Kematian merupakan fenomena alam yang tidak bisa dielakkan. Cepat atau lambat kita semua akan mengalami kematian. Kita tidak tahu apa yang terjadi pada pengalaman kematian, apakah menyakitkan ataukah menyenangkan. Kita pun tidak tahu kemana kita akan pergi setelah kematian. Ke sorgakah atau ke nerakah? Yang kita tahu adalah kita pasti akan mengalami kematian. Kesadaran terhadap kenyataan kematian sangat dianjurkan oleh Sang BUddha. Kesadaran ini akan mendorong kita untuk terus berpraktik Dhamma demi tercapainya pembebasan dari penderitaan alam samsara. Hidup kita sangat singkat. Hidup kita terus bergulir. Kita terus bergerak menuju kematian. Namun meskipun kehidupan kita akan berakhir pada ketidakpastian apa yang akan terjadi setelah kematian, banyak di antara kita lupa akan kematian. Kita merasa tetap muda, tetap sehat, dan apa yang dilakukan hanya mengumpulkan saṇkhara. Pertanyaanya, sudahkah anda siap menghadapi kematian?
wuih sereem kadang kematian klo di pikir serem juga yah namun kadang orang klo dah hopeles n stress malah lebih berfikir enakan mati, namun selama masih hidup lebih baik manfaatin waktu kita di sini sebaik2nya sebelum pindah alam :)). klo g pribadi mati emang sudah pasti namun mungkin klo d ambang kematian g bakalan takut mungkin melekat d dunia :))
gk...gk mao mati...
pengennya idup semaksimal mungkin...
kalo tentang mati, itu nanti waktu dah mo mati baru pikirin..
:D
skarang yg penting idup di PRESENT MOMENT..:D
Quote from: kusalaputto on 17 April 2010, 12:52:29 PM
wuih sereem kadang kematian klo di pikir serem juga yah namun kadang orang klo dah hopeles n stress malah lebih berfikir enakan mati, namun selama masih hidup lebih baik manfaatin waktu kita di sini sebaik2nya sebelum pindah alam :)). klo g pribadi mati emang sudah pasti namun mungkin klo d ambang kematian g bakalan takut mungkin melekat d dunia :))
Orang yang bunuh diri karena putus asa itu disebabkan karena pandangan salah. Ia berpikir dengan bunuh diri semuanya akan lenyap dan tidak ada kelahiran kembali. Padahal kematian karena pikiran tidak seimbang sangat membahayakan kondisi kehidupan alam selanjutnya. Demikian juga mati di saat pikiran begitu melekat terhadap hal tertentu juga mempengaruhi kondisi kehidupan selanjutnya. Dalam salah satu sutta (maaf lupa suttanya), Sang BUddha pernah menyebutkan mengenai bahaya kemelekatan terhadap kesenangan2 indriawi. Dikatakan bahwa ketika seseorang meninggal dengan pikiran yang melekat kuat dengan kesenangan2 indriawi, ia akan terlahir di alam menyedihkan, tidak bahagia bahkan alam neraka.
Quote from: El Sol on 17 April 2010, 12:58:38 PM
gk...gk mao mati...
pengennya idup semaksimal mungkin...
kalo tentang mati, itu nanti waktu dah mo mati baru pikirin..
:D
skarang yg penting idup di PRESENT MOMENT..:D
Justru dengan sepenuhnya sadar dengan fakta kematian, di sana akan tercipta self-urgency (samvega) atau perasaan yang mendorong seseorang untuk praktik Dhamma. Kesadaran terhadap kematian yang bisa datang setiap-saat juga membantu seseorang untuk menyadari pentingnya pengembangan kesadaran terhadap present moment. Sebaliknya seseorang yang merasa hidupnya masih lama terkadang akan menjadi lebih lengah, dan tidak peduli dengan praktik Dhamma, dengan praktik kesadaran present moment.
pls accept my deepest respect to u rev.
may u always be happy n well,
ini topic yg menarik sekali bagi saya, karena disaat kita berpikir kematian maka terasa sekali kita semakin jauh dari sempurna, seakan diri kita ini kecil sekali, belum sempat banyak berbuat kebajikan, serasa malah semakin malu sendiri, ingin sekali waktu sehari tidak hanya 24 jam, hanya utk memiliki waktu yg lebih banyak utk berbuat kebajikan sebanyak2nya (sorry, tidak ada maksud narsis, ini benar2 serius dan keluar dari dalam hati yg sejujurnya), walau mungkin ada yg tertawa membaca ini, tapi setidaknya saya ingin menanggapi tulisan ini yg sy rasa terbuka bagi siapa saja utk menanggapi.
pikiran seperti ini telah menghantui saya mungkin lebih dari 20 thn yang lalu, dikala saya benar2 ingin mati, tetapi tidak mudah jalan menuju kesana, apalagi yg happy ending, tidak sesederhana itu, tidak seenteng itu, tidak sesimple itu, sungguh berat dan teramat berat utk menyiapkan segalanya, bahwa kematian kita setidaknya happy ending, bahwa kematian kita setidaknya seindah mungkin, maka saya berpikir hanya jalan dhammalah yg akan dapat mengantarkan saya menuju indahnya kematian.semoga.
may all beings be happy
mettacittena,
QuoteJustru dengan sepenuhnya sadar dengan fakta kematian, di sana akan tercipta self-urgency (samvega) atau perasaan yang mendorong seseorang untuk praktik Dhamma. Kesadaran terhadap kematian yang bisa datang setiap-saat juga membantu seseorang untuk menyadari pentingnya pengembangan kesadaran terhadap present moment. Sebaliknya seseorang yang merasa hidupnya masih lama terkadang akan menjadi lebih lengah, dan tidak peduli dengan praktik Dhamma, dengan praktik kesadaran present moment.
yeah, tapi dengan merenungkan itu tiap ari...bisa2 jadi stress dan pessimistic, no?..;D
why don't we live life...seapa adanya...
sesuai dengan Dhamma, tapi versi positif...
melihat kematian sebagai sesuatu yg natural...sebuah siklus kehidupan..:D
dan gk usah dipikirin...:D
bukankah itu lebih baik dalam melaksanakan Buddha Dhamma?...
:D
Aneh,setelah mempratekan jalan dhamma kok aye jadi ga takut mati ya???
*apakah aye terprosok dlm pandangan salah?? ;D
Quote from: Mr.Jhonz on 17 April 2010, 06:47:34 PM
Aneh,setelah mempratekan jalan dhamma kok aye jadi ga takut mati ya???
*apakah aye terprosok dlm pandangan salah?? ;D
Mr.Jhonz ga aneh kok, ga berpandangan salah, ini memang benar, bagi yg paham dhamma kematian adalah berhentinya nama rupa berfungsi menjalani kehidupan tapi roda samsara jalan terus...
wah musti minta maaf ama TS dlu, kasih tanggapan orang....
very sorry rev i wld like to respond his opinion, just for sharing....
untuk membuktikan apakah anda takut mati atau tidak, tidak bisa dirasakan pada saat kita berada dalam kondisi sehat dan aman, cobalah anda naik pesawat pada saat cuaca buruk, atau pada saat anda mengalami sakit parah, atau naik bis malam sambil melihat supir yg ngantuk tapi nekad ngebut.
out topic dikit..
Mau tanya, kok kalo kita sudah mau mati tapi masih melekat kepada duniawi bisa lahir di alam menyedihkan bahkan neraka ya seperi yg di katakan sang Buddha? Bukanny tergantung karma yg di lakukan? Kok bisa cuma dari pikiran saja bisa terlahir di alam mrnyedihkan? Kalo orangny baik gimana kalo masih melekat pada duniawi pada saat2 kematian?
Quote from: stephen chow on 17 April 2010, 08:30:55 PM
out topic dikit..
Mau tanya, kok kalo kita sudah mau mati tapi masih melekat kepada duniawi bisa lahir di alam menyedihkan bahkan neraka ya seperi yg di katakan sang Buddha? Bukanny tergantung karma yg di lakukan? Kok bisa cuma dari pikiran saja bisa terlahir di alam mrnyedihkan? Kalo orangny baik gimana kalo masih melekat pada duniawi pada saat2 kematian?
coba di baca lagi mengenai, penyebab2 kematian, dan proses menjelang kematian. disana ada kumplit, tidak menentang hukkum kamma
Dimana bro andy topicnya? Saya search tidak ketemu?
Quote from: stephen chow on 17 April 2010, 08:57:05 PM
Dimana bro andy topicnya? Saya search tidak ketemu?
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1172.msg184379.html#msg184379
Quote from: Indra on 17 April 2010, 07:09:08 PM
untuk membuktikan apakah anda takut mati atau tidak, tidak bisa dirasakan pada saat kita berada dalam kondisi sehat dan aman, cobalah anda naik pesawat pada saat cuaca buruk, atau pada saat anda mengalami sakit parah, atau naik bis malam sambil melihat supir yg ngantuk tapi nekad ngebut.
setuju, saya juga terkadang merasa tidak takut mati.
tapi kalau kondisi tertentu, deg-degan juga. :crazybiker:
Quote from: Mr.Jhonz on 17 April 2010, 06:47:34 PM
Aneh,setelah mempratekan jalan dhamma kok aye jadi ga takut mati ya???
*apakah aye terprosok dlm pandangan salah?? ;D
kayanya tidak bro...
kita takut mati karena kita tidak sanggup utk melepas.
entah itu melepas diri kita sekarang ataupun apa yg kita miliki sekarang.
walau teori dhammanya udah tau, tetapi "melepas" nya itu ga bisa terwujud seketika.
melekat pada panca khandha ini udah mendarah daging* (gitu istilahnya)
saya takut mati...makanya berobat sana sini...
kalau mau mati,nanti saja..tunggu tugas saya sudah selesai semua....orang tua,istri anak,keluarga...ikatan yg luar biasa....
jadi saya menimbun kebajikan salah satunya buat umur panjang...wkkwkw
semoga umur saya panjang....
bukan kematian yang kutakutkan tetapi caranya
Quote from: El Sol on 17 April 2010, 04:26:23 PM
QuoteJustru dengan sepenuhnya sadar dengan fakta kematian, di sana akan tercipta self-urgency (samvega) atau perasaan yang mendorong seseorang untuk praktik Dhamma. Kesadaran terhadap kematian yang bisa datang setiap-saat juga membantu seseorang untuk menyadari pentingnya pengembangan kesadaran terhadap present moment. Sebaliknya seseorang yang merasa hidupnya masih lama terkadang akan menjadi lebih lengah, dan tidak peduli dengan praktik Dhamma, dengan praktik kesadaran present moment.
yeah, tapi dengan merenungkan itu tiap ari...bisa2 jadi stress dan pessimistic, no?..;D
why don't we live life...seapa adanya...
sesuai dengan Dhamma, tapi versi positif...
melihat kematian sebagai sesuatu yg natural...sebuah siklus kehidupan..:D
dan gk usah dipikirin...:D
bukankah itu lebih baik dalam melaksanakan Buddha Dhamma?...
:D
Dalam hal ini, ada dua macam orang. Orang pertama akan menjadi pesimis dan stress ketika mendengar tentang kematian. Sang Buddha juga pernah mengatakan bahwa ketika beliau berbicara mengenai kehidupan yang sangat singkat, banyak dewa yang dulunya berpikir bahwa kehidupannya kekal menjadi takut dan gemetar. Orang kedua justru akan menjadi lebih tenang dan damai ketika merenungkan fakta kehidupan ini. Ia akan menjadi lebih giat dalam mempraktikkan Dhamma karena ia tahu bahwa kematian akan menjemputnya setiap saat. Dalam Bhaddekarattasutta dari Majjhimanikaya, ada kumpulan beberapa syair yang disebut sebagai uddesa. Uddesa ini sangat dipuji Sang Buddha. Uddesa ini berisi tentang pentingnya praktik Dhamma dalam hal ini Vipassana. Dalam praktik ini, seseorang dianjurkan untuk merenungkan bahwa, 'hari ini hendaknya semangat (berpraktik) harus dikobarkan karena siapa tahu besok kematian akan menjemputnya - Ajjeva kiccamātappaṃ , ko jaññā maraṇaṃ suve'. Sebenarnya ada banyak sutta yang berbicara tentang perenungan tentang kematian tapi di depan hanya salah satu contohnya. Dan perlu diingat pula bahwa karena pentingnya perenungan terhadap fakta kematian, meditasi perenungan tentang kematian (marananussati) juga sangat dianjurkan di sini dan mereka yang berhasil bisa mencapai upacarasamādhi pula. Ini menunjukkn bahwa perenungan kematian yang diarahkan secara baik bersifat refreshing, dan tidak menjadikan seseorang pesimis.
Be happy.
bila dengan beban hidup yg dipikirkan, saya sudah siap dengan kematian dan tidak takut dengan kematian, karena semua bebanku akan hilang...... tapi bila dilihat dari dosa dan kebaikan, aku blom siap...............
Quote from: Peacemind on 18 April 2010, 10:08:29 AM
Dalam Bhaddekarattasutta dari Majjhimanikaya, ada kumpulan beberapa syair yang disebut sebagai uddesa. Uddesa ini sangat dipuji Sang Buddha. Uddesa ini berisi tentang pentingnya praktik Dhamma dalam hal ini Vipassana. Dalam praktik ini, seseorang dianjurkan untuk merenungkan bahwa, 'hari ini hendaknya semangat (berpraktik) harus dikobarkan karena siapa tahu besok kematian akan menjemputnya - Ajjeva kiccamātappaṃ , ko jaññā maraṇaṃ suve'.
Samenera, yang ini bukan ya?
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.138.than.html
Quote from: Mayvise on 18 April 2010, 10:37:37 AM
Quote from: Peacemind on 18 April 2010, 10:08:29 AM
Dalam Bhaddekarattasutta dari Majjhimanikaya, ada kumpulan beberapa syair yang disebut sebagai uddesa. Uddesa ini sangat dipuji Sang Buddha. Uddesa ini berisi tentang pentingnya praktik Dhamma dalam hal ini Vipassana. Dalam praktik ini, seseorang dianjurkan untuk merenungkan bahwa, 'hari ini hendaknya semangat (berpraktik) harus dikobarkan karena siapa tahu besok kematian akan menjemputnya - Ajjeva kiccamātappaṃ , ko jaññā maraṇaṃ suve'.
Samenera, yang ini bukan ya?
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.138.than.html
Bukan yang itu. Tapi yang ini, http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.131.than.html
BE happy.
masih sesuai topik, boleh juga baca AN 4.184 Abhaya Sutta: Fearless
Quote from: pannadevi on 17 April 2010, 04:22:47 PM
pls accept my deepest respect to u rev.
may u always be happy n well,
ini topic yg menarik sekali bagi saya, karena disaat kita berpikir kematian maka terasa sekali kita semakin jauh dari sempurna,
Beginilah kehidupan makhluk hidup, sangat rapuh seperti periuk yang setiap saat akan hancur.
Quote
seakan diri kita ini kecil sekali, belum sempat banyak berbuat kebajikan, serasa malah semakin malu sendiri, ingin sekali waktu sehari tidak hanya 24 jam, hanya utk memiliki waktu yg lebih banyak utk berbuat kebajikan sebanyak2nya (sorry, tidak ada maksud narsis, ini benar2 serius dan keluar dari dalam hati yg sejujurnya), walau mungkin ada yg tertawa membaca ini, tapi setidaknya saya ingin menanggapi tulisan ini yg sy rasa terbuka bagi siapa saja utk menanggapi.
Mengapa harus terpengaruh oleh waktu ketika berbuat kebajikan? Kebajikan bisa dilakukan kapan saja, setiap saat, setiap waktu dalam kondisi apapun. Selama kita masih memiliki batin dan jasmani ini, selama itu pula kita masih bisa melakukan hal2 yang positif. Kebajikan bukan hanya dilakukan melalui badan jasmani maupun ucapan, dan juga tidak harus dilakukan ketika ada materi. Jika kita tidak bisa melakukan hal2 yang positif melalui jasmani dan ucapan dan juga melalui materi, saat ini sekarang, kita bisa melihat batin dan jasmani kita. Kita menyadari mereka tanpa reaksi, melihat mereka apa adanya. Kita periksa apakah masih ada kemelekatan ataukah tidak, apakah batin kita masih dipengaruhi oleh perasaan yang menyenangkan ataukah tidak. Jika kita melatih diri demikian, kita tidak lagi terpengaruh oleh waktu, jam, hari, minggu atau bulan karena kebajikan / latihan hal2 yang positif sudah tersedia setiap saat setiap waktu dalam kondisi apapun.
Quote
pikiran seperti ini telah menghantui saya mungkin lebih dari 20 thn yang lalu, dikala saya benar2 ingin mati, tetapi tidak mudah jalan menuju kesana, apalagi yg happy ending, tidak sesederhana itu, tidak seenteng itu, tidak sesimple itu, sungguh berat dan teramat berat utk menyiapkan segalanya, bahwa kematian kita setidaknya happy ending, bahwa kematian kita setidaknya seindah mungkin, maka saya berpikir hanya jalan dhammalah yg akan dapat mengantarkan saya menuju indahnya kematian.semoga.
may all beings be happy
mettacittena,
Jika samaneri tahu bahwa Dhamma hanya merupakan jalan untuk menuju indahnya kematian, seharusnya samaneri tidak usah dihantui oleh masa lalu. Memang Dhamma hanya satu2nya jalan untuk memperoleh kematian yang indah. Contoh, dikatakan bahwa ketika seseorang suka mempraktikkan meditasi keluar masuknya nafas, ia akan sadar nafas terakhirnya ketika meninggal. Artinya, ia akan mati dengan pikiran sadar dan tidak bingung. COntoh lain, ketika seseorang suka mempraktikkan meditasi cinta-kasih, dikatakan salah satu manfaatnya adalah ia akan mati dengan pikiran tidak bingung. Berbasis pada pentingnya kebajikan, Sang Buddha menasehati para muridnya dalam kaitannya dengan kematian sebagai berikut:
"Kusalaṃ katabbaṃ, brahmacariyaṃ caritabbaṃ, natthi jāti amaranaṃ - Lakukan kebajikan, praktikkan kehidupan suci, karena apa yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian".
Be happy.
pls accept my deepest respect to u Rev.
Anumodana for ur kindly responded. _/\_
penjelasan yg sangat baik. thank u so much. Kebajikan bukan hanya dilakukan melalui badan jasmani maupun ucapan, dan juga tidak harus dilakukan ketika ada materi. Jika kita tidak bisa melakukan hal2 yang positif melalui jasmani dan ucapan dan juga melalui materi, saat ini sekarang, kita bisa melihat batin dan jasmani kita. Kita menyadari mereka tanpa reaksi, melihat mereka apa adanya. Kita periksa apakah masih ada kemelekatan ataukah tidak, apakah batin kita masih dipengaruhi oleh perasaan yang menyenangkan ataukah tidak. Jika kita melatih diri demikian, kita tidak lagi terpengaruh oleh waktu, jam, hari, minggu atau bulan karena kebajikan / latihan hal2 yang positif sudah tersedia setiap saat setiap waktu dalam kondisi apapun.
tidak sy quote semua krn terlalu panjang kasihan yg baca.
untuk tulisan sy "pikiran seperti ini telah menghantui saya mungkin lebih dari 20 thn yang lalu" maksud sy bukan dihantui, spt kita ketakutan dg bayang2 kematian,mungkin sy kurang pas menggunakan kata2nya tetapi maksud sy hal ini terngiang terus di dlm pikiran tentang bhw sy bisa mati esok hari, apakah sy sdh cukup baik hari ini? wkt 20 thn yg lalu itu adl keinginan ingin mati, jadi bukan ketakutan dihantui kematian. dan saat ini adl persiapan menghadapi kematian, setiap saat sy bisa mati dan sy tidak takut, dg cara apapun, namun seandainya klo boleh memilih tidak ingin kematian sy merepotkan banyak orang dan memerlukan banyak biaya RS krn sy tdk memiliki apa2, hanya jubah saja...hehehe
"Kusalaṃ katabbaṃ, brahmacariyaṃ caritabbaṃ, natthi jāti amaranaṃ - Lakukan kebajikan, praktikkan kehidupan suci, karena apa yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian".
mohon info ini Dhp atau sutta, apabila sutta mohon info nama suttanya Rev. (Thx b4)
may all beings be happy
mettacittena,
Quote from: pannadevi on 18 April 2010, 04:37:42 PM
pls accept my deepest respect to u Rev.
untuk tulisan sy "pikiran seperti ini telah menghantui saya mungkin lebih dari 20 thn yang lalu" maksud sy bukan dihantui, spt kita ketakutan dg bayang2 kematian,mungkin sy kurang pas menggunakan kata2nya tetapi maksud sy hal ini terngiang terus di dlm pikiran tentang bhw sy bisa mati esok hari, apakah sy sdh cukup baik hari ini? wkt 20 thn yg lalu itu adl keinginan ingin mati, jadi bukan ketakutan dihantui kematian. dan saat ini adl persiapan menghadapi kematian, setiap saat sy bisa mati dan sy tidak takut, dg cara apapun, namun seandainya klo boleh memilih tidak ingin kematian sy merepotkan banyak orang dan memerlukan banyak biaya RS krn sy tdk memiliki apa2, hanya jubah saja...hehehe
Jika samaneri merasa lebih bersemangat untuk praktik Dhamma atau praktik kebajikan ketika menyadari kematian, itu merupakan hal yang positif. Sebagai tambahan, perlu ditekankan di sini bahwa agama Buddha berbasis kepada kebijaksanaan. Karena kebijaksanaan ini, seseorang yang mempraktikkan Dhamma akan terus berada pada Jalan Tengah. Ia tidak akan terjatuh ke dalam kondisi ekstrim. Kaitannya dengan kesadaran kematian, jika seseorang justru merasa stress, takut, atau pesimis ketika menyadari kematian, ia telah jatuh ke dalam kondisi dan pandangan ekstrim. Demikian pula jika seseorang tidak mau peduli terhadap fakta kematian, ia pun telah masuk kepada pandangan ekstrim. Oleh karena itu, kebijaksanaan dibutuhkan dalam menerima dan menganalisa kesadaran akan fakta kematian. Secara bijaksana seseorang sadar dan menerima fakta kematian yang akan datang setiap saat padanya. Secara sadar ia menerima fakta ini sebagai fenomena alam yang sangat alamiah, dan karenanya ia akan menerimanya tanpa harus takut, pesimis atau stress. Namun meskipun ini merupakan fenomena alam yang sangat alamiah, bukan berarti seseorang tidak peduli terhadap fakta ini. Secara bijaksana pula, ia menggunakan fakta alam ini sebagai pendorong dirinya untuk melakukan kebajikan, untuk mengembangkan batinnya sehingga ia tidak akan terus bertumimbal lahir di alam penderitaan ini.
Quote
"Kusalaṃ katabbaṃ, brahmacariyaṃ caritabbaṃ, natthi jāti amaranaṃ - Lakukan kebajikan, praktikkan kehidupan suci, karena apa yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian".
mohon info ini Dhp atau sutta, apabila sutta mohon info nama suttanya Rev. (Thx b4)
Ada di Paṭhama-ayusutta, Sagathavagga dari Samyuttanikāya.
Be happy.
kalo aku di tanya, udah siap ato belum, aku pasti jawab siap..
soalnya, setiap manusia pasti mati, tak bisa kita elak. mau ndak mau, harus siap
makanya, sekarang ini, gw selalu melakukan hal hal yang gw mau. misalnya, rajin ngunjungin temen lah, rajin tersenyum (karena gw denger2, orang yang rajin tersenyum, bisa melakukan kamma baik), dan lain lain..
hihi oot dikit yah main city of eternal di facebook saja biar rasain hidup sesudah mati jadi vampir gitu.
belum, karena saia tau, deposit saia belum cukup.
[at] semua member
Katakanlah karena kalian(om2&tante2,samanera dan samaneri) berhasil mengumpulkan kebajikan yg banyak pada kehidupan ini,
Kalo bisa memilih terlahir dialam yg kalian inginkan..
Kalian(om2,tante2,samanera dan samaneri) milih terlahir dimana??
*alam bahagia?
*alam manusia(umat buddha lagi)?
Nb,*dilarang memberikan jawaban nge-junk ya.. :ngomel:
*edit,reason; untuk kepuasan pelangan
Deva aja musti jadi manusia dlu utk mencapai Arahat, paccekabuddha, ato bahkan sammasambuddha. jadi klo kebajikan kita cukup sy ingin terlahir lagi dialam zaman Buddha mendatang krn ga mungkin mundur di jaman Buddha Gautama, dan bisa menjadi muridnya dan mencapai arahat (jika kebajikan cukup).
Quote from: daimond on 18 April 2010, 08:45:39 PM
hihi oot dikit yah main city of eternal di facebook saja biar rasain hidup sesudah mati jadi vampir gitu.
gw ogah jadi pampir.. takuttt
Quote from: Mr.Jhonz on 18 April 2010, 09:55:52 PM
[at] semua member
Katakanlah karena kalian(om2&tante2,samanera dan samaneri) berhasil mengumpulkan kebajikan yg banyak pada kehidupan ini,
Kalo bisa memilih terlahir dialam yg kalian inginkan..
Kalian(om2,tante2,samanera dan samaneri) milih terlahir dimana??
*alam bahagia?
*alam manusia(umat buddha lagi)?
Nb,*dilarang memberikan jawaban nge-junk ya.. :ngomel:
*edit,reason; untuk kepuasan pelangan
gw cuma pengen jadi udara ajah.. (boleh ndak jawab gitu? ini jawaban serius lhooo)
kalo musti jawab 2 ini, gw ndak pengen lahir jadi manusia..
Quote from: pannadevi on 18 April 2010, 10:06:01 PM
wah kok om dan tante?
sy ga boleh milih donk?
??? emangnya bukan tante ato om??
aku beneran ndak tau lhooo
Quote
Quote from: pannadevi on 18 April 2010, 10:06:01 PM
wah kok om dan tante?
sy ga boleh milih donk?
??? emangnya bukan tante ato om??
aku beneran ndak tau lhooo
hehehe....udah di edit kok
tenang aja...nda apa2...
wlu kita bisa komunikasi santai tidak berarti lantas om samanera dan tante samaneri....(maaf ya sis...tidak ada maksud mau sombong atau gila hormat)
Quote from: pannadevi on 18 April 2010, 10:06:01 PM
Deva aja musti jadi manusia dlu utk mencapai Arahat, paccekabuddha, ato bahkan sammasambuddha. jadi klo kebajikan kita cukup sy ingin terlahir lagi dialam zaman Buddha mendatang krn ga mungkin mundur di jaman Buddha Gautama, dan bisa menjadi muridnya dan mencapai arahat (jika kebajikan cukup).
Apakah di kehidupan ini tidak bisa mencapai arahat??
Kalo bisa kenapa harus menunggu jaman buddha akan datang??
Quote from: Peacemind on 18 April 2010, 05:37:13 PM
Jika samaneri merasa lebih bersemangat untuk praktik Dhamma atau praktik kebajikan ketika menyadari kematian, itu merupakan hal yang positif. Sebagai tambahan, perlu ditekankan di sini bahwa agama Buddha berbasis kepada kebijaksanaan. Karena kebijaksanaan ini, seseorang yang mempraktikkan Dhamma akan terus berada pada Jalan Tengah. Ia tidak akan terjatuh ke dalam kondisi ekstrim. Kaitannya dengan kesadaran kematian, jika seseorang justru merasa stress, takut, atau pesimis ketika menyadari kematian, ia telah jatuh ke dalam kondisi dan pandangan ekstrim. Demikian pula jika seseorang tidak mau peduli terhadap fakta kematian, ia pun telah masuk kepada pandangan ekstrim. Oleh karena itu, kebijaksanaan dibutuhkan dalam menerima dan menganalisa kesadaran akan fakta kematian. Secara bijaksana seseorang sadar dan menerima fakta kematian yang akan datang setiap saat padanya. Secara sadar ia menerima fakta ini sebagai fenomena alam yang sangat alamiah, dan karenanya ia akan menerimanya tanpa harus takut, pesimis atau stress. Namun meskipun ini merupakan fenomena alam yang sangat alamiah, bukan berarti seseorang tidak peduli terhadap fakta ini. Secara bijaksana pula, ia menggunakan fakta alam ini sebagai pendorong dirinya untuk melakukan kebajikan, untuk mengembangkan batinnya sehingga ia tidak akan terus bertumimbal lahir di alam penderitaan ini.
terima kasih Rev.
secara bijaksana memandang sesuatu hal memang TIDAK MUDAH, walau itupun orang yg sedang melatih diri (dlm arti monk/nun), semoga kita semua bisa secara bijaksana memandang segala sesuatu, karena theory amat sangat BEDA dengan praktek. semoga sy bisa tetap di koridor dhamma, semoga.
Quote
"Kusalaṃ katabbaṃ, brahmacariyaṃ caritabbaṃ, natthi jāti amaranaṃ - Lakukan kebajikan, praktikkan kehidupan suci, karena apa yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian".
mohon info ini Dhp atau sutta, apabila sutta mohon info nama suttanya Rev. (Thx b4)
Quote
Ada di Paṭhama-ayusutta, Sagathavagga dari Samyuttanikāya.
Be happy.
thanks Rev, i need this sutta. Anumodana _/\_
Quote from: Mr.Jhonz on 18 April 2010, 10:42:49 PM
Quote from: pannadevi on 18 April 2010, 10:06:01 PM
Deva aja musti jadi manusia dlu utk mencapai Arahat, paccekabuddha, ato bahkan sammasambuddha. jadi klo kebajikan kita cukup sy ingin terlahir lagi dialam zaman Buddha mendatang krn ga mungkin mundur di jaman Buddha Gautama, dan bisa menjadi muridnya dan mencapai arahat (jika kebajikan cukup).
Apakah di kehidupan ini tidak bisa mencapai arahat??
Kalo bisa kenapa harus menunggu jaman buddha akan datang??
just sharing info, mr.jhonz yg baik,
suatu hari dosen sy bercerita di class bahwa ada seorang bhikkhu kebangsaan Inggris yg upasampada di srilanka dan menghabiskan seluruh hidupnya di Srilanka bernama Ven.Ananda Maitreya, sayangnya beliau telah meninggal dunia 4 thn yl. beliau memuat tulisannya di suatu koran bhw beliau menjamin apabila kita SERIUS dan benar2 menjalankan dg SUNGGUH2 meditasi Anapanasati, maka dlm wkt 7 thn kita bisa Arahat. saya sewaktu mendengar keterangan demikian serasa disiram bensin, api langsung menyala, segera sy lakukan pengecekan ke Dosen lain yg senegara dg sy kebetulan member disini juga, beliau membenarkan keterangan tsb, sy percaya dg keterangan beliau krn sy amat menaruh hormat dg beliau, beliau amat serius meditasinya jadi sy percaya dg keterangan ini. sekali lagi ini hanya sharing info aja lho, bukan menjadikan arena debat, mo dijalankan silahkan, smg bermanfaat, jika tidak dijalankan tidak ada yg maksa kok. sehingga sy jadi semangat lagi utk berlatih meditasi kembali, smg anda demikian juga mr.jhonz yg baik, smg anda sukses. kasih info ya klo sukses, sy tunggu berita menggembirakan dari anda (bisik2 Mr.Bond jadi berangkat ga ya? sekalian aja anda ama beliau.... ^-^ bareng2 meditasi di hutan jadi murid disana, ayo yumi sekalian diajak)
Quote from: pannadevi on 18 April 2010, 11:08:25 PM
just sharing info, mr.jhonz yg baik,
sy mendengar dari dosen sy bahwa ada seorang bhikkhu kebangsaan Inggris yg upasampada di srilanka dan menghabiskan seluruh hidupnya di Srilanka bernama Ven.Ananda Maitreya, sayangnya telah meninggal 4 thn yl. beliau menulis di suatu koran bhw beliau menjamin apabila kita SERIUS dan benar2 menjalankan dg SUNGGUH2 meditasi Anapanasati, maka dlm wkt 7 thn kita bisa Arahat. saya sewaktu mendengar keterangan demikian serasa disiram bensin, api langsung menyala, segera sy lakukan pengecekan ke Dosen yg lain yg se negara dg sy kebetulan member disini juga, beliau membenarkan keterangan tsb, sy amat menaruh hormat dg beliau krn beliau amat serius meditasinya jadi sy percaya dg keterangan ini. sekali lagi ini hanya sharing info aja lho, bukan menjadikan arena debat, mo dijalankan silahkan, smg bermanfaat, jika tidak dijalankan tidak ada yg maksa kok.
Loh koq beda dengan jaminan Sang Buddha di anapanasati sutta?
Kalau neyya, dalam waktu 7 hari atau 50 tahun minimal mencapai jhana.
Gak ada jaminan arahat.
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 18 April 2010, 11:11:18 PM
Quote from: pannadevi on 18 April 2010, 11:08:25 PM
just sharing info, mr.jhonz yg baik,
sy mendengar dari dosen sy bahwa ada seorang bhikkhu kebangsaan Inggris yg upasampada di srilanka dan menghabiskan seluruh hidupnya di Srilanka bernama Ven.Ananda Maitreya, sayangnya telah meninggal 4 thn yl. beliau menulis di suatu koran bhw beliau menjamin apabila kita SERIUS dan benar2 menjalankan dg SUNGGUH2 meditasi Anapanasati, maka dlm wkt 7 thn kita bisa Arahat. saya sewaktu mendengar keterangan demikian serasa disiram bensin, api langsung menyala, segera sy lakukan pengecekan ke Dosen yg lain yg se negara dg sy kebetulan member disini juga, beliau membenarkan keterangan tsb, sy amat menaruh hormat dg beliau krn beliau amat serius meditasinya jadi sy percaya dg keterangan ini. sekali lagi ini hanya sharing info aja lho, bukan menjadikan arena debat, mo dijalankan silahkan, smg bermanfaat, jika tidak dijalankan tidak ada yg maksa kok.
Loh koq beda dengan jaminan Sang Buddha di anapanasati sutta?
Kalau neyya, dalam waktu 7 hari atau 50 tahun minimal mencapai jhana.
Gak ada jaminan arahat.
Dalam Mahasatipatthana Sutta bahkan bisa mencapai Arahat dalam 7 tahun, 6 tahun, ... 1 tahun, 7 bulan, ..., 1 bulan, 1/2 bulan,
7 hari.
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 18 April 2010, 11:11:18 PM
Quote from: pannadevi on 18 April 2010, 11:08:25 PM
just sharing info, mr.jhonz yg baik,
sy mendengar dari dosen sy bahwa ada seorang bhikkhu kebangsaan Inggris yg upasampada di srilanka dan menghabiskan seluruh hidupnya di Srilanka bernama Ven.Ananda Maitreya, sayangnya telah meninggal 4 thn yl. beliau menulis di suatu koran bhw beliau menjamin apabila kita SERIUS dan benar2 menjalankan dg SUNGGUH2 meditasi Anapanasati, maka dlm wkt 7 thn kita bisa Arahat. saya sewaktu mendengar keterangan demikian serasa disiram bensin, api langsung menyala, segera sy lakukan pengecekan ke Dosen yg lain yg se negara dg sy kebetulan member disini juga, beliau membenarkan keterangan tsb, sy amat menaruh hormat dg beliau krn beliau amat serius meditasinya jadi sy percaya dg keterangan ini. sekali lagi ini hanya sharing info aja lho, bukan menjadikan arena debat, mo dijalankan silahkan, smg bermanfaat, jika tidak dijalankan tidak ada yg maksa kok.
Loh koq beda dengan jaminan Sang Buddha di anapanasati sutta?
Kalau neyya, dalam waktu 7 hari atau 50 tahun minimal mencapai jhana.
Gak ada jaminan arahat.
Bro Dancing with wolve yg baik (susah amat namanya),
sy juga agak terkejut dg cerita ini dan setengah ga percaya krn setahu sy juga belum jaminan arahat. tp setelah mendapat konfirmasi dari beliau yg jadi TS ini sy menjadi yakin dan mantap.
Quote from: Indra on 18 April 2010, 11:18:49 PM
Dalam Mahasatipatthana Sutta bahkan bisa mencapai Arahat dalam 7 tahun, 6 tahun, ... 1 tahun, 7 bulan, ..., 1 bulan, 1/2 bulan, 7 hari.
Bro Indra yg baik,
wahh....klo 7 hari utk jaman sekarang kayaknya ga mungkin deh...kecuali jaman Sang Buddha banyak sekali pencapaian Arahat dihari yg sama. jadi klo 7 hari mah memang banyak banget dikala itu, tapi dijaman Sang Buddha lho. thanks.
may all beings be happy
mettacittena.
berarti salah translate selama ini :hammer:
gnosis = jhana :hammer: :hammer:
Quote from: Indra on 18 April 2010, 11:18:49 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 18 April 2010, 11:11:18 PM
Quote from: pannadevi on 18 April 2010, 11:08:25 PM
just sharing info, mr.jhonz yg baik,
sy mendengar dari dosen sy bahwa ada seorang bhikkhu kebangsaan Inggris yg upasampada di srilanka dan menghabiskan seluruh hidupnya di Srilanka bernama Ven.Ananda Maitreya, sayangnya telah meninggal 4 thn yl. beliau menulis di suatu koran bhw beliau menjamin apabila kita SERIUS dan benar2 menjalankan dg SUNGGUH2 meditasi Anapanasati, maka dlm wkt 7 thn kita bisa Arahat. saya sewaktu mendengar keterangan demikian serasa disiram bensin, api langsung menyala, segera sy lakukan pengecekan ke Dosen yg lain yg se negara dg sy kebetulan member disini juga, beliau membenarkan keterangan tsb, sy amat menaruh hormat dg beliau krn beliau amat serius meditasinya jadi sy percaya dg keterangan ini. sekali lagi ini hanya sharing info aja lho, bukan menjadikan arena debat, mo dijalankan silahkan, smg bermanfaat, jika tidak dijalankan tidak ada yg maksa kok.
Loh koq beda dengan jaminan Sang Buddha di anapanasati sutta?
Kalau neyya, dalam waktu 7 hari atau 50 tahun minimal mencapai jhana.
Gak ada jaminan arahat.
Dalam Mahasatipatthana Sutta bahkan bisa mencapai Arahat dalam 7 tahun, 6 tahun, ... 1 tahun, 7 bulan, ..., 1 bulan, 1/2 bulan, 7 hari.
Tapi Satipaṭṭhāna tersebut harus dipraktikkan secara benar dan sempurna sesuai dengan instruksi. Kalimat pertama dikatakan demikian, 'Yo hi koci, bhikkhave, ime cattāro satipaṭṭhāne evaṃ bhāveyya sattavassāni tassa dvinnaṃ phalānaṃ aññataraṃ phalaṃ pāṭikaṅkhaṃ diṭṭheva dhamme aññā; sati vā upādisese anāgāmitā - O bhikkhu, seseorang yang mengembangkan empat landasan perhatian ini DEMIKIAN (EVAṂ) selama tujuh tahun, ada dua hal yang bisa diharapkan kepada dirinya yakni pengetahuan tertinggi (arahat) di sini dan sekarang atau jika masih ada (kekotoran batin) tersisa ia mencapai anāgami.' Dalam kalimat ini, kata evaṃ / demikian sangat penting karena ini menunjukkan syarat yang harus dipenuhi supaya kesucian yang dijanjikan bisa tercapai. Artinya, seseorang bisa mencapai arahat atau anagami jika ia mempraktikkan empat landasan perhatian ini secara sempurna, benar sesuai dengan apa yang telah diinstruksikan dalam Sutta tersebut. JIka ia mempraktikkan serampangan, tidak rajin, tidak mau menggunakan satisampajāna secara maksimal, selalu on dan off, atau meskipun tidak on dan off namun salah dalam praktik, meskipun praktik tujuh tahun, ia tidak akan mencapai anagami apalagi arahat. Just my opinion.
jadi 7 hari harus on terus...
lalu bagaimana dengan pembagian neyya dan padaparama?
apakah padaparama juga termasuk dalam sutta ini?
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 18 April 2010, 11:48:26 PM
jadi 7 hari harus on terus...
lalu bagaimana dengan pembagian neyya dan padaparama?
apakah padaparama juga termasuk dalam sutta ini?
Sebenarnya saya tidak tahu darimana konsep neyya dan padaparama. Bisakah dijelaskan?
Menurut pendapat saya, meskipun 7 hari on terus tapi kalau seluruh faktor penerangan yakni sattabojjhanga (tujuh faktor penerangan) belum terpenuhi, seseorang tidak akan mencapai apa yang diharapkan. Dalam cattaro satipaṭṭhāna terutama dhammanupassana disebutkan 7 faktor penerangan sempurna yang juga menjadi obyek meditasi. Ini menunjukkan bahwa seorang praktisi telah berkembang dalam 7 faktor penerangan ini sehingga obyek2 ini muncul dalam praktik kesadaran ini.