Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Buddhisme untuk Pemula => Topic started by: hariyono on 29 October 2009, 10:53:47 AM

Title: FANATIK
Post by: hariyono on 29 October 2009, 10:53:47 AM
Diantara pengikut agama , beberapa diantaranya fanatik .
Fanatisme agama itu berbahaya .
Seorang fanatik tidak dapat memandu dirinya sendiri dengan nalar atau bahkan dengan prensip - prinsip ilmiah pengamatan dan analisis .Menurut Sang Buddha ,
seorang umat Buddha harus bebas .
Orang harus punya pikiran terbuka dan tidak boleh tunduk pada siapapun untuk perkembangan spiritualnya .
Ia mencari pernaungan dalam Sang Buddha dengan menerima-Nya sebagai suatu sumber bimbingan dan inspirasi .
Para Umat bernaung dalam Buddha , bukan secara buta , tapi dengan pemahaman .
Bagi Umat Buddha , Sang Buddha bukan juru selamat atau suatu makhluk berujut manusia yang menyatakan bahwa Ia memiliki kuasa untuk menghapus dosa orang lain .
Umat Buddha menganggap Sang Buddha sebagai guru yang menunjukan jalan untuk keselamatan .

Ajaran Buddha selalu mendukung kebebasan dan kemajuan pengetahuan dan kebebasan kemanusiaan disemua tingkat kehidupan . Tidak ada ajaran Buddha yang harus ditinjau ulang dalam menghadapi penemuan dan pengetahuan ilmiah moderen , Semakin banyak hal baru yang diketemukan ilmuwan , semakin dekat mereka dengan penjelasan Sang Buddha tentang alam semesta dan cara kerjanya .

Sang Buddha memerdekakan manusia dari kungkungan agama .
Ia juga membebaskan manusia dari monopoli dan tirani para penguasa agama .
Sang Buddha adalah yang pertama kali menyarankan manusia untuk melatih akal nya dan tidak memperbolehkan diri sendiri dikuasai tanpa perlawanan seperti ...maaf ternak bodoh , mengikuti dogma agama , Sang Buddha berdiri untuk rasionalisme , demokrasi , serta tindakan praktis dan etis dalam agama .
Ia memperkenalkan ajaran ini kepada orang-orang untuk dipraktikan dengan martabat manusia .

Pengikut Sang Buddha disarankan untuk tidak mempercayai segala sesuatu tanpa mempertimbangkan nya dengan baik .
Pada Kalama sutta , Sang Buddha memberikan panduan berikut kepada sekelompok orang muda:

" Jangan menerima apapun berdasarkan laporan semata , tradisi atau desas- desus ;
atau atas kewenangan naska relligius ;
Atau atas alasan dan argumen semata ;
Atau atas kesimpulan sendiri ;
Atau atas apapun yang kelihatannya benar ;
Atau atas pendapat spekulatif seseorang ;
Atau atas kemampuan semu orang lain ;
Atau atas pertimbangan :'ini adalah guru kita ';
Tetapi jika engkau tahu oleh dirimu sendiri bahwa hal-hal tertentu adalah tak sehat dan buruk ;cenderung menyakiti dirimu sendiri atau orang lain , tolaklah mereka
Dan jika engkau tahu oleh dirimu sendiri bahwa hal -hal tertentu adalah sehat dan baik ; mendukung kesejasteraan spiritual dirimu sendiri serta orang lain , terimalah dan ikutilah mereka ."

Umat Buddha disarankan untuk menerima praktik-praktik religius hanya setelah pengamatan dan analisis yang hati-hati , dan hanya setelah yakin bahwa metode itu cocok dengan akal budi dan mendukung untuk kebaikan diri sendiri dan semuanya .

Umat buddha sejati tidak tergantung pada kekuasaan eksternal untuk keselamatannya .
Ia juga tidak berharap untuk lepas dari kemiskinan melalui campur tangan suatu kuasa yang tidak diketahui .
Ia harus mencoba untuk membasmi semua kekotoran mentalnya untuk menemukan kebahagiaan abadi .
Sang Buddha berkata : " Jika seseorang berkata buruk tentang Aku , dan murid-muridku , janganlah marah atau takut , karena reaksi semacam ini hanya akan menyakitimu .
Sebaliknya jika seseorang berkata baik tentang Aku , dan murid-muridKu , janganlah terlalu gembira ,tergetar atau berbesar hati , karena reaksi semacam ini hanya akan menjadi hambatan dalam membentuk penilaian yang benar .
Jika kami berbesar hati , kamu tidak dapat menilai apakah kualitas yang dipuji adalah nyata dan benar -benar ditemukan dalam diri kita ." ( Brahma Jala Sutta ) .

Demikian niat yang tak memihak dari umat Buddha sejati .

Sang Buddha telah menjunjung derajad tertingi kebebasan tidak hanya dalam sosok manusiawinya tapi juga dalam kualitas ilahinya .
Kebebasan yang membebaskan seseorang dari perbudakan dogma dan hukum relligius diktatorial atau hukuman ke agama an .

sadhu sadhu sadhu
Title: Re: FANATIK
Post by: Tekkss Katsuo on 29 October 2009, 11:41:14 AM
Yup Begitulah seharusnyaa

_/\_
Title: Re: FANATIK
Post by: Rina Hong on 29 October 2009, 12:52:03 PM
Fanatik yang tidak merugikan orang lain tidak salah loh...
Title: Re: FANATIK
Post by: johan3000 on 29 October 2009, 12:56:50 PM
Tapi saya belum melihat wihara yg pakai "KURSI" lho...
ada yg tau ? mohon masukannya...
Title: Re: FANATIK
Post by: markosprawira on 29 October 2009, 01:32:47 PM
 [at] saceng : di vihara Dhamma Cakkhu di Bogor, udah dari lama banget ada kursi utk org tua dan mereka yg ga kuat duduk di bawah

[at] TS : sori tanya dikit yah.... Kalama sutta yang anda kutip :

QuoteTetapi jika engkau tahu oleh dirimu sendiri bahwa hal-hal tertentu adalah tak sehat dan buruk ;cenderung menyakiti dirimu sendiri atau orang lain , tolaklah mereka

Dan jika engkau tahu oleh dirimu sendiri bahwa hal -hal tertentu adalah sehat dan baik ; mendukung kesejasteraan spiritual dirimu sendiri serta orang lain , terimalah dan ikutilah mereka ."

sedangkan versi inggrisnya :

Quote'These qualities are unskillful; these qualities are blameworthy; these qualities are criticized by the wise; these qualities, when adopted & carried out, lead to harm & to suffering'

'These qualities are skillful; these qualities are blameless; these qualities are praised by the wise; these qualities, when adopted & carried out, lead to welfare & to happiness'

ada teks yg hilang yaitu dipuji/dikritik oleh orang bijaksana
Title: Re: FANATIK
Post by: gajeboh angek on 29 October 2009, 02:22:42 PM
Yup, dimana-mana sering sekali ada penghilangan dipuji / dikritik para bijaksana.
Title: Re: FANATIK
Post by: Brado on 29 October 2009, 02:25:57 PM
Quote from: johan3000 on 29 October 2009, 12:56:50 PM
Tapi saya belum melihat wihara yg pakai "KURSI" lho...
ada yg tau ? mohon masukannya...

Vihara Pluit Dharma Suka
Title: Re: FANATIK
Post by: Brado on 29 October 2009, 02:27:28 PM
Pertanyaanya adalah : Apakah perlu pagar2 Fanatisme untuk melindungi diri sendiri dari pengaruh kuat ajaran lain ?
Title: Re: FANATIK
Post by: hatRed on 29 October 2009, 02:37:27 PM
Fanatisme itu termasuk ajaran lain bukan ya :-?
Title: Re: FANATIK
Post by: markosprawira on 29 October 2009, 03:07:42 PM
Quote from: gachapin on 29 October 2009, 02:22:42 PM
Yup, dimana-mana sering sekali ada penghilangan dipuji / dikritik para bijaksana.

ini yg saya sayangkan bro... karena sesungguhnya itu berhubungan dengan vipaka/parami sehingga bisa berkumpul dengan para bijaksana

Quote from: Lokkhitacaro on 29 October 2009, 02:27:28 PM
Pertanyaanya adalah : Apakah perlu pagar2 Fanatisme untuk melindungi diri sendiri dari pengaruh kuat ajaran lain ?

sama seperti pelaksanaan sila, bro......

saat masih pertama kali, pelaksanaan sila itu mau tidak mau harus lewat kekerasan... dengan adanya ancaman, hukuman serta pamrih....
namun dalam perkembangannya, seyogyanya org paham bhw pelaksanaan sila itu sesungguhnya adalah utk latihan batin kita agar menjauh dari trend akusala dan terbiasa dengan trend yg kusala

jadi kalau dibilang apakah FANATIK itu perlu? bagi saya, jawabnya YA dan TIDAK, tergantung dari perkembangan batin setiap individunya.....
Title: Re: FANATIK
Post by: markosprawira on 29 October 2009, 03:10:28 PM
Quote from: hatRed on 29 October 2009, 02:37:27 PM
Fanatisme itu termasuk ajaran lain bukan ya :-?

sesungguhnya fanatik itu adalah kemelekatan.... melekat pada ajarannya itu.... itu yg hendaknya kita sadari sehingga saat kita sudah mulai bisa membentengi diri sendiri, kita bisa mulai menjauhi sikap ini karena dalam perkembangannya, justru akan membuat akusala yg baru

makanya jgn heran kalau sikap fanatik yg ekstrim malahan cenderung akan destruktif misal menjelek2an paham lain, memojokkan mereka yg beda paham, dsbnya
Title: Re: FANATIK
Post by: dilbert on 29 October 2009, 03:13:15 PM
saddha...
Title: Re: FANATIK
Post by: Tekkss Katsuo on 29 October 2009, 03:14:41 PM
Bro Markos hebat  ;D

_/\_
Title: Re: FANATIK
Post by: johan3000 on 29 October 2009, 04:41:14 PM
Quote from: Lokkhitacaro on 29 October 2009, 02:25:57 PM
Quote from: johan3000 on 29 October 2009, 12:56:50 PM
Tapi saya belum melihat wihara yg pakai "KURSI" lho...
ada yg tau ? mohon masukannya...

Vihara Pluit Dharma Suka

kapan2 pasingin fotonya bro.... biar gw lebih yakin gitu....
Title: Re: FANATIK
Post by: markosprawira on 29 October 2009, 04:45:19 PM
Quote from: Tekkss Katsuo on 29 October 2009, 03:14:41 PM
Bro Markos hebat  ;D

_/\_

sementara ini anggap aja cuma pinter teori aja bro.... dalam keseharian, sangat banyak yg saya sendiri masih lepas kontrol.....

Quote from: johan3000 on 29 October 2009, 04:41:14 PM
Quote from: Lokkhitacaro on 29 October 2009, 02:25:57 PM
Quote from: johan3000 on 29 October 2009, 12:56:50 PM
Tapi saya belum melihat wihara yg pakai "KURSI" lho...
ada yg tau ? mohon masukannya...

Vihara Pluit Dharma Suka

kapan2 pasingin fotonya bro.... biar gw lebih yakin gitu....

nti kalo gw fotoin kalo berksempatan ke VPDS lagi di minggu kedua (ada kelas abhidhamma)

mau foto vihara Dhamma Cakkhu juga?

cuma bedanya kalo di Dhamma Cakkhu, bangkunya itu bangku panjang kaya di gereja... kalo di VPDS, bangkunya itu satuan, warna merah dan empuk

Masing2 ada untung dan ruginya.
Kalo di DC, bangku ga bisa dirapihin tapi ga bikin ngantuk
kalo di VPDS, bangku (kursi?) bisa dirapihin tapi krn nyaman, cenderung utk bikin ngantuk

NB : personal opinion yah  ;D
Title: Re: FANATIK
Post by: johan3000 on 29 October 2009, 04:53:29 PM
beberapa orang agak tua memang mengeluh...
kalau kewihara duduknya tidak pakai kursi
kagak kuat.... sedangkan beberapa wihara yg
saya tau tidak menyediakan kursi2 tsb...

kalau ada foto wihara yg kelihatan kursi2 nyg gw mau
(bukan foto depan wihara lho)

thanks bro markosprawira
Title: Re: FANATIK
Post by: markosprawira on 29 October 2009, 04:55:11 PM
sabar yah bro..... kelas di VPDS baru ada minggu kedua... kalo foto DC, mungkin minggu ini bisa saya fotokan
Title: Re: FANATIK
Post by: Adhitthana on 30 October 2009, 12:30:56 AM
Quote from: johan3000 on 29 October 2009, 04:53:29 PM
beberapa orang agak tua memang mengeluh...
kalau kewihara duduknya tidak pakai kursi
kagak kuat.... sedangkan beberapa wihara yg
saya tau tidak menyediakan kursi2 tsb...

kalau ada foto wihara yg kelihatan kursi2 nyg gw mau
(bukan foto depan wihara lho)

thanks bro markosprawira
Kagak gaul niee .... si sacheng  8)
setiap Vihara pasti sediakan Kursi2 bagi Manula

sekali-kali ke Vihara Dhamma Sukha donk ..... duduk pake kursi tuch
Title: Re: FANATIK
Post by: markosprawira on 30 October 2009, 09:08:58 AM
ga semua vihara ada bangkunya juga sih........

wkt di surabaya, vihara pandegiling ga ada, edaka juga ga ada
VBK ada tapi di lantai bawah......

wkt ke padang, di dhammasalanya juga ga ada....
Title: Re: FANATIK
Post by: Brado on 30 October 2009, 09:14:58 AM
Emang :outoftopic: sih jadinya ..
tapi gpp lah.. sebenarnya boleh ga Vihara pake bangku ?
atau memang ada aturan tertentu bahwa di vihara harus duduk bersila tanpa kursi ?
kesannya jadi seperti ge**ja
btw yang mus**m juga ga pake bangku kan ?
Title: Re: FANATIK
Post by: gajeboh angek on 30 October 2009, 09:19:44 AM
sebenernya kalau menurut aye sih tradisi aja, karena di india dulu kagak pake kursi.
tapi walaupun pake bangku, tetep Bhikkhu Sangha posisinya harus lebih tinggi.
Title: Re: FANATIK
Post by: johan3000 on 30 October 2009, 09:32:26 AM
Quote from: Lokkhitacaro on 30 October 2009, 09:14:58 AM
Emang :outoftopic: sih jadinya ..
tapi gpp lah.. sebenarnya boleh ga Vihara pake bangku ?
atau memang ada aturan tertentu bahwa di vihara harus duduk bersila tanpa kursi ?
kesannya jadi seperti ge**ja
btw yang mus**m juga ga pake bangku kan ?

Mengenai kursi dalam ibadah....
gw pernah punya pemikiran begitu......

gw pilih agama yg ibadahnya pakai bangku...
karna kelihatannya lebih MAJU (peradabannya lebih maju)...

jadi kalau vihara tidak memakai bangku, apakah itu juga
   merupakan fanatik atas adat org India dulu ?
Title: Re: FANATIK
Post by: markosprawira on 30 October 2009, 09:47:02 AM
Quote from: Lokkhitacaro on 30 October 2009, 09:14:58 AM
Emang :outoftopic: sih jadinya ..
tapi gpp lah.. sebenarnya boleh ga Vihara pake bangku ?
atau memang ada aturan tertentu bahwa di vihara harus duduk bersila tanpa kursi ?
kesannya jadi seperti ge**ja
btw yang mus**m juga ga pake bangku kan ?

sama kaya pake kemeja putih dan celana hitam, apakah karena gereja lebih dulu pake, lalu jika buddhist yg pake, seolah jadi mirip ky member gereja?

Jadi ga masalah mo pake bangku, justru bagi saya ini adalah terobosan yg bagus dimana dulu org tua enggan utk ke vihara karena rata2 menderita sakit kaki/lutut sementara vihara tidak menyediakan bangku
Dan betul yg gacchapin bilang bhw itu tidak boleh melebihi tingginya posisi bhikkhu (ini yg diterapkan di VPDS dan DC)

simpel aja kok
Title: Re: FANATIK
Post by: markosprawira on 30 October 2009, 09:52:28 AM
Quote from: johan3000 on 30 October 2009, 09:32:26 AM
Quote from: Lokkhitacaro on 30 October 2009, 09:14:58 AM
Emang :outoftopic: sih jadinya ..
tapi gpp lah.. sebenarnya boleh ga Vihara pake bangku ?
atau memang ada aturan tertentu bahwa di vihara harus duduk bersila tanpa kursi ?
kesannya jadi seperti ge**ja
btw yang mus**m juga ga pake bangku kan ?

Mengenai kursi dalam ibadah....
gw pernah punya pemikiran begitu......

gw pilih agama yg ibadahnya pakai bangku...
karna kelihatannya lebih MAJU (peradabannya lebih maju)...

jadi kalau vihara tidak memakai bangku, apakah itu juga
   merupakan fanatik atas adat org India dulu ?

mari kita lihat pengertian anjali, namaskara dan pradaksina :

QuoteKata anjali sudah sering kita dengar dan lihat meskipun masih jarang yang melaksanakannya, ketika kita bertemu dengan sesama umat Buddha. Kata Anjali adalah bahasa Pali yang mempunyai pengertian merangkapkan kedua tangan di dada sebagai tanda penghormatan. Jadi anjali adalah salah satu cara menghormati orang lain yang biasa dilakukan dalam agama Buddha.
Dalam agama Buddha terdapat tiga cara menghormati orang lain, yaitu :
1. Anjali,yaitu merangkapkan tangan di depan dada.
2. Namaskara, yaitu menghormati dengan cara bersujud.
3. Pradaksina, yaitu menghormati dengan cara mengelilingi obyek yang dihormati dengan bersikap anjali.

Sikap anjali dilakukan jika kita bertemu dengan orang lain yang patut dihormati, misalnya guru, kakak pembina, orang tua, biku/ni, samanera/I, upaska/I, pandita/I, anagarika,ni, dll. Sikap anjali juga dilakukan ketika kita hendap mengucap kata kata "Namo Buddhaya", yang artinya "terpujilah Buddha". Jadi ketika kita hendak mengucap Namo Buddhaya kita harus bersikap anjali terlebih dahulu, sebab ini adalah cara paling sopan ketika kita hendak menyebut nama Buddha, orang yang berjasa dan sangat kita hormati.

Anjali, Namaskara, dan Pradaksina sebenarnya adalah tradisi orang-orang India dalam menghormati orang lain. Ini tidak berbeda dengan orang Indonesia yang bila bertemu dengan orang lain bersalaman, juga tidak berbeda dengan orang-orang arab jika bertemu dengan orang lain berpelukan dan bersentuhan pipi, demikian juga dalam tradisi Cina yang jika bertemu orang memberi "soja" atau menghormat dengan cara mengepalkan kedua tangan. Mengapa Anjali, juga dilaksankan oleh umat beragama Buddha? Hal ini dikeranakan agama Buddha berasal dari India. Jika agama Buddha dari Jepang mungkin cara menghormatnya adalah tidak beranjali tetapi membukukkan badan. Disamping itu juga cara menghormat seperti itu tidak bertentangan dengan ajaran Buddha. Jadi dengan demikian sikap anjali tidak hanya dilaksanakan oleh umat Buddha tetapi juga oleh orang-orang India pada umumnya yang bukan beragama Buddha.
Siapakah orang yang patut dihormati? Ornag yang patut dihormati pada umumnya adalah :
1. Orang tua
2. Guru
3. Orang yang berjasa kepada kita
4. Orang yang lebih tua
5. Orang-orang yang bajik
6. dll.

Tetapi, pada dasarnya semua makhluk adalah patut dihormati, baik ia manusia, para dewa, maupun binatang dan makhluik-makhluk halus lainnya. Mengapa demikian? Karena menghormati orang yang patut dihormati adalah perbuatan terpuji, dan bukan perbuatan jahat, serta tidak merugikan kita, tetapi sebaliknya justru menambah karma baik kita.

Pada kenyataanya banyak umat Buddha, baik anak-anak, remaja, orang tua, dll yang sangat hormat kepada "Patung Buddha" dan patung-patung lain tetapi malah kurang atau jarang bahkan tidak mau menghormati orang yang masih hidup, seperti misalnya para biku, samanera, guru, kakak pembina, sesama teman, dll. Sikap demikian adalah bukan sikap yang terpuji, dan jelas bukan praktik Dhamma yang benar. Karena itu harus diperbaiki dari sekarang.

Buddha pernah bersabda "Siapa yang melihat Dhamma, ia melihat Aku" artinya bahwa siapa saja yang mempraktikan ajaran Buddha dengan benar maka dia akan "bertemu dengan Buddha". Disamping itu juga penghormatan yang terbaik kepada Buddha adalah bukan dengan memuja-muja pribadi Buddha, apalagi mendewa-dewakan patung Buddha, tetapi cara penghormatan yang paling baik adalah dengan cara melaksanakan ajaran Buddha, diantaranya adalah menghormati orang yang patut dihormati, baik dengan cara Anjali, Namaskara, maupun pradaksina. Buddha juga menyatakan bahwa menghormati orang yang patut dihormati adalah berkah utama, dan orang itu akan mendapat berkah berupa umur panjang, kecantikan, kebahagiaan, dan kekuatan.

Title: Re: FANATIK
Post by: pannadevi on 30 October 2009, 10:28:15 AM
Quote from: gachapin on 30 October 2009, 09:19:44 AM
sebenernya kalau menurut aye sih tradisi aja, karena di india dulu kagak pake kursi.
tapi walaupun pake bangku, tetep Bhikkhu Sangha posisinya harus lebih tinggi.

namo buddhaya Bro Gachapin yg baik,
salam sejahtera selalu,

saya ingin menanyakan ke anda, bagaimana jika bhikkhu tsb yg menyuruh sendiri utk duduk di kursi yg ada, kebetulan tingginya sama, wlu si umat ini ga mau, tp beliau tetap meminta krn beliau memandang umat ini udah tua.

may all beings be happy

mettacittena,
Title: Re: FANATIK
Post by: K.K. on 30 October 2009, 12:55:57 PM
Quote from: gachapin on 30 October 2009, 09:19:44 AM
sebenernya kalau menurut aye sih tradisi aja, karena di india dulu kagak pake kursi.
tapi walaupun pake bangku, tetep Bhikkhu Sangha posisinya harus lebih tinggi.
Biasanya lebih tinggi kalau sedang membabarkan dhamma. Jika tidak, sepertinya tidak ada ketentuan. Namun memang adalah kebiasaan memandang guru spiritual sebagai orang yang sangat dihormati, jadi tidak menyediakan tempat duduk yang lebih rendah.



Quote from: pannadevi on 30 October 2009, 10:28:15 AM
saya ingin menanyakan ke anda, bagaimana jika bhikkhu tsb yg menyuruh sendiri utk duduk di kursi yg ada, kebetulan tingginya sama, wlu si umat ini ga mau, tp beliau tetap meminta krn beliau memandang umat ini udah tua.
Biasanya, vinaya selalu memuat pengecualian bagi orang tidak mampu, seperti orang sakit atau orang tua.

Title: Re: FANATIK
Post by: johan3000 on 01 November 2009, 06:50:16 PM
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.targetsystem.com%2Fimages%2Fmit-classroom.jpg&hash=cdb9ad8448b8ad8907e8b67c09a7e1e8adef42db)
MIT's Building 9, state of the art presentation and distance learning center is comprised of three classrooms and two control rooms, all are interconnected.

Kalau di ruang kelas MIT, nah pengajarlah yg PALING DIBAWAH/RENDAH

[spoiler=]
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Ffarm4.static.flickr.com%2F3235%2F3008675635_cde8e17000.jpg&hash=53b5bf0990e3fa7f1fe287bde0f16bcef65546b7)
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fflickr.com%2Fphotos%2Fpinelife%2F260159646%2F&hash=e3bf78124747399f3847abc4582f729930ab03f4)
classroom at MIT, USA

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Ffarm4.static.flickr.com%2F3306%2F3627986216_e876681abd.jpg&hash=5505062b8b3a536d851ae70e8fe21b93f0d5f223)
salah satu medical school....
[/spoiler]
Title: Re: FANATIK
Post by: wiithink on 04 November 2009, 12:05:04 PM
hanya Buddha seorang aja, yang sanggup di cela dan ndak mempan di puji
(kalo menurut gw yaa)
Title: Re: FANATIK
Post by: Brado on 04 November 2009, 01:34:21 PM
Quote from: pannadevi on 30 October 2009, 10:28:15 AM
saya ingin menanyakan ke anda, bagaimana jika bhikkhu tsb yg menyuruh sendiri utk duduk di kursi yg ada, kebetulan tingginya sama, wlu si umat ini ga mau, tp beliau tetap meminta krn beliau memandang umat ini udah tua.

Sepengetahuan saya..
Beberapa dari Bhikkhu cukup cerdik dalam situasi ini, ia bisa memakai bantal kecil, atau tambahan kain untuk dudukannya, jadi ia bisa 'mensahkan' vinaya dengan cara tersebut