mari sodara2 kita bahas:
"melihat hal2 apa adanya"
apa sich yang sodara pahami mengenai hal tersebut di atas?
Yang saya pahami adalah hanya "apa adanya saja yang terlihat"
kalo imo,
Melihat apa adanya adalah melihat dalam arti apa yg mata kita lihat ;D
tanpa dilebih2kan, it' so natural.. :)
objektif.
maksudnya melihat apa adanya saja, jangan melihat apa yg tidak ada. kalo melihat seseorang, maka lihatlah sebagai seseorang, bukan sebagai cewek sexy, dll
mirip sama thread ini http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3101.0.html
melihat apa adanya sama dgn melihat sebagaimana adanya =))
"...Diṭṭhe diṭṭhamattaṃ bhavissati, sute sutamattaṃ bhavissati, viññāte viññātamattaṃ bhavissati, mute mutamattaṃ bhavissati - In the seen it is a mere seen, in the heard, it is a mere heard, in the cognized, it is a mere cognized, and in the what is experienced, it is a mere experiece.."
menerima apa yg dilihat
karena terlalu sering melihat,
maka akan menjadi apa adanya...
SN 22. Khandhasamyutta
5(5)
...
"Dan apakah yang ia pahami sebagaimana adanya? Asal-mula dan lenyapnya bentuk; asal-mula dan lenyapnya perasaan; [14] Asal-mula dan lenyapnya persepsi; asal-mula dan lenyapnya bentukan-bentukan kehendak; asal-mula dan lenyapnya kesadaran.
"Dan apakah, para bhikkhu, asal-mula bentuk? Apakah asal-mula perasaan? Apakah asal-mula persepsi? Apakah asal-mula bentukan-bentukan kehendak? Apakah asal-mula kesadaran?
"Di sini, para bhikkhu, seseorang mencari kenikmatan, ia menyambut, ia menggenggam. Dan dalam apakah ia mencari kenikmatan, apakah yang ia sambut, apakah yang ia genggam? Ia mencari kenikmatan di dalam bentuk, menyambutnya, dan menggenggamnya. Sebagai akibatnya, kenikmatan muncul. Kenikmatan di dalam bentuk adalah kemelekatan. Dengan kemelekatannya sebagai kondisi, maka penjelmaan [muncul]; dengan penjelmaan sebagai kondisi, maka kelahiran; dengan kelahiran sebagai kondisi, maka penuaan-dan-kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan muncul. Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
"Ia mencari kenikmatan dalam perasaan ... dalam persepsi ... dalam bentukan-bentukan kehendak ... dalam kesadaran, menyambutnya, dan menggenggamnya. Sebagai akibatnya, kenikmatan muncul .... Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
"Ini, para bhikkhu, adalah asal-mula bentuk; ini adalah asal-mula perasaan; ini adalah asal-mula persepsi; ini adalah asal-mula bentukan-bentukan kehendak; ini adalah asal-mula kesadaran 30
"Dan apakah, para bhikkhu, lenyapnya bentuk? Apakah lenyapnya perasaan? Apakah lenyapnya persepsi? Apakah lenyapnya bentukan-bentukan kehendak? Apakah lenyapnya kesadaran?
"Di sini, para bhikkhu, seseorang tidak mencari kenikmatan, ia tidak menyambut, ia tidak menggenggam. Dan dalam apakah ia tidak mencari kenikmatan? Apakah yang tidak ia sambut? Apakah yang tidak ia genggam? Ia tidak mencari kenikmatan di dalam bentuk, tidak menyambutnya, tidak menggenggamnya. Sebagai akibatnya, kenikmatan di dalam bentuk lenyap. Dengan lenyapnya kenikmatan, maka lenyap pula kemelekatan; dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan .... Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
"Seseorang tidak mencari kenikmatan di dalam perasaan ... [15] ... di dalam persepsi ... di dalam bentukan-bentukan kehendak ... di dalam kesadaran, tidak menyambutnya, tidak menggenggamnya. Sebagai akibatnya, kenikmatan di dalam kesadaran lenyap ... Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
"Ini, para bhikkhu, adalah lenyapnya bentuk; ini adalah lenyapnya perasaan; ini adalah lenyapnya persepsi; ini adalah lenyapnya bentukan-bentukan kehendak; ini adalah lenyapnya kesadaran."
Melihat timbul dan tenggelamnya fenomena tanpa ikut terlarut ke dalamnya. Melihat halangan, daya pikat dari fenomena tsb dan melihat jalan melepaskan diri darinya.
melihat = melihat melalui mata kebijaksanaan yang datang dari konsentrasi sebagai penyebab terdekatnya
hal-hal = bentuk fisik dan mental baik di dalam maupun di luar
apa adanya = tidak kekal, tidak memuaskan dan bukan diri
ya cuma ngeliat, kagak masuk ke persepsi dan pencerapan
Quote from: johan3000 on 12 December 2009, 01:51:45 PM
karena terlalu sering melihat,
maka akan menjadi apa adanya...
Namun bagi kebanyakan, karena sering melihat, dikotomi antara subyek dan obyek, baik dan buruk, indah dan jelek, akan semakin nampak. :D
Quote from: Peacemind on 13 December 2009, 09:38:37 AM
Quote from: johan3000 on 12 December 2009, 01:51:45 PM
karena terlalu sering melihat,
maka akan menjadi apa adanya...
Namun bagi kebanyakan, karena sering melihat, dikotomi antara subyek dan obyek, baik dan buruk, indah dan jelek, akan semakin nampak. :D
Atau terlalu sering melihat sehingga tidak dapat membuat dikotomi lagi? ;D
Quote from: Jerry on 13 December 2009, 10:49:49 AM
Quote from: Peacemind on 13 December 2009, 09:38:37 AM
Quote from: johan3000 on 12 December 2009, 01:51:45 PM
karena terlalu sering melihat,
maka akan menjadi apa adanya...
Namun bagi kebanyakan, karena sering melihat, dikotomi antara subyek dan obyek, baik dan buruk, indah dan jelek, akan semakin nampak. :D
Atau terlalu sering melihat sehingga tidak dapat membuat dikotomi lagi? ;D
Saya rasa ada macam orang di sini Jerry. Pertama seseorang tidak membuat dikotomi lagi karena memang sudah masa bodoh dengan moral atau norma2 kehidupan. Sebagai contoh, seseorang yang terbiasa mencuri, tidak akan melihat lagi bahwa pencurian adalah kejahatan. Kedua, seseorang yang tidak melihat dikotomi lagi karena kebijaksaaan. Ia melihat segala sesuatu yang berkondisi sebgai anicca, dukkha dan anatta. Kedua macam orang ini tidak memiliki dikotomi juga karena terbiasa melihat. Yang satu terbiasa melihat melalui kebodohan, dan yang satunya terbiasa melihat karena kebijaksanaan. :D
dan tipe ke-2 yg tidak mendikotomi karena melihat sgl sst sbg anicca, dukkha, anatta pun sebenarnya membuat dikotomi antara anicca dng nicca, dukkha dng sukha dan anatta dng atta. :D
kayanya yg benar2 tdk membuat dikotomi yg contoh pertama. :))
:-t atau jangan2 pun masih membuat dikotomi?
Quote from: Hendra Susanto on 12 December 2009, 05:41:33 PM
"Dan apakah, para bhikkhu, asal-mula bentuk? Apakah asal-mula perasaan? Apakah asal-mula persepsi? Apakah asal-mula bentukan-bentukan kehendak? Apakah asal-mula kesadaran?
"Di sini, para bhikkhu, seseorang mencari kenikmatan, ia menyambut, ia menggenggam. Dan dalam apakah ia mencari kenikmatan, apakah yang ia sambut, apakah yang ia genggam? Ia mencari kenikmatan di dalam bentuk, menyambutnya, dan menggenggamnya. Sebagai akibatnya, kenikmatan muncul. Kenikmatan di dalam bentuk adalah kemelekatan. Dengan kemelekatannya sebagai kondisi, maka penjelmaan [muncul]; dengan penjelmaan sebagai kondisi, maka kelahiran; dengan kelahiran sebagai kondisi, maka penuaan-dan-kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan muncul. Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
...
Adakah literatur khusus yang membahas tentang perbedaan atau pengertian dari: bentuk, perasaan, persepsi, kesadaran, dsb ?
melihat apa adanya menurut guru dhamma ku masih di cengkram oleh tilakhana :))