kena" nomor togel 4 angka... di kasih sama tang-ki TOA PEK KONG... masih ingat gua... 0373... gua pasang x20ribu x 10ribu x 20ribu... di bayar Rp. 66.400.000
penasaran jadinya,
kenapa tang ki nya ngk pasang togel sendiri tiap minggu/bulan?
kalau andaikata tiap minggu / bulan dapat 66 juta, atau lebih
kan sudah bisa jadi Sangat Amat kaya Sekali tang ki itu?
Quote from: dilbert on 04 May 2011, 04:58:09 PM
Toa Pek Kong di MEDAN... Daerah DELI INDAH... Belum ada kelenteng. hanya ada altar di rumah-nya... Tang-sin-nya (medium-nya) masih belum FULL TIME in-charge...
en karena sekarang belum ada kelenteng nya
bisa bikin kelenteng super mewah, kalau kena togel terus?
jadi tambah penasaran nig... :o
*no offense* hanya sekadar bingung + penasaran aja ;D
ASTAGA, jadi karena gara2 menang togel jadi percaya =))
kalo soal togel sih gw dulu pernah lagi kecil di tanya sama paman aye, dan aye bilang asal, eh ga taunya tembus. bijimana tuh, gw bisa dibilang tang sin gak =)) =)) =))
jadi inget dulu ada buku tafsir mimpi, semua juga jadi ke pikir kalau nomornya udah keluar, istilah sini mah "jurus belut" =))
Quote from: bluppy on 04 May 2011, 06:26:56 PM
penasaran jadinya,
kenapa tang ki nya ngk pasang togel sendiri tiap minggu/bulan?
kalau andaikata tiap minggu / bulan dapat 66 juta, atau lebih
kan sudah bisa jadi Sangat Amat kaya Sekali tang ki itu?
en karena sekarang belum ada kelenteng nya
bisa bikin kelenteng super mewah, kalau kena togel terus?
jadi tambah penasaran nig... :o
*no offense* hanya sekadar bingung + penasaran aja ;D
biasanya jurus belut nya sama kek peramal :
peramal ga bisa meramalkan dirinya sendiri =))
peramal ga boleh kaya "gara2" ilmunya