Quote from: Sumedho on 09 July 2010, 09:44:59 AM
dan, buka topik baru, di postingan pertama dijelaskan rule2xnya dan tujuan topik itu.
sebagaimana telah disarankan oleh pak Sumedho, saya ingin membuka thread baru untuk mendiskusikan budhisme dari sudut pandang logika.
di thread ini, saya berjanji akan menjelaskan logika dengan cara yang baik dan sopan. bila saya menggunakan kata-kata kasar atau mencaci maki, silahkan moderator mengunci atau menghapus thread ini.
tetapi, thread ini tidak saya bukan untuk debat duet dengan seseorang, melainkan untuk menjelaskan bagaimana cara kerja logika dalam memahami Budhisme. di thread ini, saya akan mencoba menjelaskan segala sesuatunya secara lebih bertahap dan terperinci, sesuai dengan norma-norma logika.
tentu saja, misi dari thread ini adalah mensosialisasikan logika sambil mengembangkan pemahaman tentang budhisme. dalam hal ini, janganlah saya dipandang sebagai "orang yang mengajari", karena banyak orang "tak suka diajari". tetapi, pandanglah saya sebagai orang yang ingin menyampaikan informasi bagi yang merasa memerlukan informasi. siapa yang membutuhkan informasi ini? saya tidak tahu, hanya barangkali saja anda diantara pengunjung dhammacitta yang membutuhkan informasi seputar logika, sebagai jalan untuk memahami pengetahuan-pengetahuan agama dan filsafat dengan benar.
seandainya anda lebih tahu soal Logika dari pada saya, silahkan lengkapi saja penjelasan-penjelasan saya, tanpa perlu saling menyalahkan. jika dirasa, ada kekeliruan didalam apa yang saya nyatakan, silahkan buktikan saja kebenaran logika yang anda tahu. jika ada yang harus dibenarkan ataupun disalahkan, maka cukuplah kalimat yang dibenarkan dan silahkan, tak perlu membenarkan atau menyalahkn orangnya. mari fokus membahas pernyataan-pernyataan dan bukan fokus membahas orang yang membuat pernyataan.
sebagai contoh pertama, saya ingin mengulas apa yang disampaikan oleh pak Sumedho berikut :
Quote from: Sumedho on 31 December 2008, 06:18:03 PM
banyak orang sudah berpraktek, banyak orang sudah merasa mencapai jhana. Mereka mengambil kesimpulan dari pencapaian2x mereka bahwa itu jhana. Apakah itu benar?
Ada yang menghindari membahas hal itu karena katanya harus praktek dan bhavana saja, tidak perlu dibahas. Mengapa Sang Buddha menjelaskan dalam kotbahnya?
Mari kita bandingkan dengan kotbah2x Sang Buddha, jadikan petunjuk apakah bhavana kita sudah sesuai atau belum.
sebelum membahas lebih jauh ke dalam syllogisme, di dalam logika harus difahami bentuk-bentuk proposisi. seluruhnya ada 4 bentuk proposisi, yaitu AEIO.
Quote from: sumedho
banyak orang sudah berpraktek
apa bentuk kalimat tersebut? bentuk kalimat tersebut adalah I --> sebagian orang sudah berpraktik.
kenapa kata "banyak" diubah menjadi "sebagian"? ya dalam logika, jika "tidak semua" berarti sebagian. "banyak orang" berarti tidak semua. oleh karena itu kalimat tersebut dapat dinyatakan dalam kalimat "sebagian orang sudah berpraktik".
Quote from: sumedho
banyak orang sudah merasa mencapai jhana
apa bentuk kalimat tersebut? bentuk kalimat tersebut adalah I ====> sebagian orang sudah merasa mencapai Jhana.
Quote from: sumedho
Mereka mengambil kesimpulan dari pencapaian2x mereka bahwa itu jhana
apa bentuk kalimat tersebut ? bentuk kalimat tersebut adalah A, karena bersifat mengelompok dan menegas.
mereka ==>sekelompok orang yang menjadi subjek yang diterangkan. dan seluruh orang di dalam kelompok tersebut merupakan subjek. dan predikat di dalam kalimat tersebut bersifat menegas ==> "mengambil kesimpulan dari pencapaian dari pencapaian2 mereka". kenapa sisa kalimat "bahwa itu jhana" dihilangkan" ? karena keterangan tersebut sudah dapat mewakili isi predikat.
adapun kalimat-kalimat yang berbentu pertanyaan seperti :
Quote from: sumedho
Apakah itu benar?
dan ajakan, seperti :
Quote from: sumedho
Mari kita bandingkan dengan kotbah2x Sang Buddha, jadikan petunjuk apakah bhavana kita sudah sesuai atau belum.
semua itu, diluar kajian logika.
apa fungsi logika?
logika berfungsi untuk menyelidiki nilai sebuah kalimat (proposisi), apakah kalimat tersebut bernilai "true" (benar) ataukah "false" (salah). dalam logika tidak ada sebuah kalimat yang bernilai ganda, benar dan salah. nilai sebuah kalimat hanya boleh salah satu piliha, jika sesuatu itu tidak benar, berarti salah. jika tidak salah, maka benar. dan tidak ada pula kalimat yang bersifat netral, yaitu tidak benar maupun tidak salah.
nilai-nilai lain selain benar dan salah, seperti null (tidak diketahui), kemestian (apodiktik) dan keboleh jadian (kontingen), bukanlah nilai logika dari suatu kalimat, melainkan status dari proposisi atau jenis-jenis proposisi.
oleh karena itulah, logika bisa dimanfaatkan untuk menyelidiki "kebenaran suatu ajaran" atau "kebenaran suatu pemikiran".
kembali ke persoalan bentuk proposisi, seringkali orang tidak jeli dengan bentuk-bentuk proposisi. seperti tampak dalam contoh berikut :
Quote from: hendrako on 31 December 2008, 11:46:05 PM
Saya pikir pernyataan diatas tidak bermaksud untuk mengesampingkan petunjuk dari Sang Buddha.
apa bentuk kalimat diatas? apa itu satu proposisi atau dua proposisi?
kalimat tersebut terdiri dari dua proposisi, yaitu A dan E.
A ==> Saya pikir
E ==> pernyataan diatas tidak bermaksud untuk mengesampingkan petunjuk dari Sang Buddha
contoh-contoh tersebut diatas, merupakan contoh-contoh yang paling mendasar dalam bagaimana cara memandang dan menelaah suatu ajaran, faham, atau pemikiran secara logika.
silahkan anda berkomentar!
setelah dapat memahami term-term (subjek dan predikat) dalam setiap proposisi dan memahami 4 bentuk proposisi (A, E, I, O), maka kita akan menelaah proses berkembangnya suatu pemikiran.
ada 4 cara dalam menyampaikan ajaran sang Budha.
pertama, menyatakan sebagaimana adanya, tak menambahi, dan tidak mengurangi sedikitpun, kecuali sebatas menerjemahkan saja ke dalam bahasa yang berbeda, misalnya dari bahasa pali ke bahasa Indonesia.
Quote
9. "Rahula, bila engkau ingin melakukan suatu tindakan melalui tubuh, engkau seharusnya merefleksikan tindakan fisik yang sama itu demikian: 'Apakah tindakan yang ingin kulakukan melalui tubuh ini akan menyebabkan malapetakaku sendiri, atau malapetaka orang lain, atau malapetaka keduanya? Apakah tindakan fisik ini tak-bajik dengan konsekuensi yang menyakitkan, dengan akibat yang menyakitkan?' Bila engkau merenung, jika engkau tahu: 'Tindakan yang ingin kulakukan melalui tubuh ini akan menyebabkan malapetakaku sendiri, atau malapetaka orang lain, atau malapetaka keduanya; tindakan fisik ini tak-bajik dengan konsekuensi yang menyakitkan, dengan akibat yang menyakitkan,' maka jelas engkau tidak boleh melakukan tindakan fisik semacam itu. [416] Tetapi bila engkau merenung, jika engkau tahu: 'Tindakan yang ingin kulakukan melalui tubuh ini tidak akan menyebabkan malapetakaku sendiri, atau malapetaka orang lain, atau malapetaka keduanya; tindakan fisik ini bajik dengan konsekuensi yang menyenangkan, dengan akibat yang menyenangkan,' maka engkau boleh melakukan tindakan fisik semacam itu.
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,16494.msg265821.html#msg265821
kedua, dengan cara pembalikan atau pemutarakan kalimat.
pembalikan atau pemutaran kalimat ini bisa tetap benar maknanya, bila dilakukan dengan cara yang benar. contoh :
Quote
engkau boleh melakukan tindakan fisik semacam itu
bagaimana cara membalikan kalimat itu, tapi tetap benar?
beginilah caranya :
Quote
sebagian yang boleh melakukan tindakan fisik semacam itu adalah engkau
dalam logika, setiap kalimat dalam diubah ke dalam 7 bentuk kalimat yang berbeda, tetapi isinya tetap sama benar.
ketiga, dengan menyebutkan status universalitas term. contoh :
Quote
tindakan yang ingin kulakukan melalui tubuh ini akan menyebabkan malapetakaku sendiri, atau malapetaka orang lain
mana subjek kalimat tersebut ? ini ==> tindakan yang ingin kulakukan melalui tubuh ini.
persoalannya, kita perlu mengetahui apakah status term tersebut universal atau partial? umumnya orang akan menafsirkan universal, yaitu "semua tindakan". tetapi di dalam logika, aturannya, jika suatu term tidak disebutkan universalitasnya, maka itu berarti "partial", yakni "sebagian". ini tidak terlalu mudah dimengerti. tapi, dengan sering berlatih menelaah, nanti kita pun dapat mengetahui bahwa aturan logika itu memang benar adanya.
keempat, dengan menyimpulkan.
setelah membaca sekian banyak sutta, munculah kesimpulan-kesimpulan di dalam pikiran kita, tanpa kita sadari bagaimana proses suatu kesimpulan itu terbentuk. logika berfungsi menguraikan proses terjadinya kesimpulan tersebut, sehingga akhirnya kita dapat menelaah secara sadar, apakah kita telah menyimpulkan dengan cara yang benar ataukah dengan cara yang salah. apa yang menjadi tolak ukur benar tidaknya suatu cara menyimpulkan, yaitu Hukum Berpikir Tepat yang disebut dengan Logika.
kita menyimpulkan begini dan begitu. anehnya, walaupun kita membaca sutta yang sama, tapi kesimpulan setiap orang berbeda-beda. hal itu disebabkan oleh dua hal. pertama, karena perbedaan bahan kesimpulan. kedua karena perbedaan cara menyimpulkan. jika dua orang, memilih bahan kesimpulan yang sama, tetapi kesimpulannya yang berbeda, maka satu-satunya yang menjadi penyebab perbedaan kesimpulan adalah dalam cara menyimpulkan.
bagaimana kalau anda coba beri contoh mengenai :
pembunuhan/membunuh yang bisa membawa pada Nibbana.
silahkan anda beri kan pernyataan anda dengan logika.
Quote from: ryu on 12 July 2010, 10:40:02 PM
bagaimana kalau anda coba beri contoh mengenai :
pembunuhan/membunuh yang bisa membawa pada Nibbana.
silahkan anda beri kan pernyataan anda dengan logika.
dan contoh kasusnya !
_/\_
Quoteapa bentuk kalimat tersebut? bentuk kalimat tersebut adalah I --> sebagian orang sudah berpraktik.
kenapa kata "banyak" diubah menjadi "sebagian"? ya dalam logika, jika "tidak semua" berarti sebagian. "banyak orang" berarti tidak semua. oleh karena itu kalimat tersebut dapat dinyatakan dalam kalimat "sebagian orang sudah berpraktik".
setau gw kalau banyak maksudnya lebih dari 50% deh,
sedangkan sebagian hanya bagian kecil aja mungkin di kisaran 20 s/d 30%
nah atas dasar apa, logika apa sepotong informasi penting "banyak" diubah menjadi "sebagian"
karna dalam pengambilan keputusan dalam perusahaan...
banyak dan sebagian itu sangat berbeda artinya.
1. sebagian karyawan tidak puas dgn kepemimpinan baru.
2. banyak karyawan tidak puas dgn kepemimpinan baru.
bukankah itu beda? mohon masukannya ;D ;D
Quote from: ryu on 12 July 2010, 10:40:02 PM
bagaimana kalau anda coba beri contoh mengenai :
pembunuhan/membunuh yang bisa membawa pada Nibbana.
silahkan anda beri kan pernyataan anda dengan logika.
saya ingin menjelaskan, tetapi tidak dapat menjelaskan persoalan itu sekarang, karena saya tunduk kepada etika dalam menjelaskan kebenaran, yaitu "bertahap". bila kebenaran tidak dijelaskan secara bertahap, maka orang akhirnya tidak mengerti. karena orang tidak mengerti, bukan saja mereka hanya tidak dapat menerima kebenaran, tetapi bisa jadi mereka mempersalahkan, sehingga menimbulkan perselisihan. dan perselisihan, bisa jadi menimbulkan dosa. maka, mohon maaf, saya belum dapat memenuhi permintaan anda.
Quote from: johan3000 on 13 July 2010, 08:07:26 AM
Quoteapa bentuk kalimat tersebut? bentuk kalimat tersebut adalah I --> sebagian orang sudah berpraktik.
kenapa kata "banyak" diubah menjadi "sebagian"? ya dalam logika, jika "tidak semua" berarti sebagian. "banyak orang" berarti tidak semua. oleh karena itu kalimat tersebut dapat dinyatakan dalam kalimat "sebagian orang sudah berpraktik".
setau gw kalau banyak maksudnya lebih dari 50% deh,
sedangkan sebagian hanya bagian kecil aja mungkin di kisaran 20 s/d 30%
nah atas dasar apa, logika apa sepotong informasi penting "banyak" diubah menjadi "sebagian"
karna dalam pengambilan keputusan dalam perusahaan...
banyak dan sebagian itu sangat berbeda artinya.
1. sebagian karyawan tidak puas dgn kepemimpinan baru.
2. banyak karyawan tidak puas dgn kepemimpinan baru.
bukankah itu beda? mohon masukannya ;D ;D
dalam semantik, kata "sebagian karyawan" bisa jadi artinya "sedikit dari karyawan" sebgaimana yang anda katakan, yaitu antara 20 s.d 30 %, dan "banyak karyawan" bisa jadi artinya " lebih dari 50% karyawan. tetapi di dalam mantik (logika), 30% ataupun 90%, maka itu sama sebutannya, yaitu "sebagian" dan bukan "semua".
asal-usul pengetahuan
setiap pengetahuan yang ada dalam pikiran itu memiliki asal-usul. Kebenaran hal ini, akan saya uraikan dalam piramida logika berikut :
6000 . setiap pengetahuan yang ada dalam pikiran adalah yang memiliki asal usul
6100 . setiap pengetahuan yang ada dalam pikiran adalah yang baru muncul
6200. setiap yang baru muncul adalah yang memiliki asal-usul
6210 setiap yang baru muncul adalah yang baru ada
6220 setiap yang baru ada itu ada yang memiliki asal usul
6110 . setiap pengetahuan yang ada dalam pikiran adalah yang tidak ada sebelumnya
6120 . yang tidak ada sebelumnya adalah yang baru muncul
6210 . yang baru muncul adalah yang baru ada
6220 . yang baru ada adalah yang memiliki asal usul
6221 . yang baru ada adalah yang memiliki proses menjadi ada
6222 . yang memiliki proses menjadi ada adalah yang memiliki asal usul
proses menjadi ada itulah yang didefinisikan sebagai asal-usul.
Tetapi "yang ada" tidak pernah muncul dari "tiada". Setiap "yang ada" berasal dari "yang ada pula". Oleh karena itu, apa yang disebut "yang baru ada" adalah perubahan bentuk dari suatu bentuk "yang ada" ke bentuk lainnya dari "yang ada" tersebut. Seperti kupu-kupu yang keluar dari kepompongnya. Kita menyebutnya, "tadinya tidak ada kupu-kupu". Tapi kupu-kupu bukan terlahir dari "yang tidak ada", melainkan perubahan dari "yang ada", yaitu seekor ulat, ke bentuk "yang ada" lainnya, yaitu seekor kupu-kupu. Demikian pula "pengetahuan yang ada dalam pikiran kita", ia tidaklah terlahir dari "yang tidak ada", melaikan terlahir dari "yang ada" dengan bentuk yang berbeda dari "yang ada" saat ini. Logika berfungsi untuk menyelidiki proses dari perubahan "yang ada" tersebut.
Quote from: Deva19 on 13 July 2010, 02:05:42 PM
Quote from: johan3000 on 13 July 2010, 08:07:26 AM
Quoteapa bentuk kalimat tersebut? bentuk kalimat tersebut adalah I --> sebagian orang sudah berpraktik.
kenapa kata "banyak" diubah menjadi "sebagian"? ya dalam logika, jika "tidak semua" berarti sebagian. "banyak orang" berarti tidak semua. oleh karena itu kalimat tersebut dapat dinyatakan dalam kalimat "sebagian orang sudah berpraktik".
setau gw kalau banyak maksudnya lebih dari 50% deh,
sedangkan sebagian hanya bagian kecil aja mungkin di kisaran 20 s/d 30%
nah atas dasar apa, logika apa sepotong informasi penting "banyak" diubah menjadi "sebagian"
karna dalam pengambilan keputusan dalam perusahaan...
banyak dan sebagian itu sangat berbeda artinya.
1. sebagian karyawan tidak puas dgn kepemimpinan baru.
2. banyak karyawan tidak puas dgn kepemimpinan baru.
bukankah itu beda? mohon masukannya ;D ;D
dalam semantik, kata "sebagian karyawan" bisa jadi artinya "sedikit dari karyawan" sebgaimana yang anda katakan, yaitu antara 20 s.d 30 %, dan "banyak karyawan" bisa jadi artinya " lebih dari 50% karyawan. tetapi di dalam mantik (logika), 30% ataupun 90%, maka itu sama sebutannya, yaitu "sebagian" dan bukan "semua".
20% sebagian,
90% sebagian
kalau buat kue diberi gula sebagian................... mertua yg coba mencicipin matanya langsung melotot...
kalau buat pembangkit tenaga nuklir................. seluruh member DC langsung MENGUAP dehhhh
maksudnya LOGIKA tidak memperhatikan variable diantara 1 dan 0 ?
mungkin LOGIKA yg bro utarakan ada kekurangan,
gimana nyoba FUZZY LOGIC aja ? rasanya bisa lebih merangkup kehidupan real....
mungkin lho, soalnya gw kan bukan ahli berLOGIKA :)) :)) :)) :))
hmm...fuzzy logic..mata kuliah pilihan gw dl tuh.... ;D
logika filsafat nya bro deva jg gw pernah dapat di mata kuliah umum dl...
Quote from: Sumedho on 30 January 2009, 11:06:29 PM
Nibbana Sebagai Sebuah Pengalaman Hidup
Lily de Silva
| (https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fdhammacitta.org%2Fpustaka%2Febook%2Ftheravada%2FNibbana%2520Sebagai%2520Suatu%2520Pengalaman%2520Hidup.jpg&hash=3905f04b5b7ea7f7ebab8ca6ac3da8f90386b6c2) | Nibbana atau Nirwana seringkali disalahpahami sebagai surga, seperti yang tertulis dalam arti ke dua Nirwana dalam Kamus Besar Bahasa indonesia (KBB). Melalui buku ini, seorang ahli bahasa Pali (bahasa India kuno) dan intelektual buddhis, Lily de Silva, menjelaskan apa itu Nibbana sesuai dengan Teks Kanon Pali. Penjelasan mengenai Nibbana digambarkan dengan sangat jelas oleh penulisnya dengan bahasa yang mudah - walau bahasa Pali juga banyak membantu sebagai rujukan. Salah satu hal yang paling menarik dari buku ini adalah bahwa pencapaian kedamaian sejati (Nibbana) bisa dialami saat ini juga dan pada kehidupan ini juga! |
Download PDF (1.2 MB) -> http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/theravada/Nibbana%20Sebagai%20Suatu%20Pengalaman%20Hidup.pdf
Baca Online -> http://www.scribd.com/full/11520706?access_key=key-18ggu9qsacqrxk7bhaif
karena, kita tau bahwa ada tidak pernah muncul dari tiada, dan segala pengetahuan itu memiliki asal-usul, maka tak salah bila kita bertanya, dari mana asal-usul pengetahuan yang menyatakan bahwa nibbana merupakan pencapaian kedamaian sejati? tetapi, seringkali argumentasi dari pernyataan yang kita temui dalam satu paragraf tulisan, terdapat di dalam paragraf itu sendiri. di dalam paragraf diatas, dijelaskan bahwa definisi Nibbana sebagai "pencapaian kedamaian sejati"berdasarkan kanon pali. jadi asal-usul pengetahuan tersebut dari kanon pali. apakah logika berhenti disitu? tidak. karena kita dapat bertanya, "dari mana asal-usul pengetahuan yang dinyatakan di dalam kanon pali tersebut? dan jawabanya, seperti yang kita tahu secara mafhum bahwa itu adalah pengetahuan tersebut dari sang Budha. tapi, apakah logika berhenti sampai disitu? tidak. karena kita dapat bertanya, "dari mana asal-usul pengetahuan sang Budha tentang nibbana tersebut?"
demikianlah pengetahuan ditelusuri hingga ke dasarnya, sampai akhirnya kebenarannya menjadi jelas bagi kita. inilah yang disebut ehipasiko. (datang dan lihat sendiri).
Quote from: raynoism on 13 July 2010, 07:57:21 PM
[at] dewa19:
yup, saya post ini untuk menjawab umat buddha yang bingung kalo nda ada tuhan pencipta lantas mengapa makhluk hidup bisa begitu kompleks.
kalo sodara bilang tuhan itu ada, it's no problem. (di judul yang saya maksud tuhan pencipta)
Tuhan itu Maha Pencipta, karena Ia yang menyebabkan segala sesuatu menjadi ada.
soal, mengapa hidup bisa begitu kompleks, jika tuhan memang ada? pertanyaan ini tak perlu jawaban. karena kompleksitas hidup tidak membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada.
apakah orang akan menyatakan "Tuhan itu tidak ada" dengan argumentasi "karena hidup ini kompleks?"
dalam logika, antara pernyataan yang merupakan kesimpulan dengan argumentasi harus ada term yang menghubungkannya. tetapi kalimat ini : "hidup ini kompleks" tidak memiliki term apapun yang terkait dengan kesimpulan " Tuhan itu tidak ada". oleh karena itu, argumentasi "hidup ini kompleks" bukanlah bukti kebenaran bahwa "Tuhan itu tidak ada" dan bila argumentasi tersebut dipergunakan untuk kesimpulan bahwa Tuhan itu tidak ada, maka secara logika disebut Irrelevant conclution alias argument yang gak nyambung.
Quote from: forte
bagaimana dzat bisa menyebabkan unsur kimia ?
bagaimana dzat bisa menyebabkan timbulnya massa dalam unsur kimia ?
bagaimana dzat bisa ada kalau tidak ada ruang yang ditempati ?
bagaimana dzat bisa seiring dengan ilmu pengetahuan khususnya fisika terkait dengan hukum kekekalan energi..
energi timbul adanya peranan massa.. bisa dikatakan berbanding lurus, jadi jika adanya dzat menyebabkan massa, berarti dzat menyebabkan energi.. dan hal ini sudah bertentangan dengan hukum bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dimusnahkan..
apakah logika bisa menjawab semua itu? saya nyatakan "ya". logika bisa menjawab semua pertanyaan tersebut.
tetapi, apakah jawaban logika akan mampu membuat orang lain mengerti? jawabannya "belum tentu".
dan apakah semua pertanyaan itu harus dijawab sekarang ? jawabannya adalah "tidak harus".
untuk memetik buah, kita menunggu hingga buah itu menjadi matang, barulah kita petik, agar manis rasanya.
bagaimana dzat bisa menyebabkan unsur kimia? logika ini, bila dijelaskan akan sangat panjang, panjang sekali. seorang pemikir logic juga adalah manusia, dia memiliki keterbatasan waktu dan tenaga untuk bisa menjelaskan semua itu. sebagaimana semua orang harus bersabar dalam menjelaskan kebenaran pda setiap orang lain. setiap orang juga harus bersabar untuk bisa mendapatkan dan mengerti sebuah jawaban. di sini, saya berniat untuk menjelaskan semua itu, tapi dengan cara yang bertahap. saya tidak akan memulainya dari tahap pemikiran yang sulit dimengerti, tapi akan memulainya dari tahap pemikiran yang mudah untuk dimengerti.
tetapi, kadang batin kita menderita, karena menyadari bahwa di sana ada orang yang menunggu jawaban, dan masih tidak mengerti dengan apa yang kita nyatakan. sangat ingin kita membuatnya mengerti, seperti seorang bapak yang ingin membuat anaknya yang masih kecil bisa lekas-lekas membaca dan menulis. tetapi, apakah anaknya akan segera bisa membaca dan menulis, karena suatu keinginan yang cepat-cepat? semua keterampilan itu, semua pemahaman itu butuh waktu. dan apakah setiap anak selalu mengajukan pertanyaan yang bisa dijawab oleh orang tua? tidak. bukan krena orang tua tidak memiliki jawabannya, tetapi karena belum waktunya sesuatu itu dijelaskan kepada anaknya.
kepada siapa Logika dapat dijelaskan
logika hanya dapat dijelaskan kepada orang yang berusaha untuk mengerti. oleh karen itu, siapapun yang ingin menggunakan logika, harus tahu, kepada siapa anda menjelaskan logika itu? jika anda tahu, bahwa orang itu "memiliki semangat yang besar untuk berdebat dan menyangkal", maka dia tidak akan menyimak baik-baik formasi-formasi logika yang kita sodorkan. sedangkan logika itu butuh kecermatan dalam berpikir, setahap demi setahap. dengan demikian, logika tidak dapat dijelaskan kepada orang yang demikian. dan kepada orang yang tidak sepakat dengan norma-norma logika, maka kebenaran tidak dapat dijelaskan dengan cara logika pula.
Bagi saya thread ini sudah salah sejak awal!
Thread ini membahas mengenai Budhisme bukan Buddhisme, jadi saya pribadi tidak perlu membahasnya.
Thanks
Quote from: Kelana on 13 July 2010, 08:47:46 PM
Bagi saya thread ini sudah salah sejak awal!
Thread ini membahas mengenai Budhisme bukan Buddhisme, jadi saya pribadi tidak perlu membahasnya.
Thanks
jika demikian, maka bagaimana mungkin saya bisa menjelaskan bahwa Allah = nibbana. karena budhisme dengan Buddhisme juga tidak sama. tetapi anehnya, Deva19 bisa dianggap sama dengan Jhana78. dan bagaimana Jhana78 bisa dianggap sama dengan candra_mukti19. padahal jelas sekali bedanya antara "Deva19" dengan "candra_mukti19". "budhisme" dengan "buddhisme" cuma beda satu huruf, tapi tak bisa dianggap sama. apalagi Deva19 dengan candra_mukti19, lebih bnyak lagi huruf yang berbeda. demikian pula dengan orang dengan manusia, apalagi dengan human, itu jauh sekali bedanya. karena beda, maka salah. (pintar mode : on)
Quote20% sebagian,
90% sebagian
kalau buat kue diberi gula sebagian................... mertua yg coba mencicipin matanya langsung melotot...
kalau buat pembangkit tenaga nuklir................. seluruh member DC langsung MENGUAP dehhhh
maksudnya LOGIKA tidak memperhatikan variable diantara 1 dan 0 ?
mungkin LOGIKA yg bro utarakan ada kekurangan,
gimana nyoba FUZZY LOGIC aja ? rasanya bisa lebih merangkup kehidupan real....
mungkin lho, soalnya gw kan bukan ahli berLOGIKA :)) :)) :)) :))
koq yg diatas belum dibahas, logikanya dimana ?
:)) :)) :)) :))