Namo Buddhaya,
Selama sya hidup blom pernah ktemu teman 'sejati' yg bner2 baik,yg di mksud adlh hampir yg saya temui munafik, dgan demikian yah saya tak begitu bergaul dgan mreka, hanya numpang 'eksis' aja, pdhal saya sudah berbuat yg terbaik agar saya sendiri menjadi kalynamitta bagi org lain..
Nah saya pernah dger ceramah dr bhante,ktnya klo tak punya kalyanamitta - maka kita akan susah utk brubah...
jadi adakah solusi utk sseorg yg 'karmanya' tak mempunyai kalyanamitta ? harap didiskusikan, trims
			
			
			
				bermain2xlah lebih lama disini, nanti akan mempunyai kalyanamitta baru :)
			
			
			
				wah bro...elo belom apa2..udah menjudge diri sendiri bahwa anda tidak punya kalyanamitta....
mungkin saja karmanya belom berbuah...mana tau besok ketemu..
kayak orang cari pasangan hidup...semua kan ada proses dan waktunya...mana bisa mau2nya kita sendiri...
			
			
			
				Quote from: kevin_kin on 10 August 2010, 08:53:11 PM
Namo Buddhaya,
Selama sya hidup blom pernah ktemu teman 'sejati' yg bner2 baik,yg di mksud adlh hampir yg saya temui munafik, dgan demikian yah saya tak begitu bergaul dgan mreka, hanya numpang 'eksis' aja, pdhal saya sudah berbuat yg terbaik agar saya sendiri menjadi kalynamitta bagi org lain..
Nah saya pernah dger ceramah dr bhante,ktnya klo tak punya kalyanamitta - maka kita akan susah utk brubah...
jadi adakah solusi utk sseorg yg 'karmanya' tak mempunyai kalyanamitta ? harap didiskusikan, trims
teruslah berusaha menjadi kalyana mitta bagi orang lain tanpa pamrih. ntar kan dateng sendiri
			
 
			
			
				waktu itu sdr Indra anggara pernah berceramah di depan ribuan yakha gandaba dan panchasikha mengenai kalyanmitta sejati. 
Semoga saja sdr indra mau menggulanginya di mari tempat.
			
			
			
				If you cant find one, make one.
			
			
			
				Denger dari ceramah Bhante Pannavaro yaaah? ....
khan ada lanjutanya ...... bahwa memang lebih baik ada teman sejati (kalyanamita)yg sering mengingatkan kita
tapi itu-pun tidak menjamin ... kalo diri kita sendiri yg tidak mao merubah .....
Quote from: Sumedho on 10 August 2010, 08:57:18 PM
bermain2xlah lebih lama disini, nanti akan mempunyai kalyanamitta baru :)
Maksudnya harus sering2 post ... biar berubah dari Tamu >>> Kalyanamitta  :)) ^-^
			
				:hammer: yahh itu jg sih, tapi bukan itu maksudnya :hammer:
			
			
			
				Quote from: kevin_kin on 10 August 2010, 08:53:11 PM
Nah saya pernah dger ceramah dr bhante,ktnya klo tak punya kalyanamitta - maka kita akan susah utk brubah...
Jadi gimana? mau menyerah?? 
Sebetulnya saya tidak mengerti sepenuhnya tentang Kalyanamitta. Jadi saya berbicara dalam konteks 'teman baik' aja. Teman baik belum tentu sempurna, tapi dia memberi pengaruh yang baik dan bisa diajak saling berusaha menjadi lebih baik.
Menurut saya, akar dari 'teman baik' ada di dalam diri kita sendiri. Bahkan sekalipun kita belum menemukan teman baik, tapi "keinginan menjadi lebih baik" dalam diri kita adalah 'teman baik' kita. 
Jadi jangan terpenjara dengan pengertian bahwa teman baik 
hanyalah sosok manusia lain di luar diri kita atau sosok ideal yang dapat senantiasa menuntun kita. Intinya, ketika kita belum menemukan teman demikian, kita masih bisa menjadi lebih baik.
Dari yang saya alami, ketika saya menjadi lebih baik, saya bisa menemukan teman-teman yang baik pula.
			
 
			
			
				Quote from: andry on 10 August 2010, 10:29:37 PM
waktu itu sdr Indra anggara pernah berceramah di depan ribuan yakha gandaba dan panchasikha mengenai kalyanmitta sejati. 
Semoga saja sdr indra mau menggulanginya di mari tempat.
apa pulak ini maksudnya :hammer:
			
 
			
			
				Definisi Kalyanamitta itu bijimana ?
kalo cuma "temen sejati" dalam mabok2an, rasanya bukan KalyanaMitta julukan'nya...
so...?
			
			
			
				The Bhagava was staying at Savatthi... Having seated himself at a suitable place, King Pasenadi of Kosala addressed the Bhagava thus: "Venerable Sir, while in quiet seclusion this thought occurred to me:
"The Bhagava has expounded the Dhamma well.
(But) that Dhamma is (fully beneficial) only for those who have good friends, who have good companions, and who are fully inclined towards virtue1. It is not (beneficial) for those who have wicked friends, who have wicked companions, and who are inclined towards wickedness."
"Quite so, Great King; quite so, Great King. The dhamma has been well expounded by me. (But) that Dhamma is (fully beneficial) only for those who have good friends, who have good companions, and who are fully inclined towards virtue. It is not (beneficial) for those who have wicked friends, who have wicked companions, and who are inclined towards wickedness."
"At one time, Great King, I was staying in the Sakyan market town of Nagaraka in the land of the Sakyans. It was then, Great King, Bhikkhu Ananda approached me, made obeisance, and sitting at a suitable place, said to me:
'Venerable Sir, friendship with the good, companionship with the good, inclination towards virtue can bring about half-fulfilment of the practice of the Life of Purity.'
"On this being said, Great King, I said thus to Bhikkhu Ananda: 'Don't say so, Ananda; don't say so Ananda!, Friendship with the good, companionship with the good, inclination towards virtue can indeed, Ananda, bring about complete fulfilment of the practice of the Life of Purity. Ananda, it is to be certainly expeced of a bhikkhu who has a good friend, a good companion and an inclination for virtue that he will cultivate the Ariya Path of Eight Constituents and that he will practise it repeatedly.
...
...
"Having a good friend, Great King, having a good companion, having an inclination for virtue, you should abide by the single factor of not being remiss in mindfulness of meritorious deeds.
"Great King, owing to your being not remiss in mindfulness and your abiding in mindfulness, the ladies of your court who follow you will think thus: 'The King is not remiss in mindfulness and abides in mindfulness (of meritorious deeds) and we too will now be not remiss in mindfulness and will abide in mindfulness.'
"Great King, owing to your being not remiss in mindfulness and your abiding in mindfulness, the vassal kings who follow you will think thus: 'The King is not remiss in mindfulness and abides in mindfulness (of meritorious deeds) and we too will now be not remiss in mindfulness and will abide in mindfulness.
"Great King, owing to your being not remiss in mindfulness and your abiding in mindfulness, members of your forces who follow you will think thus: 'The king is not remiss in mindfulness and abides in mindfulness (of meritorious deeds) and we too will now be not remiss in mindfulness and will abide in mindfulness.
"Great King, owing to your being not remiss in mindfulness and your abiding in mindfulness, your subjects in towns and countries who follow you will think thus: 'The king is not remiss in mindfulness and abides in mindfulness (of meritorious deeds) and we too will now be not remiss in mindfulness and will abide in mindfulness.' 
"Great King, owing to your being not remiss in mindfulness and your abiding in mindfulness, you yourself will be secured and well protected; the ladies of the court will be secured and well protected and your treasury and storehouses will be secured and well protected." (Kalyanamitta Sutta)
			
			
			
				Quote from: kevin_kin on 10 August 2010, 08:53:11 PM
Namo Buddhaya,
Selama sya hidup blom pernah ktemu teman 'sejati' yg bner2 baik,yg di mksud adlh hampir yg saya temui munafik, dgan demikian yah saya tak begitu bergaul dgan mreka, hanya numpang 'eksis' aja, pdhal saya sudah berbuat yg terbaik agar saya sendiri menjadi kalynamitta bagi org lain..
Nah saya pernah dger ceramah dr bhante,ktnya klo tak punya kalyanamitta - maka kita akan susah utk brubah...
jadi adakah solusi utk sseorg yg 'karmanya' tak mempunyai kalyanamitta ? harap didiskusikan, trims
Pertama-tama, jadikan diri Kalyana-mitta bagi orang lain, walaupun orang lain belum tentu bertindak sama. Dengan begitu, kita memberi contoh baik dan dengan sendirinya kebaikan itu "tertular" pada orang lain. 
Jika memang benar-benar belum kamma-nya berbuah dan hanya dikelilingi orang-orang munafik, maka ada baiknya seseorang "mengembara sendirian" dalam hidupnya. 
			
 
			
			
				Banyak orang berpikir 'BAGAIMANA MENDAPATKAN SEORANG KALYANAMITTA', tapi sedikit yang berpikir, 'BAGAIMANA SESEORANG BISA MENJADI KALYANAMITTA UNTUK ORANG LAIN'!
Kalau tidak bisa mendapatkan yang pertama, berusalah untuk menjadi orang kedua. 
			
			
			
				kalau tdk ada 'orang' yang bisa jadi teman-baik, coba jadikan Dharma sang Budha sebagai teman baik; boleh coba Dammapada...
ada quote: 'Anda tdk dpt mengubah dunia... namun anda dapat mengubah cara berpikir anda sehingga dunia menjadi berubah...'
Keep smiling...
			
			
			
				Quote from: kevin_kin on 10 August 2010, 08:53:11 PM
Nah saya pernah dger ceramah dr bhante,ktnya klo tak punya kalyanamitta - maka kita akan susah utk brubah...
BUddha juga sebelum mencapai pencerahan juga bisa kok tanpa kalyanamitta, 
teman itu tidak ada yang kekal, 
			
 
			
			
				Quote from: WhoAmI on 11 August 2010, 09:03:56 AM
kalau tdk ada 'orang' yang bisa jadi teman-baik, coba jadikan Dharma sang Budha sebagai teman baik; boleh coba Dammapada...
ada quote: 'Anda tdk dpt mengubah dunia... namun anda dapat mengubah cara berpikir anda sehingga dunia menjadi berubah...'
Keep smiling...
Saya pernah dengar kalimat di atas tapi bukan di Dhammapada (bukan kata-kata Sang Buddha)...
			
 
			
			
				hehe ... itu kalimat saya pribadi, bukan kata2 dalam Dammapada...  :)
Tapi jadikan Dammapada sebagai 'teman baik' anda sehari2nya jika anda belum punya KALYANAMITTA... pizzz
			
			
			
				Hanya menambahkan, karena apa yang dijelaskan rekan-rekan di atas adalah sangat baik dan benar  :jempol:, semoga anda memperoleh manfaatnya.
AKHIRNYA MENDAPAT TEMAN    
Ada seorang siput di tengah ladang yang gersang. Ia sangat kesepian dan ingin mendapat teman. Tapi siapa yang mau berteman dengan binatang yang geraknya lamban? Tiba-tiba, di sebatang padi di depannya melintas seekor semut. Siput memanggilnya, "Mut, apa kau mau menemaniku bermain?"
"Ya, tapi jangan sekarang. Lihat, langit sudah mendung. Sebentar lagi hujan akan turun. Aku harus segera sampai di liang sarangku. Yuk, ikut aku," ajak Semut.
Siang itu mendung cukup tebal. Di padang gersang tak ada tempat berteduh. Liang semut tak akan basah oleh air hujan. Tapi tentu saja tempat itu tak cukup untuk tubuh Siput. Maka Siput menjawab, "Maaf, Mut. Cangkangku pasti tidak muat jika aku masuk ke liangmu."
Semut mengangguk, lalu bergegas meneruskan perjalanan.
"Tak ada yang mau menemaniku, si hewan bercangkang!" keluh Siput. Dan ia masih kesepian.
Tak lama kemudian tampak seekor belalang. Jalannya melompat-lompat. Pikir Siput, "Siapa tahu, ia mau menemaniku." Maka Siput segera memanggil Belalang, "Lang, temani aku bermain, dong!"
Tapi jawab belalang. "Tapi jangan sekarang. Lihat, hari hendak hujan. Aku harus berteduh di bawah dedaunan agar sayapku tetap kering. Mau ikut denganku?"
Siput menggeleng. Raut wajahnya sedih. "Aku tak bisa membawa kerangku sambil berlompat-lompat dari daun ke daun."
"Kalau begitu, sampai nanti!" Belalang meneruskan perjalanan.
"Tak ada yang mau menemaniku, si hewan bercangkang. Gara-gara cangkang ini, aku tak bisa melompat. Tak bisa juga masuk ke liang,"keluh Siput lagi. Ia merasa sangat kesepian.
Tak lama kemudian seekor burung pipit melompat di sampingnya.
"Pit, kau mau menemaniku?" sapa Siput.
Jawaban Pipit sudah diduga Siput, "Aku sih, mau saja menemanimu. Tapi jangan sekarang.
Hari hendak hujan. Aku harus terbang ke sarang. Mau ikut? Di sana hangat dan kering."
"Tidak, aku tak bisa terbang, jawab Siput pilu. "Tinggalkan kerangmu. Naik ke punggungku."
"Tak bisa...."
"Ayolah coba," bujuk Pipit.
Siput berusaha. Tapi tubuhnya tak bisa lepas dari kerangnya.
"Nah, kau lihat sendiri tubuhku lengket," jawabnya.
"Maaf, aku harus segera pergi." Pipit mengepakkan sayapnya, meninggalkan Siput yang kesepian.
Siput mengeluh, "Tak ada yang mau berteman dengan binatang dalam cangkang. Gara-gara cangkang ini, aku tak dapat melompat, tak dapat terbang, dan tak muat di dalam liang. Aku pasti akan selalu kesepian."
Hujan pun akhirnya turun. Siput mengulang-ulang keluhannya, "Aku tak punya teman. Aku tak punya tempat untuk kukunjungi. Yang kupunya cuma sebuah cangkang tua yang membosankan. Andai saja aku bisa menyingkirkan cangkang ini."
Tiba-tiba terdengar suara menyalahkan, "Kau harusnya bersyukur!"
Siput menengadah. Itu suara Kura-Kura.
Kata Kura-kura, "Masukkan kepalamu ke dalam cangkang. Itulah gunanya cangkang, untuk melindungi tubuhmu dari hujan. Pipit punya sarang. Semut punya liang. Kau punya cangkang. Sama seperti aku."
Akhirnya Siput menyadari betapa beruntung ia memiliki cangkang. Untuk menghindari hujan, ia tak perlu repot-repot mencari tempat bernaung. Dan tidak benar ia tidak memiliki teman. Kini ia tak kesepian. Siput dan Kura-kura duduk bersama di tengah derasnya hujan. Mendengarkan titik-titik hujan jatuh menimpa cangkang-cangkang mereka.
Pesan Moral : 
Temukan jati diri anda sebenarnya sesuai dengan KENYATAAN. Karena setiap orang memang punya KEPENTINGAN yang berbeda dalam menjalani kehidupan dalam arti tidak selalu sama dengan KEINGINAN kita. Sehingga keberadaan diri sendiri merupakan teman terbaik bagi diri sendiri. Sehingga dalam kondisi ini anda dapat memahami bagaimana proses kehidupan ini mengalir. Sehingga kita dapat mengolah proses perjalanan hidup ini dengan bijaksana. 
Misalnya :
Saat bertemu orang yang pernah kau benci, Sapalah dengan tersenyum. Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat. 
Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, Baik-baiklah berbincanglah dengannya. Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami kenyataan dunia ini. 
Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu. Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu 
Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan 
Dan lain-lain
Dan jika ada suatu kesempatan yang baik dalam perjalanan hidup anda,
misalnya :
Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya. Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.
Saat bertemu penolongmu, Ingat untuk bersyukur padanya. Karena ialah yang mengubah hidupmu 
Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, Ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih . Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih. 
Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu. Karena saat ini kalian mungkin mendapatkan kebahagiaan
Dan lain-lain
"He's ( She's) here and with me for a reason" , mungkin inilah karma yang anda maksud.
			
			
			
				Quote from: kevin_kin on 10 August 2010, 08:53:11 PM
Namo Buddhaya,
Selama sya hidup blom pernah ktemu teman 'sejati' yg bner2 baik,yg di mksud adlh hampir yg saya temui munafik, dgan demikian yah saya tak begitu bergaul dgan mreka, hanya numpang 'eksis' aja, pdhal saya sudah berbuat yg terbaik agar saya sendiri menjadi kalynamitta bagi org lain..
Nah saya pernah dger ceramah dr bhante,ktnya klo tak punya kalyanamitta - maka kita akan susah utk brubah...
jadi adakah solusi utk sseorg yg 'karmanya' tak mempunyai kalyanamitta ? harap didiskusikan, trims
Tidak selamanya 'kalyana mitta' itu harusnya teman disekitar anda yg sering anda jumpai sehari-hari.
Saya malah menganggap 'kalyana mitta' saya itu adalah guru saya, bukan teman2 yg sebaya.
Sewaktu salah, saya di marahi.
Sewaktu tidak bersemangat, diberi dorongan.
Sewaktu ditimpa masalah, dihibur walau kadang dengan cara yg diluar kebiasaan.
Jadi intinya kalyana mitta itu bisa siapa saja, mungkin guru, pacar, istri/suami, bahkan mungkin adik atau orang tua anda, selama mereka bisa membimbing anda dalam mencapai kehidupan yg lebih baik.