Forum Dhammacitta

Buddhisme dan Kehidupan => Lingkungan => Topic started by: johan3000 on 10 February 2010, 01:10:53 PM

Title: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: johan3000 on 10 February 2010, 01:10:53 PM
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi.cdn.turner.com%2Fcnn%2F2010%2FWORLD%2Fasiapcf%2F01%2F21%2Fjapan.hip.monks.buddhism%2Fstory.monks.jpg&hash=006757377f42b823fcb80f6b9cba8db7238d9d9c)

no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?

Japan CNN, January 21, 2010 oleh Kyun Lah, CNN

Seorang Monk bernama Kansho Tagai dgn rambut cukurata, pakaian lengkat spt Monk, dpt bernyanyi lancar RAP/HIPHOP...yg sangat energetik menyuguhkan minuman KERAS...alias Alkohol.........

Tujuannya tak lain adalah membabarkan Dhamma....

Naoyuki Osano, salah satu pengunjung yg datang 2X seminggu berkomentar,...
biasanya mengalamin/merasakan ajaran Buddha pada pemakaman, dan philosophi Buddha adalah luar biasa, terutama kita dpt belajar ditempat seperti ini...........(MONK BAR di Shinjuku, Jepang)

_/\_ ;D


[spoiler=Beritanya]Tokyo, Japan (CNN) -- By Kyung Lah, CNN January 21, 2010 11:56 p.m. EST

Outside the 400-year-old Kyoouji Temple, Kansho Tagai, dressed in his traditional monk robes, paused and began a sutra. He bobbed his head and then broke into a lyrical rap.

"This is an old, old story, a fantasy and longing cosmology. Hey, hey, what's the story about? It's about the Buddha, yo. Hey brother, listen carefully! You got it? No? You don't? Okay, baby, no problem."

Tagai, or Mr. Happiness, as he prefers to be called, is delivering an ancient message to a hip hop beat. The monk hosts hip hop shows at his temple, drawing young people to a place that is traditionally filled with the elderly. His hip hop message is so popular that twice as many people now visit his temple.

"Buddha's doctrine is a treasure for us," Tagai said. "But we're not able to convey his wisdom to the people if we only stick with the old ways. So I try to use a new way to spread Buddha's doctrine. I want to spread Buddhism to the young by using the language they easily understand. Buddhism itself hasn't changed. It's just the way it's presented."

The ancient religion is in crisis, Tagai said, because monks are not reaching the young with a message that brings spiritual relief. The numbers support his fears. Japan is home to 75,000 temples, but those numbers are on the decline. The Japanese Agency for Cultural Affairs reports that since 2000, hundreds of temples have closed every year.

Will religion soon be a thing of the past?
Video: Hip hop monks in Japan

Younger monks like Tagai are taking matters into their own hands, by trying to attract a new generation of Buddhists.

At the Monk Bar in Shinjuku, Zenshin Fujioka shakes up the house special. He pours a drink layered in red, yellow and pink, which he calls "heaven." His other special of the night is "hell," a spicy vodka mix that sticks with you for hours.

Never mind that Zenshin is a monk. Sutras are shaken and stirred at the Monk Bar.

"There's this image that monks sit deep in a mountain, training alone," Zenshin said. "But it's important that we come down into the secular world and live in modern society. An altar doesn't mean you have a temple. A temple is a place where people follow the faith and Buddha."

"This place is a temple," Zenshin said, wiping liquor off the bar.

To those who call the venue a gimmick, he said, "please visit my bar before judging."

As the bar filled with smoke and patrons one evening, Zenshin paused and rang his bell. The ancient sutras flowed forth, as customers listened.

Hardly anyone can follow the ancient Buddhist text, a Japanese that's so complicated, only monks are readily able to understand it. But Zenshin said the real religion happens as he pours the drinks, talking to his guests about their problems and soothing with the Buddhist texts.

"Buddhism for Japan is a religion you normally only experience at funerals," said patron Naoyuki Osano, who comes to the bar twice a week. "But the Buddhist philosophy is wonderful. It's great to have a place like this for us to learn about Buddhism."[/spoiler]
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Tekkss Katsuo on 10 February 2010, 01:39:55 PM
niat sich baik. cara aja yg salah ... hal yang gini gini dgn segala jenis alasan pembenaran akan me=lenyapkan Dhamma yang sejatii.. :D
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: The Ronald on 10 February 2010, 01:44:01 PM
sama kek seorang bapak, lagi merokok, tp mengajarkan anaknya agar tidak merokok...
hasilnya : tidak effektif
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: exam on 10 February 2010, 01:45:33 PM
beliau menargetkan segment yg berbeda
dan dengan kemasan berbeda
gitu aja sih kalau aku ngeliatnya

dharma kan boleh di bawa kemana saja ?
mau di bicarakan di wc juga gak masalah

Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: exam on 10 February 2010, 01:48:14 PM
bicara dharma sambil menawarkan alkohol

vs

menawarkan alkohol sambil bicara dharma

beda persepsi aja

Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: johan3000 on 10 February 2010, 01:51:09 PM
QuoteMonbois : European monks have been producing and selling wine and beer since the Middle Ages to make money.

Pada agama lain, setiap minggu boleh alkohol 1 gelas kecil sekali. Itu gak bakal mabuk..maupun menurunkan kewaspadaan.

Belum tau MONK BAR mengizinkan berapa banyak alkohol yg diperbolehkan!
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Tekkss Katsuo on 10 February 2010, 02:43:35 PM
mao gmanapun juga, alkohol termasuk minuman yg melemahkan kesadaran, yaaa mungkin awalnya segelas, lama lama jd 100 gelas pula  ;D . biasalah dgn segala cara dan alasan untuk membenarkan diri sendiri. sungguh prihatin  :'( :'( :'(
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: K.K. on 10 February 2010, 02:57:39 PM
Quote from: exam on 10 February 2010, 01:45:33 PM
beliau menargetkan segment yg berbeda
dan dengan kemasan berbeda
gitu aja sih kalau aku ngeliatnya

dharma kan boleh di bawa kemana saja ?
mau di bicarakan di wc juga gak masalah



Kalau nanti menyebarkan dhamma lewat prostitusi gimana?
Alasannya supaya para "tukang jajan" juga bisa kebagian dhamma gitu lah.
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: exam on 10 February 2010, 02:58:17 PM
musti di lihat case per case
di negara dingin,eropa,korea,jepang,china,US,canada,aussy dst

budaya minum alkohol/arak memang acceptable, krn utk menghangatkan tubuh

kalo di jakarta ya aneh, wong panas begini
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: exam on 10 February 2010, 03:00:15 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 10 February 2010, 02:57:39 PM
Quote from: exam on 10 February 2010, 01:45:33 PM
beliau menargetkan segment yg berbeda
dan dengan kemasan berbeda
gitu aja sih kalau aku ngeliatnya

dharma kan boleh di bawa kemana saja ?
mau di bicarakan di wc juga gak masalah



Kalau nanti menyebarkan dhamma lewat prostitusi gimana?
Alasannya supaya para "tukang jajan" juga bisa kebagian dhamma gitu lah.

wow ide bagus, cuma gimana implementasinya ya ?
kayaknya kalo lagi bertempur gak konsen deh
ntar dua-duanya bingung
hehehe
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: K.K. on 10 February 2010, 03:31:16 PM
Quote from: exam on 10 February 2010, 02:58:17 PM
musti di lihat case per case
di negara dingin,eropa,korea,jepang,china,US,canada,aussy dst

budaya minum alkohol/arak memang acceptable, krn utk menghangatkan tubuh

kalo di jakarta ya aneh, wong panas begini
Di Belanda, "Red Zone", prostitusi juga boleh. Marijuana juga boleh. Di kalangan Gypsy, mencuri juga wajar. Jadi case per case, Pancasila juga bisa dikorting. Begitu maksudnya?

Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: exam on 10 February 2010, 03:37:09 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 10 February 2010, 03:31:16 PM
Quote from: exam on 10 February 2010, 02:58:17 PM
musti di lihat case per case
di negara dingin,eropa,korea,jepang,china,US,canada,aussy dst

budaya minum alkohol/arak memang acceptable, krn utk menghangatkan tubuh

kalo di jakarta ya aneh, wong panas begini
Di Belanda, "Red Zone", prostitusi juga boleh. Marijuana juga boleh. Di kalangan Gypsy, mencuri juga wajar. Jadi case per case, Pancasila juga bisa dikorting. Begitu maksudnya?



begitulah dunia
tanpa di sadari
termasuk di indonesia
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Indra on 10 February 2010, 03:41:56 PM
banyak orang mencari pembenaran dalam melakukan pelanggaran, padahal dalam melaksanakan sila seharusnya tidak ada kompromi, tidak ada "saya bertekad untuk menghindari minuman2 beralkohol kecuali dalam cuaca dingin," "saya bertekad untuk menghindari aktivitas seksual yang salah kecuali kalau di Red Zone", dll, dll.

mau melanggar ya melanggar aja dan bersiaplah untuk menerima akibatnya, tidak perlu cari pembenaran
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: exam on 10 February 2010, 03:51:37 PM
minum alkohol udah jadi budaya di negara dingin
beliau cuma berusaha melakukan sesuatu yg baik

akan selalu ada pro dan kontra dalam segala hal
semua relatif
masing-masing punya ukuran sendiri
kembali pada diri masing-masing

Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: adi lim on 10 February 2010, 04:02:50 PM
Quote from: exam on 10 February 2010, 01:48:14 PM
bicara dharma sambil menawarkan alkohol
vs
menawarkan alkohol sambil bicara dharma
beda persepsi aja

sebentar lagi bahas Dhamma di diskotik kemudian di rumah bordil !
itulah manusia !!!!!!!!!!!!!
saya setuju dengan bro Katsu, biasalah dgn segala cara dan alasan untuk membenarkan diri sendiri. sungguh prihatin
setuju dengan Bro Indra !
_/\_
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: K.K. on 10 February 2010, 04:12:45 PM
Quote from: Indra on 10 February 2010, 03:41:56 PM
banyak orang mencari pembenaran dalam melakukan pelanggaran, padahal dalam melaksanakan sila seharusnya tidak ada kompromi, tidak ada "saya bertekad untuk menghindari minuman2 beralkohol kecuali dalam cuaca dingin," "saya bertekad untuk menghindari aktivitas seksual yang salah kecuali kalau di Red Zone", dll, dll.

mau melanggar ya melanggar aja dan bersiaplah untuk menerima akibatnya, tidak perlu cari pembenaran

Begitulah. Sayangnya selalu saja ada yang memakai alasan "demi kebaikan orang lain" untuk pembenaran. Membabarkan dhamma dengan hip-hop? Ga sekalian gondrongin tuh rambut (dengan alasan di negara tersebut botak ga beken), pake guitar flying V baca "Karaniya Metta Sutta" dengan musik Death Metal.

Ada-ada saja.
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: exam on 10 February 2010, 04:18:08 PM
manusia gak ada yg sama

backgroundnya beda-beda

ada yg kasar, ada yg halus

ada yg berpendidikan ada yg tidak

ada yg bahasanya educated ada yg kayak pasar

krn itu pendekatannya pun tidak bisa sama
hrs di dekati dengan cara yang beda

ibaratnya murid satu kelas
ada yg di bilangin sekali langsung ngerti
ada yg bolot musti berkali-kali, itupun besok lupa lagi

krn itu pendekatannya juga gak bisa pukul rata


ada yg di kerasin tokcer
ada yg di kerasin malah tambah bandel
ada yg di lembutin tambah manja
ada yg di baikin jadi tambah baik

saya sih melihat si Kansho Tagai mendekati segment yg beda dengan cara yg beda
gitu aja sih

semua manusia bereaksi berbeda
contohnya anda semua reaksinya berbeda bukan ?
itulah
pendekatannya juga beda
anda2 ini cocoknya dengan biksu di wihara(mungkin gitu)

kalau orang2 di bar itu mungkin cocoknya pake bahasa bar juga


ada benih yg di siram sekali tanpa pupuk pun tumbuh jadi pohon yang subur serta buah manis
seperti anda2 ini

ada juga benih yg musti di pupuk, di rawat, itupun buahnya asam

untunglah anda bukan benih yg kedua


peace
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: K.K. on 10 February 2010, 04:28:56 PM
Quote from: exam on 10 February 2010, 04:18:08 PM
manusia gak ada yg sama

backgroundnya beda-beda

ada yg kasar, ada yg halus

ada yg berpendidikan ada yg tidak

ada yg bahasanya educated ada yg kayak pasar

krn itu pendekatannya pun tidak bisa sama
hrs di dekati dengan cara yang beda

ibaratnya murid satu kelas
ada yg di bilangin sekali langsung ngerti
ada yg bolot musti berkali-kali, itupun besok lupa lagi

krn itu pendekatannya juga gak bisa pukul rata


ada yg di kerasin tokcer
ada yg di kerasin malah tambah bandel
ada yg di lembutin tambah manja
ada yg di baikin jadi tambah baik

saya sih melihat si Kansho Tagai mendekati segment yg beda dengan cara yg beda
gitu aja sih

semua manusia bereaksi berbeda
contohnya anda semua reaksinya berbeda bukan ?
itulah
pendekatannya juga beda
anda2 ini cocoknya dengan biksu di wihara(mungkin gitu)

kalau orang2 di bar itu mungkin cocoknya pake bahasa bar juga


ada benih yg di siram sekali tanpa pupuk pun tumbuh jadi pohon yang subur serta buah manis
seperti anda2 ini

ada juga benih yg musti di pupuk, di rawat, itupun buahnya asam

untunglah anda bukan benih yg kedua


peace

Bro exam, saya setuju orang memang berbeda. Tapi saya mau bertanya, (1). kalau orangnya berbeda, apakah cara penyampaiannya yang diubah, atau dhamma-vinaya-nya yang diubah? (2). tujuan memilih jalan petapa adalah untuk meninggalkan keduniawian secara total, ataukah untuk mencari umat sebanyak-banyaknya?

Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: exam on 10 February 2010, 04:41:15 PM
 [at] Kainyn_Kutho

Krn beda-beda
kita juga gak berharap hasilnya bisa sama toh
kalau si A bisa ngurangin frekwensi dosanya juga udah sukur
ibaratnya kalau bisa berbuah,meskipun asam juga udah sukur

ibarat ngajar matematika
kalau si bolot bisa bener 5 dari 10 , wah udah baguslah
yg penting udah mau belajar matematika
tadinya kan denger matematika aja udah lari


mau dengerin dharma juga udah sukur
masalah mau praktekkan, nanti dululah,pelan2, inikan benih type dua
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: dhammadinna on 10 February 2010, 04:43:56 PM
Kalo menurut saya sih, ada perbedaan antara: Cara Penyajian dan Cara Penyampaian.

Kalo Cara Penyampaian, memang bisa berbeda-beda, disesuaikan dengan watak orang. Ada yang harus dikerasin tapi ada yang harus dibaekin. Pesan yang disampaikan tidak berubah, tidak dipoles atau ditambahkan, tapi caranya saja (misalnya menggunakan intonasi yang keras atau lembut, atau pemilihan kata-kata yang lebih tepat).

Tapi kalo Cara Penyajian, ini yang harus hati-hati karena sudah ada penambahan atau pemolesan. Sama seperti masakan, cara penyajiannya bisa ditambahkan hiasan tomat, daun selada, dsb, agar menarik. Bahkan hal yang tidak menarik pun akan menjadi menarik bila penyajiannya tepat. Tapi jangan sampai, akhirnya orang tertarik pada hiasannya daripada makanannya. Atau akhirnya orang hanya memakan hiasannya dan meninggalkan makanan utamanya.  
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: wen78 on 10 February 2010, 04:47:12 PM
Quote from: The Ronald on 10 February 2010, 01:44:01 PM
sama kek seorang bapak, lagi merokok, tp mengajarkan anaknya agar tidak merokok...
hasilnya : tidak effektif

IMO, seorang ayah merokok atau tidak merokok mengajarkan anaknya untuk tidak merokok hasilnya sama aja. tergantung si anaknya sendiri.

seorang ayah tidak merokok dan mengajarkan anaknya untuk tidak merokok, maka ayah tsb memberikan contoh yg baik kepada si anaknya. tetapi itu hanya sebatas contoh. bila anaknya memang mo rokok, ya tetep saja rokok.

seorang ayah merokok dan mengajarkan anaknya untuk tidak merokok, maka ayah tsb secara tidak langsung/tidak disadari telah menegaskan bahwa rokok adalah tidak baik dan memberikan contoh akibatnya yaitu ketika sang ayah jatuh sakit atau meninggal karena merokok dan mengakui ketidakmampuannya untuk berhenti merokok. mungkin dimengerti atau tidak dimengerti oleh si anak. bila anaknya memang mo rokok, ya tetep saja rokok walaupun ayahnya meninggal karena penyakit yg diakibatkan oleh rokok.

sosok panutan hanyalah sebatas contoh. mengikuti semua tingkah dan cara seorang panutan tidak akan memberikan pencerahan, karena pencerahan datang dari dalam, bukan dari luar.

memang sosok panutan adalah awal dari segalanya, tetapi sosok panutan bukanlah segalanya.

yaa.. semua kembali kepada diri sendiri lagi
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: K.K. on 10 February 2010, 04:48:07 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 10 February 2010, 04:28:56 PM
Bro exam, saya setuju orang memang berbeda. Tapi saya mau bertanya, (1). kalau orangnya berbeda, apakah cara penyampaiannya yang diubah, atau dhamma-vinaya-nya yang diubah? (2). tujuan memilih jalan petapa adalah untuk meninggalkan keduniawian secara total, ataukah untuk mencari umat sebanyak-banyaknya?

Quote from: exam on 10 February 2010, 04:41:15 PM
[at] Kainyn_Kutho

Krn beda-beda
kita juga gak berharap hasilnya bisa sama toh
kalau si A bisa ngurangin frekwensi dosanya juga udah sukur
ibaratnya kalau bisa berbuah,meskipun asam juga udah sukur

ibarat ngajar matematika
kalau si bolot bisa bener 5 dari 10 , wah udah baguslah
yg penting udah mau belajar matematika
tadinya kan denger matematika aja udah lari


mau dengerin dharma juga udah sukur
masalah mau praktekkan, nanti dululah,pelan2, inikan benih type dua

Bro exam tidak menjawab pertanyaan saya.

Kalau begitu kita lihat dari sudut pandang berbeda. Demi mengenalkan dharma ke si "bolot" (menaikkan nilai dari 0 jadi 1), maka si A melanggar dhamma-vinaya. Karena melanggar dhamma-vinaya, para "bukan-bolot" melihat petapa-petapa ini adalah gadungan, tidak menjaga perilaku petapa sebagaimana mestinya, lalu membawa nama "Buddha". Dengan demikian para "bukan bolot" ini menilai Buddha adalah "petapa hip-hop". Saya mau tanya, seandainya si "bukan-bolot" itu memiliki potensi mencapai kesucian dengan mendengar dhamma (menaikkan nilai dari 5-10), lalu karena berpikir "Buddha adalah petapa palsu tukang hip-hop" dan jadinya dia menjauhi SEMUA yang bernuansa Buddhisme, menurut anda sendiri bagaimana?

Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: wiithink on 10 February 2010, 04:48:21 PM
sambil belajar Dhamma sambil ajep ajep
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Indra on 10 February 2010, 04:51:36 PM
Di bagian dunia manapun juga, budaya makan adalah 3 kali sehari, bahkan pada masa Sang Buddha, namun toh Sang Buddha juga menetapkan aturan tidak makan malam, Sang Buddha dan para siswa tidak menuruti kebiasaan umum. Dan memang Vinaya tidak ditetapkan agar sesuai dengan kebiasaan dan budaha umum, tapi berdasarkan apa yg bermanfaat demi tujuan hidup suci.

Menurut saya silahkan aja membabarkan Dhamma sambil mabuk di rumah bordil, tapi sebaiknya bukan dilakukan oleh bhikkhu.
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Indra on 10 February 2010, 04:54:00 PM
dan yg menarik adalah bagaimana "MONK" ini mengajarkan sila ke 5 Pancasila sambil menyuguhkan alkohol?
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: K.K. on 10 February 2010, 05:01:33 PM
Quote from: Indra on 10 February 2010, 04:54:00 PM
dan yg menarik adalah bagaimana "MONK" ini mengajarkan sila ke 5 Pancasila sambil menyuguhkan alkohol?

Sama menariknya dengan "Nun" mengajarkan Samma Sankappa sambil striptease suatu saat nanti.
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: exam on 10 February 2010, 05:01:57 PM
jangan expect terlalu banyak, ingat beda kasta audiencenya
mau  5 menit dengerin ocehan si monk juga udah sukur
dengerin pake kuping sebelah juga udah bagus
apalagi di bar berisik gitu


kalau suatu saat bisa sadar
di harapkan mereka akan dengerin dharma di wihara

jangan pikirin vinaya dulu, biarlah ini jadi tanggung jawab pribadi si monk
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: GandalfTheElder on 10 February 2010, 05:11:46 PM
QuoteSeorang Monk bernama Kansho Tagai dgn rambut cukurata, pakaian lengkat spt Monk, dpt bernyanyi lancar RAP/HIPHOP...yg sangat energetik menyuguhkan minuman KERAS...alias Alkohol.........

Bro.. perhatiin beritanya..... Kansho Tagai cuma nge-rap...

Yg nyuguhkan minuman keras itu si Zenshin......

Musavada loh...  ^-^

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Indra on 10 February 2010, 05:16:51 PM
Quote from: GandalfTheElder on 10 February 2010, 05:11:46 PM
QuoteSeorang Monk bernama Kansho Tagai dgn rambut cukurata, pakaian lengkat spt Monk, dpt bernyanyi lancar RAP/HIPHOP...yg sangat energetik menyuguhkan minuman KERAS...alias Alkohol.........

Bro.. perhatiin beritanya..... Kansho Tagai cuma nge-rap...

Yg nyuguhkan minuman keras itu si Zenshin......

Musavada loh...  ^-^

_/\_
The Siddha Wanderer

bukan orangnya yg dipermasalahkan Bro, tapi "MONK"nya
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: GandalfTheElder on 10 February 2010, 05:21:35 PM
 [at] atas:

Memang, sy sudah tahu, saya hanya mengoreksi apa yang salah, apa saya keliru???  ^-^ ^-^ hahaha......

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: GandalfTheElder on 10 February 2010, 05:28:07 PM
Setahu saya, ada 3 macam langkah yang dilakukan para bhiksu di Jepang sono:

1. Hip Hop / Rap
2. Cafe-cafe
3. Bar

Nah yang no.1 dan no.2 saya kira masih dalam batas wajar. Dan kebanyakan hanya ngambil dua langkah pertama ini untuk menarik muda mudi.

Yang no.3 saya agak tidak setuju.

Dan sekedar tambahan info, para bhiksu di Jepang itu memegang Bodhisattva Sangha Vinaya yg ada di Brahmajala Sutra, dsb, bukan Dharmaguptaka Vinaya seperti di Tiongkok atau Korea.

Dan... Bodhisattva Sangha Vinaya juga melarang minum2an keras. Yg no.1 dan no.2 masih boleh.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: johan3000 on 10 February 2010, 05:40:36 PM
Quote from: GandalfTheElder on 10 February 2010, 05:11:46 PM
QuoteSeorang Monk bernama Kansho Tagai dgn rambut cukurata, pakaian lengkat spt Monk, dpt bernyanyi lancar RAP/HIPHOP...yg sangat energetik menyuguhkan minuman KERAS...alias Alkohol.........

Bro.. perhatiin beritanya..... Kansho Tagai cuma nge-rap...

Yg nyuguhkan minuman keras itu si Zenshin......

Musavada loh...  ^-^

_/\_
The Siddha Wanderer

Thanks Mod GandalfTheElder atas kejelian dan koreksinya...
begitu juga informasi tambahan lainnya... sehingga kita2 lebih banyak ngerti...

dgn berjalannya waktu, gw yakin kedua2nya bakal
ahli ngeRAP maupun menyuguhkan minuman.


Tagai, or Mr. Happiness, as he prefers to be called, is delivering an ancient message to a hip hop beat.

sih Tagai yg senang disebut Mr. Hapy membabarkan dhamma lewat lagu2 hip hop............
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Tekkss Katsuo on 10 February 2010, 05:47:09 PM
^
=)) =)) =))

kasihan Buddha Dhamma seolah olah menjadi suatu acara hiburan gt......... kelak nga tao cr apa lagi yg akan dipake hanya menarik umat tanpa menjaga kualitas Dhamma,,, entah brapa lama lagi Dhamma bisa bertahan kalo setiap org hanya mengutamakan quantitas dari pada qualitas
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: The Ronald on 10 February 2010, 06:39:38 PM
yah.. walaupun ga setuju, dimana bhikhu.. (sama gak dgn monk) melanggar vinaya
semoga di theravada ga ada yg demikian
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: GandalfTheElder on 10 February 2010, 06:58:31 PM
Haha.... bagi saya itu...

Kecerdasan untuk menyesuaikan dengan umat..... saya salut sama Bhiksu Tagai....hahaha!!!... klo sama yg Zenshin nggak sih..  ;D

Krn begitu sulitnya menarik umat Buddhis Jepang untuk kembali ke Dharma. Umat2 d sana ngakunya Buddhis sampe 90% jumlah populasi tp gak paham Dharma senengnya money... money..... agamanya money (uang). Agama apa pun jarang ada yang sukses d sana. Sampe akhirnya agama Buddha dianggap agama "kuburan" krn para anggota Sanghanya "suram", sukanya meditasi aja nggak bisa ngeladenin masalah umat yang "super gaul".

Sejak periode Meiji (Shinto), agama Buddha ditekan dan semakin merosot.

Nah kalau skrg para bhiksu Jepang mulai tergerak lagi Bodhicitta-nya, maka ini bagus sekali. Asal tahu batasan-batasannya, tidak kelewat batas sampai mabuk2an.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: dewi_go on 10 February 2010, 08:17:27 PM
Iya sih beda aliran nampakny,saya kurang tau apakah aliran Buddha Jepang membolehkan hal2 tsb diatas?
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: exam on 10 February 2010, 08:23:13 PM
To those who call the venue a gimmick, he said, "please visit my bar before judging."


ya sebaiknya kita gak cepet2 menjudge lah

amati aja

pokoknya sih aku bersimpati lah sama niat baik mereka (kalau memang niatnya seperti itu)

beruntunglah kita yg kupingnya gak alergi ama dharma
sehingga tahan lebih dari 5 menit mendengar dharma

pisssss :)
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: The Ronald on 10 February 2010, 08:25:36 PM
jepang keknya boleh2 saja, jamannya oda nobunaga, para bhikhu jepang pernah angkat senjata melawan oda nobunaga
bhikhu2 jepang biasanya di gambarkan membawa tombak mirip punya nya guan yu (di sam kok), dan memakai tutup kepala..mirip jilbab
begitu lah yg terjadi di jepang sejak jaman dulu
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: johan3000 on 10 February 2010, 08:39:38 PM
The Japanese Agency for Cultural Affairs reports that since 2000, hundreds of temples have closed every year.

menurut agen urusan kebudayaan Jepang,
sejak thn 2000... ratusan wihara ditutup setiap
tahun.....

jadi kelihatannya perlu PERUBAHAN maupun cara2 baru
utk bertahan maupun mempromosikan suatu ajaran.........

kalau hip/hop caffee utk anak muda/mudi
begitu juga bar utk yg lebih berumur....

semoga mereka berhasil dehhh
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: dewi_go on 10 February 2010, 08:41:02 PM
Yup semoga aja inti ajran Dhamma ga tercemar aja
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Indra on 10 February 2010, 08:42:52 PM
Quote from: johan3000 on 10 February 2010, 08:39:38 PM
The Japanese Agency for Cultural Affairs reports that since 2000, hundreds of temples have closed every year.

menurut agen urusan kebudayaan Jepang,
sejak thn 2000... ratusan wihara ditutup setiap
tahun.....

jadi kelihatannya perlu PERUBAHAN maupun cara2 baru
utk bertahan maupun mempromosikan suatu ajaran.........

kalau hip/hop caffee utk anak muda/mudi
begitu juga bar utk yg lebih berumur....

semoga mereka berhasil dehhh

nah ini tambah aneh, vihara kok bisa tutup? ada info lebih lanjut, apa alasan tutupnya?
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: dewi_go on 10 February 2010, 08:56:54 PM
Sepertinya banyak yang kurang tau perkembangan agama Buddha di Jepang bagaiman alurnya
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Mr. Wei on 10 February 2010, 09:00:33 PM
Gw sih gak masalahin cara membabarkan dharma lewat hip hop, musik metal, dsb. itu salah.
Tapi keliatannya gak wajar aja ngeliat seorang bhiksu yang seharusnya jauh dari gaya hidup hip hop/metal bisa mengajarkan dharma melalui cara seperti itu (musik2 hip hop). Beda lagi kalau ada seorang musisi buddhis yang ingin sharing dharma via musik hip hop, metal, atau hard rock, itu masih keliatan wajar karena dia adalah umat biasa.
Kalau Bhante Giri mungkin masih bisa diterima karena musiknya pun 'calm' dan memang syahdu, membuat kita merasa tenang dan nyaman, sesuai dengan citra seorang bhikkhu. Kalau musik hip hop?
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: adi lim on 11 February 2010, 06:11:08 AM
Quote from: exam on 10 February 2010, 05:01:57 PM
jangan expect terlalu banyak, ingat beda kasta audiencenya
mau  5 menit dengerin ocehan si monk juga udah sukur
dengerin pake kuping sebelah juga udah bagus
apalagi di bar berisik gitu
kalau suatu saat bisa sadar
di harapkan mereka akan dengerin dharma di wihara
jangan pikirin vinaya dulu, biarlah ini jadi tanggung jawab pribadi si monk

Coba lihat kembali Manggala Sutta
_/\_
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: kusalaputto on 11 February 2010, 11:56:28 AM
Quote from: johan3000 on 10 February 2010, 08:39:38 PM
The Japanese Agency for Cultural Affairs reports that since 2000, hundreds of temples have closed every year.

menurut agen urusan kebudayaan Jepang,
sejak thn 2000... ratusan wihara ditutup setiap
tahun.....

jadi kelihatannya perlu PERUBAHAN maupun cara2 baru
utk bertahan maupun mempromosikan suatu ajaran.........

kalau hip/hop caffee utk anak muda/mudi
begitu juga bar utk yg lebih berumur....

semoga mereka berhasil dehhh
bro saceng bisa lebih jelas soal ini.

n buat semua penghuni dc kenapa banyak yang lebih mengagungkan kualitas daripada kuantitas? ingat juga tanpa adanya kuantitas dhamma juga tidak akan berkembang. tujuan kita disini memang berdiskusi dhamma alangkah baiknya diluaran pun kita menyebarkan dhmama agar kuantitas kita bertambah juga. n coba misalkan kita tidak mempertahankan umat n juga tidak menambah umat n semua umat pindah k agama lain n sisa sedikit umatnya trus ga da biaya karena para dermawan dah pindah agama juga maka sebuah vihara bisa tutup karena tidak ada biaya utk operasionalnya. n mungkin ini yang terjadi di jepang kenapa vihara pada tutup n hanya pendapat saya pribadi. mungkin juga karena ini para monk di sana sebisa mungkin menarik umat melalui cara2 seperti di atas n menurut saya pribadi memang kurang pantas.
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Indra on 11 February 2010, 12:03:33 PM
saya termasuk kelompok yg lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas, 1 orang Arahat lebih baik dari 1000 Anagami ... 1 orang Sotapanna lebih baik dari 1000 puthujjana.

ada pepatah mengatakan "Dhamma melindungi orang yg mempraktikkannya".
Dan saya melihat sendiri bahwa bhikkhu2 yg hidup sesuai Dhamma-Vinaya, dimanapun mrk berada, mrk tidak pernah kekurangan persembahan.
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: kusalaputto on 11 February 2010, 12:25:46 PM
^
bro indra memiliki keyakinan spt itu jg bagus kok. tapi bro say pernah mendapat  berita ada seorang bhikkhu senior ketika di semarang ia memang mengikuti dhamma vinaya dengan benar n berpindapatta selama 2 hari ia berpindapatta ia tidak mendapat dana makanan sma sekali menurut saya ada 2 kemungkinan
1. tempat bhikkhu itu pindapatta semuanya non buddhis
2. ada umat budhis namun tidak tahu mengenai pindapatta
lalu akhirnya bhikkhu tersebut meminta tolong seseorang yang lewat untuk membelikan makanan dari uang yang memang di milikinya n ia masih berusaha menjaga vinayanya dengan tidak menggunakan uang tersebut sendiri.

ada lagi saya dengar bhikkhu senior pula (klo ga salah bhante panna) ketika beliau pergi ke daerah n beliau menaiki ojek sampai di terminal lalu karena vinaya bhikkhu tsb ia hanya mengeluarkan uang yang di bawa untuk biaya perjalanannya dari dalam amplop n meminta tukang ojek mengambil yang dibutuhkan olehnya namun tukang ojek tersebut mengambil semua uang dari amplop tersebut maka selanjutnya bhikkhu tsb harus berjalan kaki menuju tempat tujuanya yang alhasil memakan waktu yang lama. bagaimana menurut bro indra akan cerita ini. tentu dengan lebih banyaknya umat buddha n non buddha yg lebih mengerti tentang dhamma hal demikian lebih dapat di hindari
Title: Brazilian Samba + RAP and hiphop
Post by: johan3000 on 11 February 2010, 02:07:19 PM
Quote from: kusalaputto on 11 February 2010, 11:56:28 AM
Quote from: johan3000 on 10 February 2010, 08:39:38 PM
The Japanese Agency for Cultural Affairs reports that since 2000, hundreds of temples have closed every year.

menurut agen urusan kebudayaan Jepang,
sejak thn 2000... ratusan wihara ditutup setiap
tahun.....

jadi kelihatannya perlu PERUBAHAN maupun cara2 baru
utk bertahan maupun mempromosikan suatu ajaran.........

kalau hip/hop caffee utk anak muda/mudi
begitu juga bar utk yg lebih berumur....

semoga mereka berhasil dehhh
bro saceng bisa lebih jelas soal ini.

n buat semua penghuni dc kenapa banyak yang lebih mengagungkan kualitas daripada kuantitas? ingat juga tanpa adanya kuantitas dhamma juga tidak akan berkembang. tujuan kita disini memang berdiskusi dhamma alangkah baiknya diluaran pun kita menyebarkan dhmama agar kuantitas kita bertambah juga. n coba misalkan kita tidak mempertahankan umat n juga tidak menambah umat n semua umat pindah k agama lain n sisa sedikit umatnya trus ga da biaya karena para dermawan dah pindah agama juga maka sebuah vihara bisa tutup karena tidak ada biaya utk operasionalnya. n mungkin ini yang terjadi di jepang kenapa vihara pada tutup n hanya pendapat saya pribadi. mungkin juga karena ini para monk di sana sebisa mungkin menarik umat melalui cara2 seperti di atas n menurut saya pribadi memang kurang pantas.


Bro kusalaputto,
Kalau jumlah wihara yg tutup,.. gw yakin tidak sebesar angka diatas.. mungkin ada aja sebagian kecil wihara yg lagi kesepian gitu...

Gimana tanggapan lainnya tentang Mr. Happy ?

Although some orthodox monks have criticized Tagai's unorthodox approach, he still believes his effort has paid off.

Jelas, sebagian Monk (yg menjalankan winaya ketat) di Jepang jelas tidak setuju!

pada webpage lain gw membaca bahwa Mr. Happy mendptkan peningkatan umat 200 s/d 300 setelah melakukan cara2 inovasi diatas (rap/HIPHOP)... dan akan juga dia gabungkan dgn SAMBA...(Brazilian samba dancers)

Utk melihat bagaimana tanggapan salah satu site Buddhist, bisa baca yg ini..
http://www.buddhistchannel.tv/index.php?id=44,5969,0,0,1,0 (http://www.buddhistchannel.tv/index.php?id=44,5969,0,0,1,0)

posting ini sekedar sharing info Buddhism aja...
utk baik tidaknya dgn cara rap/HIPHOP..
senior2 para2 MOD lah yg lebih mengerti...

_/\_ :|
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Tekkss Katsuo on 11 February 2010, 02:24:07 PM
Quote from: Indra on 11 February 2010, 12:03:33 PM
saya termasuk kelompok yg lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas, 1 orang Arahat lebih baik dari 1000 Anagami ... 1 orang Sotapanna lebih baik dari 1000 puthujjana.

ada pepatah mengatakan "Dhamma melindungi orang yg mempraktikkannya".
Dan saya melihat sendiri bahwa bhikkhu2 yg hidup sesuai Dhamma-Vinaya, dimanapun mrk berada, mrk tidak pernah kekurangan persembahan.

saya jg termasuk org yg lebih mengutamakan kualitas dari pada kuantitas, kalo bisa dua duanyaaa. tp Buddha Dhamma bukanlah suatu ajaran yg diperuntukan untuk menarik umat sebanyak banyaknya. malahan jika umat yg ditarik byk, tp tdk mengeri Dhamma, mementingkan ego sendiri, maka akan muncul lagi aliran aliran baru yg akan melenceng dari ajaran Murni... itu pendapat saya..
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Indra on 11 February 2010, 02:24:45 PM
Quote from: kusalaputto on 11 February 2010, 12:25:46 PM
^
bro indra memiliki keyakinan spt itu jg bagus kok. tapi bro say pernah mendapat  berita ada seorang bhikkhu senior ketika di semarang ia memang mengikuti dhamma vinaya dengan benar n berpindapatta selama 2 hari ia berpindapatta ia tidak mendapat dana makanan sma sekali menurut saya ada 2 kemungkinan
1. tempat bhikkhu itu pindapatta semuanya non buddhis
2. ada umat budhis namun tidak tahu mengenai pindapatta
lalu akhirnya bhikkhu tersebut meminta tolong seseorang yang lewat untuk membelikan makanan dari uang yang memang di milikinya n ia masih berusaha menjaga vinayanya dengan tidak menggunakan uang tersebut sendiri.

ada lagi saya dengar bhikkhu senior pula (klo ga salah bhante panna) ketika beliau pergi ke daerah n beliau menaiki ojek sampai di terminal lalu karena vinaya bhikkhu tsb ia hanya mengeluarkan uang yang di bawa untuk biaya perjalanannya dari dalam amplop n meminta tukang ojek mengambil yang dibutuhkan olehnya namun tukang ojek tersebut mengambil semua uang dari amplop tersebut maka selanjutnya bhikkhu tsb harus berjalan kaki menuju tempat tujuanya yang alhasil memakan waktu yang lama. bagaimana menurut bro indra akan cerita ini. tentu dengan lebih banyaknya umat buddha n non buddha yg lebih mengerti tentang dhamma hal demikian lebih dapat di hindari

setuju dengan anda,
namun ada beberapa hal yg harus saya sampaikan,
untuk menilai seseorang apakah ia hidups sesuai Dhamma Vinaya tidak dapat dilakukan hanya dalam satu kali pertemuan, anda harus mengenal cukup dekat dengan orang itu. hanya melaksanakan Dhamma Vinaya 2 hari tidak mewakili seluruh perbuatan seseorang seumur hidupnya

melaksanakan Dhamma Vinaya juga harus dibarengi dengan kebijaksanaan, memberikan amplop berisi uang banyak kepada orang tidak dikenal tentu beresiko seluruh uangnya diambil. toh memegang amplop berisi uang saya kira tidak ada bedanya dengan memegang uang

banyak orang tau bahwa membunuh/mencuri/dll adalah tidak baik, tapi tetap masih ada tindakan itu. IMO, sekedar tau saja tidak cukup. inilah yg saya maksudkan bahwa kualitas harus ditingkatkan.
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: kusalaputto on 12 February 2010, 10:01:55 AM
 [at] 3000
g sih kurang tau soal vinaya monk jepang klo vinaya teravada tau lah dikit2. namun dengan cara mr happy tagai ngerap n akhirnya dapat menambah umat menjadi 300 org itu sesuatu yg luarbiasa loh n menurut g nge rap msh lebih bisa g terima dibanding menyajikan minuman keras (lain orangkan!) soalnya di theravada ada jg yg baca parita tapi nadanya mirip ngerap jg soalnya g pernah latihan, trus mr tagai pun mengatakan bahwa chanting parita n rap mirip :-?.  yang penting ajaran sang buddha tetap terjaga.

[at] indra
bro alasan utama saya lebih menekankan pada kuantitas adlah karena saya ada pernah membaca statistik pertumbuhan agama buddha dimana semakin banyak viara2 yang di bangun namun umatnya tetap bahkan cenderung menurun klo bahasa kerennya turnovernya besar :)) :))
umat yang baru masuk dengan umat yg pindah besar yg pindah, lalu klo d vihara umat nya biasaya sama dengan umat yg d vihara lain itu2 jg. n yang lebih aneh lagi ada vihara di klo ga salah di jakartaselatan umatnya ketika kebaktian hanya hitungan jari saja padahal viharanya begitu megah. kan sayang vihara besar isinya cuman secuil ;D ;D ;D
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Indra on 12 February 2010, 10:58:07 AM
Quote from: kusalaputto on 12 February 2010, 10:01:55 AM
[at] indra
bro alasan utama saya lebih menekankan pada kuantitas adlah karena saya ada pernah membaca statistik pertumbuhan agama buddha dimana semakin banyak viara2 yang di bangun namun umatnya tetap bahkan cenderung menurun klo bahasa kerennya turnovernya besar :)) :))
umat yang baru masuk dengan umat yg pindah besar yg pindah, lalu klo d vihara umat nya biasaya sama dengan umat yg d vihara lain itu2 jg. n yang lebih aneh lagi ada vihara di klo ga salah di jakartaselatan umatnya ketika kebaktian hanya hitungan jari saja padahal viharanya begitu megah. kan sayang vihara besar isinya cuman secuil ;D ;D ;D

saya tetap berpendapat bahwa,
satu vihara yg sepi yg hanya terdiri dari 3 orang setiap kali kebaktian namun 3 orang itu memiliki kualitas batin sotapanna, dst adalah jauh lebih baik daripada 1000 vihara yg ramai dengan umat-umat yg hanya berhura-hura, karaoke, dsb.

ada perbedaan pandangan antara kita, saya pikir saya tidak perlu mengalihkan pandangan salah anda dengan pandangan salah saya, jadi mari kita ikuti pandangan salah kita masing2.

_/\_
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: kusalaputto on 12 February 2010, 11:05:01 AM
Quote from: Indra on 12 February 2010, 10:58:07 AM
saya tetap berpendapat bahwa,
satu vihara yg sepi yg hanya terdiri dari 3 orang setiap kali kebaktian namun 3 orang itu memiliki kualitas batin sotapanna, dst adalah jauh lebih baik daripada 1000 vihara yg ramai dengan umat-umat yg hanya berhura-hura, karaoke, dsb.

ada perbedaan pandangan antara kita, saya pikir saya tidak perlu mengalihkan pandangan salah anda dengan pandangan salah saya, jadi mari kita ikuti pandangan salah kita masing2.

_/\_

g seneg gaya lo bro :)) :)) :)) :)) pandangan salah kita masing :D mari kita menikmati pandangan ini :)) :)) :))
_/\_
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: johan3000 on 28 February 2010, 02:52:29 AM
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fmediacdn.disqus.com%2F1003%2Fimages%2Fnoavatar92.png&hash=451c0719b52b621d4c50ff3b8a3455479fd11f1d)
1 week ago
Dear reporter CNN, Kyung Lah

I like your report. It is very interesting. However, your post stated that "The Japanese Agency for Cultural Affairs reports that since 2000, hundreds of temples have closed every year.". As a respectable reporter from CNN, please give an accurate FACT. Don't just write and give negative impression of Buddhism temples in Japan is dying.

1. How many Buddhism temple in Japan today?
2. Each year hundres of Buddhism temple in Japan were closed. What they are? please list it.
3. If from year 2000 that hundred of Budhism closed each year, then How many Buddhism temple left Today ? please give the list and the number.
4. Any official report from the Japanese Agency for Cultural Affairs ?

One of the Buddhism Forum is looking foward for your finding. and I'm sure you are an responsible reporter from a very respectable company as CNN. please replay.


http://www.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/01/21/japan.hip.monks.buddhism/index.html#disqus_thread (http://www.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/01/21/japan.hip.monks.buddhism/index.html#disqus_thread)

Bro Indra, Ternyata site CNN cukup demokrasi dan tidak menutup-nutupin comment maupun protest dari luar. Diatas adalah commentnya gw yg UDAH DITAMPILKAN walaupun belum mendapat jawaban langsung dari reporter tsb.

Semoga pertanyaan kritis tsb diatas akan dijawab oleh reporternya sendiri.

_/\_ :P




Quote from: Indra on 10 February 2010, 08:42:52 PM
Quote from: johan3000 on 10 February 2010, 08:39:38 PM
The Japanese Agency for Cultural Affairs reports that since 2000, hundreds of temples have closed every year.

menurut agen urusan kebudayaan Jepang,
sejak thn 2000... ratusan wihara ditutup setiap
tahun.....

jadi kelihatannya perlu PERUBAHAN maupun cara2 baru
utk bertahan maupun mempromosikan suatu ajaran.........

kalau hip/hop caffee utk anak muda/mudi
begitu juga bar utk yg lebih berumur....

semoga mereka berhasil dehhh

nah ini tambah aneh, vihara kok bisa tutup? ada info lebih lanjut, apa alasan tutupnya?
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Riky_dave on 28 February 2010, 12:52:02 PM
Lagi2..isu2 seperti ini..
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Tekkss Katsuo on 28 February 2010, 12:53:49 PM
sedih melihat videonya.  :'(
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: johan3000 on 28 February 2010, 07:52:10 PM
Quote from: Tekkss Katsuo on 28 February 2010, 12:53:49 PM
sedih melihat videonya.  :'(

IMHO, kalau gw sih melihatnya geli, lucu dan terhibur.
(lucu karna teringat ada juga penceramah yg tidak menatap pendengarnya...
malah menatap kelantai. )

gw senang karna merasakan dia memang sangat
anthusias sekali mengajar  :x :x :x
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Tekkss Katsuo on 28 February 2010, 08:31:36 PM
kalo bro johan yg ngajar sich gw senang  :x :x :x  , kan umat awam gt.... tp ya cuma sekedar hiburan bagi saya kalo bro johan yg ngajar  :)) :)) :)) :))
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: johan3000 on 06 March 2010, 11:30:21 PM
Quote from: Tekkss Katsuo on 28 February 2010, 08:31:36 PM
kalo bro johan yg ngajar sich gw senang  :x :x :x  , kan umat awam gt.... tp ya cuma sekedar hiburan bagi saya kalo bro johan yg ngajar  :)) :)) :)) :))

Ngmong2 sewaktu RAP/HIPHOP... adakah yg tau
BOBOT Dhamma apa yg telah disampaikan oleh MONK tsb ?
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Tekkss Katsuo on 06 March 2010, 11:32:04 PM
kagak sich. org lebih terfokus pada hip hopnyaaa. keren habisss  :)) :)) :)) ...
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: kusalaputto on 08 March 2010, 11:14:15 AM
Quote from: Tekkss Katsuo on 28 February 2010, 12:53:49 PM
sedih melihat videonya.  :'(
bro link videonya donk plz thx
Title: Re: no Buddha Bar, gimana kalau MONK BAR ? boleh ?
Post by: Tekkss Katsuo on 08 March 2010, 11:29:31 AM
ini linknya brooo  liat aja

https://www.youtube.com/watch?v=M8L-oRCBgV0