QuoteQuoteDear bro Kai ...
Kamma yang telah di rumuskan dengan sempurna itulah yang saya asumsikan bagian dari Buddha-Dhamma ...
Lalu dari sini dimana lagi ke tidak-nyambungan saya mengenai tulisan bro Gachapin ?
Kalau Hukum Kamma yang telah dirumuskan dengan sempurna oleh Sang Bhagava itu bukan termasuk Buddha-Dhamma, lalu mengapa ada pembahasan-pembahasan mengenai cara bekerjanya, waktu berbuahnya dsb dalam Buddha-Dhamma ?
Bro g.citra, seperti saya bilang, Aganna sutta juga dirumuskan dengan baik oleh Buddha Gotama, termasuk disinggung kappa pengembangan dan penyusutan. Memang anda bisa buktikan? Atau apa Buddha pernah suruh buktikan?
Yang dimaksud Bro gachapin adalah dhammanussati adalah perenungan sifat Buddha-dhamma, yaitu kenyataan tentang Dukkha. Atau supaya lebih pasti, silahkan tanya sendiri ke Bro gachapin, karena bisa saja saya juga salah mengerti.
Bahan pembahasannya ...
Apa saja yang termasuk Buddha-Dhamma ?
Apa saja yang tidak termasuk Buddha-Dhamma ?
Sekaligus disertakan alasan-alasannya ...
diubah menjadi:
Kalau perenungan tentang Dhammanussati itu merenungi apa sajakah ?
_/\_
Member g.citra,
mohon pembahasan agak dipersempit, karena ini adalah pembahasan keseluruhan tipitaka
[at] bro Indra ... Dah saya ubah ... Semoga berkenan ... :)
''Evameva kho, bhikkhave, etadeva bahutaraṃ yaṃ vo mayā abhiññāya anakkhātaṃ. Kasmā cetaṃ, bhikkhave, mayā anakkhātaṃ? Na hetaṃ, bhikkhave, atthasaṃhitaṃ nādibrahmacariyakaṃ na nibbidāya na virāgāya na nirodhāya na upasamāya na abhiññāya na sambodhāya na nibbānāya saṃvattati; tasmā taṃ mayā anakkhātaṃ''.
''Kiñca, bhikkhave, mayā akkhātaṃ? 'Idaṃ dukkha'nti, bhikkhave, mayā akkhātaṃ, 'ayaṃ dukkhasamudayo'ti mayā akkhātaṃ, 'ayaṃ dukkhanirodho'ti mayā akkhātaṃ, 'ayaṃ dukkhanirodhagāminī paṭipadā'ti mayā akkhātaṃ''.
''Kasmā cetaṃ, bhikkhave, mayā akkhātaṃ? Etañhi, bhikkhave, atthasaṃhitaṃ etaṃ ādibrahmacariyakaṃ etaṃ nibbidāya virāgāya nirodhāya upasamāya abhiññāya sambodhāya nibbānāya saṃvattati; tasmā taṃ mayā akkhātaṃ .
''Tasmātiha, bhikkhave, 'idaṃ dukkha'nti yogo karaṇīyo...pe... 'ayaṃ dukkhanirodhagāminī paṭipadā'ti yogo karaṇīyo''ti. Paṭhamaṃ.
Sīsapāvanasuttaṃ
--------------------------------------
Sabbapāpassa akaraṇaṃ, kusalassa upasampadā;
Sacittapariyodapanaṃ, etaṃ buddhāna sāsanaṃ.
Dhammapadapāḷi
--------------------------------------
''Cattārimāni, bhikkhave, acinteyyāni, na cintetabbāni; yāni cintento ummādassa vighātassa bhāgī assa. Katamāni cattāri? Buddhānaṃ, bhikkhave, buddhavisayo acinteyyo, na cintetabbo; yaṃ cintento ummādassa vighātassa bhāgī assa. Jhāyissa, bhikkhave, jhānavisayo acinteyyo, na cintetabbo; yaṃ cintento ummādassa vighātassa bhāgī assa. Kammavipāko, bhikkhave, acinteyyo, na cintetabbo; yaṃ cintento ummādassa vighātassa bhāgī assa. Lokacintā, bhikkhave, acinteyyā, na cintetabbā; yaṃ cintento ummādassa vighātassa bhāgī assa. Imāni kho, bhikkhave, cattāri acinteyyāni, na cintetabbāni; yāni cintento ummādassa vighātassa bhāgī assā''ti. Sattamaṃ.
Acinteyyasuttaṃ
^
^
Terjemahannya dong mang..
_/\_
kagak ngerti artinya ;D
_/\_
[at] Gachapin...
Yup ... memang Kamma vipaka, termasuk acinteyya, lalu mengapa pada kenyataannya ini dibahas yah ?
Saya temukan juga judul ini di buku Abhidhammatthasangaha yang disusun oleh Pandit J.Kaharudin ...
Disana ditulis juga mengenai Kamma :
1. Menurut sifat kerjanya
2. Menurut sifat hasilnya
3. Menurut jangka waktunya
4. Menurut kedudukannya
Apakah dengan begini, abhidhamma bukan Buddha-Dhamma ?
[at] gacha : in soenda please :D
sengaja, biar cepet kelar. udah berapa topik neh =))
Ieu basa ge matak nuju pi ka euwuen eureunna yeuh
Svakhato Bhagavata Dhammo
Beginilah Dhamma yang dibabarkan Sang Bhagava
sanditthiko,akaliko,ehipassiko,opanayiko,paccatam veditabho vinnuhi'ti (coba kamu cari arti kata ini dan selami maknanya) itulah perenungan Dhammanusati dan jgn keluar dari koridor macam2
Quote from: g.citra on 22 October 2009, 12:17:00 PM
[at] Gachapin...
Yup ... memang Kamma vipaka, termasuk acinteyya, lalu mengapa pada kenyataannya ini dibahas yah ?
Saya temukan juga judul ini di buku Abhidhammatthasangaha yang disusun oleh Pandit J.Kaharudin ...
Disana ditulis juga mengenai Kamma :
1. Menurut sifat kerjanya
2. Menurut sifat hasilnya
3. Menurut jangka waktunya
4. Menurut kedudukannya
Apakah dengan begini, abhidhamma bukan Buddha-Dhamma ?
dhamma itu kebenaran loh... kenapa juga abhidhamma bukan buddha dhamma?
Abhidhamma dibabarkan oleh Sariputta adalah sama dengan Abhidhamma yang dibabarkan di surga Tavatimsa oleh Sang Buddha (RAPB)
Quote from: nyanadhana on 28 October 2009, 01:03:56 PM
Svakhato Bhagavata Dhammo
Beginilah Dhamma yang dibabarkan Sang Bhagava
sanditthiko,akaliko,ehipassiko,opanayiko,paccatam veditabho vinnuhi'ti (coba kamu cari arti kata ini dan selami maknanya) itulah perenungan Dhammanusati dan jgn keluar dari koridor macam2
ini artinya aja, blm termasuk menyelami makna ;D
Quote from: Elin on 06 April 2009, 04:59:28 PM
Svakkhato Bhagavata Dhammo
Sanditthiko Akaliko Ehipassiko
Opanayiko Paccattam Veditabbo Vinnuhi 'Ti
Dhamma Hyang Bhagava Telah Sempurna Dibabarkan
Berada Sangat Dekat Tak Lapuk Oleh Waktu
Mengundang Untuk Dibuktikan, Menuntun Kedalam Batin
Dapat Diselami Oleh Para Bijaksana Dalam Batin Masing-Masing.
Quote from: g.citra on 22 October 2009, 12:17:00 PM
[at] Gachapin...
Yup ... memang Kamma vipaka, termasuk acinteyya, lalu mengapa pada kenyataannya ini dibahas yah ?
Saya temukan juga judul ini di buku Abhidhammatthasangaha yang disusun oleh Pandit J.Kaharudin ...
Disana ditulis juga mengenai Kamma :
1. Menurut sifat kerjanya
2. Menurut sifat hasilnya
3. Menurut jangka waktunya
4. Menurut kedudukannya
Apakah dengan begini, abhidhamma bukan Buddha-Dhamma ?
Ini kan tentang kamma bukan kamma-vipaka. Kalau kamma-vipaka dijelaskan di maha/cula-kammavibhanga sutta dan itu pun Sang Buddha yang telah menganalisa, kita cuma membacanya saja. Kalau mau dipikirkan sendiri tiap perbuatan akan menghasilkan apa memang bisa bikin :-t
[at] Nyanadhana dan Elin ... Anumodana ... + 1 buat anda berdua ... :)
[at] Rina Hong ... yup ... saya setuju ... dengan anda bahwa abhidhamma termasuk Buddha-dhamma ... + 1 buat anda juga ... :)
[at] Char101 ... lho koq bukan tentang kamma-vipaka ?
Kalau membahas kamma apa yang menyebabkan apa, ya... memang saya setuju untuk tidak membahasnya ...
Tapi kalau kamma yang berbuah vipakanya kapan/bobot vipakanya gimana itu kan dibahas disana ?
Bisa dijelaskan lebih lanjut pengertian kamma-vipaka menurut anda bro ?
(+ 1 nya ditunda dulu yah ... ;) ... )
Quote from: g.citra on 28 October 2009, 05:06:57 PM
[at] Nyanadhana dan Elin ... Anumodana ... + 1 buat anda berdua ... :)
[at] Rina Hong ... yup ... saya setuju ... dengan anda bahwa abhidhamma termasuk Buddha-dhamma ... + 1 buat anda juga ... :)
[at] Char101 ... lho koq bukan tentang kamma-vipaka ?
Kalau membahas kamma apa yang menyebabkan apa, ya... memang saya setuju untuk tidak membahasnya ...
Tapi kalau kamma yang berbuah vipakanya kapan/bobot vipakanya gimana itu kan dibahas disana ?
Bisa dijelaskan lebih lanjut pengertian kamma-vipaka menurut anda bro ?
(+ 1 nya ditunda dulu yah ... ;) ... )
Hmm kalau kamma-vipaka itu buah, kamma itu pohonnya. Secara umum kita bisa bilang pohon ini pohon jeruk menghasilkan buah tiap 3 bulan sekali, tapi bagaimana berat dan karakteristik tiap buah itu diluar kemampuan kita untuk mengetahuinya.
Yang tidak bisa dimengerti pikiran kita adalah cara bekerja kamma secara spesifik bukan secara umum. Menurut saya definisi spesifik itu menentukan untuk tiap perbuatan bagaimana buahnya. Secara umum saya bisa ramalkan bahwa kalau saya berbohong saya akan mendapatkan buah yang tidak baik tapi bagaimana buah yang tidak baik itu akan dimanifestasikan, itu saya tidak bisa prediksi.
Quote from: char101 on 28 October 2009, 05:28:41 PM
Quote from: g.citra on 28 October 2009, 05:06:57 PM
[at] Nyanadhana dan Elin ... Anumodana ... + 1 buat anda berdua ... :)
[at] Rina Hong ... yup ... saya setuju ... dengan anda bahwa abhidhamma termasuk Buddha-dhamma ... + 1 buat anda juga ... :)
[at] Char101 ... lho koq bukan tentang kamma-vipaka ?
Kalau membahas kamma apa yang menyebabkan apa, ya... memang saya setuju untuk tidak membahasnya ...
Tapi kalau kamma yang berbuah vipakanya kapan/bobot vipakanya gimana itu kan dibahas disana ?
Bisa dijelaskan lebih lanjut pengertian kamma-vipaka menurut anda bro ?
(+ 1 nya ditunda dulu yah ... ;) ... )
Hmm kalau kamma-vipaka itu buah, kamma itu pohonnya. Secara umum kita bisa bilang pohon ini pohon jeruk menghasilkan buah tiap 3 bulan sekali, tapi bagaimana berat dan karakteristik tiap buah itu diluar kemampuan kita untuk mengetahuinya.
Yang tidak bisa dimengerti pikiran kita adalah cara bekerja kamma secara spesifik bukan secara umum. Menurut saya definisi spesifik itu menentukan untuk tiap perbuatan bagaimana buahnya. Secara umum saya bisa ramalkan bahwa kalau saya berbohong saya akan mendapatkan buah yang tidak baik tapi bagaimana buah yang tidak baik itu akan dimanifestasikan, itu saya tidak bisa prediksi.
Referensi
Quote
"There are these four unconjecturables that are not to be conjectured about, that would bring madness & vexation to anyone who conjectured about them. Which four?
"The Buddha-range of the Buddhas1 is an unconjecturable that is not to be conjectured about, that would bring madness & vexation to anyone who conjectured about it.
"The jhana-range of a person in jhana...2
"The [precise working out of the] results of kamma...
"Conjecture about [the origin, etc., of] the world is an unconjecturable that is not to be conjectured about, that would bring madness & vexation to anyone who conjectured about it.
"These are the four unconjecturables that are not to be conjectured about, that would bring madness & vexation to anyone who conjectured about them."
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.077.than.html
Karena kata-kata
precise working out of the itu di dalam kurung siku saya rasa itu datang dari
commentary-nya.
Quote from: char101 on 28 October 2009, 05:28:41 PM
Hmm kalau kamma-vipaka itu buah, kamma itu pohonnya. Secara umum kita bisa bilang pohon ini pohon jeruk menghasilkan buah tiap 3 bulan sekali, tapi bagaimana berat dan karakteristik tiap buah itu diluar kemampuan kita untuk mengetahuinya.
Waduh bro... jangan pake perumpamaan dah (tar malah jadi salah tangkep dan bisa-bisa ngobrolnya nyasar nih) ... :)) ... Mending anda jelaskan yang jelas aja pengertian kamma-vipaka itu tanpa pake perumpamaan ...
Juga kembali ke pertanyaan awal, menurut anda, apakah Abhidhamma mengenai kamma merupakan Buddha-Dhamma ? :)
Quote from: char101 on 28 October 2009, 05:28:41 PM
Yang tidak bisa dimengerti pikiran kita adalah cara bekerja kamma secara spesifik bukan secara umum. Menurut saya definisi spesifik itu menentukan untuk tiap perbuatan bagaimana buahnya. Secara umum saya bisa ramalkan bahwa kalau saya berbohong saya akan mendapatkan buah yang tidak baik tapi bagaimana buah yang tidak baik itu akan dimanifestasikan, itu saya tidak bisa prediksi.
Quote yang ini tidak saya bahas, karena tidak akan bermanfaat buat saya ... Harap mengerti ... :)
Quote from: g.citra on 28 October 2009, 06:02:20 PM
Waduh bro... jangan pake perumpamaan dah (tar malah jadi salah tangkep dan bisa-bisa ngobrolnya nyasar nih) ... :)) ... Mending anda jelaskan yang jelas aja pengertian kamma-vipaka itu tanpa pake perumpamaan ...
Sorry saya suka perumpamaan ;D. Masalah kamma-vipaka itu kan simple aja,
akibat dari kamma, kalau bisa gampang, kenapa perlu dibuat definisi susah-susah ;D
Quote
Juga kembali ke pertanyaan awal, menurut anda, apakah Abhidhamma mengenai kamma merupakan Buddha-Dhamma ? :)
Ini perlu melihat 2 hal:
(1) Apa saja tentang kamma yang dibahas di abhidhamma?
(2) Apakah ajaran tersebut bisa membantu kita mengendalikan lobha, dosa, mosa, dan mengembangkan alobha, adosa, amoha, serta membantu kita bebas dari samsara.
Soalnya setahu saya yang anda
quote itu adanya di
commentary-nya (atthasalini?) bukan di teks abhidhamma-nya. Yang setahu saya ada di abhidhamma itu vipakacitta di dhammasangani dan kamma-paccaya di patthana. Masalah diskriminasi citta dan paccaya menurut saya itu udah tingkat tinggi dan bermanfaat bagi mereka yang sudah bisa melihat nama-rupa serta munculnya hal-hal disebabkan oleh kondisi.
Jadi sekarang muncul pertanyaan lain, apalah suatu hal termasuk Buddha-Dhamma-Sangha (biar lengkap ;D) itu objektif atau subjektif? Soalnya bangkai hewan bisa menjijikan bagi seseorang tapi bisa membawa pencerahan untuk orang lain. Seperti dikatakan, Dhamma ada di semua hal, tergantung bagaimana kita bisa melihatnya. Jadi balik ke diri sendiri saja, kalau menurut anda ajaran tersebut membantu anda menekan lobha,dosa,moha dan mengembangkan aloba,adosa,dan amoha maka itu Budha-Dhamma-Sangha, tapi kalau tidak, ya biarkan saja. Toh ajaran itu cuma kata-kata, Dhamma itu arti yang bisa kita pahami. Kalau ajaran tertentu tidak bisa kita mengerti, ya artinya kita cuma mendengar kata-katanya saja dan tidak melihat Dhamma yang sebenarnya. Jadi Buddha-Dhamma-Sangha itu subjektif dan bukan hanya sekedar kata-kata atau tulisan, tapi tergantung bagaimana kita bisa mengerti kebenaran dari kata-kata dan tulisan tersebut. Juga, jangan sampai kita melekat pada teks tertentu, di ajaran agama lain pun ada Dhamma.
Sekarang, menurut saya ajaran tentang jenis-jenis kamma itu Dhamma, karena toh ajaran tersebut tidak membuat kita lebih serakah, atau marah, tapi lebih berhati-hati terhadap perbuatan yang kita lakukan.
^ ... Okelah kalo begitu (pake logat Tegal) ...
Indosat mode: ON ... :))
Quote from: g.citra on 28 October 2009, 06:40:27 PM
^ ... Okelah kalo begitu (pake logat Tegal) ...
Indosat mode: ON ... :))
bukannya three? ;D
oh iya ... lupa ... :))
+ 1 lagi dah ... (utang !!) ... :))
setahhu saya,
kalau buddhanusati kan perenungan akan 9 sifat luhur sang bhagava,
jika dhammanusati yah sesuai dgn yg ada d paritta dhammanusati, itu pun jika d rembet larinya ke ariyasacatani
Yah begitulah bro Andry ... :)
Memang hanya itu saja yang saya ingin tanyakan ... sederhana kan ? ;)
Quote from: andry on 28 October 2009, 07:18:03 PM
setahhu saya,
kalau buddhanusati kan perenungan akan 9 sifat luhur sang bhagava,
jika dhammanusati yah sesuai dgn yg ada d paritta dhammanusati, itu pun jika d rembet larinya ke ariyasacatani
Ariyasacatani itu apa ya? ;D
Setahu saya paling lengkap di visuddhimagga untuk penjelasan untuk tiap sifat Dhamma. Saking banyaknya sampai gak masuk ke hapalan. Mungkin ingatan orang sekarang sudah jauh berkurang dibandingkan ingatan orang zaman dulu. Kira-kira bagaimana kalau meditasi anussati ini dibuat lebih visual ya, jadi kita buat poster yang besar berisi sifat-sifat Dhamma dan penjelasannya terus selama meditasi kita baca saja dari atas sampai bawah, terus tutup mata, direnungkan, terus buka mata lagi, baca lagi, dst.
[at] ^ kalau gak salah ttg 4 kebenran ariya
Quote from: g.citra on 28 October 2009, 07:22:00 PM
Yah begitulah bro Andry ... :)
Memang hanya itu saja yang saya ingin tanyakan ... sederhana kan ? ;)
tidak sederhana, ta[pi sangat sederhana, tapi untuk melaksanmakannya wow...
Perumpamaan? why not? :D
Masa lalu:
"Karena melalui perumpamaanlah orang bijak dapat mengerti maksud yg disampaikan," Ananda pada petapa Uttiya.
Masa sekarang:
char101 pada g.citra ;D
^ Ganti nama nih yeeee ... :P
masa dulu :
Ananda bukan puthujjana ...
masa sekarang:
g.citra orang bijak ?? :-?
gimana tuh? :))
_/\_
sifat sifat Dhamma :-[
^ ...cocok banget ... sifat-sifat Dhamma yang: telah sempurna dibabarkan, berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun kedalam batin,dapat diselami oleh para bijaksana ... dalam batin masing-masing ... :)
+ 1 nya tunggu 720 jam yah bro ... ;D ...
;D wew.. makasih udh kasih hahaha. tq tq
_/\_ GRP +1
Bahasan ini sudah agak kepanjangan, meski ganti kulit, isinya masih sama.. Masih terusan yg kemaren2 itu.. Ngga cape? ;D
Ini soal Dhammanussati atau Hukum Kamma yah?
Jika mengaitkan Hukum Kamma dg Dhammanussati, maka Hukum Kamma (including kamma-vipaka) termasuk Dhamma juga tentunya, lebih spesifiknya Dhamma yg diajarkan Sang Buddha alias Buddha-Dhamma.
Kayanya sih meski ngga disimpulkan, tp saya pikir masing2 (minimal banyak) dr member DC mengerti dan menyetujui kalau Hukum Kamma itu ada, dapat dibuktikan secara personal, dan tdk ada rumusan baku yg berlaku sama pd setiap orang, setiap tempat dan setiap waktu. Dlm hal ini, tdk ada pembuktian yg bersifat universal kalau vipaka A pukul rata pasti terjadi jika dilakukan perbuatan A, ga peduli dilakukan siapa, dimana dan kapan itu dilakukan..
Ingat salah 1 sifat Dhamma adalah: dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing. Jadi sudah ada emphasis bahwa pemahaman Dhamma hanya dpt diselami dalam batin masing2.
Akhirnya sekalian deh buat kesimpulannya, jika ada yg keberatan silahkan memaknainya sendiri. Paling tidak inilah kesimpulan saya, mungkin masih akan direvisi lagi seiring waktu berjalan menguji pandangan ini. Yg jelas, saya tidak terlalu tertarik utk memperpanjang bahasan soal ini dan tanggapan thdp tulisan saya. (:$ Makasihhh.. ;D
Kalo soal Hukum Kamma dalam Abhidhamma, maaf saya hampir buta soal Abhidhamma. Jadi ga bisa komentar.
NB: Ngga ganti dong.. Justru ini kembali ke nama asli :D
_/\_
wew kok jd pembahasan Hukum kamma lagi :))
_/\_
[at] Wangsatpala:
Baca dong dr Page 1 makanye.. jangan tercerap mulu dalam 1 postingan sebelumnya. :P
^
^
:hammer:
Ok bos, hahaha
_/\_
[at] Jerry ...
awalnya dari thread bro kai ...
Quote... Hanya saja, kalau memang Hukum kamma tidak bisa dibuktikan, berarti ada kesalahan dalam penulisan PARITTA DHAMMANUSSATI ... "Mengundang untuk dibuktikan (ehipassiko)" ... Karena tentunya anda sepakat bahwa Hukum Kamma juga bagian dari Dhamma ...
Quote... Dan anda juga tidak mengerti maksud gachapin. Kamma memang tidak terpisah dari ajaran Buddha, tetapi Dhammanussati merujuk pada Buddha-dhamma, bukan semua dhamma
lalu tulisan diawal thread ini ... jadi tempo hari saya bahas disini (di thread sendiri) biar lebih afdol bahasnya ... :))
Semoga mengerti ... _/\_
Quote from: g.citra on 29 October 2009, 01:42:39 PM
Quote... Hanya saja, kalau memang Hukum kamma tidak bisa dibuktikan, berarti ada kesalahan dalam penulisan PARITTA DHAMMANUSSATI ... "Mengundang untuk dibuktikan (ehipassiko)" ... Karena tentunya anda sepakat bahwa Hukum Kamma juga bagian dari Dhamma ...
Buddha-dhamma dan dhamma adalah dua hal yang berbeda, walaupun sering disalah-kaprah sebagai hal yang sama. Kamma adalah dhamma, namun bukan Buddha-dhamma, oleh karena itu untuk saya, tidak ada yang salah dengan dhammanussati. Lalu bagaimana dengan anggapan kamma termasuk Buddha-dhamma?
Dalam Culakammavibhanga Sutta, dikatakan bahwa akibat dari pembunuhan adalah terlahir di neraka, atau biarpun terlahir di antara manusia, ia akan berumur pendek. Pertanyaannya adalah:
1. Apakah terlahir di neraka ini dibuktikan sekarang atau nanti?
2. Jika tidak punya kesaktian mata deva untuk melihat kelahiran kembali, apa yang dibuktikan?
3. Jika kita mengetahui orang tersebut terlahir di antara manusia, apakah kita tahu umurnya jika tidak membunuh, dan berapakah discount umurnya karena membunuh?
Jika jawabannya adalah pembuktiannya tersebut tidak bisa, atau "nanti", apakah ini yang namanya "ehipassiko"?
Pengetahuan sila, hukum kamma, tumimbal lahir, dan lain-lain adalah dhamma, BUKAN Buddha-dhamma. Namun memang Buddha-dhamma BISA juga disampaikan lewat dhamma tersebut. Seperti juga angka-angka dan operator (+,-,*,/) adalah matematika, BUKAN fisika. Namun fisika juga bisa disampaikan lewat matematika tersebut.
Bagi yg mau baca2 mengenai Anussati, bisa liat2 buku Anussati: the Recollections. with Quotes from the Pali Canon and Forest di
http://books.google.co.id/books?id=sd8TLg-X03wC&pg=PA55&lpg=PA55&dq=dhammanussati&source=bl&ots=QjYDpX1vYW&sig=4wvADvvlOKrkgaGH413tjVCnM0s&hl=id&ei=DE7qSs20E8PykAXQm82RDw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=12&ved=0CCwQ6AEwCw#v=onepage&q=dhammanussati&f=false
Quote from: Kainyn_Kutho on 30 October 2009, 09:05:06 AM
Quote from: g.citra on 29 October 2009, 01:42:39 PM
Quote... Hanya saja, kalau memang Hukum kamma tidak bisa dibuktikan, berarti ada kesalahan dalam penulisan PARITTA DHAMMANUSSATI ... "Mengundang untuk dibuktikan (ehipassiko)" ... Karena tentunya anda sepakat bahwa Hukum Kamma juga bagian dari Dhamma ...
Buddha-dhamma dan dhamma adalah dua hal yang berbeda, walaupun sering disalah-kaprah sebagai hal yang sama. Kamma adalah dhamma, namun bukan Buddha-dhamma, oleh karena itu untuk saya, tidak ada yang salah dengan dhammanussati. Lalu bagaimana dengan anggapan kamma termasuk Buddha-dhamma?
Dalam Culakammavibhanga Sutta, dikatakan bahwa akibat dari pembunuhan adalah terlahir di neraka, atau biarpun terlahir di antara manusia, ia akan berumur pendek. Pertanyaannya adalah:
1. Apakah terlahir di neraka ini dibuktikan sekarang atau nanti?
2. Jika tidak punya kesaktian mata deva untuk melihat kelahiran kembali, apa yang dibuktikan?
3. Jika kita mengetahui orang tersebut terlahir di antara manusia, apakah kita tahu umurnya jika tidak membunuh, dan berapakah discount umurnya karena membunuh?
Jika jawabannya adalah pembuktiannya tersebut tidak bisa, atau "nanti", apakah ini yang namanya "ehipassiko"?
Pengetahuan sila, hukum kamma, tumimbal lahir, dan lain-lain adalah dhamma, BUKAN Buddha-dhamma. Namun memang Buddha-dhamma BISA juga disampaikan lewat dhamma tersebut. Seperti juga angka-angka dan operator (+,-,*,/) adalah matematika, BUKAN fisika. Namun fisika juga bisa disampaikan lewat matematika tersebut.
Lalu menurut anda yang mana yang termasuk Buddha-Dhamma sesungguhnya ? Apa hanya dukkha dan jalan melenyapkan dukkha ?
Quote from: g.citra on 30 October 2009, 05:40:33 PM
Lalu menurut anda yang mana yang termasuk Buddha-Dhamma sesungguhnya ? Apa hanya dukkha dan jalan melenyapkan dukkha ?
Ya, betul.
Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 10:26:53 AM
Quote from: g.citra on 30 October 2009, 05:40:33 PM
Lalu menurut anda yang mana yang termasuk Buddha-Dhamma sesungguhnya ? Apa hanya dukkha dan jalan melenyapkan dukkha ?
Ya, betul.
Buddhadhamma secara spesifik adalah 4 Kebenaran Mulia. :)
Bro Kainyn setuju?
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 10:55:39 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 10:26:53 AM
Quote from: g.citra on 30 October 2009, 05:40:33 PM
Lalu menurut anda yang mana yang termasuk Buddha-Dhamma sesungguhnya ? Apa hanya dukkha dan jalan melenyapkan dukkha ?
Ya, betul.
Buddhadhamma secara spesifik adalah 4 Kebenaran Mulia. :)
Bro Kainyn setuju?
Ya setuju.
Pembahasannya bisa ke Tilakkhana, bisa ke khanda, bisa ke Salayatana, bisa ke mana-mana, tapi intinya adalah 4 Kebenaran Mulia tersebut.
Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 11:06:15 AM
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 10:55:39 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 10:26:53 AM
Quote from: g.citra on 30 October 2009, 05:40:33 PM
Lalu menurut anda yang mana yang termasuk Buddha-Dhamma sesungguhnya ? Apa hanya dukkha dan jalan melenyapkan dukkha ?
Ya, betul.
Buddhadhamma secara spesifik adalah 4 Kebenaran Mulia. :)
Bro Kainyn setuju?
Ya setuju.
Pembahasannya bisa ke Tilakkhana, bisa ke khanda, bisa ke Salayatana, bisa ke mana-mana, tapi intinya adalah 4 Kebenaran Mulia tersebut.
Bisa ke JMB8 juga?
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 11:07:31 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 11:06:15 AM
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 10:55:39 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 10:26:53 AM
Quote from: g.citra on 30 October 2009, 05:40:33 PM
Lalu menurut anda yang mana yang termasuk Buddha-Dhamma sesungguhnya ? Apa hanya dukkha dan jalan melenyapkan dukkha ?
Ya, betul.
Buddhadhamma secara spesifik adalah 4 Kebenaran Mulia. :)
Bro Kainyn setuju?
Ya setuju.
Pembahasannya bisa ke Tilakkhana, bisa ke khanda, bisa ke Salayatana, bisa ke mana-mana, tapi intinya adalah 4 Kebenaran Mulia tersebut.
Bisa ke JMB8 juga?
Bisa. Ke hukum kamma juga bisa. Ke Asubha juga bisa. Tidak terlalu tergantung pada topik, tetapi pada cara penyampaiannya.
Quote from: Kainyn_KuthoBisa. Ke hukum kamma juga bisa. Ke Asubha juga bisa. Tidak terlalu tergantung pada topik, tetapi pada cara penyampaiannya.
Maksudnya, apakah ehipassiko bisa menjangkau sampai JMB8?
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 11:16:14 AM
Quote from: Kainyn_KuthoBisa. Ke hukum kamma juga bisa. Ke Asubha juga bisa. Tidak terlalu tergantung pada topik, tetapi pada cara penyampaiannya.
Maksudnya, apakah ehipassiko bisa menjangkau sampai JMB8?
Belum tentu. Tergantung apa yang dibahas dan bagaimana cara membahasnya. Penyampaian Buddha-dhamma selalu bersifat "ehipassiko", namun medianya tidak. Misalnya pandangan benar, lawan dari pandangan salah. Apakah pembuktian 62 pandangan salah menurut Brahmajala Sutta memiliki sifat ehipassiko? Saya rasa tidak.
Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 11:30:53 AM
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 11:16:14 AM
Quote from: Kainyn_KuthoBisa. Ke hukum kamma juga bisa. Ke Asubha juga bisa. Tidak terlalu tergantung pada topik, tetapi pada cara penyampaiannya.
Maksudnya, apakah ehipassiko bisa menjangkau sampai JMB8?
Belum tentu. Tergantung apa yang dibahas dan bagaimana cara membahasnya. Penyampaian Buddha-dhamma selalu bersifat "ehipassiko", namun medianya tidak. Misalnya pandangan benar, lawan dari pandangan salah. Apakah pembuktian 62 pandangan salah menurut Brahmajala Sutta memiliki sifat ehipassiko? Saya rasa tidak.
Kita sudah setuju bahwa Buddhadhamma itulah yang disampaikan dalam Dhammanusati. Dhammanusati bersifat ehipassiko. Maka Buddhadhamma juga bersifat ehipassiko. Buddhadhamma hakikatnya adalah 4 Kebenaran Mulia. Maka berarti 4 Kebenaran Mulia bersifat ehipassiko.
4 Kebenaran Mulia itu terdiri dari "kenyataan tentang dunia, asal mula dunia, terhentinya dunia, dan jalan menuju terhentinya dunia."
Kenyataan tentang dunia membahas realita tilakkhana. Asal mula dunia membahas tentang paticcasamuppada. Terhentinya dunia membahas tentang adanya Nibbana. Jalan menuju terhentinya dunia mengajarkan Jalan Mulia Beruas Delapan (JMB8).
Kembali pada kesepakatan pendapat kita. Kalau 4 Kebenaran Mulia bersifat ehipassiko, maka dalam hal ini... JMB8 juga seharusnya bersifat ehipassiko.
Apakah Anda setuju kalau JMB8 juga bersifat ehipassiko?
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 11:41:31 AM
Kita sudah setuju bahwa Buddhadhamma itulah yang disampaikan dalam Dhammanusati. Dhammanusati bersifat ehipassiko. Maka Buddhadhamma juga bersifat ehipassiko. Buddhadhamma hakikatnya adalah 4 Kebenaran Mulia. Maka berarti 4 Kebenaran Mulia bersifat ehipassiko.
4 Kebenaran Mulia itu terdiri dari "kenyataan tentang dunia, asal mula dunia, terhentinya dunia, dan jalan menuju terhentinya dunia."
Kenyataan tentang dunia membahas realita tilakkhana. Asal mula dunia membahas tentang paticcasamuppada. Terhentinya dunia membahas tentang adanya Nibbana. Jalan menuju terhentinya dunia mengajarkan Jalan Mulia Beruas Delapan (JMB8).
Kembali pada kesepakatan pendapat kita. Kalau 4 Kebenaran Mulia bersifat ehipassiko, maka dalam hal ini... JMB8 juga seharusnya bersifat ehipassiko.
Apakah Anda setuju kalau JMB8 juga bersifat ehipassiko?
Sekali lagi, belum tentu.
Jika bahasannya adalah kandungan Buddha-dhamma dalam JMB 8, maka bersifat ehipassiko.
Jika bahasannya adalah aturan-aturan dalam JMB 8, maka sifatnya doktriniah, kalau bukan dogmatis.
Quote from: Kainyn_KuthoSekali lagi, belum tentu.
Jika bahasannya adalah kandungan Buddha-dhamma dalam JMB 8, maka bersifat ehipassiko.
Jika bahasannya adalah aturan-aturan dalam JMB 8, maka sifatnya doktriniah, kalau bukan dogmatis.
Ehipassiko arti tepatnya adalah mencoba mempraktikkan dan melihat hasilnya. Sang Buddha menganjurkan hal ini pada banyak orang untuk dapat melihat kebenaran dari ajaran-Nya. Sehingga seringkali orang menyatakan bahwa ehipassiko adalah pembuktian terhadap Buddhadhamma. Dan perlu dinyatakan lebih jelas lagi, bahwa ehipassiko berbicara dalam konteks diri sendiri (egosentris).
Sekarang mengenai JMB8... apakah kita bisa membuktikan kebenaran JMB8 (ehipassiko)?
Seperti pendapat Anda, Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan. Reaksi-reaksi yang muncul akibat dari sebuah perbuatan hanya mekanisme sosial dan sebab-akibat rasional. Oleh karena itu Anda menolak pernyataan bahwa Hukum Kamma bisa dibuktikan.
Sekarang yang kita ketahui, Sang Buddha sendiri secara implisit mengundang orang-orang untuk membuktikan (ehipassiko) kebenaran dari JMB8. Saya pikir buah nyata yang langsung terlihat dari Jalan Mulia Beruas Delapan tidak Anda anggap sebagai 'bukti'. Dalam berbagai kisah di Sutta, diceritakan bahwa JMB8 dapat mengakibatkan buah kebahagiaan tertinggi; tapi nanti.
Jadi menurut Anda, apakah JMB8 bisa dibuktikan atau tidak?
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 12:06:31 PM
Quote from: Kainyn_KuthoSekali lagi, belum tentu.
Jika bahasannya adalah kandungan Buddha-dhamma dalam JMB 8, maka bersifat ehipassiko.
Jika bahasannya adalah aturan-aturan dalam JMB 8, maka sifatnya doktriniah, kalau bukan dogmatis.
Ehipassiko arti tepatnya adalah mencoba mempraktikkan dan melihat hasilnya. Sang Buddha menganjurkan hal ini pada banyak orang untuk dapat melihat kebenaran dari ajaran-Nya. Sehingga seringkali orang menyatakan bahwa ehipassiko adalah pembuktian terhadap Buddhadhamma. Dan perlu dinyatakan lebih jelas lagi, bahwa ehipassiko berbicara dalam konteks diri sendiri (egosentris).
Sekarang mengenai JMB8... apakah kita bisa membuktikan kebenaran JMB8 (ehipassiko)?
Seperti pendapat Anda, Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan. Reaksi-reaksi yang muncul akibat dari sebuah perbuatan hanya mekanisme sosial dan sebab-akibat rasional. Oleh karena itu Anda menolak pernyataan bahwa Hukum Kamma bisa dibuktikan.
Sekarang yang kita ketahui, Sang Buddha sendiri secara implisit mengundang orang-orang untuk membuktikan (ehipassiko) kebenaran dari JMB8. Saya pikir buah nyata yang langsung terlihat dari Jalan Mulia Beruas Delapan tidak Anda anggap sebagai 'bukti'. Dalam berbagai kisah di Sutta, diceritakan bahwa JMB8 dapat mengakibatkan buah kebahagiaan tertinggi; tapi nanti.
Jadi menurut Anda, apakah JMB8 bisa dibuktikan atau tidak?
JMB 8 dibuktikan apanya? Bisa membawa orang mencapai nibbana?
Lebih baik dicari tahu terlebih dahulu bagaimana caranya membuktikan seseorang telah Sotapanna (tidak usah muluk-muluk arahat) kepada orang lain.
Kalau benar sudah ada caranya, baru kita diskusikan kembali apakah bisa dibuktikan JMB 8 yang menuntun Sotapanna tersebut.
Quote from: Kainyn_KuthoJMB 8 dibuktikan apanya? Bisa membawa orang mencapai nibbana?
Lebih baik dicari tahu terlebih dahulu bagaimana caranya membuktikan seseorang telah Sotapanna (tidak usah muluk-muluk arahat) kepada orang lain.
Kalau benar sudah ada caranya, baru kita diskusikan kembali apakah bisa dibuktikan JMB 8 yang menuntun Sotapanna tersebut.
Itu yang saya maksud.
Ehipassiko tidak bisa diterapkan untuk memamerkan bukti ke orang lain. Ehipassiko harus dialami sendiri. Pembuktian Buddhadhamma hanya dapat diselami oleh batin masing-masing.
Bahkan dulu Suku Sakya sendiri tidak percaya kalau Pangeran Siddhattha sudah menjadi Sammasambuddha. Sehingga Beliau perlu menunjukkan keajaiban ganda; dan akhirnya Suku Sakya pun mau percaya.
Kalau menurut definisi Visuddhimagga ehipassiko itu artinya [berharga] untuk mengundang seseorang untuk datang dan melihat [sendiri], jadi bukan masalah pembuktian benar atau salah. Entah mengapa definisinya jadi buktikan baru percaya (kalau sudah percaya buat apa minta bukti ;D), padahal percaya itu salah satu faktor dalam praktek (saddha-indriya). Kita tidak akan melakukan sesuatu yang tidak kita percaya akan membawa manfaat.
Quote
[Inviting of inspection:] it is worthy of an invitation to inspect (ehipassa-vidhi) given thus: 'Come and see this Dhamma' (ehi passa imam. dhammam.), thus it is 'inviting of inspection' (ehipassika). But why is it worthy of this invitation? Because it is found and because of its purity. For if a man has said that there is money or gold in an empty fist, he cannot say 'Come and see it'. Why not? Because it is not found. And on the other hand, while dung or urine may well be found, a man cannot, for the purpose of cheering the mind by exhibiting beauty, say 'Come and see this'; on the contrary, they have to be covered up with grass and leaves. Why? Because of their impurity. But this ninefold supramundane Dhamma is actually found as such in its individual essence, and it is as pure as the full moon's disk in a cloudless sky, as a gem of pure water on bleached cloth. [207] Consequently, it is worthy of the invitation to inspect since it is found and pure, thus it is 'inviting of inspection'.
Vism. 216-217
Untuk keterangan sifat-sifat Dhamma lainnya, ada transkrip Dhammanussati dari Visuddhimagga di
http://sites.google.com/site/earlypalisutta/commentaries (http://sites.google.com/site/earlypalisutta/commentaries)
Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 10:26:53 AM
Quote from: g.citra on 30 October 2009, 05:40:33 PM
Lalu menurut anda yang mana yang termasuk Buddha-Dhamma sesungguhnya ? Apa hanya dukkha dan jalan melenyapkan dukkha ?
Ya, betul.
Bro Kai,
Daripada nanti anda bilang saya gak nyambung lagi, mending anda terjemahkan dulu definisi Buddha-Dhamma ...
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 01:36:19 PM
Itu yang saya maksud.
Ehipassiko tidak bisa diterapkan untuk memamerkan bukti ke orang lain. Ehipassiko harus dialami sendiri. Pembuktian Buddhadhamma hanya dapat diselami oleh batin masing-masing.
Bahkan dulu Suku Sakya sendiri tidak percaya kalau Pangeran Siddhattha sudah menjadi Sammasambuddha. Sehingga Beliau perlu menunjukkan keajaiban ganda; dan akhirnya Suku Sakya pun mau percaya.
Ya, saya setuju. Pembuktian Buddha-dhamma memang kepada diri sendiri, namun tetap bisa dibuktikan di sini dan sekarang. Dhamma yang lain, misalnya hukum kamma, belum tentu demikian (tidak perlu diperpanjang jika ada pendapat lain bahwa dirinya mengetahui dengan pasti kamma dan vipakanya).
Demikian pula JMB 8, jika bahasannya adalah aturan2 doktriniah. Misalnya seseorang punya pekerjaan penjagal yang tentu tidak sesuai dengan mata pencaharian benar namun hanya itu keahliannya. Jika dia berhenti bekerja, belum tentu bisa dibuktikan hasilnya adalah kebahagiaan. Mengapa? Karena bukan Buddha-dhamma yang dikenalkan di situ, hanya doktrin dan aturan-aturan.
Quote from: g.citra on 31 October 2009, 01:59:38 PM
Bro Kai,
Daripada nanti anda bilang saya gak nyambung lagi, mending anda terjemahkan dulu definisi Buddha-Dhamma ...
Buddha-dhamma adalah dhamma yang hanya diajarkan oleh seorang Buddha, tidak oleh yang lain, yaitu Kebenaran tentang Dukkha.
dan jalan menuju lenyapnya dukkha
Quote from: gachapin on 02 November 2009, 09:56:04 AM
dan jalan menuju lenyapnya dukkha
Ya, maksudnya memang Kebenaran Dukkha secara keseluruhan, dari akar sampai lenyapnya Dukkha.
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 09:45:59 AM
Quote from: g.citra on 31 October 2009, 01:59:38 PM
Bro Kai,
Daripada nanti anda bilang saya gak nyambung lagi, mending anda terjemahkan dulu definisi Buddha-Dhamma ...
Buddha-dhamma adalah dhamma yang hanya diajarkan oleh seorang Buddha, tidak oleh yang lain, yaitu Kebenaran tentang Dukkha.
Pertanyaan lanjutan:
Darimana orang awam tau tentang dukkha ?
Darimana orang awam tau tentang asal mula dukkha ?
Darimana orang awam tau tentang lenyapnya dukkha ?
Penjelasan apakah yang di Ajarkan Sang Bhagava kepada orang awam saat itu mengenai ketiga hal ini ?
Quote from: g.citra on 02 November 2009, 10:30:32 AM
Pertanyaan lanjutan:
Darimana orang awam tau tentang dukkha ?
Darimana orang awam tau tentang asal mula dukkha ?
Darimana orang awam tau tentang lenyapnya dukkha ?
Penjelasan apakah yang di Ajarkan Sang Bhagava kepada orang awam saat itu mengenai ketiga hal ini ?
Apakah hanya karena seseorang adalah orang awam, berarti tidak pernah merasakan tidak puas, sedih, penderitaan, dan lain-lain? Semua itulah dukkha, hanya beda bahasa saja.
Penjelasan dari Bhagava bervariasi tergantung siapa yang diajak bicara. Bhagava tidak mungkin berbicara tentang penderitaan putus cinta bagi mereka yang memang hidup selibat.
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 10:56:14 AM
Apakah hanya karena seseorang adalah orang awam, berarti tidak pernah merasakan tidak puas, sedih, penderitaan, dan lain-lain? Semua itulah dukkha, hanya beda bahasa saja.
Lalu mengenai SUMBERNYA (asal mulanya) ?
Apakah orang awam akan mengerti begitu saja kalau hanya dijelaskan bahwa keinginan adalah asal mula dukkha ?
Dan juga apakah orang awam akan mampu menerima kalau "tidak menenun" adalah tentang lenyapnya dukkha ?
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 10:56:14 AM
Penjelasan dari Bhagava bervariasi tergantung siapa yang diajak bicara. Bhagava tidak mungkin berbicara tentang penderitaan putus cinta bagi mereka yang memang hidup selibat.
Apakah yang disebut 'variasi' ini, termasuk Beliau membicarakan hal-hal lainnya ?
Quote from: g.citra on 02 November 2009, 11:20:11 AM
Lalu mengenai SUMBERNYA (asal mulanya) ?
Apakah orang awam akan mengerti begitu saja kalau hanya dijelaskan bahwa keinginan adalah asal mula dukkha ?
Dan juga apakah orang awam akan mampu menerima kalau "tidak menenun" adalah tentang lenyapnya dukkha ?
Mengerti atau tidaknya suatu penyampaian dhamma tergantung yang dijelaskan dan yang menjelaskan. Kalau yang dijelaskan adalah orang pandir memang sepertinya sulit. Juga kalau yang menjelaskan adalah orang yang hanya menghafal textbook, akan susah penyampaiannya.
QuoteQuote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 10:56:14 AM
Penjelasan dari Bhagava bervariasi tergantung siapa yang diajak bicara. Bhagava tidak mungkin berbicara tentang penderitaan putus cinta bagi mereka yang memang hidup selibat.
Apakah yang disebut 'variasi' ini, termasuk Beliau membicarakan hal-hal lainnya ?
'Variasi' tersebut berasal dari keragaman pandangan orang yang diajak bicara itu sendiri. Bisa saja mencakup pembicaraan hal-hal lain.
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 12:00:21 PM
Mengerti atau tidaknya suatu penyampaian dhamma tergantung yang dijelaskan dan yang menjelaskan. Kalau yang dijelaskan adalah orang pandir memang sepertinya sulit. Juga kalau yang menjelaskan adalah orang yang hanya menghafal textbook, akan susah penyampaiannya.
:)) ... Kayaknya yang itu emang begitu tuh ... :))
Kalau penjelasan Dhamma kepada orang-orang yang 'setengah pandir' gimana tuh ?
Apa di jabarkan dulu tentang pengertian akhir dukkhanya ?
Nah kalau memang begitu, apa penjabaran panjang x lebar itu gak termasuk ajaran ?
oh ya, baru keingetan ... mengenai definisi yang anda telah sebut
QuoteBuddha-dhamma adalah dhamma yang hanya diajarkan oleh seorang Buddha, tidak oleh yang lain, yaitu Kebenaran tentang Dukkha.
Apakah ini berarti saat ini sudah tidak ada lagi Buddha-Dhamma ?
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 10:56:14 AM
'Variasi' tersebut berasal dari keragaman pandangan orang yang diajak bicara itu sendiri. Bisa saja mencakup pembicaraan hal-hal lain.
Lalu variasinya tersebut masih termasuk Buddha-Dhamma ? Kalau tidak, Buat apa Sang Bhagava membuat 'variasi' dalam memberikan kotbah ?
Quote from: g.citra on 02 November 2009, 08:47:00 PM
:)) ... Kayaknya yang itu emang begitu tuh ... :))
Kalau penjelasan Dhamma kepada orang-orang yang 'setengah pandir' gimana tuh ?
Apa di jabarkan dulu tentang pengertian akhir dukkhanya ?
Nah kalau memang begitu, apa penjabaran panjang x lebar itu gak termasuk ajaran ?
Salah satu kriteria menyampaikan dhamma dengan benar adalah "secara bertahap". Penjelasan dhamma tidak punya harga mati harus ini dulu baru itu. Jika seseorang hanya mampu mencerna sedikit, maka kita jelaskan yang sedikit tersebut. Orang-orang setengah pandir mungkin belum mampu mencerna sampai kebenaran dukkha, maka kita menjelaskan sejauh kemampuannya menerima saja, apa pun itu.
Quoteoh ya, baru keingetan ... mengenai definisi yang anda telah sebut
QuoteBuddha-dhamma adalah dhamma yang hanya diajarkan oleh seorang Buddha, tidak oleh yang lain, yaitu Kebenaran tentang Dukkha.
Apakah ini berarti saat ini sudah tidak ada lagi Buddha-Dhamma ?
Maksud definisi tersebut adalah dhamma-dhamma yang lain (seperti hukum kamma, moralitas, dsb) bisa "ditemukan" oleh siapa pun, tetapi kebenaran tentang dukkha dan terhentinya dukkha hanya "ditemukan" dan diajarkan oleh seorang Buddha.
QuoteQuote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 10:56:14 AM
'Variasi' tersebut berasal dari keragaman pandangan orang yang diajak bicara itu sendiri. Bisa saja mencakup pembicaraan hal-hal lain.
Lalu variasinya tersebut masih termasuk Buddha-Dhamma ? Kalau tidak, Buat apa Sang Bhagava membuat 'variasi' dalam memberikan kotbah ?
Variasi tersebut hanyalah sebuah media, tidak bisa dikatakan Buddha-dhamma itu sendiri. Saya beri contoh sederhana, misalnya Cula-panthaka yang disuruh oleh Buddha menyeka mukanya menghadap matahari sambil berucap "Rajoharanam", dan akhirnya ia menangkap inti Buddha-dhamma tersebut. Apakah menyeka muka menghadap matahari sambil meracau "Rajoharanam" anda katakan Buddha-dhamma? Saya katakan tidak. Itu adalah suatu media, suatu variasi yang digunakan Buddha untuk menyampaikan Buddha-dhamma.
:)) ... bro Kai ...
Makin jauh saya diskusi dengan anda, ada manfaat yang membuat saya semakin yakin pada Buddha-Dhamma ... :))
Semoga yang lain dapat merasakan juga manfaat dari orolan kita kali ini ...
Anumodana ... _/\_
Quote from: g.citra on 03 November 2009, 12:28:05 PM
:)) ... bro Kai ...
Makin jauh saya diskusi dengan anda, ada manfaat yang membuat saya semakin yakin pada Buddha-Dhamma ... :))
Semoga yang lain dapat merasakan juga manfaat dari orolan kita kali ini ...
Anumodana ... _/\_
Semoga demikian adanya. :)
Anumodana _/\_