Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Meditasi => Topic started by: fabian c on 22 November 2009, 09:14:54 AM

Title: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 22 November 2009, 09:14:54 AM
Banyak sekali pandangan yang menganggap bahwa konsentrasi yang kuat identik dengan Jhana,

Apakah seseorang yang berlatih meditasi selalu mengarah ke Jhana?
Apakah seseorang yang berlatih meditasi Vipassana bhavana akan mengalami Jhana terlebih dahulu?

mengapa demikian? silahkan dikemukakan pandangannya disini.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Peacemind on 22 November 2009, 11:43:12 AM
Fabian C:

Sebelum membahas apakah konsentrasi kuat identik dengan jhana, saya ingin bertanya kepada anda mengenai definisi konsentrasi. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi di sini? Ini juga perlu dibahas karena saat ini ketika kita berbicara mengenai konsentrasi, umumnya dalam angan kita, ada semacam ide bahwa dalam pikiran yang terkonsentrasi, pikiran melekat secara kuat dan kaku terhadap obyek. Padahal, jika jhana juga dikatakn sebagai samādhi, kondisi demikian memungkinkan seseorang memperoleh pikiran yang fleksible, relaks, tenang, namun tercerap, terpusat ke dalam obyek. Dalam Jhāna, tidak ada pikiran yang kaku atau intense.

Apakah seseorang yang berlatih meditasi selalu mengarah kepada jhana? Jawabannya adalh tergantung pada obyek yang dilatih dalam meditasi. Sebagai contoh, jika seseorang menggunakan 4 elemen sebagai obyek meditasi, paling banter, ia akan mencapai upacarasamādhi.

Apakah seseorang yang berlatih meditasi Vipassanabhavana akan mengalami jhana terlebih dahulu? Menurut pendapat saya, selama seseorang mengamati muncul dan lenyapnya setiap fenomena yang muncul sesuai dengan apa yang dilakukan dalam praktik Vipassana, ia tidak akan  mencapai Jhana. Alasannya, dalam jhana seseorang hanya memerlukan pemusatan pikiran terhadap satu obyek saja, sedangkan dalam vipassana seseorang mengamati obyek yang bermunculan tanpa terpaku dengan satu obyek saja. Oleh karena itu, kalaupun ada samādhi, vipassana umumnya menghasilkan khanikasamādhi  (momentary concentration) saja.

Terlepas dari apa yang dijelaskan di atas, saya juga memiliki pendapat lain bahwa meskipun seseorang mengarahkan meditasinya ke vipassana, ada saat-saat tertentu di mana seseorang bisa mencapai upacarasamādhi, bahkan sangat mungkin untuk mencapai jhana. Dalam hal ini, pikiran tenang yang didapat dari latihan vipassana bisa diarahkan kepada pemusatan terhadap satu obyek dan bisa menghasilkan jhana. Ini bisa dilihat dalam penjelasan Samaññaphalasutta. Di Sutta ini, sebelum seorang bhikkhu dianjurkan untuk pergi ke tempat sepi atau hutan, ia hendaknya mengendalikan dirinya sesuai dengan patimokkha, menjaga indera2 mereka, melatih sati sampajāna, dan hidup terpuaskan. Setelah itu, ia pergi ke hutan atau tempat sepi, melenyapkan 5 rintangan batin untuk sementara dan akhirnya mengarahkan pikirannya ke jhana. Seperti yang kita ketahui, dalam vipassana, sati sampajāna merupakan dua faktor yang sangt penting. Dan dalam sutta ini, sati sampajana harus dilatih terlebih dahulu sebelum seseorang mencpai jhana. Selain itu, jika kita melihat Mahācattārisakasutta dari Majjhimaniāya, Jalan Mulia berunsur Delapan berkembang dengan diawali sammādiṭṭhi. Kemudian sammādiṭṭhi membantu seseorang untuk memperoleh sammāsankappa, dan seterusnya sampai akhirnya dikatakn bahwa sammāsati membantu pengembangan sammāsamādhi. Pernyataan ini penting karena sammāsati sangat identik dengan vipassana, sementara sammāsamādhi dengan jhāna. Jika kita menerima pernyataan sutta ini, bisa disimpulkan bahwa vipassana pun sangat membantu seseorang untuk mengembangkan jhāna.

Selain itu, mengapa di atas saya katakn bahwa seseorang yang mempraktikkan vipassana bisa mencapai upacara? Seseorang yang mengamati nāmarūpa dalam vipassana, secara alami, suatu saat, ia akan menjadi familiar terhadap empat unsur jasmani. Ada saat2 di mana ketika pikiran mengamati muncul dan lenyapnya empat unsur jasmani ini, pikiran menjadi terpusat dengan satu unsur saja dan mengarahkan seseorang pada upacarasamādhi..

Mungkin dari saudara/ri di sini ada opini lain.. silahkan.

Be happy.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Jerry on 22 November 2009, 11:44:46 PM
IMO,

Ya.
Tergantung yogi itu sendiri.
Belum tentu, dan apakah ia akan mengalami, tergantung pada yogi itu kembali.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: marcedes on 23 November 2009, 12:05:43 AM
sang Buddha berkata dalam Tipitaka..
konsentrasi benar itu mengacu pada pencapaian jhana...bukan khanika samadhi atau upacara samadhi.....
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: g.citra on 23 November 2009, 12:36:39 AM
 [at] peacemind

Apakah artinya:
1. upacarasamādhi ?
2. khanikasamādhi ?

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Peacemind on 23 November 2009, 01:13:27 AM
Quote from: g.citra on 23 November 2009, 12:36:39 AM
[at] peacemind

Apakah artinya:
1. upacarasamādhi ?
2. khanikasamādhi ?

_/\_

Umumnya upacarasamādhi diterjemahkan sebagai "Access concentration". Kata samādhi berasal dari awalan upa + kata cara dan samādhi. Secara harafiah, Upa = dekat, cara = melakukan, samādhi = konsentrasi. Dalam hal ini, kondisi batin ini dikatakn sebagai upacarasamādhi karena konsentrasi ini sangat dekat dengan jhāna yang mana sering sekali diidentifikasikan dengan kata samādhi. Sementara itu, khanikasamādhi diterjemahkan sebagai 'momentary concentration' - konsentrasi sementara. Sebenarnya, khanika berasal dari akar kata 'khana' yang berarti 'momen' atau 'waktu' dan akhiran 'ika' yang diselipkan untuk menjadikan kata tersebut sebagai kata sifat. Khanikasamādhi dikatakn demikian karena konsentrasi ini bersifat sementara dalam arti tidak sekuat ketika seseorang terpusat terus menerus kepada satu obyek seperti halnya ketika seseorang mencapai upacarasamādhi atau jhana.

Be happy.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 23 November 2009, 08:17:47 AM
Quote from: Peacemind on 23 November 2009, 01:13:27 AM
Quote from: g.citra on 23 November 2009, 12:36:39 AM
[at] peacemind

Apakah artinya:
1. upacarasamādhi ?
2. khanikasamādhi ?

_/\_

Umumnya upacarasamādhi diterjemahkan sebagai "Access concentration". Kata samādhi berasal dari awalan upa + kata cara dan samādhi. Secara harafiah, Upa = dekat, cara = melakukan, samādhi = konsentrasi. Dalam hal ini, kondisi batin ini dikatakn sebagai upacarasamādhi karena konsentrasi ini sangat dekat dengan jhāna yang mana sering sekali diidentifikasikan dengan kata samādhi. Sementara itu, khanikasamādhi diterjemahkan sebagai 'momentary concentration' - konsentrasi sementara. Sebenarnya, khanika berasal dari akar kata 'khana' yang berarti 'momen' atau 'waktu' dan akhiran 'ika' yang diselipkan untuk menjadikan kata tersebut sebagai kata sifat. Khanikasamādhi dikatakn demikian karena konsentrasi ini bersifat sementara dalam arti tidak sekuat ketika seseorang terpusat terus menerus kepada satu obyek seperti halnya ketika seseorang mencapai upacarasamādhi atau jhana.

Be happy.

Saudara Peacemind yang baik,

Dikatakan kanika samadhi tidak sekuat upacara samadhi atau Jhana, sedangkan untuk berlatih Vipassana diperlukan kanika samadhi, maka dengan demikian maka logikanya untuk mencapai Magga-Phala secara teoritis lebih mudah daripada mencapai Jhana, apa demikian?

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 23 November 2009, 08:20:34 AM
Quote from: marcedes on 23 November 2009, 12:05:43 AM
sang Buddha berkata dalam Tipitaka..
konsentrasi benar itu mengacu pada pencapaian jhana...bukan khanika samadhi atau upacara samadhi.....

Saudara Marcedes yang baik,

Apakah memang benar demikian? boleh tahu dimana dikatakan bahwa hanya Jhana yang dianggap konsentrasi benar?
Apakah bila belum mencapai jhana dianggap belum benar?

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Peacemind on 23 November 2009, 08:51:58 AM
Quote from: fabian c on 23 November 2009, 08:17:47 AM
Quote from: Peacemind on 23 November 2009, 01:13:27 AM
Quote from: g.citra on 23 November 2009, 12:36:39 AM
[at] peacemind

Apakah artinya:
1. upacarasamādhi ?
2. khanikasamādhi ?

_/\_

Umumnya upacarasamādhi diterjemahkan sebagai "Access concentration". Kata samādhi berasal dari awalan upa + kata cara dan samādhi. Secara harafiah, Upa = dekat, cara = melakukan, samādhi = konsentrasi. Dalam hal ini, kondisi batin ini dikatakn sebagai upacarasamādhi karena konsentrasi ini sangat dekat dengan jhāna yang mana sering sekali diidentifikasikan dengan kata samādhi. Sementara itu, khanikasamādhi diterjemahkan sebagai 'momentary concentration' - konsentrasi sementara. Sebenarnya, khanika berasal dari akar kata 'khana' yang berarti 'momen' atau 'waktu' dan akhiran 'ika' yang diselipkan untuk menjadikan kata tersebut sebagai kata sifat. Khanikasamādhi dikatakn demikian karena konsentrasi ini bersifat sementara dalam arti tidak sekuat ketika seseorang terpusat terus menerus kepada satu obyek seperti halnya ketika seseorang mencapai upacarasamādhi atau jhana.

Be happy.

Saudara Peacemind yang baik,

Dikatakan kanika samadhi tidak sekuat upacara samadhi atau Jhana, sedangkan untuk berlatih Vipassana diperlukan kanika samadhi, maka dengan demikian maka logikanya untuk mencapai Magga-Phala secara teoritis lebih mudah daripada mencapai Jhana, apa demikian?

_/\_

Kekuatan konsentrasi khanikasamādhi memang tidak sekuat upacarasamādhi dan appanasamādhi (jhāna), namun tidak bisa dikatakan bahwa mencapai magga-phala lebih mudah daripada mencapai jhāna. Secara teoritis pun, mencapai magga-phala jelas lebih sulit daripada mencapai jhāna. Dalam urutan sattavisuddhi (seven stages of purification - tujuh tingkat kesucian) yang telah dijelaskan secara detil dalam Visuddhimagga, upacarasamādhi, jhāna berada pada tingkat yang tidak berbeda dari khanikasamādhi, yakni masih dalam tingkat kedua (cittavisuddhi - kesucian pikiran). Visuddhimagga menjelaskan bahwa Magga-phala muncul keika seseorang mencapai tingkat kesucian terakhir yakni Ñāṇadassanavisuddhi (the purification of knowledge and vision - kesucian pengetahuan dan  penglihatan). Oleh karena itu, untuk mencapai Magga-phala, setelah mencapai jhāna pun, ia harus melewati empat tingkat kesucian lainnya, yakni:

- diṭṭhivisuddhi (kesucian pandangan)
- Kaṇkhavitaranavisuddhi (kesucian dengan mengatasi keragu-raguan)
- Maggamaggañaṇadassanavisuddhi (kesucian mengetahui dan melihat mana yang jalan dan mana yang bukan jalan).
-Paṭipadāñāṇadassanavisuddhi (kesucian mengetahui dan melihat Jalan).

Be happy.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Sumedho on 23 November 2009, 11:29:03 AM
utk bahas upacarasamādhi dan khanikasamādhi, mungkin ada baiknya kita buka dan rujuk ke "contekan". Ada yg punya?
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: marcedes on 23 November 2009, 05:17:13 PM
Quote from: fabian c on 23 November 2009, 08:20:34 AM
Quote from: marcedes on 23 November 2009, 12:05:43 AM
sang Buddha berkata dalam Tipitaka..
konsentrasi benar itu mengacu pada pencapaian jhana...bukan khanika samadhi atau upacara samadhi.....

Saudara Marcedes yang baik,

Apakah memang benar demikian? boleh tahu dimana dikatakan bahwa hanya Jhana yang dianggap konsentrasi benar?
Apakah bila belum mencapai jhana dianggap belum benar?
_/\_

"And what is right concentration? There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful (mental) qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of composure, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This is called right concentration."
— SN 45.8
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana... the second jhana... the third... the fourth... the dimension of the infinitude of space... the dimension of the infinitude of consciousness... the dimension of nothingness. I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of neither perception nor non-perception."
— AN 9.36
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"These are the four developments of concentration. Which four? There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents.

(1) "And what is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now? There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of composure, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This is the development of concentration that... leads to a pleasant abiding in the here & now.

(2) "And what is the development of concentration that... leads to the attainment of knowledge & vision? There is the case where a monk attends to the perception of light and is resolved on the perception of daytime [at any hour of the day]. Day [for him] is the same as night, night is the same as day. By means of an awareness open & unhampered, he develops a brightened mind. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision.

(3) "And what is the development of concentration that... leads to mindfulness & alertness? There is the case where feelings are known to the monk as they arise, known as they persist, known as they subside. Perceptions are known to him as they arise, known as they persist, known as they subside. Thoughts are known to him as they arise, known as they persist, known as they subside. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness.

(4) "And what is the development of concentration that... leads to the ending of the effluents? There is the case where a monk remains focused on arising & falling away with reference to the five clinging-aggregates: 'Such is form, such its origination, such its passing away. Such is feeling... Such is perception... Such are fabrications... Such is consciousness, such its origination, such its disappearance.' This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents.

"These are the four developments of concentration."
— AN 4.41


sdr,fabian...
dalam ovadapatimokka yg biasa di baca dalam buku paritta suci,juga tertulis...........

dimaksudkan adalah samadhi dalam tingkat dasariah adalah hettimena dan tingkat tinggi adalah uparimena..
samadhi dasariah adalah "ia adalah seorang ariyasavako,jika ia dapat melepaskan kekotoran batin[kilesa] dari pikiran kemudian mencapai konsetrasi dan penunggalan pikiran.

tingkat tinggi adalah
"demikianlah kalau ia [ bikkhu] dapat menjauhkan diri dari nafsu keinginan ,dapat menjauhkan diri dari perbuatan tidak baik, kemudian masuk dan berdiam dalam jhana pertama...........jhana ke-4 yakni suatu keadaan yg benar-benar seimbang,yg memiliki perhatian murni [ sati parisuddhi ], bebas dari perasaan bahagia dan tidak bahagia"

-----------------------------
sekali lagi saya tidak mengatakan jika bukan jhana maka bukan samma-samadhi....
tetapi dalam sutta bukan kitab komentar...dimana acuan konsentrasi yang di sabdakan Buddha tertulis mengacu pada pencapaian jhana.



Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 23 November 2009, 07:49:16 PM

Quote from: fabian c on 23 November 2009, 08:20:34 AM
Quote from: marcedes on 23 November 2009, 12:05:43 AM
sang Buddha berkata dalam Tipitaka..
konsentrasi benar itu mengacu pada pencapaian jhana...bukan khanika samadhi atau upacara samadhi.....

Saudara Marcedes yang baik,

Apakah memang benar demikian? boleh tahu dimana dikatakan bahwa hanya Jhana yang dianggap konsentrasi benar?
Apakah bila belum mencapai jhana dianggap belum benar?
_/\_
Quote"And what is right concentration? There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful (mental) qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of composure, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This is called right concentration."
— SN 45.8
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana... the second jhana... the third... the fourth... the dimension of the infinitude of space... the dimension of the infinitude of consciousness... the dimension of nothingness. I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of neither perception nor non-perception."
— AN 9.36
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sdr marcedes yang baik,
Saya tidak melihat bahwa sutta ini mengatakan hanya Jhana konsentrasi yang benar.
Apakah meditasi terhadap empat unsur (4 elements/mahabhuta), meditasi terhadap Buddha (Buddhanussati),  Dhamma (dhammanussati) dan Sangha (Sanghanussati) bukan meditasi yang benar? Karena perlu diingat bahwa objek meditasi yang saya sebutkan diatas tidak bisa membawa meditator pada Jhana.

Terus terang kadang-kadang saya merasa enggan menjadikan access to insight sebagai referensi karena saya melihat bahwa bhikkhu Thanissaro seringkali bias, ia pro pada pandangan bahwa kesucian hanya bisa dicapai bila seseorang telah memiliki Jhana.

Penyebab saya masih sering menjadikan access to insight sebagai referensi hanya karena terpaksa.

Quote
"These are the four developments of concentration. Which four? There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents.

(1) "And what is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now? There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of composure, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This is the development of concentration that... leads to a pleasant abiding in the here & now.

(2) "And what is the development of concentration that... leads to the attainment of knowledge & vision? There is the case where a monk attends to the perception of light and is resolved on the perception of daytime [at any hour of the day]. Day [for him] is the same as night, night is the same as day. By means of an awareness open & unhampered, he develops a brightened mind. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision.

(3) "And what is the development of concentration that... leads to mindfulness & alertness? There is the case where feelings are known to the monk as they arise, known as they persist, known as they subside. Perceptions are known to him as they arise, known as they persist, known as they subside. Thoughts are known to him as they arise, known as they persist, known as they subside. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness.

(4) "And what is the development of concentration that... leads to the ending of the effluents? There is the case where a monk remains focused on arising & falling away with reference to the five clinging-aggregates: 'Such is form, such its origination, such its passing away. Such is feeling... Such is perception... Such are fabrications... Such is consciousness, such its origination, such its disappearance.' This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents.

"These are the four developments of concentration."
— AN 4.41

Saya rasa saudara Marcedes sudah menjawab sendiri bahwa ada empat macam pengembangan konsentrasi.

Quotesdr,fabian...
dalam ovadapatimokka yg biasa di baca dalam buku paritta suci,juga tertulis...........

dimaksudkan adalah samadhi dalam tingkat dasariah adalah hettimena dan tingkat tinggi adalah uparimena..
samadhi dasariah adalah "ia adalah seorang ariyasavako,jika ia dapat melepaskan kekotoran batin[kilesa] dari pikiran kemudian mencapai konsetrasi dan penunggalan pikiran.

tingkat tinggi adalah
"demikianlah kalau ia [ bikkhu] dapat menjauhkan diri dari nafsu keinginan ,dapat menjauhkan diri dari perbuatan tidak baik, kemudian masuk dan berdiam dalam jhana pertama...........jhana ke-4 yakni suatu keadaan yg benar-benar seimbang,yg memiliki perhatian murni [ sati parisuddhi ], bebas dari perasaan bahagia dan tidak bahagia"

-----------------------------

Perhatikan Ariyasavako apakah saudara Marcedes mengerti artinya? Ariya-Savaka berarti siswa Ariya (siswa yang telah mencapai kesucian), pertanyaannya darimanakah Ariya nya didapat? sedangkan konsentrasi dan penunggalan pikirannya belakangan

Quotesekali lagi saya tidak mengatakan jika bukan jhana maka bukan samma-samadhi....
tetapi dalam sutta bukan kitab komentar...dimana acuan konsentrasi yang di sabdakan Buddha tertulis mengacu pada pencapaian jhana.

Dan bagaimana dengan sutta lain yang mengatakan bahwa objek meditasi tertentu hanya mencapai upacara samadhi? apakah sutta yang lain itu salah?

_/\_



Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 23 November 2009, 08:18:09 PM

Quote from: fabian c on 23 November 2009, 08:17:47 AM
Quote from: Peacemind on 23 November 2009, 01:13:27 AM
Quote from: g.citra on 23 November 2009, 12:36:39 AM
[at] peacemind

Apakah artinya:
1. upacarasamādhi ?
2. khanikasamādhi ?

_/\_

Umumnya upacarasamādhi diterjemahkan sebagai "Access concentration". Kata samādhi berasal dari awalan upa + kata cara dan samādhi. Secara harafiah, Upa = dekat, cara = melakukan, samādhi = konsentrasi. Dalam hal ini, kondisi batin ini dikatakn sebagai upacarasamādhi karena konsentrasi ini sangat dekat dengan jhāna yang mana sering sekali diidentifikasikan dengan kata samādhi. Sementara itu, khanikasamādhi diterjemahkan sebagai 'momentary concentration' - konsentrasi sementara. Sebenarnya, khanika berasal dari akar kata 'khana' yang berarti 'momen' atau 'waktu' dan akhiran 'ika' yang diselipkan untuk menjadikan kata tersebut sebagai kata sifat. Khanikasamādhi dikatakn demikian karena konsentrasi ini bersifat sementara dalam arti tidak sekuat ketika seseorang terpusat terus menerus kepada satu obyek seperti halnya ketika seseorang mencapai upacarasamādhi atau jhana.

Be happy.

Saudara Peacemind yang baik,

Dikatakan kanika samadhi tidak sekuat upacara samadhi atau Jhana, sedangkan untuk berlatih Vipassana diperlukan kanika samadhi, maka dengan demikian maka logikanya untuk mencapai Magga-Phala secara teoritis lebih mudah daripada mencapai Jhana, apa demikian?

_/\_

QuoteKekuatan konsentrasi khanikasamādhi memang tidak sekuat upacarasamādhi dan appanasamādhi (jhāna), namun tidak bisa dikatakan bahwa mencapai magga-phala lebih mudah daripada mencapai jhāna. Secara teoritis pun, mencapai magga-phala jelas lebih sulit daripada mencapai jhāna. Dalam urutan sattavisuddhi (seven stages of purification - tujuh tingkat kesucian) yang telah dijelaskan secara detil dalam Visuddhimagga, upacarasamādhi, jhāna berada pada tingkat yang tidak berbeda dari khanikasamādhi, yakni masih dalam tingkat kedua (cittavisuddhi - kesucian pikiran). Visuddhimagga menjelaskan bahwa Magga-phala muncul keika seseorang mencapai tingkat kesucian terakhir yakni Ñāṇadassanavisuddhi (the purification of knowledge and vision - kesucian pengetahuan dan  penglihatan). Oleh karena itu, untuk mencapai Magga-phala, setelah mencapai jhāna pun, ia harus melewati empat tingkat kesucian lainnya, yakni:

- diṭṭhivisuddhi (kesucian pandangan)
- Kaṇkhavitaranavisuddhi (kesucian dengan mengatasi keragu-raguan)
- Maggamaggañaṇadassanavisuddhi (kesucian mengetahui dan melihat mana yang jalan dan mana yang bukan jalan).
-Paṭipadāñāṇadassanavisuddhi (kesucian mengetahui dan melihat Jalan).

Be happy.

Sdra peace of mind yang baik,

Coba perhatikan ketidak sinkronan dan simpang siur antara pernyataan yang sering diungkapkan oleh banyak praktisi meditasi dan skolar berikut ini.
- untuk berlatih meditasi Vipassana diperlukan Jhana
- untuk berlatih meditasi Vipassana diperlukan kanika samadhi
- kanika samadhi lebih rendah dari upacara samadhi
- Sesudah mencapai Jhana baru bisa meditasi Vipassana
Coba resapi betapa simpang siurnya... bukankah ini berarti sesudah mencapai Jhana harus melatih kanika samadhi lagi untuk bervipassana?
Pa Auk Sayadaw dalam salah satu khotbah beliau juga mengatakan bahwa sesudah Jhana menjadi komplit tetap mengembangkan kanika samadhi lagi bila berlatih Vipassana.

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Peacemind on 23 November 2009, 09:45:11 PM
Quote from: fabian c on 23 November 2009, 08:18:09 PM

[
Sdra peace of mind yang baik,

Coba perhatikan ketidak sinkronan dan simpang siur antara pernyataan yang sering diungkapkan oleh banyak praktisi meditasi dan skolar berikut ini.
- untuk berlatih meditasi Vipassana diperlukan Jhana
- untuk berlatih meditasi Vipassana diperlukan kanika samadhi
- kanika samadhi lebih rendah dari upacara samadhi
- Sesudah mencapai Jhana baru bisa meditasi Vipassana
Coba resapi betapa simpang siurnya... bukankah ini berarti sesudah mencapai Jhana harus melatih kanika samadhi lagi untuk bervipassana?
Pa Auk Sayadaw dalam salah satu khotbah beliau juga mengatakan bahwa sesudah Jhana menjadi komplit tetap mengembangkan kanika samadhi lagi bila berlatih Vipassana.

_/\_

Menurut pendapat saya begini. Pentingnya jhāna dalam praktik vipassana bukan terletak  pada SAAT SESEORANG BERADA DALAM JHĀNA. Namun yang menjadi penting di sini adalah seseorang yang telah memperoleh jhāna, apalagi ahli dalam jhāna, dalam kehidupan sehari-harinya pun, memiliki pikiran yang lebih tenang, fleksibel, lebih terpusat dan lebih murni. Kondisi pikiran demikian sangat mendukung seseorang untuk melihat fenomena batin dan jasmani lebih jelas. Dengan kata lain, kondisi pikiran demikian akan mempermudah seseorang untuk mempraktikkan Vipassana. Namun demikian, untuk memperoleh kemajuan yang berarti dalam praktik Vipassana bukan diharuskan bahwa seseorang harus memperoleh jhāna. Para guru meditasi mengatakan bahwa upacārasamādhi atau bahkan khaṇikasamādhi pun cukup dijadikan pondasi bagi seseorang dalam praktik Vipassana. Kenyataannya, seperti yang dijelaskan oleh guru2 meditasi, DALAM KONDISI JHĀNA, seseorang tidak bisa melihat timbul tenggelamnya fenomena karena dalam jhāna pikiran seseorang terserap ke satu obyek saja. Oleh karenanya, ia harus keluar dari jhāna untuk melihat timbul-tenggelamnya fenomena. Namun demikian, sekali lagi saya ulangi, seseorang yang telah mencapai jhāna memiliki kondisi pikiran yang lebih stabil daripada orang2 yang belum mencapai jhāna, sehingga setelah keluar dari jhāna pun, kondisi pikiran demikian sangat mendukung dalam praktik vipassana. Berbeda dari jhāna dan upacārasamādhi, dalam khaṇikasamādhi, seseorang masih mampu mengamati muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani. Pada kenyataannya, khaṇikasamādhi merupakan konsentrasi yang diperoleh ketika seseorang menggunakan obyek muncul dan lenyapnya fenomena. Oleh karena itu, para meditator menjelaskan bahwa untuk melatih vipassana seseorang harus melatih / mencapai khaṇikasamādhi karena konsentrasi ini tidak menganggu pengamatan fenomena batin dan jasmani yang timbul tenggelam. Bahkan, khaṇikasamādhi bisa dikatakan sebagai faktor yang sangat perlu ketika seseorang mempraktikkan vipassana.

Jika demikian halnya, saya rasa beberapa argumen bukan masalah lagi.

Be happy.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: hendrako on 23 November 2009, 10:22:03 PM
Dari Angutara Nikaya:

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.

Sumber: Samaggiphala.or.id
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: marcedes on 23 November 2009, 11:45:41 PM
QuoteSdr marcedes yang baik,
Saya tidak melihat bahwa sutta ini mengatakan hanya Jhana konsentrasi yang benar.
Apakah meditasi terhadap empat unsur (4 elements/mahabhuta), meditasi terhadap Buddha (Buddhanussati),  Dhamma (dhammanussati) dan Sangha (Sanghanussati) bukan meditasi yang benar? Karena perlu diingat bahwa objek meditasi yang saya sebutkan diatas tidak bisa membawa meditator pada Jhana.
sdr fabian,
mungkin memang buddhanusati,dsb-nya tidak membawa pada jhana, tetapi setidaknya bisa mengarahkan pada jhana....
misalkan jika seseorang mengganti objek nya....dari buddhanusati ke metta, atau ke anapanasati....

QuoteTerus terang kadang-kadang saya merasa enggan menjadikan access to insight sebagai referensi karena saya melihat bahwa bhikkhu Thanissaro seringkali bias, ia pro pada pandangan bahwa kesucian hanya bisa dicapai bila seseorang telah memiliki Jhana.

Penyebab saya masih sering menjadikan access to insight sebagai referensi hanya karena terpaksa.

saya mencopas sesuai yg tertulis dalam situ,andai ada pembaca yg mengerti bahasa pali...langsung saja copas dari sana dan bahas bersama..
mengenai bikkhu thanissaro, bukankah pendapat nya sama dengan Ajahnbrahm....yg mengutamakan jhana...
nah sekarang apakah anda lebih merasa hebat dari mereka ber-2? atau anda sudah yakin bahwa anda adalah seorang paling tidak ariya...?
buka-bukaan di sini kan gpp, anda tidak terikat vinaya...lagian kalau anda memang seorang ariya, boleh bagi pengalaman nya...tentu ga masalah..
walau pasti ada pro-kontra seperti Luantamaha boowa.

mereka ber-dua memilih jalan yg menggunakan Jhana, karena mungkin mereka telah merealisasikan sesuatu....

kalau keyakinan anda mengenai hal tersebut berdasar pada pegangan buku[tipitaka + kitab komentar] bagaimana dengan kasus AjahnMun seperti yg saya katakan...bukankah Luanta mahaboowa mengaku dirinya "ARAHAT" tetapi disatu sisi mengatakan sesuatu yang pasti bertolak dengan TIPITAKA...terutama tentang sesudah "anupadisesa-nibbana"

"sy tidak berani mengatakan bahwa Luanta Bohong atau Luanta benar....karena level meditasi saya tidak sebanding mereka"
kalau anda berani mengatakan Bikkhu Thissanaro dan AjahnBrahm keliru, sungguh luar biasa...berarti anda pasti melebihi mereka ber-2 dalam hal meditasi....sampai anda berani mengambil kesimpulan demikian.
bisakah anda babarkan pengalaman anda/menjumpai bikkhu yg berpendapat sama dengan anda...sy mohon info nya..

---------------------------------
dari 4 pengembangan konsentrasi bahasa inggris, bisakah terjemahkan untuk saya 2-4.....saya tidak paham bahasa inggris sebegitu...

Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Jerry on 24 November 2009, 12:24:30 AM
Hmm :-?
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Peacemind on 24 November 2009, 01:04:57 AM
Mbah Jerry... kok pake hmmm.. any idea? :D
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Jerry on 24 November 2009, 01:53:49 AM
Sebenarnya sudah tulis td, tp edit ah.. Ngga jadi ikutan deh.. :P

Kan aye aliran sesat punya ^-^
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Sumedho on 24 November 2009, 07:37:13 AM
sok ngaku diri sendiri sesat.... pernyataan tidak berdasar.... hayo buktikan !!! :))
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Sumedho on 24 November 2009, 07:39:58 AM
QuoteTerus terang kadang-kadang saya merasa enggan menjadikan access to insight sebagai referensi karena saya melihat bahwa bhikkhu Thanissaro seringkali bias, ia pro pada pandangan bahwa kesucian hanya bisa dicapai bila seseorang telah memiliki Jhana.

Penyebab saya masih sering menjadikan access to insight sebagai referensi hanya karena terpaksa.

soal ini, yah kita kan bukan ambil dari kata2x beliau, tetapi dari Sutta2x terjemahannya. lagi pula site itu bukan punya bhante Thanissaro, tapi punya si John Bullit.

kalau dari yg saya tahu beliau tidak berkata semua jenis tingkat kesucian memerlukan jhana. unless i miss something? CMIIW

kalau dari sudut kebalikannya, kenapa yg tidak pro jhana itu tidak merujuk pada sutta?
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 24 November 2009, 09:01:38 AM
Quote
QuoteSdr marcedes yang baik,
Saya tidak melihat bahwa sutta ini mengatakan hanya Jhana konsentrasi yang benar.
Apakah meditasi terhadap empat unsur (4 elements/mahabhuta), meditasi terhadap Buddha (Buddhanussati),  Dhamma (dhammanussati) dan Sangha (Sanghanussati) bukan meditasi yang benar? Karena perlu diingat bahwa objek meditasi yang saya sebutkan diatas tidak bisa membawa meditator pada Jhana.
sdr fabian,
mungkin memang buddhanusati,dsb-nya tidak membawa pada jhana, tetapi setidaknya bisa mengarahkan pada jhana....
misalkan jika seseorang mengganti objek nya....dari buddhanusati ke metta, atau ke anapanasati....

Saudara Marcedes yang baik,
Bila harus mengganti objek ke anapanasati atau ke metta, objek meditasi benar atau salah yang sebelumnya dipelajari juga akan membawa dia pada Jhana, bahkan bila dia belum pernah berlatih meditasi dan tidak memiliki konsentrasi sekalipun objek Anapanasati dan Metta akan membawa mereka pada Jhana, bila mereka memiliki usaha yang kuat dan parami yang cukup.

Permasalahannya adalah saudara mengatakan bahwa dengan mem-bold bahwa hanya konsentrasi yang membawa pada Jhanalah yang benar. bila demikian maka objek konsentrasi yang tidak membawa pada Jhana tidak benar?


Quote
QuoteTerus terang kadang-kadang saya merasa enggan menjadikan access to insight sebagai referensi karena saya melihat bahwa bhikkhu Thanissaro seringkali bias, ia pro pada pandangan bahwa kesucian hanya bisa dicapai bila seseorang telah memiliki Jhana.

Penyebab saya masih sering menjadikan access to insight sebagai referensi hanya karena terpaksa.

saya mencopas sesuai yg tertulis dalam situ,andai ada pembaca yg mengerti bahasa pali...langsung saja copas dari sana dan bahas bersama..
mengenai bikkhu thanissaro, bukankah pendapat nya sama dengan Ajahnbrahm....yg mengutamakan jhana...
nah sekarang apakah anda lebih merasa hebat dari mereka ber-2? atau anda sudah yakin bahwa anda adalah seorang paling tidak ariya...?
buka-bukaan di sini kan gpp, anda tidak terikat vinaya...lagian kalau anda memang seorang ariya, boleh bagi pengalaman nya...tentu ga masalah..
walau pasti ada pro-kontra seperti Luantamaha boowa.
[/b]

Saya harap saudara Marcedes dalam berdiskusi jangan mengungkapkan tulisan yang bersifat menyerang pribadi, saya memiliki alasan yang sangat kuat sekali  untuk tidak setuju dengan pendapat mereka (Ajahrn Brahm dan Bhikkhu Thanissaro (karena saya pernah mengikuti bagaimana ketiga metode pembimbingan dilakukan , yaitu tehnik Mahasi, tehnik Pa Auk, dan tehnik Luang po Bun Ku siswa dari Luangta Maha Boowa) dan pendapat saya berasal dari pengalaman saya setelah mengikuti ketiga metode tersebut.  Saya rasa hak setiap individu untuk tidak setuju dengan pendapat orang lain.

Quotemereka ber-dua memilih jalan yg menggunakan Jhana, karena mungkin mereka telah merealisasikan sesuatu....

Mungkin ya.... mungkin tidak.... we don't know.... hanya mereka yang tahu.

Quotekalau keyakinan anda mengenai hal tersebut berdasar pada pegangan buku[tipitaka + kitab komentar] bagaimana dengan kasus AjahnMun seperti yg saya katakan...bukankah Luanta mahaboowa mengaku dirinya "ARAHAT" tetapi disatu sisi mengatakan sesuatu yang pasti bertolak dengan TIPITAKA...terutama tentang sesudah "anupadisesa-nibbana"
Ya, disinilah kuncinya mengapa saya meragukan Luangta Mahaboowa, bukan hanya itu masalah beliau menangis, dan lalu ngotot bahwa beliau sudah Arahat... lalu menceritakan perjalanan meditasinya yang menggambarkan pencapaian... langsung Arahat...
Sang Buddha pernah mengatakan dalam salah satu sutta (saya lupa suttanya) bahwa Dhamma yang beliau ajarkan tak ada yang seketika, semua terjadi melalui proses yang berulang-ulang.

Pendapat Mahasi Sayadaw sejalan dengan Visuddhi Magga yang mengatakan setelah mencapai Sotapanna, meditator akan turun dan mengulangi lagi dari tingkat udayabaya nana untuk dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi Sakadagami.

Saya tidak mengatakan bahwa beliau belum mencapai kesucian, tetapi dengan bukti menangis terharu seperti yang diperlihatkan di foto saya berani mengemukakan pendapat dengan tegas bahwa beliau BELUM ARAHAT... (karena seorang Arahat tak akan terpengaruh emosinya dalam keadaan apapun dan oleh hal apapun !!!)

Quote"sy tidak berani mengatakan bahwa Luanta Bohong atau Luanta benar....karena level meditasi saya tidak sebanding mereka"
kalau anda berani mengatakan Bikkhu Thissanaro dan AjahnBrahm keliru, sungguh luar biasa...berarti anda pasti melebihi mereka ber-2 dalam hal meditasi....sampai anda berani mengambil kesimpulan demikian.
bisakah anda babarkan pengalaman anda/menjumpai bikkhu yg berpendapat sama dengan anda...sy mohon info nya..

Sama dalam hal apa? Saya berani mengatakan mereka (Ajahn brahm keliru bila mengatakan kesucian hanya bisa dicapai jika kita memiliki Jhana, bahkan Ajahn Chah sendiri guru beliau memiliki pandangan yang berbeda dengan beliau) demikian juga dengan bhikkhu Thanissaro bantahan saya berdasarkan suatu argumen sederhana, nampaknya beliau dan juga Ajahn Brahm tak pernah berlatih metode meditasi direct Vipassana. Saya tak akan membantah argumen mereka sebatas yang pernah mereka latih. Tetapi lebih bijak bila tidak mengatakan bahwa hanya jalan yang ditempuhnya satu-satunya yang benar. Pa auk sayadaw sendiri sebagai guru meditasi Samatha yang sangat hebat (menurut pendapat saya) juga mengakui bahwa kesucian bisa dicapai tanpa melalui Jhana.
Quote
---------------------------------
dari 4 pengembangan konsentrasi bahasa inggris, bisakah terjemahkan untuk saya 2-4.....saya tidak paham bahasa inggris sebegitu...

poin no 2 kalau tidak salah berhubungan dengan pengembangan konsentrasi sehingga memiliki light of wisdom.
Sedangkan poin no 4 adalah melihat sifat anicca pada kelima khandha (Vipassana)

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 24 November 2009, 09:16:37 AM
Quote from: Sumedho on 24 November 2009, 07:39:58 AM
QuoteTerus terang kadang-kadang saya merasa enggan menjadikan access to insight sebagai referensi karena saya melihat bahwa bhikkhu Thanissaro seringkali bias, ia pro pada pandangan bahwa kesucian hanya bisa dicapai bila seseorang telah memiliki Jhana.

Penyebab saya masih sering menjadikan access to insight sebagai referensi hanya karena terpaksa.

soal ini, yah kita kan bukan ambil dari kata2x beliau, tetapi dari Sutta2x terjemahannya. lagi pula site itu bukan punya bhante Thanissaro, tapi punya si John Bullit.

kalau dari yg saya tahu beliau tidak berkata semua jenis tingkat kesucian memerlukan jhana. unless i miss something? CMIIW

kalau dari sudut kebalikannya, kenapa yg tidak pro jhana itu tidak merujuk pada sutta?

Jangan salah paham saya bukan bukan pro Jhana atau tidak Jhana, saya beranggapan kedua-duanya bisa membawa pada kesucian berdasarkan pengalaman saya.

Sebenarnya suttanya ada, cuma apakah kita cukup terbuka untuk menerima pandangan yang berbeda dengan kita?

Perhatikan postingan saudara Hendrako:
coba disimak baik-baik.

Quote from: hendrako on 23 November 2009, 10:22:03 PM
Dari Angutara Nikaya:

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal (adhipaññadhammavipassana).46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.

Sumber: Samaggiphala.or.id

Coba suhu perhatikan yang saya bold dan yang saya warnai.
Coba renungkan kalimat yang warnai merah. Mengapa seseorang bisa memiliki (adhipaññadhammavipassana) padahal tidak memiliki ketenangan internal?

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Sumedho on 24 November 2009, 09:46:21 AM
Quote
Sebenarnya suttanya ada, cuma apakah kita cukup terbuka untuk menerima pandangan yang berbeda dengan kita?
nah, kalau ada, dibagikan donk bro. ada?


soal yg diwarnai itu kan dah jelas kalau kita baca bawahnya,

Quote
Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.
jadi intinya perlu keduanya. it takes both pandangan dan jhana utk menghancurkan noda2x. right?
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 24 November 2009, 11:52:53 AM
Quote
Quote
Sebenarnya suttanya ada, cuma apakah kita cukup terbuka untuk menerima pandangan yang berbeda dengan kita?
nah, kalau ada, dibagikan donk bro. ada?


soal yg diwarnai itu kan dah jelas kalau kita baca bawahnya,

Loh? masih nanya? apa itu bukan sutta? kalau mau lebih jelas tanya saudara Hendrako  dimana mendapatkan sutta itu.

Quote
Quote
Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.
jadi intinya perlu keduanya. it takes both pandangan dan jhana utk menghancurkan noda2x. right?

Masih nggak nyambung nih.... pertanyaan saya: perhatikan penggalan sutta tersebut:

QuoteDi sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal (adhipaññadhammavipassana), tetapi tidak ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?"

Kita tahu bahwa ada meditator yang memiliki "kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal" (adhipaññadhammavipassana).
Dan kita juga tahu bahwa orang tersebut tak memiliki ketenangan internal (ajjhattam cetosamatha).

Kemudian dia bertanya: bagaimana pikiran dapat ditenangkan? bagaimana pikiran dapat dikonsentrasikan?
jadi jelas bahwa orang tersebut memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan Dhamma dalam vipassana yang lebih tinggi (adhipaññadhammavipassana) tetapi pikirannya belum terpusat, belum terkonsentrasi.

Dan  hal ini jelas bertentangan dengan pandangan bahwa latihan Vipassana harus melalui Jhana terlebih dahulu karena Jhana identik dengan pikiran yang terpusat, pikiran yang terkonsentrasi....
Jadi disini Sang Buddha sendiri yang menyatakan bahwa ada orang yang sudah memiliki pengetahuan Dhamma dalam Vipassana yang lebih tinggi tetapi masih harus berlatih konsentrasi dan pemusatan pikiran.
Mengenai sutta ini silahkan tanya kepada saudara Hendrako.

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: tesla on 24 November 2009, 12:01:18 PM
jaka sembung maen golok... :))

jadi ada 2 point nih:
1. apakah jhana perlu utk "latihan" vipassana
2. apakah jhana perlu utk mencapai tingkat kesucian
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Sumedho on 24 November 2009, 01:51:55 PM
iye ;D

QuoteJangan salah paham saya bukan bukan pro Jhana atau tidak Jhana, saya beranggapan kedua-duanya bisa membawa pada kesucian berdasarkan pengalaman saya.

pernyataan saya kan buat yg di quote diatas.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 24 November 2009, 03:07:03 PM
Quote from: Sumedho on 24 November 2009, 01:51:55 PM
iye ;D

QuoteJangan salah paham saya bukan bukan pro Jhana atau tidak Jhana, saya beranggapan kedua-duanya bisa membawa pada kesucian berdasarkan pengalaman saya.

pernyataan saya kan buat yg di quote diatas.

Coba baca dengan seksama Angutara Nikaya 4 no 94 tersebut (smadhi sutta) yang dengan jelas mengatakan bahwa ada orang yang memiliki kebijaksanaan pengetahuan Dhamma Vipassana saja dan ada yang memiliki ketenangan samatha saja.

Sebenarnya kalau mau dibalik pertanyaan yang sama juga bisa diajukan kepada Ajahn brahm dan Bhante Thanissaro: Dimanakah di Tipitaka ada pernyataaan yang mengatakan bahwa kesucian hanya bisa dicapai setelah memiliki Jhana?

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: gajeboh angek on 24 November 2009, 03:40:06 PM
masalah perlu jhana atau kagak sih memang sudah perdebatan dari dulu.

secara saya pribadi sih mikir praktis saja
kalau menurut guru meditasi, dari 100 orang yang mencapai jhana paling hanya 1 atau 2 orang yang berbakat berhasil mencapai jhana langsung melalui metode kasina
apalagi kalau mencapai kesucian langsung tanpa melalui jhana, tentu jumlahnya lebih sedikit lagi

jadi usahakan melalui jhana dulu, kalau sudah berhasil sudah ada bekal, baru lanjutkan ke vipassana :)
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Lily W on 24 November 2009, 05:08:19 PM
Kalo menurut Dr. Mehm Tin Mon... Jhana, Magga & Phala sama2 penting..;D

kalo seperti kita2 ini (rata2 dvihetuka puggala) mendingan dari Samatha (jhana) dulu...tetapi apabila ada yg tihetuka puggala maka dia bisa langsung ber vipassana (tanpa jhana dulu). Bagi dvihetuka puggala akan sangat sulit langsung bervipassana.

_/\_ :lotus:
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: gajeboh angek on 24 November 2009, 05:22:13 PM
gak salah cik?
bukannya makhluk dvihetuka sangat jarang terlahir sebagai manusia?
kalau manusia pun biasa ada kelainannya?
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: dilbert on 24 November 2009, 05:25:39 PM
Quote from: Lily W on 24 November 2009, 05:08:19 PM
Kalo menurut Dr. Mehm Tin Mon... Jhana, Magga & Phala sama2 penting..;D

kalo seperti kita2 ini (rata2 dvihetuka puggala) mendingan dari Samatha (jhana) dulu...tetapi apabila ada yg tihetuka puggala maka dia bisa langsung ber vipassana (tanpa jhana dulu). Bagi dvihetuka puggala akan sangat sulit langsung bervipassana.

_/\_ :lotus:

bagaimana kita bisa tahju kita adalah dvihetuka puggala dan tihetuka puggala ??
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: hendrako on 24 November 2009, 06:05:18 PM
Quote from: fabian c on 24 November 2009, 09:16:37 AM
Quote from: Sumedho on 24 November 2009, 07:39:58 AM
QuoteTerus terang kadang-kadang saya merasa enggan menjadikan access to insight sebagai referensi karena saya melihat bahwa bhikkhu Thanissaro seringkali bias, ia pro pada pandangan bahwa kesucian hanya bisa dicapai bila seseorang telah memiliki Jhana.

Penyebab saya masih sering menjadikan access to insight sebagai referensi hanya karena terpaksa.

soal ini, yah kita kan bukan ambil dari kata2x beliau, tetapi dari Sutta2x terjemahannya. lagi pula site itu bukan punya bhante Thanissaro, tapi punya si John Bullit.

kalau dari yg saya tahu beliau tidak berkata semua jenis tingkat kesucian memerlukan jhana. unless i miss something? CMIIW

kalau dari sudut kebalikannya, kenapa yg tidak pro jhana itu tidak merujuk pada sutta?

Jangan salah paham saya bukan bukan pro Jhana atau tidak Jhana, saya beranggapan kedua-duanya bisa membawa pada kesucian berdasarkan pengalaman saya.

Sebenarnya suttanya ada, cuma apakah kita cukup terbuka untuk menerima pandangan yang berbeda dengan kita?

Perhatikan postingan saudara Hendrako:
coba disimak baik-baik.

Quote from: hendrako on 23 November 2009, 10:22:03 PM
Dari Angutara Nikaya:

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal (adhipaññadhammavipassana).46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harusmendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.

Sumber: Samaggiphala.or.id

Coba suhu perhatikan yang saya bold dan yang saya warnai.
Coba renungkan kalimat yang warnai merah. Mengapa seseorang bisa memiliki (adhipaññadhammavipassana) padahal tidak memiliki ketenangan internal?

_/\_

Namun juga harus diperhatikan penjelasannya lebih lanjut yang saya warnai hijau dan selanjutnya berwarna biru, terutama bagian akhir.
Intinya, harus dibaca secara keseluruhan.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 24 November 2009, 06:54:58 PM
Quote from: gachapin on 24 November 2009, 03:40:06 PM
masalah perlu jhana atau kagak sih memang sudah perdebatan dari dulu.

secara saya pribadi sih mikir praktis saja
kalau menurut guru meditasi, dari 100 orang yang mencapai jhana paling hanya 1 atau 2 orang yang berbakat berhasil mencapai jhana langsung melalui metode kasina
apalagi kalau mencapai kesucian langsung tanpa melalui jhana, tentu jumlahnya lebih sedikit lagi

jadi usahakan melalui jhana dulu, kalau sudah berhasil sudah ada bekal, baru lanjutkan ke vipassana :)

Sdr Gachapin yang baik, kalau yang tertulis di Visuddhi Magga, yang dimaksud 1 diantara 100 adalah mereka yang mencapai Jhana dengan objek kasina.
Tetapi tidak dikatakan untuk meditasi dengan objek anapanasati dll

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 24 November 2009, 06:58:32 PM
Quote from: gachapin on 24 November 2009, 05:22:13 PM
gak salah cik?
bukannya makhluk dvihetuka sangat jarang terlahir sebagai manusia?
kalau manusia pun biasa ada kelainannya?

Menurut yang saya tahu juga demikian, umumnya kita adalah dvihetuka puggala, oleh karena itu banyak yang berhasil dalam meditasi Samatha maupn Vipassana.

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 24 November 2009, 07:00:13 PM
Quote from: dilbert on 24 November 2009, 05:25:39 PM
Quote from: Lily W on 24 November 2009, 05:08:19 PM
Kalo menurut Dr. Mehm Tin Mon... Jhana, Magga & Phala sama2 penting..;D

kalo seperti kita2 ini (rata2 dvihetuka puggala) mendingan dari Samatha (jhana) dulu...tetapi apabila ada yg tihetuka puggala maka dia bisa langsung ber vipassana (tanpa jhana dulu). Bagi dvihetuka puggala akan sangat sulit langsung bervipassana.

_/\_ :lotus:

bagaimana kita bisa tahju kita adalah dvihetuka puggala dan tihetuka puggala ??

Coba saudara Dilbert meditasi intensif, bila mencapai Jhana atau Sotapanna bisa dipastikan Sdr Dilbert adalah Tihetuka Puggala
:))
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Sumedho on 24 November 2009, 07:04:27 PM
QuoteCoba baca dengan seksama Angutara Nikaya 4 no 94 tersebut (smadhi sutta) yang dengan jelas mengatakan bahwa ada orang yang memiliki kebijaksanaan pengetahuan Dhamma Vipassana saja dan ada yang memiliki ketenangan samatha saja.
Mbah, tapi kan ditulis dibawahnya juga, takes both lor utk menghancurkan noda which is utk pembebasan. bisa dikembangkan terpisah tapi perlu dua2xnya.

Quote
Sebenarnya kalau mau dibalik pertanyaan yang sama juga bisa diajukan kepada Ajahn brahm dan Bhante Thanissaro: Dimanakah di Tipitaka ada pernyataaan yang mengatakan bahwa kesucian hanya bisa dicapai setelah memiliki Jhana?
Wah, repot mbah kalau tanya ke mereka. Tapi tentang ini kan udah pernah saya posting dari AN 9:36: Jhana Sutta

Quote from: AN 9:36: Jhana Sutta"I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhanab... the second jhana... the third... the fourth... the dimension of the infinitude of space... the dimension of the infinitude of consciousness... the dimension of nothingness. I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of neither perception nor non-perception.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.' Thus it has been said. In reference to what was it said? There is the case where a monk, secluded from sensuality, secluded from unskillful qualities, enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born of seclusion, accompanied by directed thought & evaluation. He regards whatever phenomena there that are connected with form, feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Suppose that an archer or archer's apprentice were to practice on a straw man or mound of clay, so that after a while he would become able to shoot long distances, to fire accurate shots in rapid succession, and to pierce great masses. In the same way, there is the case where a monk... enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born of withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. He regards whatever phenomena there that are connected with form, feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Staying right there, he reaches the ending of the mental fermentations. Or, if not, then — through this very dhamma-passion, this very dhamma-delight, and from the total wasting away of the first five of the fetters1 — he is due to be reborn [in the Pure Abodes], there to be totally unbound, never again to return from that world.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.' Thus was it said, and in reference to this was it said.

(Similarly with the second, third, and fourth jhana.)

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of the infinitude of space.' Thus it has been said. In reference to what was it said? There is the case where a monk, with the complete transcending of perceptions of [physical] form, with the disappearance of perceptions of resistance, and not heeding perceptions of diversity, [perceiving,] 'Infinite space,' enters & remains in the dimension of the infinitude of space. He regards whatever phenomena there that are connected with feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Suppose that an archer or archer's apprentice were to practice on a straw man or mound of clay, so that after a while he would become able to shoot long distances, to fire accurate shots in rapid succession, and to pierce great masses. In the same way, there is the case where a monk... enters & remains in the dimension of the infinitude of space. He regards whatever phenomena there that are connected with feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Staying right there, he reaches the ending of the mental fermentations. Or, if not, then — through this very dhamma-passion, this very dhamma-delight, and from the total wasting away of the first five of the fetters — he is due to be reborn [in the Pure Abodes], there to be totally unbound, never again to return from that world.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of the infinitude of space.' Thus was it said, and in reference to this was it said.

(Similarly with the dimension of the infinitude of consciousness and the dimension of nothingness.)

"Thus, as far as the perception-attainments go, that is as far as gnosis-penetration goes. As for these two spheres — the attainment of the dimension of neither perception nor non-perception & the attainment of the cessation of feeling & perception — I tell you that they are to be rightly explained by those monks who are meditators, skilled in attaining, skilled in attaining & emerging, who have attained & emerged in dependence on them."
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 24 November 2009, 07:10:52 PM
Quote from: hendrako on 24 November 2009, 06:05:18 PM
Quote from: fabian c on 24 November 2009, 09:16:37 AM
Quote from: Sumedho on 24 November 2009, 07:39:58 AM
QuoteTerus terang kadang-kadang saya merasa enggan menjadikan access to insight sebagai referensi karena saya melihat bahwa bhikkhu Thanissaro seringkali bias, ia pro pada pandangan bahwa kesucian hanya bisa dicapai bila seseorang telah memiliki Jhana.

Penyebab saya masih sering menjadikan access to insight sebagai referensi hanya karena terpaksa.

soal ini, yah kita kan bukan ambil dari kata2x beliau, tetapi dari Sutta2x terjemahannya. lagi pula site itu bukan punya bhante Thanissaro, tapi punya si John Bullit.

kalau dari yg saya tahu beliau tidak berkata semua jenis tingkat kesucian memerlukan jhana. unless i miss something? CMIIW

kalau dari sudut kebalikannya, kenapa yg tidak pro jhana itu tidak merujuk pada sutta?

Jangan salah paham saya bukan bukan pro Jhana atau tidak Jhana, saya beranggapan kedua-duanya bisa membawa pada kesucian berdasarkan pengalaman saya.

Sebenarnya suttanya ada, cuma apakah kita cukup terbuka untuk menerima pandangan yang berbeda dengan kita?

Perhatikan postingan saudara Hendrako:
coba disimak baik-baik.

Quote from: hendrako on 23 November 2009, 10:22:03 PM
Dari Angutara Nikaya:

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal (adhipaññadhammavipassana).46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harusmendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.

Sumber: Samaggiphala.or.id

Coba suhu perhatikan yang saya bold dan yang saya warnai.
Coba renungkan kalimat yang warnai merah. Mengapa seseorang bisa memiliki (adhipaññadhammavipassana) padahal tidak memiliki ketenangan internal?

_/\_

Namun juga harus diperhatikan penjelasannya lebih lanjut yang saya warnai hijau dan selanjutnya berwarna biru, terutama bagian akhir.
Intinya, harus dibaca secara keseluruhan.

Saudara Hendrako yang baik,
Saya setuju sekali, sebenarnya Vipassana dan Samatha saling melengkapi.

Menurut yang saya dengar dari guru meditasi terkenal (saya tidak mau dianggap mempromosikan guru tsb) seseorang yang mencapai Jhana kemudian melengkapi dirinya dengan berlatih Vipassana maka konsentrasinya akan menjadi stabil.
Demikian juga sebaliknya bila seseorang yang telah berlatih Vipassana lalu dilengkapi dengan Samatha maka konsentrasinya akan menjadi stabil.

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 24 November 2009, 07:45:09 PM
Quote
QuoteCoba baca dengan seksama Angutara Nikaya 4 no 94 tersebut (smadhi sutta) yang dengan jelas mengatakan bahwa ada orang yang memiliki kebijaksanaan pengetahuan Dhamma Vipassana saja dan ada yang memiliki ketenangan samatha saja.
Mbah, tapi kan ditulis dibawahnya juga, takes both lor utk menghancurkan noda which is utk pembebasan. bisa dikembangkan terpisah tapi perlu dua2xnya.

Eyang, mbah, oom, engkong, bro yang baik,
kalau menurut yang saya tangkap bukan mengatakan diperlukan dua-duanya, tetapi hanya dikatakan harus dikembangkan karena dua-duanya merupakan bentuk kebajikan lalu Beliau juga menasehatkan agar kita mengerahkan usaha lebih lanjut untuk menghancurkan noda-noda.
Access to insight menerjemahkan sebagai berikut:
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.

Quote
Quote
Sebenarnya kalau mau dibalik pertanyaan yang sama juga bisa diajukan kepada Ajahn brahm dan Bhante Thanissaro: Dimanakah di Tipitaka ada pernyataaan yang mengatakan bahwa kesucian hanya bisa dicapai setelah memiliki Jhana?
Wah, repot mbah kalau tanya ke mereka. Tapi tentang ini kan udah pernah saya posting dari AN 9:36: Jhana Sutta

Quote from: AN 9:36: Jhana Sutta"I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhanab... the second jhana... the third... the fourth... the dimension of the infinitude of space... the dimension of the infinitude of consciousness... the dimension of nothingness. I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of neither perception nor non-perception.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.' Thus it has been said. In reference to what was it said? There is the case where a monk, secluded from sensuality, secluded from unskillful qualities, enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born of seclusion, accompanied by directed thought & evaluation. He regards whatever phenomena there that are connected with form, feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Suppose that an archer or archer's apprentice were to practice on a straw man or mound of clay, so that after a while he would become able to shoot long distances, to fire accurate shots in rapid succession, and to pierce great masses. In the same way, there is the case where a monk... enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born of withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. He regards whatever phenomena there that are connected with form, feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Staying right there, he reaches the ending of the mental fermentations. Or, if not, then — through this very dhamma-passion, this very dhamma-delight, and from the total wasting away of the first five of the fetters1 — he is due to be reborn [in the Pure Abodes], there to be totally unbound, never again to return from that world.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.' Thus was it said, and in reference to this was it said.

(Similarly with the second, third, and fourth jhana.)

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of the infinitude of space.' Thus it has been said. In reference to what was it said? There is the case where a monk, with the complete transcending of perceptions of [physical] form, with the disappearance of perceptions of resistance, and not heeding perceptions of diversity, [perceiving,] 'Infinite space,' enters & remains in the dimension of the infinitude of space. He regards whatever phenomena there that are connected with feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Suppose that an archer or archer's apprentice were to practice on a straw man or mound of clay, so that after a while he would become able to shoot long distances, to fire accurate shots in rapid succession, and to pierce great masses. In the same way, there is the case where a monk... enters & remains in the dimension of the infinitude of space. He regards whatever phenomena there that are connected with feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Staying right there, he reaches the ending of the mental fermentations. Or, if not, then — through this very dhamma-passion, this very dhamma-delight, and from the total wasting away of the first five of the fetters — he is due to be reborn [in the Pure Abodes], there to be totally unbound, never again to return from that world.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of the infinitude of space.' Thus was it said, and in reference to this was it said.

(Similarly with the dimension of the infinitude of consciousness and the dimension of nothingness.)

"Thus, as far as the perception-attainments go, that is as far as gnosis-penetration goes. As for these two spheres — the attainment of the dimension of neither perception nor non-perception & the attainment of the cessation of feeling & perception — I tell you that they are to be rightly explained by those monks who are meditators, skilled in attaining, skilled in attaining & emerging, who have attained & emerged in dependence on them."

Sayang saya bukan ahli bahasa Pali sehingga tidak mengerti maksud dari sutta ini yang sebenarnya.

coba bila saya terjemahkan :

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.'
"Saya terangkan kepadamu, mengakhiri kekotoran batin yang bergantung pada Jhana pertama."
bandingkan dengan penerjemahan berikut ini:
"Kukatakan padamu, kekotoran batin berakhir tergantung pada Jhana pertama".

Kedua-duanya adalah penerjemahan terhadap kalimat yang sama, saya rasa juga tidak nampak meleset dari bahasa Inggrisnya.Kelihatannya penerjemahannya dua-duanya benar, tetapi artinya berbeda kan?
Inilah yang harus diwaspadai oleh penerjemah dalam menerjemahkan Tipitaka, karena personal preference bisa menjadi penentu.

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Sumedho on 24 November 2009, 08:24:31 PM
QuoteEyang, mbah, oom, engkong, bro yang baik,
kalau menurut yang saya tangkap bukan mengatakan diperlukan dua-duanya, tetapi hanya dikatakan harus dikembangkan karena dua-duanya merupakan bentuk kebajikan lalu Beliau juga menasehatkan agar kita mengerahkan usaha lebih lanjut untuk menghancurkan noda-noda.
Access to insight menerjemahkan sebagai berikut:
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
Nah loh, mbah fab baca sutta yg sama bukan nih? jgn2x kita ngomong sutta yg berbeda pulak. kita baca dari awal deh.

Quote from: AN 4.94:Samadhi Sutta: Concentration (Tranquillity and Insight)
translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu
© 1998–2009

"Monks, these four types of individuals are to be found existing in the world. Which four?

"There is the case of the individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment. Then there is the case of the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness. Then there is the case of the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment. And then there is the case of the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"The individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment, should approach an individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment and ask him: 'How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness, he should approach an individual who has attained internal tranquillity of awareness... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment, he should approach an individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated? How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way. Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.

"These are four types of individuals to be found existing in the world."
Sepenerawangan saya yg sedikit native speaker hokkien, digambarkan sebagai berikut

-insight & +tranquil -> belajar insight
+insight & -tranquil  -> belajar tranquil
-insight & -tranquil -> belajar dua2xnya
+insight & +tranquil -> lanjot

Setelah punya dua2xnya
Quote"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
baru lanjut make effort those (jamak, keduanya) untuk ending mental fermentation.

jelaskan, disuruh lengkapi both, baru lanjot. crystal clear.


Quote"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.'
"Saya terangkan kepadamu, mengakhiri kekotoran batin yang bergantung pada Jhana pertama."
bandingkan dengan penerjemahan berikut ini:
"Kukatakan padamu, kekotoran batin berakhir tergantung pada Jhana pertama".

Kedua-duanya adalah penerjemahan terhadap kalimat yang sama, saya rasa juga tidak nampak meleset dari bahasa Inggrisnya.Kelihatannya penerjemahannya dua-duanya benar, tetapi artinya berbeda kan?
Inilah yang harus diwaspadai oleh penerjemah dalam menerjemahkan Tipitaka, karena personal preference bisa menjadi penentu.
yah pointnya adalah sudah cukup jelas, dari sutta2x lain juga sejalan dengan ini, menyatakan jhana adalah diperlukan. Samma Samadhi juga dijelaskan koq. Kita boleh saja buka referensi dari penerjemah lain yg menurut mbah lebih "netral", tapi sepenerawangan aye sih bakal sama juga hasilnya. ada yg bisa bantu?
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 24 November 2009, 08:54:31 PM
Quote
QuoteEyang, mbah, oom, engkong, bro yang baik,
kalau menurut yang saya tangkap bukan mengatakan diperlukan dua-duanya, tetapi hanya dikatakan harus dikembangkan karena dua-duanya merupakan bentuk kebajikan lalu Beliau juga menasehatkan agar kita mengerahkan usaha lebih lanjut untuk menghancurkan noda-noda.
Access to insight menerjemahkan sebagai berikut:
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
Nah loh, mbah fab baca sutta yg sama bukan nih? jgn2x kita ngomong sutta yg berbeda pulak. kita baca dari awal deh.

Kayaknya sama engkong... eh suhu....  ^:)^

Quote
Quote from: AN 4.94:Samadhi Sutta: Concentration (Tranquillity and Insight)
translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu
© 1998–2009

"Monks, these four types of individuals are to be found existing in the world. Which four?

"There is the case of the individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment. Then there is the case of the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness. Then there is the case of the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment. And then there is the case of the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"The individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment, should approach an individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment and ask him: 'How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness, he should approach an individual who has attained internal tranquillity of awareness... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment, he should approach an individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated? How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way. Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.

"These are four types of individuals to be found existing in the world."
Sepenerawangan saya yg sedikit native speaker hokkien, digambarkan sebagai berikut

-insight & +tranquil -> belajar insight
+insight & -tranquil  -> belajar tranquil
-insight & -tranquil -> belajar dua2xnya
+insight & +tranquil -> lanjot
Setelah punya dua2xnya
Eh...kayaknya kita sependapat ya?

Quote
Quote"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
baru lanjut make effort those (jamak, keduanya) untuk ending mental fermentation.

jelaskan, disuruh lengkapi both, baru lanjot. crystal clear.
Nambahin sedikit ya suhu?
Sang Buddha tidak mengatakan bahwa itulah jalan satu-satunya, Sang Buddha hanya mengatakan bahwa itu harus dilatih, Sang Buddha juga mengatakan pada para Bhikkhu bahwa Vinaya juga harus dijalankan.

Quote
Quote"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.'
"Saya terangkan kepadamu, mengakhiri kekotoran batin yang bergantung pada Jhana pertama."
bandingkan dengan penerjemahan berikut ini:
"Kukatakan padamu, kekotoran batin berakhir tergantung pada Jhana pertama".

Kedua-duanya adalah penerjemahan terhadap kalimat yang sama, saya rasa juga tidak nampak meleset dari bahasa Inggrisnya.Kelihatannya penerjemahannya dua-duanya benar, tetapi artinya berbeda kan?
Inilah yang harus diwaspadai oleh penerjemah dalam menerjemahkan Tipitaka, karena personal preference bisa menjadi penentu.
yah pointnya adalah sudah cukup jelas, dari sutta2x lain juga sejalan dengan ini, menyatakan jhana adalah diperlukan. Samma Samadhi juga dijelaskan koq. Kita boleh saja buka referensi dari penerjemah lain yg menurut mbah lebih "netral", tapi sepenerawangan aye sih bakal sama juga hasilnya. ada yg bisa bantu?

Sutta ini kan sama dengan sutta yang dimuat oleh sdr Hendrako. Kan nampak jelas dari sutta tersebut ada orang yang memiliki Adhi panna Dhamma Vipassana tetapi tak memiliki ajjhatam cetosamatha, dan ada juga yang memiliki ajjhatam cetosamatha tetapi tak memiliki Adhi panna Dhamma Vipassana.

Menurut saya sih, tidak ada satu suttapun yang mengatakan bahwa kesucian hanya bisa dicapai jika orang tersebut memiliki Jhana.
Paling-paling sutta-sutta tersebut hanya mengatakan bahwa Jhana amat sangat membantu dalam berlatih Vipassana Bhavana.

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Sumedho on 24 November 2009, 09:11:42 PM
untung dipasang ulang, jadi nyambong.

kalau saya sih nda ngomong soal hanya Jhana cukup, tapi dari sudut kebalikannya loh, bahwa tanpa jhana itu bisa mencapai pembebasan. atau singkatnya... no jhana, no arahant?

Quote from: Dhammapada 372
There's no jhana for one with no discernment,
no discernment for one with no jhana.
But one with both jhana & discernment: he's on the verge of Unbinding.

Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Jerry on 24 November 2009, 10:03:00 PM
Balik lagi ke dasarnya, samain dulu minimal mengerti persepsi lawan bicara mengenai samatha, vipassana dan jhana itu sendiri biar lebih nyambung lg. ;D
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: bond on 25 November 2009, 09:30:28 AM
Quote
Quote
Quote
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
baru lanjut make effort those (jamak, keduanya) untuk ending mental fermentation.

jelaskan, disuruh lengkapi both, baru lanjot. crystal clear.
Nambahin sedikit ya suhu?
Sang Buddha tidak mengatakan bahwa itulah jalan satu-satunya, Sang Buddha hanya mengatakan bahwa itu harus dilatih, Sang Buddha juga mengatakan pada para Bhikkhu bahwa Vinaya juga harus dijalankan.

Om fabian maksudnya apa ya?,.... bukan jalan satu-satunya tapi harus dilatih..... Bukankah artinya tetap lewat jalan yg satu itu? Kalo direct vipasanna berarti jhana tidak dilatih . Sementara Sang Buddha bilang harus dilatih...
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: bond on 25 November 2009, 09:38:44 AM
Quote from: fabian c on 24 November 2009, 06:58:32 PM
Quote from: gachapin on 24 November 2009, 05:22:13 PM
gak salah cik?
bukannya makhluk dvihetuka sangat jarang terlahir sebagai manusia?
kalau manusia pun biasa ada kelainannya?

Menurut yang saya tahu juga demikian, umumnya kita adalah dvihetuka puggala, oleh karena itu banyak yang berhasil dalam meditasi Samatha maupn Vipassana.

_/\_

Sepertinya manusia normal adalah tihetuka puggala, bukan dvihetuka puggala. Yang saya tau dvihetuka puggala bila terlahir sebagai manusia pasti abnormal dan tidak bisa mencapai jhana apalagi kesucian.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: marcedes on 25 November 2009, 09:58:37 AM
QuoteSaudara Marcedes yang baik,
Bila harus mengganti objek ke anapanasati atau ke metta, objek meditasi benar atau salah yang sebelumnya dipelajari juga akan membawa dia pada Jhana, bahkan bila dia belum pernah berlatih meditasi dan tidak memiliki konsentrasi sekalipun objek Anapanasati dan Metta akan membawa mereka pada Jhana, bila mereka memiliki usaha yang kuat dan parami yang cukup.

Permasalahannya adalah saudara mengatakan bahwa dengan mem-bold bahwa hanya konsentrasi yang membawa pada Jhanalah yang benar. bila demikian maka objek konsentrasi yang tidak membawa pada Jhana tidak benar?
bro fabian, sang Buddha tidak mengatakan bahwa "wajib" 1 objek...
tetapi SangBuddha mengatakan bahwa "mengarah ke jhana" jadi apapun objek nya jelas lah "mencapai jhana" adalah goal-nya..

misalkan sy sewaktu meditasi,,,karena mungkin gelisah dan emosi belum reda....pakai anapanasati susah masuk...
kemudian ganti metta,ternyata cepat masuk, terus ganti lagi anapanasati...

tidak ada kata dalam sutta bahwa "wajib" 1 objek...tetapi yg tertulis "samma-samadhi" itu mengarah pada pencapaian "jhana-jhana"

QuoteSaya harap saudara Marcedes dalam berdiskusi jangan mengungkapkan tulisan yang bersifat menyerang pribadi, saya memiliki alasan yang sangat kuat sekali  untuk tidak setuju dengan pendapat mereka (Ajahrn Brahm dan Bhikkhu Thanissaro (karena saya pernah mengikuti bagaimana ketiga metode pembimbingan dilakukan , yaitu tehnik Mahasi, tehnik Pa Auk, dan tehnik Luang po Bun Ku siswa dari Luangta Maha Boowa) dan pendapat saya berasal dari pengalaman saya setelah mengikuti ketiga metode tersebut.  Saya rasa hak setiap individu untuk tidak setuju dengan pendapat orang lain.
maaf kalau anda tersinggung...tapi..
tentu bagus jika anda menjelaskan alasan tersebut......mengapa?

anda yakin bahwa direct vipassana > dengar-dengar saja dari beberapa meditator myanmar?
bikkhu[ber2] yakin bahwa dengan jhana > itu karena mereka tidak asal mendengar, tetapi menyelami langsung.

btw, kedua-dua nya saya tidak mengatakan benar/salah dulu...tapi sy sedikit beri pendapat.
jika anda bukan seorang ariya[boleh di PM atau apalah] bagaimana mungkin anda yakin hanya dengan direct vipassana?

ini ibarat "jakarta [nibbana]" banyak metode atau cara untuk sampai ke sana....
ada yg bilang lewat tangerang[direct vipasana] ada yg bilang lewat [bandung] harus jhana.

masalah nya andai-kata kedua jalan itu benar...beda-nya adalah yg "bandung" sudah di selami secara serius
kalau anda yg mengatakan tangerang?
jadi menurut saya kalau bukan seorang "ariya" jangan berbicara metode ini itu-lah.....karena sama-sama juga masih buta....alias pendapat yg di dapat dari text book.

QuoteYa, disinilah kuncinya mengapa saya meragukan Luangta Mahaboowa, bukan hanya itu masalah beliau menangis, dan lalu ngotot bahwa beliau sudah Arahat... lalu menceritakan perjalanan meditasinya yang menggambarkan pencapaian... langsung Arahat...
Sang Buddha pernah mengatakan dalam salah satu sutta (saya lupa suttanya) bahwa Dhamma yang beliau ajarkan tak ada yang seketika, semua terjadi melalui proses yang berulang-ulang.

Pendapat Mahasi Sayadaw sejalan dengan Visuddhi Magga yang mengatakan setelah mencapai Sotapanna, meditator akan turun dan mengulangi lagi dari tingkat udayabaya nana untuk dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi Sakadagami.

Saya tidak mengatakan bahwa beliau belum mencapai kesucian, tetapi dengan bukti menangis terharu seperti yang diperlihatkan di foto saya berani mengemukakan pendapat dengan tegas bahwa beliau BELUM ARAHAT... (karena seorang Arahat tak akan terpengaruh emosinya dalam keadaan apapun dan oleh hal apapun !!!)
memang benar , Luanta menangis seperti yg dilihat di foto,itu seperti terbawa perasaan....awalnya saya curiga apa benar sih beliau "arahat"

tapi apa 1 bikkhu Thailand. mengatakan pada saya...
" di Thai ilmu-ilmu gaib itu sangat tinggi,apabila Luanta mengatakan bahwa  dirinya-arahat...tentu banyak yg mau "TES",benar atau tidak....
dan lagi jika bohong, pastilah umur nya pendek....
apalagi raja Thai pernah namsakara sama beliau, tentu raja tidak asal datang ke penjual kecap tanpa bukti...
kemungkinan raja sudah menanyakan kebenaran tersebut pada "sangharaja Thai[somdet nanasamvara]"

saya juga pernah ketemu dengan Bhante bourkry, beliau jika ada hal lucu, beliau tertawa kok...tapi tidak tertawa terbahak-bahak...senyum-senyum khas beliau lah...kek senyum nya AjahnChah....

masalah "kitab komentar" dalam sutta tidak ada namanya Hadaya-vatthu, ia gak? saya agak ragu dengan kitab komentar,
hari ini muncul Hadaya-vatthu, entah sangha konsili berapa di munculkan "haya-haya vattu" ;D
dan muncul lagi istilah-istilah yg memusingkan dan tidak terbayangkan...pertanyaan-nya adalah orisinil kah?


----------------------------------------------------------
mungkin memang benar " hanya dengan upacara/khanika " sudah bisa vipassana...
tapi yg jelas menurut sutta, samma-samadhi dikatakan bahwa "mengarah pada jhana-jhana"

tapi sy jujur, agak malas memperdebatkan hal ini.......karena lebih baik dicoba langsung dari pada capek-capek membahas yg tidak ada habisnya...
kalau anda bukan ariya, ini ibarat saya yg buta dengan anda yg buta...sama-sama meraba di kegelapan mengenai gajah... ;D

may u be happy
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: bond on 25 November 2009, 10:57:36 AM
Quote
memang benar , Luanta menangis seperti yg dilihat di foto,itu seperti terbawa perasaan....awalnya saya curiga apa benar sih beliau "arahat"

tapi apa 1 bikkhu Thailand. mengatakan pada saya...
" di Thai ilmu-ilmu gaib itu sangat tinggi,apabila Luanta mengatakan bahwa  dirinya-arahat...tentu banyak yg mau "TES",benar atau tidak....
dan lagi jika bohong, pastilah umur nya pendek....
apalagi raja Thai pernah namsakara sama beliau, tentu raja tidak asal datang ke penjual kecap tanpa bukti...
kemungkinan raja sudah menanyakan kebenaran tersebut pada "sangharaja Thai[somdet nanasamvara]"

saya juga pernah ketemu dengan Bhante bourkry, beliau jika ada hal lucu, beliau tertawa kok...tapi tidak tertawa terbahak-bahak...senyum-senyum khas beliau lah...kek senyum nya AjahnChah....

Ikut nambahin ah... dan sekedar share aja ....^-^
Apa yg ada di buku arahat magga-phala mengenai pencapaian beliau adalah tentang yg terakhir saja, jadi bukan langsung hap...Kalau dibaca teliti, ada sesuatu yg mengkonfirmasi yg pasti ada kaitannya dalam sutta dan abhidhamma...(tapi biarlah waktu yg menjelaskan)
Seperti Bahiya adalah arahat tercepat, apakah ini langsung? kelihatan saja langsung  ;D



Kalaupun saat menangis Luangta Mahaboowa belum mencapai arahat, bagaimana dengan sekarang?. Kalau tidak salah kejadian itu sekitar 2002-2004. Ada yg bisa memastikan kondisi batin beliau sekarang atau pencapaian ariya apa yg dicapai beliau? ingat hukum anicca..dan sayang sekali Sang Buddha sudah tidak ada lagi secara fisik, jika ada maka kemungkinan seperti kasus Pilinda Vacca dan Bhikkhu arahat yg bunuh diri bisa terpecahkan.
Kalau saya pribadi ngak tau...hanya saya percaya saja dia Arahat. Tapi yang ngak percaya juga ngak apa-apa, itulah indahnya dinamika perbedaan pandangan pada putthujana.

Yang terakhir... Di Thailand tentu banyak bhikkhu yg mahir, bahkan Luangta pun sering memuji koleganya (murid2 Ajahn Mun lainnya) dan sekarang tentu juga banyak bhikkhu yg luar biasa hebat tetapi mengapa ia juga sangat dihormati dan dicintai seluruh rakyat Thailand dan Kerajaan Thailand. Apakah seorang Luangta tidak ada ujian2 apa yg ia nyatakan? Bahkan kemanapun Luangta pergi pemerintah Thai dengan sukarela mengawal beliau sekalipun tidak ia inginkan. Jadi kalau lewat jalan darat , sudah seperti presiden lewat. Mengapa bisa demikian?yang pasti dan saya ketahui langsung bahwa beliau dianggap sebagai asset negara yg harus dijaga dengan sangat baik.

Di dalam Wat Barn Tad tempat beliau tinggal ada Kuti khusus Putri Raja Thailand dan putri raja Thai tersebut dalam setahun pasti retreat disana. Kuti putri raja tersebut adalah terbaik diantara kuti2 bhikkhu, termasuk kuti Luangta kalah bagus. Beliau hanya tinggal pada kuti yg sederhana.
Dan perlu di ketahui bahwa Luangta memiliki andil dalam pemulihan krisis ekonomi Thailand saat 1998 dengan meminta seluruh rakyat Thai mengumpulkan emas untuk disumbangkan pada pemerintah Thailand. Bahkan terakhir ketika saya bertemu beliau umat2 Thai meminta agar Luangta dijaga kesehatannya agar panjang umur. Dan umat meminta Luangta menjadi kepala proyek rumah sakit(simbolis) untuk para bhikkhu dan dapat dipergunakan secara umum juga, agar para bhikkhu dirawat secara layak. Kalau kita pernah mendengar bagaimana Ajahn Brahm dirawat di rumah sakit Thai, mungkin itu salah satu alasan mengapa rumah sakit untuk bhikkhu dibuat.

Sekali lagi apapun komentar2 miring orang tentang Luangta. Saya hanya bisa mengatakan he is a HOLY GREAT MAN. datang dan lihatlah langsung pengabdian beliau terhadap Dhamma. Apa yg telah kita lakukan dibandingkan beliau ? dan tidak saja beliau tetapi para bhikkhu yang berjuang dalam Dhamma. Yang pasti kalau saya sendiri hanya putthujana yg masih meraba-raba kebenaran yg masih terombang-ambing dengan ketidakpastian. Saya merasa harus menyatakan ini semua agar kita lebih waspada membicarakan orang2 yg sudah lebih lanjut berlatih apalagi disinyalir ariya pugala dengan semangat ehipasiko .

Mengenai Ajahn Brahm dan Thanisaro jika mereka menulis hanya melalui jhana ada kemungkinan mereka berbicara berdasarkan pengalaman pribadi yg dikaitkan dengan sutta.

Sorry OOT _/\_

Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 25 November 2009, 12:53:27 PM
Quote from: Sumedho on 24 November 2009, 09:11:42 PM
untung dipasang ulang, jadi nyambong.

kalau saya sih nda ngomong soal hanya Jhana cukup, tapi dari sudut kebalikannya loh, bahwa tanpa jhana itu bisa mencapai pembebasan. atau singkatnya... no jhana, no arahant?

Quote from: Dhammapada 372
There's no jhana for one with no discernment,
no discernment for one with no jhana.
But one with both jhana & discernment: he's on the verge of Unbinding.



Wah kalau Arahant saya tidak tahu pasti, tetapi kalau Sotapanna? Pasti tidak harus memiliki Jhana, tetapi bila ada Jhana jelas membantu.

_/\_


Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 25 November 2009, 01:18:31 PM
Quote from: bond on 25 November 2009, 09:30:28 AM
Quote
Quote
Quote
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
baru lanjut make effort those (jamak, keduanya) untuk ending mental fermentation.

jelaskan, disuruh lengkapi both, baru lanjot. crystal clear.
Nambahin sedikit ya suhu?
Sang Buddha tidak mengatakan bahwa itulah jalan satu-satunya, Sang Buddha hanya mengatakan bahwa itu harus dilatih, Sang Buddha juga mengatakan pada para Bhikkhu bahwa Vinaya juga harus dijalankan.

Om fabian maksudnya apa ya?,.... bukan jalan satu-satunya tapi harus dilatih..... Bukankah artinya tetap lewat jalan yg satu itu? Kalo direct vipasanna berarti jhana tidak dilatih . Sementara Sang Buddha bilang harus dilatih...

Maksudnya kata-kata "harus" tidak sama dengan kata "hanya satu-satunya", kata "harus" maknanya adalah kewajiban atau perintah atau bentuk nasehat yang agak memaksa, sedangkan kata "satu-satunya atau hanya" adalah suatu pembenaran mutlak.

Sang Buddha sering mengatakan bahwa seorang siswa Ariya harus begini atau begitu, harus melatih samatha dan juga harus melatih Vipassana. harus menjalankan Vinaya dsbnya. Misalnya "seorang bhikkhu harus hidup selibat" maknanya kewajiban tetapi bukan itu satu-satunya yang harus dilakukan seorang bhikkhu kan?

Seperti Samadhi sutta (AN 4.94) Sang Buddha menyatakan bahwa merupakan kewajiban bhikkhu untuk melakukan hal tersebut. itu adalah keharusan karena baik bila dilakukan.
Perlu diingat bahwa di jaman Sang Buddha sendiri tidak semua bhikkhu menjadi meditator, apalagi jaman sekarang. Oleh karena itu Sang Buddha sering memberikan penekanan dengan kata harus.

Contoh lain lagi, seorang ayah memberi nasihat kepada anaknya bahwa ia harus belajar supaya naik kelas, apakah dengan tidak belajar dia tidak naik kelas? belum tentu kan? tetapi sebagai seorang ayah tentu ia harus memeberi nasehat apa yang dia anggap paling tepat dilakukan anak itu. Bila ada anaknya yang lain rajin belajar tanpa disuruh, apakah perlu disuruh belajar?

Coba bandingkan dengan kata-kata "jalan satu-satunya untuk naik kelas adalah belajar" tentu lain kan? Pernyataan ini baru disebut sebagai pembenaran mutlak.

Quote from: bond on 25 November 2009, 09:38:44 AM
Quote from: fabian c on 24 November 2009, 06:58:32 PM
Quote from: gachapin on 24 November 2009, 05:22:13 PM
gak salah cik?
bukannya makhluk dvihetuka sangat jarang terlahir sebagai manusia?
kalau manusia pun biasa ada kelainannya?

Menurut yang saya tahu juga demikian, umumnya kita adalah dvihetuka puggala, oleh karena itu banyak yang berhasil dalam meditasi Samatha maupn Vipassana.

_/\_

Sepertinya manusia normal adalah tihetuka puggala, bukan dvihetuka puggala. Yang saya tau dvihetuka puggala bila terlahir sebagai manusia pasti abnormal dan tidak bisa mencapai jhana apalagi kesucian.

Maaf bro, salah ketik, kurang teliti   ^:)^  hanya Tihetuka Puggala yang mampu mencapai Jhana atau Nana. Umumnya kita adalah tihetuka.

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: bond on 25 November 2009, 01:42:56 PM
Quote from: fabian c on 25 November 2009, 01:18:31 PM
Quote from: bond on 25 November 2009, 09:30:28 AM
Quote
Quote
Quote
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
baru lanjut make effort those (jamak, keduanya) untuk ending mental fermentation.

jelaskan, disuruh lengkapi both, baru lanjot. crystal clear.
Nambahin sedikit ya suhu?
Sang Buddha tidak mengatakan bahwa itulah jalan satu-satunya, Sang Buddha hanya mengatakan bahwa itu harus dilatih, Sang Buddha juga mengatakan pada para Bhikkhu bahwa Vinaya juga harus dijalankan.

Om fabian maksudnya apa ya?,.... bukan jalan satu-satunya tapi harus dilatih..... Bukankah artinya tetap lewat jalan yg satu itu? Kalo direct vipasanna berarti jhana tidak dilatih . Sementara Sang Buddha bilang harus dilatih...

Maksudnya kata-kata "harus" tidak sama dengan kata "hanya satu-satunya", kata "harus" maknanya adalah kewajiban atau perintah atau bentuk nasehat yang agak memaksa, sedangkan kata "satu-satunya atau hanya" adalah suatu pembenaran mutlak.

Sang Buddha sering mengatakan bahwa seorang siswa Ariya harus begini atau begitu, harus melatih samatha dan juga harus melatih Vipassana. harus menjalankan Vinaya dsbnya. Misalnya "seorang bhikkhu harus hidup selibat" maknanya kewajiban tetapi bukan itu satu-satunya yang harus dilakukan seorang bhikkhu kan?

Seperti Samadhi sutta (AN 4.94) Sang Buddha menyatakan bahwa merupakan kewajiban bhikkhu untuk melakukan hal tersebut. itu adalah keharusan karena baik bila dilakukan.
Perlu diingat bahwa di jaman Sang Buddha sendiri tidak semua bhikkhu menjadi meditator, apalagi jaman sekarang. Oleh karena itu Sang Buddha sering memberikan penekanan dengan kata harus.

Contoh lain lagi, seorang ayah memberi nasihat kepada anaknya bahwa ia harus belajar supaya naik kelas, apakah dengan tidak belajar dia tidak naik kelas? belum tentu kan? tetapi sebagai seorang ayah tentu ia harus memeberi nasehat apa yang dia anggap paling tepat dilakukan anak itu. Bila ada anaknya yang lain rajin belajar tanpa disuruh, apakah perlu disuruh belajar?

Coba bandingkan dengan kata-kata "jalan satu-satunya untuk naik kelas adalah belajar" tentu lain kan? Pernyataan ini baru disebut sebagai pembenaran mutlak.

Ic om .. _/\_

Tetapi ada kasus 'harus' artinya harus dijalankan dalam kasus vinaya celibate,dan harus itu bersifat mutlak bukan satu2nya tapi salah satunya harus dijalankan untuk mencapai arahanta. Sepertinya perbedaan ini sebaiknya dilihat case per case. Walaupun demikian penjelasan om , juga make sense..dalam hal contoh " anak belajar supaya naik kelas" _/\_



Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Lily W on 25 November 2009, 05:34:08 PM
Quote from: gachapin on 24 November 2009, 05:22:13 PM
gak salah cik?
bukannya makhluk dvihetuka sangat jarang terlahir sebagai manusia?
kalau manusia pun biasa ada kelainannya?

Coba baca di topik Puggala & Bhumi di Board Abhidhamma...;D
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1713.0.html

Kita-kita ini kebanyakkan dari Patisandhi Dvihetuka Puggala.

_/\_ :lotus:
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Lily W on 25 November 2009, 05:41:08 PM
Quote from: dilbert on 24 November 2009, 05:25:39 PM
Quote from: Lily W on 24 November 2009, 05:08:19 PM
Kalo menurut Dr. Mehm Tin Mon... Jhana, Magga & Phala sama2 penting..;D

kalo seperti kita2 ini (rata2 dvihetuka puggala) mendingan dari Samatha (jhana) dulu...tetapi apabila ada yg tihetuka puggala maka dia bisa langsung ber vipassana (tanpa jhana dulu). Bagi dvihetuka puggala akan sangat sulit langsung bervipassana.

_/\_ :lotus:

bagaimana kita bisa tahju kita adalah dvihetuka puggala dan tihetuka puggala ??

Seseorang seperti Presiden dan  orang yg mencapai kesucian (Makhluk suci) berarti dia berpatisandhi dg Tihetuka puggala. ;D

cmiiw..

_/\_ :lotus:
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Lily W on 25 November 2009, 05:45:44 PM
Quote from: bond on 25 November 2009, 09:38:44 AM
Quote from: fabian c on 24 November 2009, 06:58:32 PM
Quote from: gachapin on 24 November 2009, 05:22:13 PM
gak salah cik?
bukannya makhluk dvihetuka sangat jarang terlahir sebagai manusia?
kalau manusia pun biasa ada kelainannya?

Menurut yang saya tahu juga demikian, umumnya kita adalah dvihetuka puggala, oleh karena itu banyak yang berhasil dalam meditasi Samatha maupn Vipassana.

_/\_

Sepertinya manusia normal adalah tihetuka puggala, bukan dvihetuka puggala. Yang saya tau dvihetuka puggala bila terlahir sebagai manusia pasti abnormal dan tidak bisa mencapai jhana apalagi kesucian.

Dvihetuka puggala ketika melakukan perbuatan baik dan tercemar (memikirkan pamrih) maka dia akan terlahir sbg abnormal, dewa tingkat rendah dan menjadi Sugati ahetuka puggala.

Kita yg normal ini kebanyakkan berpatisandhi dengan dvihetuka puggala.

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1713.0.html

_/\_ :lotus:
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Lily W on 25 November 2009, 05:50:27 PM
Quote from: fabian c on 25 November 2009, 01:18:31 PM
Quote from: bond on 25 November 2009, 09:30:28 AM
Quote
Quote
Quote
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
baru lanjut make effort those (jamak, keduanya) untuk ending mental fermentation.

jelaskan, disuruh lengkapi both, baru lanjot. crystal clear.
Nambahin sedikit ya suhu?
Sang Buddha tidak mengatakan bahwa itulah jalan satu-satunya, Sang Buddha hanya mengatakan bahwa itu harus dilatih, Sang Buddha juga mengatakan pada para Bhikkhu bahwa Vinaya juga harus dijalankan.

Om fabian maksudnya apa ya?,.... bukan jalan satu-satunya tapi harus dilatih..... Bukankah artinya tetap lewat jalan yg satu itu? Kalo direct vipasanna berarti jhana tidak dilatih . Sementara Sang Buddha bilang harus dilatih...

Maksudnya kata-kata "harus" tidak sama dengan kata "hanya satu-satunya", kata "harus" maknanya adalah kewajiban atau perintah atau bentuk nasehat yang agak memaksa, sedangkan kata "satu-satunya atau hanya" adalah suatu pembenaran mutlak.

Sang Buddha sering mengatakan bahwa seorang siswa Ariya harus begini atau begitu, harus melatih samatha dan juga harus melatih Vipassana. harus menjalankan Vinaya dsbnya. Misalnya "seorang bhikkhu harus hidup selibat" maknanya kewajiban tetapi bukan itu satu-satunya yang harus dilakukan seorang bhikkhu kan?

Seperti Samadhi sutta (AN 4.94) Sang Buddha menyatakan bahwa merupakan kewajiban bhikkhu untuk melakukan hal tersebut. itu adalah keharusan karena baik bila dilakukan.
Perlu diingat bahwa di jaman Sang Buddha sendiri tidak semua bhikkhu menjadi meditator, apalagi jaman sekarang. Oleh karena itu Sang Buddha sering memberikan penekanan dengan kata harus.

Contoh lain lagi, seorang ayah memberi nasihat kepada anaknya bahwa ia harus belajar supaya naik kelas, apakah dengan tidak belajar dia tidak naik kelas? belum tentu kan? tetapi sebagai seorang ayah tentu ia harus memeberi nasehat apa yang dia anggap paling tepat dilakukan anak itu. Bila ada anaknya yang lain rajin belajar tanpa disuruh, apakah perlu disuruh belajar?

Coba bandingkan dengan kata-kata "jalan satu-satunya untuk naik kelas adalah belajar" tentu lain kan? Pernyataan ini baru disebut sebagai pembenaran mutlak.

Quote from: bond on 25 November 2009, 09:38:44 AM
Quote from: fabian c on 24 November 2009, 06:58:32 PM
Quote from: gachapin on 24 November 2009, 05:22:13 PM
gak salah cik?
bukannya makhluk dvihetuka sangat jarang terlahir sebagai manusia?
kalau manusia pun biasa ada kelainannya?

Menurut yang saya tahu juga demikian, umumnya kita adalah dvihetuka puggala, oleh karena itu banyak yang berhasil dalam meditasi Samatha maupn Vipassana.

_/\_

Sepertinya manusia normal adalah tihetuka puggala, bukan dvihetuka puggala. Yang saya tau dvihetuka puggala bila terlahir sebagai manusia pasti abnormal dan tidak bisa mencapai jhana apalagi kesucian.

Maaf bro, salah ketik, kurang teliti   ^:)^  hanya Tihetuka Puggala yang mampu mencapai Jhana atau Nana. Umumnya kita adalah tihetuka.

_/\_

Kalo kita terlahir dari patisandhi tihetuka puggala..maka kita akan cepat mencapai Jhana/nana. Kenyataannya kita2 ini sulit untuk mencapai Jhana/Nana kan? benar ga? ;D

_/\_ :lotus:
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: char101 on 25 November 2009, 06:52:05 PM
Quote from: Lily W on 25 November 2009, 05:50:27 PM
Kalo kita terlahir dari patisandhi tihetuka puggala..maka kita akan cepat mencapai Jhana/nana. Kenyataannya kita2 ini sulit untuk mencapai Jhana/Nana kan? benar ga? ;D

Mampu membedakan benar salah bukankah sudah cukup sebagai karakteristik tihetuka. Untuk yang dvihetuka saya rasa orang yang memiliki keterbelakangan mental. Yang tihetuka punya patisandhi citta dengan amoha sebagai faktor tapi bukan panna yang mampu memotong kilesa tapi kemampuan intelegensi biasa, jadi bisa saja orangnya pinter secara intelek tapi kilesanya banyak.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 25 November 2009, 06:56:03 PM
Quote
QuoteSaudara Marcedes yang baik,
Bila harus mengganti objek ke anapanasati atau ke metta, objek meditasi benar atau salah yang sebelumnya dipelajari juga akan membawa dia pada Jhana, bahkan bila dia belum pernah berlatih meditasi dan tidak memiliki konsentrasi sekalipun objek Anapanasati dan Metta akan membawa mereka pada Jhana, bila mereka memiliki usaha yang kuat dan parami yang cukup.

Permasalahannya adalah saudara mengatakan bahwa dengan mem-bold bahwa hanya konsentrasi yang membawa pada Jhanalah yang benar. bila demikian maka objek konsentrasi yang tidak membawa pada Jhana tidak benar?



bro fabian, sang Buddha tidak mengatakan bahwa "wajib" 1 objek...
tetapi SangBuddha mengatakan bahwa "mengarah ke jhana" jadi apapun objek nya jelas lah "mencapai jhana" adalah goal-nya..

misalkan sy sewaktu meditasi,,,karena mungkin gelisah dan emosi belum reda....pakai anapanasati susah masuk...
kemudian ganti metta,ternyata cepat masuk, terus ganti lagi anapanasati...

tidak ada kata dalam sutta bahwa "wajib" 1 objek...tetapi yg tertulis "samma-samadhi" itu mengarah pada pencapaian "jhana-jhana"

Saudara Marcedes yang baik,
Masalah sebenarnya karena saudara mengatakan bahwa hanya objek meditasi yang membawa pada Jhanalah yang benar
Quotesang Buddha berkata dalam Tipitaka..
konsentrasi benar itu mengacu pada pencapaian jhana...bukan khanika samadhi atau upacara samadhi.....
poinnya adalah:
1. tidak semua objek meditasi yang diajarkan oleh Sang Buddha bisa membawa kita pada Jhana.
2. untuk objek meditasi yang membawa pada Jhana seperti Metta bhavana dan anapanasati tidak perlu mengganti objek, tetap bisa membawa pada Jhana.
3. Objek meditasi tertentu seperti: 4 elements (mahabhuta), Buddhanussati, Dhammanussati dan Sanghanussati tak akan pernah membawa kita pada Jhana bila dilatih terus-menerus.

Quote
QuoteSaya harap saudara Marcedes dalam berdiskusi jangan mengungkapkan tulisan yang bersifat menyerang pribadi, saya memiliki alasan yang sangat kuat sekali  untuk tidak setuju dengan pendapat mereka (Ajahrn Brahm dan Bhikkhu Thanissaro (karena saya pernah mengikuti bagaimana ketiga metode pembimbingan dilakukan , yaitu tehnik Mahasi, tehnik Pa Auk, dan tehnik Luang po Bun Ku siswa dari Luangta Maha Boowa) dan pendapat saya berasal dari pengalaman saya setelah mengikuti ketiga metode tersebut.  Saya rasa hak setiap individu untuk tidak setuju dengan pendapat orang lain.
maaf kalau anda tersinggung...tapi..
tentu bagus jika anda menjelaskan alasan tersebut......mengapa?

anda yakin bahwa direct vipassana > dengar-dengar saja dari beberapa meditator myanmar?
bikkhu[ber2] yakin bahwa dengan jhana > itu karena mereka tidak asal mendengar, tetapi menyelami langsung.

btw, kedua-dua nya saya tidak mengatakan benar/salah dulu...tapi sy sedikit beri pendapat.
jika anda bukan seorang ariya[boleh di PM atau apalah] bagaimana mungkin anda yakin hanya dengan direct vipassana?

ini ibarat "jakarta [nibbana]" banyak metode atau cara untuk sampai ke sana....
ada yg bilang lewat tangerang[direct vipasana] ada yg bilang lewat [bandung] harus jhana.

masalah nya andai-kata kedua jalan itu benar...beda-nya adalah yg "bandung" sudah di selami secara serius
kalau anda yg mengatakan tangerang?
jadi menurut saya kalau bukan seorang "ariya" jangan berbicara metode ini itu-lah.....karena sama-sama juga masih buta....alias pendapat yg di dapat dari text book.
Saudara perlu mengetahui bahwa manusia di dunia ini umumnya akan menjawab skeptis jika kita mengungkapkan sesuatu yang menurut mereka tidak mungkin.
Dan mengenai mengapa saya tidak begitu saja percaya dengan nama besar seorang bhikkhu, saya memiliki alasan yang kuat untuk mengatakan hal itu. saya tidak silau dengan nama dan reputasi seseorang.

Sebagai bahan perenungan, mungkin perlu saya ceritakan mengenai seorang bhikkhu yang bernama Khantipalo (beliau pernah berkunjung kesini). Beliau adalah seorang bhikkhu barat yang sangat terkenal (banyak pengagum dan pengikutnya) dan dia adalah pengarang buku "banner of Arahants". Beliau di tahbiskan di Wat Bovoranives bersamaan (satu angkatan) dengan alm. Chaokun Vin (vijjano). Beliau juga memiliki tempat meditasi sendiri di Australia. Di usia senja ia "disrobe" dan alasannya selama menjadi bhikkhu ia "tidak mendapatkan apa-apa". Kemudian dengar-dengar ia pindah ke Tantra.

Jadi saya tidak menilai batin seseorang berdasarkan jubahnya.
Walaupun saya umat awam tetapi saya merasa lebih beruntung karena saya mencapai berbagai hal dalam spiritual.

Ada bhikkhu (dan juga umat awam) yang memiliki pengalaman mendalam dalam metode "direct Vipassana" Mahasi Sayadaw, kelihatan nya kurang berkenan saya berlatih Samatha Bhavana. Saya hanya bernamakkhara tanpa membantah apa yang dia ucapkan (walaupun saya tak setuju).
Ada juga bhikkhu (dan juga umat awam) yang dalam khotbahnya mengritik secara halus bahwa "direct Vipassana" hampir tidak mungkin membawa pada kesucian, sayapun hanya bernamakkhara, saya hanya tersenyum dalam hati, karena saya kira tak perlu saya mendebat bhikkhu tsb, karena hal itu tak baik walaupun saya tak setuju dengan ucapan beliau.

Mungkin perlu saya persingkat apa yang saya yakini dan tak tergoyahkan adalah: Direct Vipassana (tanpa melalui Jhana) maupun jalan kearah kesucian dengan melalui Jhana, kedua jalan ini benar, membawa kemajuan batin dan dapat mengantarkan kita pada Magga-Phala nana.

Kadang-kadang saya merasa prihatin, umat Buddha jumlahnya sangat sedikit di Indonesia. Sudah sedikit terpecah pula. Jauh lebih sedikit lagi mereka yang mengenal meditasi, mereka yang mengenal meditasi inipun juga terpecah juga, ironinya ini terjadi diantara pengikut kedua aliran yang saya tekuni secara intensif  :)

Quote
QuoteYa, disinilah kuncinya mengapa saya meragukan Luangta Mahaboowa, bukan hanya itu masalah beliau menangis, dan lalu ngotot bahwa beliau sudah Arahat... lalu menceritakan perjalanan meditasinya yang menggambarkan pencapaian... langsung Arahat...
Sang Buddha pernah mengatakan dalam salah satu sutta (saya lupa suttanya) bahwa Dhamma yang beliau ajarkan tak ada yang seketika, semua terjadi melalui proses yang berulang-ulang.

Pendapat Mahasi Sayadaw sejalan dengan Visuddhi Magga yang mengatakan setelah mencapai Sotapanna, meditator akan turun dan mengulangi lagi dari tingkat udayabaya nana untuk dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi Sakadagami.

Saya tidak mengatakan bahwa beliau belum mencapai kesucian, tetapi dengan bukti menangis terharu seperti yang diperlihatkan di foto saya berani mengemukakan pendapat dengan tegas bahwa beliau BELUM ARAHAT... (karena seorang Arahat tak akan terpengaruh emosinya dalam keadaan apapun dan oleh hal apapun !!!)
memang benar , Luanta menangis seperti yg dilihat di foto,itu seperti terbawa perasaan....awalnya saya curiga apa benar sih beliau "arahat"

tapi apa 1 bikkhu Thailand. mengatakan pada saya...
" di Thai ilmu-ilmu gaib itu sangat tinggi,apabila Luanta mengatakan bahwa  dirinya-arahat...tentu banyak yg mau "TES",benar atau tidak....
dan lagi jika bohong, pastilah umur nya pendek....
apalagi raja Thai pernah namsakara sama beliau, tentu raja tidak asal datang ke penjual kecap tanpa bukti...
kemungkinan raja sudah menanyakan kebenaran tersebut pada "sangharaja Thai[somdet nanasamvara]"

Saya rasa saudara Marcedes dalam hal ini tidak konsisten. Tipitaka mengatakan demikian, kok dicari rasionalitas dengan tes ilmu gaib dan Raja thai?
Dari mana kita tahu Raja telah bertanya kepada Sangharaja? Apakah Sangharaja mau mengungkapkan? Walaupun diungkapkan apakah Raja pasti percaya ucapan sangharaja? Apakah Sangharaja tak memikirkan implikasinya? Apakah kita tahu bagaimana hubungan Sangha dengan keluarga kerajaan dan umat Thailand? dsbnya...
Mengenai Luangta Mahaboowa masih ada hal kontroversial lainnya yang dilakukan beliau, yang tak perlu saya ungkapkan disini.
Apakah kita menilai seseorang yang umurnya panjang tindakannya selalu benar?

Quotesaya juga pernah ketemu dengan Bhante bourkry, beliau jika ada hal lucu, beliau tertawa kok...tapi tidak tertawa terbahak-bahak...senyum-senyum khas beliau lah...kek senyum nya AjahnChah....

Acharn Chah walaupun komentarnya kadang agak lucu namun saya setuju dan dan saya lebih mengagumi beliau karena sangat luas pandangannya.

Quotemasalah "kitab komentar" dalam sutta tidak ada namanya Hadaya-vatthu, ia gak? saya agak ragu dengan kitab komentar,
hari ini muncul Hadaya-vatthu, entah sangha konsili berapa di munculkan "haya-haya vattu" ;D
dan muncul lagi istilah-istilah yg memusingkan dan tidak terbayangkan...pertanyaan-nya adalah orisinil kah?

Hadaya-vatthu ada di Abhidhamma. Apakah menurut saudara Abhidhamma itu kitab suci atau bukan?
Mungkin teman-teman pembaca bisa ikut merenungkan disini.
Apakah kitab Abhidhamma adalah kitab tidak otentik yang tak perlu dijadikan acuan?
Apakah kitab Abhidhamma hanya memuat pandangan pribadi bhikkhu-bhikkhu?
Apakah pendapat Arahat selain pendapat dari Sang Buddha sendiri tak bisa dijadikan sebagai referensi?
Apakah kita suci Tipitaka harus diubah menjadi Dvipitaka?
Apakah Hadaya-vatthu tidak benar karena tidak diucapkan oleh Sang Buddha dan tak ada dalam Sutta?
Apakah Sang Buddha hanya membenarkan ucapan Beliau saja dan tak pernah membenarkan ucapan Arahat?

Kenyataannya Hadayavatthu secara tegas saya katakan memang ada!!! Meditator-meditator metode Mahasi (umat awam amaupun bhikkhu) maupun metode Pa Auk (umat awam maupun bhikkhu) adalah saksi-saksi hidup.
pertanyaannya: apakah kita harus menganggap mereka mengada-ada karena tak terdapat di Sutta?
----------------------------------------------------------
Quotemungkin memang benar " hanya dengan upacara/khanika " sudah bisa vipassana...
tapi yg jelas menurut sutta, samma-samadhi dikatakan bahwa "mengarah pada jhana-jhana"
Sdr Marcedes yang baik, menurut saya salah satu aspek dari Samma-Samadhi adalah Jhana.

Quotetapi sy jujur, agak malas memperdebatkan hal ini.......karena lebih baik dicoba langsung dari pada capek-capek membahas yg tidak ada habisnya...
Ya, saya setuju.

Quotekalau anda bukan ariya, ini ibarat saya yg buta dengan anda yg buta...sama-sama meraba di kegelapan mengenai gajah... ;D
About me... you don't know... only I know   :)

Quotemay u be happy
you too, May all of us and every living beings be happy too.  :)

Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Sumedho on 25 November 2009, 07:04:02 PM
errr. di thread sebelah sudah dibahas dan dicari bahwa hadaya vatthu tidak ada di abhidhamma loh.

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13717.0.html (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13717.0.html)

kalau ada ketemu, tulung diposting mbah
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 25 November 2009, 07:16:03 PM
Quote
Quote
memang benar , Luanta menangis seperti yg dilihat di foto,itu seperti terbawa perasaan....awalnya saya curiga apa benar sih beliau "arahat"

tapi apa 1 bikkhu Thailand. mengatakan pada saya...
" di Thai ilmu-ilmu gaib itu sangat tinggi,apabila Luanta mengatakan bahwa  dirinya-arahat...tentu banyak yg mau "TES",benar atau tidak....
dan lagi jika bohong, pastilah umur nya pendek....
apalagi raja Thai pernah namsakara sama beliau, tentu raja tidak asal datang ke penjual kecap tanpa bukti...
kemungkinan raja sudah menanyakan kebenaran tersebut pada "sangharaja Thai[somdet nanasamvara]"

saya juga pernah ketemu dengan Bhante bourkry, beliau jika ada hal lucu, beliau tertawa kok...tapi tidak tertawa terbahak-bahak...senyum-senyum khas beliau lah...kek senyum nya AjahnChah....

Ikut nambahin ah... dan sekedar share aja ....^-^
Apa yg ada di buku arahat magga-phala mengenai pencapaian beliau adalah tentang yg terakhir saja, jadi bukan langsung hap...Kalau dibaca teliti, ada sesuatu yg mengkonfirmasi yg pasti ada kaitannya dalam sutta dan abhidhamma...(tapi biarlah waktu yg menjelaskan)
Seperti Bahiya adalah arahat tercepat, apakah ini langsung? kelihatan saja langsung  ;D

Saudara Bond yang baik, saya mengerti bahwa saudara sangat mengagumi beliau. Yang saya baca disana tidak tersirat beliau sudah Anagami pada saat itu.

QuoteKalaupun saat menangis Luangta Mahaboowa belum mencapai arahat, bagaimana dengan sekarang?. Kalau tidak salah kejadian itu sekitar 2002-2004. Ada yg bisa memastikan kondisi batin beliau sekarang atau pencapaian ariya apa yg dicapai beliau? ingat hukum anicca..dan sayang sekali Sang Buddha sudah tidak ada lagi secara fisik, jika ada maka kemungkinan seperti kasus Pilinda Vacca dan Bhikkhu arahat yg bunuh diri bisa terpecahkan.
Kalau saya pribadi ngak tau...hanya saya percaya saja dia Arahat. Tapi yang ngak percaya juga ngak apa-apa, itulah indahnya dinamika perbedaan pandangan pada putthujana.

saya tak mau berspekulasi mengenai yang sekarang. Pada waktu itu beliau pasti bukan Arahat.

QuoteYang terakhir... Di Thailand tentu banyak bhikkhu yg mahir, bahkan Luangta pun sering memuji koleganya (murid2 Ajahn Mun lainnya) dan sekarang tentu juga banyak bhikkhu yg luar biasa hebat tetapi mengapa ia juga sangat dihormati dan dicintai seluruh rakyat Thailand dan Kerajaan Thailand. Apakah seorang Luangta tidak ada ujian2 apa yg ia nyatakan? Bahkan kemanapun Luangta pergi pemerintah Thai dengan sukarela mengawal beliau sekalipun tidak ia inginkan. Jadi kalau lewat jalan darat , sudah seperti presiden lewat. Mengapa bisa demikian?yang pasti dan saya ketahui langsung bahwa beliau dianggap sebagai asset negara yg harus dijaga dengan sangat baik.
Kemegahan yang didapat seorang bhikkhu bukan karena dia Arahat atau bukan.

QuoteDi dalam Wat Barn Tad tempat beliau tinggal ada Kuti khusus Putri Raja Thailand dan putri raja Thai tersebut dalam setahun pasti retreat disana. Kuti putri raja tersebut adalah terbaik diantara kuti2 bhikkhu, termasuk kuti Luangta kalah bagus. Beliau hanya tinggal pada kuti yg sederhana.
Dan perlu di ketahui bahwa Luangta memiliki andil dalam pemulihan krisis ekonomi Thailand saat 1998 dengan meminta seluruh rakyat Thai mengumpulkan emas untuk disumbangkan pada pemerintah Thailand. Bahkan terakhir ketika saya bertemu beliau umat2 Thai meminta agar Luangta dijaga kesehatannya agar panjang umur. Dan umat meminta Luangta menjadi kepala proyek rumah sakit(simbolis) untuk para bhikkhu dan dapat dipergunakan secara umum juga, agar para bhikkhu dirawat secara layak. Kalau kita pernah mendengar bagaimana Ajahn Brahm dirawat di rumah sakit Thai, mungkin itu salah satu alasan mengapa rumah sakit untuk bhikkhu dibuat.

Apakah karena hal ini kita menduga beliau Arahat? Saya tak mau berkomentar hal miring lainnya mengenai pengumpulan sumbangan emas pada waktu krisis moneter tersebut.

QuoteSekali lagi apapun komentar2 miring orang tentang Luangta. Saya hanya bisa mengatakan he is a HOLY GREAT MAN. datang dan lihatlah langsung pengabdian beliau terhadap Dhamma. Apa yg telah kita lakukan dibandingkan beliau ?

Saya kira ini tidak relevan, saya hanya mengatakan seseorang yang masih menangis bukan Arahat.

Quotedan tidak saja beliau tetapi para bhikkhu yang berjuang dalam Dhamma. Yang pasti kalau saya sendiri hanya putthujana yg masih meraba-raba kebenaran yg masih terombang-ambing dengan ketidakpastian. Saya merasa harus menyatakan ini semua agar kita lebih waspada membicarakan orang2 yg sudah lebih lanjut berlatih apalagi disinyalir ariya pugala dengan semangat ehipasiko.

Saudara Bond yang baik,  saya tidak mengatakan beliau bukan Ariya Puggala, saya hanya mengatakan bahwa menurut Tipitaka orang menangis pasti bukan Arahat, entah bhikkhu atau umat awam. .

QuoteMengenai Ajahn Brahm dan Thanisaro jika mereka menulis hanya melalui jhana ada kemungkinan mereka berbicara berdasarkan pengalaman pribadi yg dikaitkan dengan sutta.
Mungkin ya...mungkin tidak... we don't know..

QuoteSorry OOT _/\_
Saya juga mohon maaf jika pernyataan sya mengenai Luangta Mahaboowa menyinggung perasaan saudara Bond.  ^:)^

_/\_



Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 25 November 2009, 07:19:53 PM
Quote from: Lily W on 25 November 2009, 05:41:08 PM
Quote from: dilbert on 24 November 2009, 05:25:39 PM
Quote from: Lily W on 24 November 2009, 05:08:19 PM
Kalo menurut Dr. Mehm Tin Mon... Jhana, Magga & Phala sama2 penting..;D

kalo seperti kita2 ini (rata2 dvihetuka puggala) mendingan dari Samatha (jhana) dulu...tetapi apabila ada yg tihetuka puggala maka dia bisa langsung ber vipassana (tanpa jhana dulu). Bagi dvihetuka puggala akan sangat sulit langsung bervipassana.

_/\_ :lotus:

bagaimana kita bisa tahju kita adalah dvihetuka puggala dan tihetuka puggala ??

Seseorang seperti Presiden dan  orang yg mencapai kesucian (Makhluk suci) berarti dia berpatisandhi dg Tihetuka puggala. ;D

cmiiw..

_/\_ :lotus:

Sukongnya ceu Lily kalau nggak salah bilang Dvihetuka tak bisa mencapai Jhana.  ;D
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 25 November 2009, 07:26:40 PM
QuoteKalo kita terlahir dari patisandhi tihetuka puggala..maka kita akan cepat mencapai Jhana/nana. Kenyataannya kita2 ini sulit untuk mencapai Jhana/Nana kan? benar ga?  ;D

_/\_ :lotus:

Ceu Lily yang baik,
Menurut yang saya dengar dari pengalaman teman-teman sesama meditator, Banyak diantara mereka yang berlatih meditasi mampu mencapai Jhana/Nana.
:P
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 25 November 2009, 07:27:28 PM
QuoteKalo kita terlahir dari patisandhi tihetuka puggala..maka kita akan cepat mencapai Jhana/nana. Kenyataannya kita2 ini sulit untuk mencapai Jhana/Nana kan? benar ga?  ;D

_/\_ :lotus:

Ceu Lily yang baik,
Menurut yang saya dengar dari pengalaman teman-teman sesama meditator, banyak diantara mereka yang berlatih meditasi mampu mencapai Jhana/Nana.  :P

Masalahnya ceu Lily percaya atau nggak omongan mereka?

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: bond on 26 November 2009, 09:44:11 AM
Tanya Jawab seputar Luangta mahaboowa di moved ke link

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13888.msg226174.html#new

agar tidak OOT

Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Jerry on 27 November 2009, 10:02:56 PM
Quote from: fabian c on 24 November 2009, 09:01:38 AM
.......

Sang Buddha pernah mengatakan dalam salah satu sutta (saya lupa suttanya) bahwa Dhamma yang beliau ajarkan tak ada yang seketika, semua terjadi melalui proses yang berulang-ulang.

Pendapat Mahasi Sayadaw sejalan dengan Visuddhi Magga yang mengatakan setelah mencapai Sotapanna, meditator akan turun dan mengulangi lagi dari tingkat udayabaya nana untuk dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi Sakadagami.

.....

_/\_
_/\_ Ko Fab

Berulang-ulang atau berangsur-angsur maksudnya Ko? :)
Kalau berangsur2 sih ada di misalnya Udana 5.5:
"Just as the great ocean slopes away gradually, tends downwards gradually without any abrupt precipice, even so this Dhamma and discipline is a gradual doing, a gradual training, a gradual practice; there is no sudden penetration of knowledge."

Mettacittena
_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: jimmykei on 27 November 2009, 10:07:35 PM
menurut g pribadi z sama

soalnya menurut Bikkhu Mahasi Sayadaw konsentrasi akses yang didapat dari Vipassana sama dengan Jhana,
itu kalo g ga salah
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Jerry on 27 November 2009, 10:17:49 PM
yakin ulang dan angsur adalah sama? :D
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Peacemind on 27 November 2009, 10:59:38 PM
Quote from: jimmykei on 27 November 2009, 10:07:35 PM
menurut g pribadi z sama

soalnya menurut Bikkhu Mahasi Sayadaw konsentrasi akses yang didapat dari Vipassana sama dengan Jhana,
itu kalo g ga salah

Dalam bukunya, "The Progress of Insight", Bhikkhu Mahasi Sayadaw mengatakan bahwa khanikasamādhi yang dicapai dalam Vipassana sebanding dengan upacarasamādhi (acces concentration). Namun setahu saya, beliau tidak pernah mengatakan bahwa acces concentration yang didapat dari vipassana (?) sama dengan jhana.

Be happy.
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: jimmykei on 28 November 2009, 09:04:07 AM
Quote from: Peacemind on 27 November 2009, 10:59:38 PM
Quote from: jimmykei on 27 November 2009, 10:07:35 PM
menurut g pribadi z sama

soalnya menurut Bikkhu Mahasi Sayadaw konsentrasi akses yang didapat dari Vipassana sama dengan Jhana,
itu kalo g ga salah

Dalam bukunya, "The Progress of Insight", Bhikkhu Mahasi Sayadaw mengatakan bahwa khanikasamādhi yang dicapai dalam Vipassana sebanding dengan upacarasamādhi (acces concentration). Namun setahu saya, beliau tidak pernah mengatakan bahwa acces concentration yang didapat dari vipassana (?) sama dengan jhana.

Be happy.

berarti g salah,he ;D
kalo g inget2 lagi ya mang bener bukan jhana,tapi
kalo konsentrasi akses itu sama dengan yang didapat dari meditasi samatha bhavana kan?
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: fabian c on 28 November 2009, 09:27:40 AM
Dikatakan oleh Sang Buddha bahwa konsentrasi adalah kondisi pendukung (upanisa) untuk bisa melihat segala sesuatu apa adanya, jadi mereka yg tak memiliki konsentrasi tak memiliki kondisi pendukung untuk melihat segala sesuatu apa adanya.

Lantas darimana konsentrasi pada vipassanayanika (direct vipassana) didapat? Dikatakan oleh Mahasi Sayadaw, "solusi pada masalah ini terletak pada sejenis konsentrasi yang beda dengan Upacara samadhi dan appana samadhi. Konsentrasi ini disebut Khanika samadhi.
Lebih lanjut Mahasi Sayadaw mengatakan, "Walaupun namanya demikian, khanika samadhi (konsentrasi saat ke saat/momentary concentation) bukan berarti hanya satu momen konsentrasi diantara arus pikiran yang muncul. (does not signify a single moment of concentration amidst a current of distracted thoughts).

Tetapi merupakan konsentrasi dinamis yang mengalir dari objek ke objek dalam fenomena yang selalu berubah, mempertahankan tingkat intensitas dan perhatian yang konstan yang cukup untuk membersihkan batin dari perintang batin (opposition).

Menurut Paramatthamanjusa (commentary) menerangkan mengenai frasa "pemanunggalan batin" sebagai konsentrasi yang berlangsung hanya sesaat (khanika samadhi), menyatakan:
     "Demikian juga bila muncul tak terputus pada objeknya yang tunggal dan tak dipengaruhi kondisi berlawanan (nivarana), akan menyebabkan batin terpaku pada objek seperti dalam penyerapan (appana samadhi/Jhana).

Mahatika mengatakan:
Tanpa upacara samadhi dan appana samadhi bagi mereka yang mengikuti jalan ketenangan (samathayanika)
atau tanpa khanika samadhi bagi mereka yang mengikuti kendaraan pandangan terang (vipassanayanika) Pengetahuan diatas duniawi (Lokuttara) tak akan tercapai.

_/\_
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: Peacemind on 28 November 2009, 10:02:38 AM
Quote from: jimmykei on 28 November 2009, 09:04:07 AM
Quote from: Peacemind on 27 November 2009, 10:59:38 PM
Quote from: jimmykei on 27 November 2009, 10:07:35 PM
menurut g pribadi z sama

soalnya menurut Bikkhu Mahasi Sayadaw konsentrasi akses yang didapat dari Vipassana sama dengan Jhana,
itu kalo g ga salah

Dalam bukunya, "The Progress of Insight", Bhikkhu Mahasi Sayadaw mengatakan bahwa khanikasamādhi yang dicapai dalam Vipassana sebanding dengan upacarasamādhi (acces concentration). Namun setahu saya, beliau tidak pernah mengatakan bahwa acces concentration yang didapat dari vipassana (?) sama dengan jhana.

Be happy.

berarti g salah,he ;D
kalo g inget2 lagi ya mang bener bukan jhana,tapi
kalo konsentrasi akses itu sama dengan yang didapat dari meditasi samatha bhavana kan?

Umumnya, berbicara mengenai akses konsentrasi (upacārasamādhi) dan jhāna, kedua macam konsentrasi ini didapat hanya dari pencapaian samatha, sedangkan melalui vipassana, seseorang akan memperoleh momentary concentration (khanikasamādhi). Nah di sini, Bhikkhu Mahasi Sayadaw menjelaskan bahwa khaṇikasamādhi yang dicapai melalui vipassana harus disamakan dengan upacārasamādhi yang umumnya dicapai melalui samatha. Penjelasan singkat tentang khaṇikasamādhi telah dijelaskan oleh Saudara Fabian C dengan baik sebagai berikut:

Quote
merupakan konsentrasi dinamis yang mengalir dari objek ke objek dalam fenomena yang selalu berubah, mempertahankan tingkat intensitas dan perhatian yang konstan..

Be happy
Title: Re: Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?
Post by: jimmykei on 28 November 2009, 10:15:13 AM
Quote from: Peacemind on 28 November 2009, 10:02:38 AM
Quote from: jimmykei on 28 November 2009, 09:04:07 AM
Quote from: Peacemind on 27 November 2009, 10:59:38 PM
Quote from: jimmykei on 27 November 2009, 10:07:35 PM
menurut g pribadi z sama

soalnya menurut Bikkhu Mahasi Sayadaw konsentrasi akses yang didapat dari Vipassana sama dengan Jhana,
itu kalo g ga salah

Dalam bukunya, "The Progress of Insight", Bhikkhu Mahasi Sayadaw mengatakan bahwa khanikasamādhi yang dicapai dalam Vipassana sebanding dengan upacarasamādhi (acces concentration). Namun setahu saya, beliau tidak pernah mengatakan bahwa acces concentration yang didapat dari vipassana (?) sama dengan jhana.

Be happy.

berarti g salah,he ;D
kalo g inget2 lagi ya mang bener bukan jhana,tapi
kalo konsentrasi akses itu sama dengan yang didapat dari meditasi samatha bhavana kan?

Umumnya, berbicara mengenai akses konsentrasi (upacārasamādhi) dan jhāna, kedua macam konsentrasi ini didapat hanya dari pencapaian samatha, sedangkan melalui vipassana, seseorang akan memperoleh momentary concentration (khanikasamādhi). Nah di sini, Bhikkhu Mahasi Sayadaw menjelaskan bahwa khaṇikasamādhi yang dicapai melalui vipassana harus disamakan dengan upacārasamādhi yang umumnya dicapai melalui samatha. Penjelasan singkat tentang khaṇikasamādhi telah dijelaskan oleh Saudara Fabian C dengan baik sebagai berikut:

Quote
merupakan konsentrasi dinamis yang mengalir dari objek ke objek dalam fenomena yang selalu berubah, mempertahankan tingkat intensitas dan perhatian yang konstan..

Be happy

thanks dah dijelasin :)