Sila-Samadhi-Panna vs Panna-Sila-Samadhi
Manakah yg benar menurut anda susunannya?
sila samadhi panna
dr samadhi br bisa muncul panna...
tergantung dalam konteks apa nih?
memang ada konteks apa aja?
dalam konteks JMB8: Panna-Sila-Samadhi
Kalau tidak salah Panna-Sila-Samadhi berlaku untuk konteks Sang Buddha dan para Arahat (asekha), sedangkan Sila-Samadhi-Panna untuk konteks para praktisi yang masih harus belajar (sekha). Cmiiw...
justru dalam JMB8 itu dari puthujana sekalipun mengikuti alur panna-sila-samadhi
kalo konteks yg sila-samadhi-panna, ada dimanakah itu?
Quote from: seniya on 21 February 2011, 07:12:51 PM
Kalau tidak salah Panna-Sila-Samadhi berlaku untuk konteks Sang Buddha dan para Arahat (asekha), sedangkan Sila-Samadhi-Panna untuk konteks para praktisi yang masih harus belajar (sekha). Cmiiw...
maksud anda, urutan JMB8 harus direvisi untuk mengakomodasi sekha, begitukah? dan bagaimana dengan yg puthujjana?
sila-samadhi-panna -> biasanya dalam sutta2 sering disebutkan sebagai formula Tiga latihan (Three Training)
no link = hoax
Quote from: Sumedho on 21 February 2011, 07:14:38 PM
justru dalam JMB8 itu dari puthujana sekalipun mengikuti alur panna-sila-samadhi
kalo konteks yg sila-samadhi-panna, ada dimanakah itu?
Di sutta2 di DN, biasa disebutkan sila (cula & maha sila) lalu lanjut ke samadhi (jhana & kekuatan bathin), baru pandangan terang dan terhentinya kelahiran.
tuh ada di DN, baca sendiri, cuma 700an halaman aja kok
kalo itu kan urutan khotbah. tapi bisa dikatakan apa yg sedang diberikan itu adalah "panna" nya, lalu nanti jalanin sila lalu samadhi.
dalam DN 10: Subha Sutta, ada disinggung dari sila yg dipuji, moralitas yg dipuji dan kebijaksanaan yg dipuji. urutannya demikian. tapi isi dari kebijaksanaannya adalah pencapaian arahant
Quote...
2.20. 'Yang Mulia Ānanda, apakah kelompok kebijaksanaan Ariya yang dipuji oleh Yang Mulia Gotama?' 2.21-22. 'Dan demikianlah, dengan pikiran terkonsentrasi, ia mencapai berbagai pandangan terang (Sutta 2, paragraf 83-84). Ini muncul padanya melalui kebijaksanaan.
2.23-36. 'Ia menembus Empat Kebenaran Mulia, sang jalan dan, lenyapnya kekotoran (Sutta 2, paragraf 85-97). Dan ia mengetahui: " .... Tidak ada lagi yang lebih jauh di sini."
...
dalam urutan panna diakhir, adalah sebagai hasil. tapi dalam JMB8, urutannya adalah Panna dahulu, baru sila dan samadhi.
sama seperti pemrograman, ada programmer yg berorientasi pada output dan ada juga yg dari input, yg penting hasil akhir tercapai
yg masalah adalah, baru mo input, tapi pake aturan output...
jadi masih belum apa2, pake urutan sila-samadhi-panna
Menjalankan Sila tanpa mengerti mengapa dan untuk tujuan apa, ibarat abg nonton iron maiden.. Baju item, jeans belel, sepatu boots.. Tapi bengong selama konser...
Jadi, tetap perlu panna meskipun setetes sebagai permulaan.. Rujukannya? Yah banyak.. Di JMB8 Pandangan Benar ditempatkan diurutan pertama. Buddha membabarkan sedemikian banyak Dhamma juga tujuannya agar menjadi paham, nggak asal jalanin perintah yg dipahat dibatu..
Di 4NT juga dijelasin dulu penyakit, sebab dan akhirnya, baru dikasih obatnya..
Jadi, tetap perlu Panna cetek dulu, baru jalanin Sila, Samadhi, Panna naik tingkat, demikian juga Sila makin kokoh, Samadhi makin kuat, Panna makin dalam... Dstnya.. Terakhir Panna Tertinggi..
::
dari pihak guru, adalah wajar jika mengajarkan dengan menjelaskan hasil yg ingin dicapai terlebih dulu baru dilanjutkan dengan tahap2an untuk mencapai hasil itu.
sedangkan dari pihak murid, sebaiknya berlatih mulai dari tahap dasar dan akhirnya mencapai hasil
Tapi mulai darimanapun bisa juga..
Abg yg bego ngga tau maiden, ikut2an.. Eh jadi suka dan akhirnya jadi penggemar berat.
Umat yg ga tau apa2, tapi ketat jalanin Sila, bisa mendptkan kedamaian batin, dan konsentrasinya lbh mudah untuk meningkatkan pemahaman akan Dhamma.. Ini bisa saja terjadi..
Jadi, urutannya bisa darimana saja yah..
Ini kalo bahas dari konteks praktik (ada konteksnya ternyata, seperti kata om indra).
::
soal panna didepan, kan isi dari panna dalam JMB8 dah mantep
Pandangan benar dan pikiran benar. dari pandangan benar maka pikiran benar.
karena pikiran adalah pelopor maka -> ucapan, perbuatan benar yah penghidupan jg benar
lalu baru masuk ke samadhinya, usaha, perhatian dan konsentrasi benar.
kekna kuncinya di pandangan benar
IMO : Panna Sila Samadhi
IMO, Panna Sila Samadhi
Untuk sistematis : Sila-Samadhi-Panna ... dan IMO ini yang paling reasonable dan applicable dimana-mana...
Kalau Panna duluan... ntar kebanyakan keblinger... Panna-nya di-tonjol-tonjol-kan, padahal Sila-nya NOL BESAR.
Ada berapa jenis Panna?
Hanya ada satu inti karakteristik panna, yaitu menembus dengan jelas keadaan fenomena (dhamma). Tetapi ada berbagai cara mengklasifikasikan kebijaksanaan menjadi dua kategori:
- panna duniawi (kebijaksanaan duniawi) dan panna diatas duniawi (kebijaksanaan diatas duniawi)
- Panna dengan kekotoran batin dan panna yang terbebas dari kekotoran batin
- Panna yang mampu melihat materi yang nampak dan panna yang mengetahui batin (yang tak nampak)
- Panna dengan kesenangan batin dan panna dengan keseimbangan batin
- Panna dalam lingkup persepsi dan panna dalam lingkup meditasi
Panna juga bisa dibedakan dalam tiga jenis yaitu:
- Panna yang timbul dari perenungan, panna yang timbul dari belajar dan panna yang timbul dari pengembangan batin
- Panna yang dalam lingkup alam indera, panna yang berkaitan dengan alam materi murni atau alam tanpa materi, - Panna yang berkaitan dengan objek lokuttara atau Nibbana
- Panna yang profisien dalam kemajuan, profisien dalam melepaskan, dan profisien dalam mengembangkan metodologi untuk kesuksesan.
Panna juga dapat diklasifikasikan dalam empat kategori dalam berbagai cara: Ini termasuk panna yang berhubungan dengan empat kebenaran Ariya dan panna yang berhubungan dengan empat Patisambhida.
Sebagai kesimpulan, ada berbagai tipe panna menurut karakteristik dan fungsinya, tetapi ini hanyalah perbedaan dalam detail. Intinya, panna adalah kemampuan untuk menembus dengan jelas sifat alami fenomena berkondisi sebagai tiga karakteristik, yaitu anicca, dukkha dan anatta.
Untuk membantu siswa agar dapat mengerti panna dari pandangan terang, Y.a. Buddhaghosa menerangkan bahwa panna dalam konteks ini secara spesifik berarti pengetahuan pandangan terang yang disertai kebajikan dalam diri, ini disebut panna pandangan terang. Panna pandangan terang ini membantu dalam pengembangan konsentrasi dan meditasi pandangan terang untuk mendapatkan pengetahuan semua fenomena berkondisi dan fenomena Nibbana yang tak berkondisi dan Empat Kebenaran Ariya yang membawa seseorang mencapai Nibbana dan menjadi Asekha yang sesungguhnya (Arahat yang sempurna).
http://www.dhammacenter.org/the_3_trainings/training_in_wisdom/types_of_wisdom (http://www.dhammacenter.org/the_3_trainings/training_in_wisdom/types_of_wisdom)
Yang manakah panna anda...?
Mettacittena,
Bukannya sila-samadhi-panna satu kesatuan?*bolehkah menjalankan sila tanpa mindful(samadhi)?
IMO. Sila(panna)-samadhi(panna)-panna(?)
Quote from: dilbert on 21 February 2011, 10:56:24 PM
Untuk sistematis : Sila-Samadhi-Panna ... dan IMO ini yang paling reasonable dan applicable dimana-mana...
Kalau Panna duluan... ntar kebanyakan keblinger... Panna-nya di-tonjol-tonjol-kan, padahal Sila-nya NOL BESAR.
loh, kan Sang Buddha sendiri yang mengatakan dimulai dari pandangan benar? berarti?
Quote from: MN 117 117 Mahācattarisaka Sutta
34. "Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? [76] Pada seorang yang memiliki pandangan benar, muncul kehendak benar; pada seorang yang memiliki kehendak benar, muncul ucapan benar; pada seorang yang memiliki ucapan benar, muncul perbuatan benar; pada seorang yang memiliki perbuatan benar, muncul penghidupan benar; pada seorang yang memiliki penghidupan benar, muncul usaha benar; pada seorang yang memiliki usaha benar, muncul perhatian benar; pada seorang yang memiliki perhatian benar, muncul konsentrasi benar; pada seorang yang memiliki konsentrasi benar, muncul pengetahuan benar; pada seorang yang memiliki pengetahuan benar, muncul pembebasan benar. Demikianlah, para bhikkhu, jalan dari siswa yang dalam latihan lebih tinggi memiliki delapan faktor, Arahant memiliki sepuluh faktor.
ternyata urutannya panna-sila-samadhi-panna
Quote from: williamhalim on 21 February 2011, 08:33:51 PM
Menjalankan Sila tanpa mengerti mengapa dan untuk tujuan apa, ibarat abg nonton iron maiden.. Baju item, jeans belel, sepatu boots.. Tapi bengong selama konser...
Jadi, tetap perlu panna meskipun setetes sebagai permulaan.. Rujukannya? Yah banyak.. Di JMB8 Pandangan Benar ditempatkan diurutan pertama. Buddha membabarkan sedemikian banyak Dhamma juga tujuannya agar menjadi paham, nggak asal jalanin perintah yg dipahat dibatu..
Di 4NT juga dijelasin dulu penyakit, sebab dan akhirnya, baru dikasih obatnya..
Jadi, tetap perlu Panna cetek dulu, baru jalanin Sila, Samadhi, Panna naik tingkat, demikian juga Sila makin kokoh, Samadhi makin kuat, Panna makin dalam... Dstnya.. Terakhir Panna Tertinggi..
::
Wah, mentang2 baru nonton Iron Maiden... ;D Bagus ga, bro Wili?
Saya pikir Panna cetek juga hasil dari sila & samadhi cetek. Kalau orang tidak pernah menjalankan sila yang gampang, tidak akan mengerti pula kebijaksanaan yang sederhana. Misalnya kalau orang tukang ngamuk tidak pernah menahan diri, tidak akan mengerti apa manfaatnya sabar. Jika pernah berlatih sabar, diberi tahu manfaatnya baru dapat kebijaksanaan sabar itu sendiri.
Kalau secara kasar, saya pikir sila level 0 menunjang panna level 0. Panna level 0 baru menunjang lagi sila level 1, dst. Berapa level untuk penembusan magga-phala, kita tidak akan pernah tahu, maka harus terus menerus mengembangkan semuanya.
Quote from: Indra on 22 February 2011, 08:07:18 AM
ternyata urutannya panna-sila-samadhi-panna
Setuju bro, pertama lokiya panna, menjalankan sila dan samadhi lalu muncul Lokuttara panna.
lokiya panna bisa termasuk belajar, perenungan dsbnya.
Lokuttara Panna hanya didapat dengan samadhi/Vipassana Bhavana.
Mettacittena,
Quote from: fabian c on 22 February 2011, 08:40:57 AM
Setuju bro, pertama lokiya panna, menjalankan sila dan samadhi lalu muncul Lokuttara panna.
lokiya panna bisa termasuk belajar, perenungan dsbnya.
Lokuttara Panna hanya didapat dengan samadhi/Vipassana Bhavana.
Mettacittena,
Kalau Lokiya panna harus kudu hadir dimana-mana baru mantap...
Setidaknya di dalam sistematika pencapaian dan pelaksanaan, seharusnya memang SILA-SAMADHI-PANNA.
saya tidak bisa membayangkan orang-orang yang mendengung-dengung-kan praktek SAMADHI dan PANNA-nya tetapi SILA-nya nol besar. Tetapi orang yang SILA-nya BAGUS sekali, menjadi dasar untuk masuk ke SAMADHI dan PANNA yang benar apalagi kalau mendapat tuntunan yang efektif dan efisien dari seorang GURU.
Kalau saya, tetap SILA-SAMADHI-PANNA
Quote from: dilbert on 22 February 2011, 11:29:17 AM
Kalau Lokiya panna harus kudu hadir dimana-mana baru mantap...
Setidaknya di dalam sistematika pencapaian dan pelaksanaan, seharusnya memang SILA-SAMADHI-PANNA.
saya tidak bisa membayangkan orang-orang yang mendengung-dengung-kan praktek SAMADHI dan PANNA-nya tetapi SILA-nya nol besar. Tetapi orang yang SILA-nya BAGUS sekali, menjadi dasar untuk masuk ke SAMADHI dan PANNA yang benar apalagi kalau mendapat tuntunan yang efektif dan efisien dari seorang GURU.
Kalau saya, tetap SILA-SAMADHI-PANNA
apa mungkin orang yang menjalankan panna tidak menjalankan sila ? :rose:
Quote from: Landy Chua on 22 February 2011, 11:40:04 AM
apa mungkin orang yang menjalankan panna tidak menjalankan sila ? :rose:
Lebih mudah diketahui mana ? menjalankan panna atau menjalankan sila ?
kalau saya, tidak mau pusing berteori.. membahas mana yang duluan urutannya..
in short, just do it.. 8)
Quote from: Lex Chan on 22 February 2011, 11:49:40 AM
kalau saya, tidak mau pusing berteori.. membahas mana yang duluan urutannya..
in short, just do it.. 8)
Kalau begitu semua pengajaran / pelajaran... tidak perlu TEORI... just do-it...
Quote from: Indra on 22 February 2011, 08:07:18 AM
ternyata urutannya panna-sila-samadhi-panna
kalo itu mah
panna-sila-samadhi -> Sammā-ñāṇaṁ kali, sama kek di
Quote from: DN 18...
Seberapa baikkah Sang Buddha yang mengetahui dan melihat mengajarkan tujuh prasyarat konsentrasi, demi pengembangan konsentrasi sempurna dan kesempurnaan konsentrasi! Apakah itu? Yaitu, pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar [217], usaha benar, perhatian benar.[35] Keterpusatan pikiran itu, yang dihasilkan tujuh faktor ini disebut konsentrasi benar Ariya dengan landasan dan prasyaratnya. Dari pandangan benar muncul pikiran benar, dari pikiran benar muncul ucapan benar, dari ucapan benar muncul perbuatan benar, dari perbuatan benar muncul penghidupan benar, dari penghidupan benar muncul usaha benar, dari usaha benar muncul perhatian benar, dari perhatian benar muncul konsentrasi benar, dari konsentrasi benar muncul pengetahuan benar,[36] dari pengetahuan benar muncul kebebasan benar.[37]
...
Tapi sebenarnya kesalahan kita dalam komunikasi ini yg jadi masalah. Kenapa kita mesti pake pembagian sila-samadhi-panna atau panna-sila-samadhi?
sang buddha selalu menggunakan dari pandangan benar, .... , konsentrasi benar. kalo gini kan pasti semua setuju, dan tertulis dengan nyata dalam BANYAK sutta juga demikian.
Quote from: dilbert on 22 February 2011, 11:46:47 AM
Lebih mudah diketahui mana ? menjalankan panna atau menjalankan sila ?
awalnya, saya juga berpikir sila-samadhi-panna,
tapi setelah diperhatikan lagi saya sekarang menganut panna-sila-samadhi ;D.
ketika kita tidak mengetahui apa itu panna, apa itu sila, apa itu samadhi,
apapun yang kita lakukan adalah bukan panna, bukan sila dan bukan samadhi.
tapi begitu kita menyadari suatu kebenaran, maka panna timbul,
dengan timbulnya panna maka kita mulai menjalankan sila dan samadhi,
untuk menyelaraskan dengan pengetahuan kita ;D.
di sini saya setuju dengan nona chua, kalo
Quoteapa mungkin orang yang menjalankan panna tidak menjalankan sila ? :rose:
karena pasti yang sudah timbul panna akan menjalankan silanya ;D.
jadi kalo pertanyaannya "Lebih mudah diketahui mana ?"
menurut saya yah tidak ada yang lebih mudah,
tapi yang pasti yang diketahui adalah panna dulu ;D.
contohnya Sang Buddha sendiri, yang timbul adalah panna dulu,
ketika beliau menyadari bahwa menyiksa diri maupun memanjakan diri tidak akan menghasilkan apa-apa,
baru beliau melanjutkan hingga mencapai penerangan sempurna ;D.
yah kira-kira begitulah ;D.
[at] comel
Quotecontohnya Sang Buddha sendiri, yang
timbul adalah panna dulu,
ketika beliau menyadari bahwa
menyiksa diri maupun memanjakan diri
tidak akan menghasilkan apa-apa,
baru beliau melanjutkan hingga
mencapai penerangan sempurna .
yah kira-kira begitulah .
Bukannya kekuatan samadhi pangeran udah mantep?
apakah kekuatan samadhi sang pangeran tidak berperan banyak dalam proses penerangan sempurna??
Tanya; apakah pangeran sidharta juga menjalankan sila sebelum mencapai penerangan sempurna?
Quote from: Mr.Jhonz on 22 February 2011, 10:04:15 PM
[at] comelBukannya kekuatan samadhi pangeran udah mantep?
apakah kekuatan samadhi sang pangeran tidak berperan banyak dalam proses penerangan sempurna??
Tanya; apakah pangeran sidharta juga menjalankan sila sebelum mencapai penerangan sempurna?
ketika menyadari apa yang dilakukan itu keliru,
maka semua yang dilakukan adalah sia-sia saja,
harus ditinggalkan,
semuanya harus dimulai dengan yang baru ;D.
pandangan yang benar kan, yang berdasarkan kekinian ;D.
masa lalu cuma jadi pengetahuan, dan pengetahuan itu sendiri adalah panna bukan samadhi lagi ;D.
yang saya tahu dari membaca, ibunda pangeran juga menjalankan sila, ada kemungkinan pangeran juga menjalankan sila sih, tapi ngak tahu juga yah ;D.
nah, silanya sendiri dijalankan karena tradisi bukan karena panna ;D.
Petikan dari salah satu khotbah Ajahn Chah:
"Menurut teori, kebajikan datang duluan lalu samadhi dan selanjutnya kebijaksanaan. Namun ketika saya menelitinya sendiri, ternyata saya menemukan bahwa sesungguhnya kebijaksanaan merupakan landasan setiap aspek lain dari praktik. Agar memahami sepenuhnya segala konsekuensi dari apa yang kita ucapkan dan lakukan — khususnya yang merugikan — kita perlu menngunakanwisdom guna menuntun, mengendalikan, dan menyelidiki bekerjanya sebab-dan-akibat. Ini akan memurnikan (purify) perbuatan dan ucapan kita. Manakala kita menjadi terbiasa dengan tindakan etis dan tidak etis, kita mulai paham untuk berlatih. Kitapun lalu meninggalkan apa yang buruk dan menumbuhkan apa yang baik. Kita meninggalkan yang salah dan mengembangkan yang benar. Inilah: kebajikan. Dengan menjalankan ini, bathin bertambah kokoh dan tabah. Ketegaran serta kemantapan ini bebas dari kekhawatiran, rasa bersalah, keraguan dalam bertindak dan berbicara. Inilah: samadhi.
Penyatuan pikiran yang stabil ini membentuk tambahan sumber tenaga yang lebih kuat lagi bagi praktik kita, membuat kontemplasi yang lebih mendalam pada penglihatan, pendengaran, segala yang kita alami. Begitu pikiran telah terbentuk dengan perhatian-penuh (mindfulness) yang kokoh, mantap serta damai — kita bisa memulai penyelidikan tanpa- putus terhadap realitas tubuh, perasaan, persepsi, buah pikir, kesadaran, penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sensasi dan segala obyek dari pikiran. Sebagaimana mereka selalu muncul, kita pun terus-menerus gigih meng-investigasi dengan sepenuh hati tanpa kehilangan mindfulness sedikitpun. Kemudian kita akan tahu hal yang sebenarnya. Mereka sekedar muncul ke eksistensi sesuai dengan hakekat alamiahnya sendiri. Sejalan dengan tumbuhnya pemahaman kita, maka lahirlah kebijaksanaan. Begitu ada pemahaman jernih akan kebenaran segala sesuatu, maka persepsi-persepsi kolot kita bakal tercerabut dan pengetahuan konseptual kita pun lalu transformasi menjadi wisdom. Demikianlah kebajikan, samadhi dan kebijaksanaan bergabung serta berfungsi sebagai satu kesatuan.
Dengan bertambahnya kekuatan serta keteguhan dari kebijaksanaan, samadhi akan jadi kian mantap. Semakin samadhi tak tergoyahkan, sila secara menyeluruh pun kian tak tergoncangkan. Sempurnanya sila, akan turut mengembang- kan samadhi; meningkatnya penguatan samadhi mendorong matangnya kebijaksanaan. Inilah tiga aspek dari latihan yang saling membaur kait-mengkait. Kesatuannya disebut Jalan Mulia Berunsur Delapan, jalan Sang Buddha. — Ketika Sila, Samadhi dan Panna mencapai puncaknya, Jalan ini mampu mencerabut semua ketidakmurnian dalam pikiran13. Saat nafsu keinginan, kebencian dan kebodohan tampil, Jalan inilah satu-satunya yang dapat membabatnya habis hingga ke akar- akar."
Sumber: http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/meditasi/Damai%20Tak%20Tergoyahkan.pdf (http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/meditasi/Damai%20Tak%20Tergoyahkan.pdf)
Dalam formula Tiga Latihan, sebenarnya ada satu kata tambahan yang mungkin cukup tinggi yaitu Three Higher Training, yg terdiri dari higher virtue, higher mind, higher wisdom. formula Sila-Samadi-Panna adalah untuk yang lebih tinggi itu, sedangkan formula yg satu lagi, bisa digunakan pada level yg lebih rendah.
Quote from: Sumedho on 21 February 2011, 07:14:38 PM
justru dalam JMB8 itu dari puthujana sekalipun mengikuti alur panna-sila-samadhi
kalo konteks yg sila-samadhi-panna, ada dimanakah itu?
culavedalla sutta... \;D/\;D/\;D/
link pls
no link=hoax :P
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 February 2011, 08:34:56 AM
Wah, mentang2 baru nonton Iron Maiden... ;D Bagus ga, bro Wili?
kebahagiaan duniawi tertinggi.. ;D
meriang sebelum konser, terhipnotis selama konser, dan merinding sesudah konser...
profesional mengemas segalanya dengan baik dan memberikan yg terbaik.
Iron Maiden memang profesional, mampu memuaskan penontonnya yg telah 3 generasi...
\m/ keep on rockin' man :))
::
Quote from: Landy Chua on 22 February 2011, 11:40:04 AM
apa mungkin orang yang menjalankan panna tidak menjalankan sila ? :rose:
mungkin kalimat tepatnya adalah:
"apa mungklin orang yang bisa berusaha meningkatkan panna-nya tanpa menjalankan sila?"
Karena Panna adalah hasil yg didapat dari kamma. Jadi, menjalankan Panna, rasanya istilahnya kurang tepat.
Ada 3 jenis Panna berdasarkan tahapan:
- Sutta Panna: pengentasan (sedikit/banyak) kebodohan batin yg direalisasi dari mendengarkan/membaca Dhamma.
- Cinta Panna: pengentasan kebodohan batin yg direalisasi dari perenungan, observasi dan pengalaman keseharian (praktik)
- Bhavana Panna: pegentasan kebodohan batin yg didapat dari penembusan meditasi (Vipassana)
Tiga kategori ini bisa dikatakan tahapan. Jadi, pada mulanya kita mungkin membaca/mendengar salah satu sutta dan menatakan "wow.. benar juga yah..." nah, saat ini kita sudah merealisasi Sutta-panna, selanjutnya kita merenung, mempraktikkan dan mengobservasi beberapa anjuran sutta-sutta tsb, kita semakin memahami kebenarannya (pada tingkatan praktik), ini sudah Cinta-panna. Selanjutnya lagi, kita perlu menembus kebenaran Ajaran ini (tahapan yg paling berat) melalui vipassana.
::
Quote from: comel on 22 February 2011, 09:26:02 PM
awalnya, saya juga berpikir sila-samadhi-panna,
tapi setelah diperhatikan lagi saya sekarang menganut panna-sila-samadhi ;D.
ketika kita tidak mengetahui apa itu panna, apa itu sila, apa itu samadhi,
apapun yang kita lakukan adalah bukan panna, bukan sila dan bukan samadhi.
tapi begitu kita menyadari suatu kebenaran, maka panna timbul,
dengan timbulnya panna maka kita mulai menjalankan sila dan samadhi,
untuk menyelaraskan dengan pengetahuan kita ;D.
di sini saya setuju dengan nona chua, kalokarena pasti yang sudah timbul panna akan menjalankan silanya ;D.
jadi kalo pertanyaannya "Lebih mudah diketahui mana ?"
menurut saya yah tidak ada yang lebih mudah,
tapi yang pasti yang diketahui adalah panna dulu ;D.
contohnya Sang Buddha sendiri, yang timbul adalah panna dulu,
ketika beliau menyadari bahwa menyiksa diri maupun memanjakan diri tidak akan menghasilkan apa-apa,
baru beliau melanjutkan hingga mencapai penerangan sempurna ;D.
yah kira-kira begitulah ;D.
Maksudnya Bodhisatta bro... belum menjadi Buddha pada saat itu.
Yang timbul pertama adalah pandangan benar (samma ditthi), ini adalah termasuk cintamaya panna, bisa juga merupakan Sutamaya panna bila pandangan benar didapat melalui belajar.
sedangkan Insight (pandangan terang) adalah termasuk bhavanamaya panna.
Coba baca postingan bro William Halim berikut.
Quote from: williamhalim on 23 February 2011, 03:38:45 PM
mungkin kalimat tepatnya adalah:
"apa mungklin orang yang bisa berusaha meningkatkan panna-nya tanpa menjalankan sila?"
Karena Panna adalah hasil yg didapat dari kamma. Jadi, menjalankan Panna, rasanya istilahnya kurang tepat.
Ada 3 jenis Panna berdasarkan tahapan:
- Sutta Panna: pengentasan (sedikit/banyak) kebodohan batin yg direalisasi dari mendengarkan/membaca Dhamma.
- Cinta Panna: pengentasan kebodohan batin yg direalisasi dari perenungan, observasi dan pengalaman keseharian (praktik)
- Bhavana Panna: pegentasan kebodohan batin yg didapat dari penembusan meditasi (Vipassana)
Tiga kategori ini bisa dikatakan tahapan. Jadi, pada mulanya kita mungkin membaca/mendengar salah satu sutta dan menatakan "wow.. benar juga yah..." nah, saat ini kita sudah merealisasi Sutta-panna, selanjutnya kita merenung, mempraktikkan dan mengobservasi beberapa anjuran sutta-sutta tsb, kita semakin memahami kebenarannya (pada tingkatan praktik), ini sudah Cinta-panna. Selanjutnya lagi, kita perlu menembus kebenaran Ajaran ini (tahapan yg paling berat) melalui vipassana.
::
bro william halim guru yaa?
kata perenungan cit2 :
"Dunia tdk akan kiamat selama para guru masih adaa :D/ "
Quote from: Dhamma Sukkha on 24 February 2011, 06:47:49 PM
bro william halim guru yaa?
kata perenungan cit2 :
"Dunia tdk akan kiamat selama para guru masih adaa :D/ "
artinya "dunia akan kiamat setelah bro william halim mati"
Quote from: Indra on 24 February 2011, 06:55:24 PM
artinya "dunia akan kiamat setelah bro william halim mati"
=)) =)) =)) para guru sejati lhoo maksudkuu... :hammer: :hammer: :hammer: