1. Benarkah tanpa jmb 8 seseorang bisa menrealisasi nibbana?
2. Apakah Jmb 8 merupakan keharusan dalam pencapaian nibbana?
3. Apakah benar sekalipun seseorang memiliki kepercayaan lain tanpa atau hilangnya salah satu dari jmb 8 dapat merealisasikan Nibbana juga?
Silakan didiskusikan terlebih dahulu ....dan mari kita lihat bagaimana praktek jmb 8 seharusnya dan jmb 8 bukan hanya sekedar konsep/teori. Biasanya jmb 8 ini 1 paket juga sama 4 km, tetapi kita fokus di jmb 8 saja dulu. Bagi yg ingin mengemukakan pendapatnya saya persilakan.
NB : JMB 8 = jalan mulia beruas 8
4 km = 4 kesunyataan mulia.
_/\_
kita sort dulu jmb 8 itu dan 4 km
Quote from: Sumedho on 09 October 2007, 05:17:01 AM
4 Kesunyataan mulia
1. Tentang Dukkha
2. Sebab Dukkha
3. lenyapnya Dukkha
4. Jalan menuju lenyapnya Dukkha
Pada bagian Jalan menuju lenyapnya dukkha, dijelaskan Ariya Atthangika Magga (Jalan mulia berunsur/berlapis 8, bukan 8 jalan utama. 1 berunsur/berlapis 8 vs 8 jalan)
[Panna]
1. Samma Ditthi - Pandangan benar
2. Samma Sankappa - Kehendak Benar
[Sila]
3. Samma Vacca - Ucapan Benar
4. Samma Kammanta - Perbuatan Benar
5. Samma Ajiva - Penghidupan Benar
[Samadhi]
6. Samma Vayama - Usaha Benar
7. Samma Sati - Perhatian Benar
8. Samma Samadhi - Konsentrasi Benar
Seberapa penting ? Core teaching
kalo i lihat 4 kesunyataan mulia itu lebih menyatakan tujuan/visi
sedangkan jm8 lebih ke misi
lalu pertanyaannya apakah tanpa jmb 8 bisa nibbana?
gak usah gak pake semua jalan deh... coba kita ilangin salah satu jalan aja
bisa gak?
contoh kita ilangin nomer satu
[Panna]
1. Samma Ditthi - Pandangan benar
2. Samma Sankappa - Kehendak Benar
[Sila]
3. Samma Vacca - Ucapan Benar
4. Samma Kammanta - Perbuatan Benar
5. Samma Ajiva - Penghidupan Benar
[Samadhi]
6. Samma Vayama - Usaha Benar
7. Samma Sati - Perhatian Benar
8. Samma Samadhi - Konsentrasi Benar
kalo pandangan kita gak bener bisa tau nibbana a.k.a KM gak?
Thanks Bro hatred karena telah dibuat lebih sistematis sehingga orang lebih menangkap maksud dari pertanyaan pada topik diatas. GRP sent. _/\_
Menurut Mahaparinibbana Sutta, TIDAK BISA, tapi tentu tidak semuanya percaya pada Mahaparibbana Sutta
Pertanyaan yang mencuat karena adanya metode yang dikembangkan oleh seorang Romo Buddhist (yang hanya bersumber dari 3 sutta).
Menurut pendapat saya :
1. Benarkah tanpa jmb 8 seseorang bisa menrealisasi nibbana?
2. Apakah Jmb 8 merupakan keharusan dalam pencapaian nibbana?
Menurut saya, sepertinya tidak ada jalan lain yang memungkinkan seseorang untuk merealisasi nibbana. Seseorang harus mengembangkan dengan baik dan benar 3 aspek penting dalam Jalan Tengah Beruas Delapan, yaitu Sila, Samadhi dan Panna. Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki sila, samadhi dan panna yang buruk bisa merealisasi nibbana ?
3. Apakah benar sekalipun seseorang memiliki kepercayaan lain tanpa atau hilangnya salah satu dari jmb 8 dapat merealisasikan Nibbana juga?
Apakah maksud dari Bro Bond ini adalah "Apakah kita bisa merealisasi nibbana dengan hanya mengembangkan beberapa point saja dalam Jalan Tengah Beruas Delapan ?" Menurut saya, 3 kelompok utama (Sila, Samadhi, dan Panna) dalam Jalan Tengah Beruas Delapan harus dikembangkan secara bersama-sama. Sila, Samadhi dan Panna adalah tiga hal yang saling berkaitan dan tentu tidak bisa dipisahkan. Sebagai contoh, Orang yang memiliki Panna yang baik tentu akan memiliki Sila yang baik pula; orang yang memiliki Samadhi yang baik, tentu akan menimbulkan Panna yang baik dalam dirinya; orang yang memiliki Samadhi yang baik, tentu memiliki Sila yang baik dalam kehidupan sehari-harinya, dll. Pertanyaan saya, apakah mungkin orang yang memiliki Sila yang buruk akan memiliki Panna yang baik ?
Jadi, intinya ketiga hal tersebut akan berkembang secara selaras dan seimbang.
kalo i justru lebih tertarik untuk bertanya...
apakah 8 jalan itu cukup ? ;D (apa ada tambahan jalan) ^-^
Quote from: hatRed on 04 August 2009, 05:03:18 PM
kalo i justru lebih tertarik untuk bertanya...
apakah 8 jalan itu cukup ? ;D (apa ada tambahan jalan) ^-^
Wah langsung pertanyaan advance :))
Rasanya ga perlu di kaitin ke sutta-sutta segala macem...
Logika basic aja...
Kalao di Sila (Ucapan, Perbuatan, Gaya Hidup) berantakan...
Rasa nya sedikit sulit kalao Samadhi (Konsentrasi, Perhatian) bisa berkondisi benar
dan kalao Samadhi ngaco...
Rasa nya sedikit ga wajar kalao Panna-nya berbuah (Right view, Right intention)
Entah ucapan sapa yg gue kutip... tapi kira-kira bunyinya...
"Agama apapun tidak salah dalam pandangan buddhism, Selama agama tersebut memiliki arah ke Sila -> Samadhi -> Panna"
Quote from: hatRed on 04 August 2009, 05:03:18 PM
kalo i justru lebih tertarik untuk bertanya...
apakah 8 jalan itu cukup ? ;D (apa ada tambahan jalan) ^-^
Kalao menurut gue...
1 Jalan doank cukup.
dengan harapan... Semoga 7 jalan lainnya dijalani secara otomatis.
Gue ngeliad 8 Jalan tersebut sebagai Chain-Reaction,
Yang mana apabila kondisi'nya memungkinan maka Jalan lainnya otomatis dilalui..
contoh...
Seseorang dengan
pengertian benar, besar kemungkinan
ucapannya benarSeseorang dengan
ucapan benar, besar kemungkinan
berniat baik (Right Intention)
Seseorang dengan
Pikiran Benar, besar kemungkinan
Perbuatannya benaretc...
Quote from: Kemenyan on 04 August 2009, 05:30:57 PM
Entah ucapan sapa yg gue kutip... tapi kira-kira bunyinya...
"Agama apapun tidak salah dalam pandangan buddhism, Selama agama tersebut memiliki arah ke Sila -> Samadhi -> Panna"
dalam jalan mulia berunsur 8 itu, jelas sekali ada pengkutuban ke yg benar2....
maka itu perlu ditambah menjadi "sila benar -> samadhi benar -> panna benar". manknya ada panna yg gak bener ;D
Quote from: hatRed on 04 August 2009, 05:03:18 PM
kalo i justru lebih tertarik untuk bertanya...
apakah 8 jalan itu cukup ? ;D (apa ada tambahan jalan) ^-^
Lebih boleh kurang ngak boleh ^-^ Kalau dilihat pengelompokan jalan oleh Sang Buddha sudah lengkap. Kalaupun ada tambahan , bisa dikelompokan lagi ke dalam 8, seperti 8 menjadi 3 (sila, samadhi panna) tanpa mengurangi nilai jmb 8 demikian sebaliknya.
Artinya tidak boleh satupun nilai jmb 8 hilang dalam merealisasi nibbana.
1. Mungkin ada pendapat lain yg ingin menyangkal kenyataan ini? (silakan tidak akan dimarahi ^-^)
2. Nah setelah diuraikan apakah Jmb 8 itu adalah
tentang pelaksanaan untuk merealisasi nibbana atau
hanya teori untuk merealisasi nibbana dilihat dari isi dan nilai yg telah dijabarkan oleh beberapa rekan-rekan disini?
ada tuh yg gak usah ada....
Ucapan benar ;D
kalo bisu mana peduli mengucap benar apa nggak... :))
diam termasuk ucapan benar apa gak ya :|
JMB 8 = jalan mulia berfaktor delapan.
JALAN klo gak dilalui, mana bisa nyampe... skr disini malah pada ngeributin JALAN tersebut, STOP!! coba lalui JALAN tersebut, nanti baru cerita2 tp gw rasa klo uda dilalui kemungkinan utk cerita2 kecil ;D
Quote from: hatRed on 04 August 2009, 06:44:08 PM
ada tuh yg gak usah ada....
Ucapan benar ;D
kalo bisu mana peduli mengucap benar apa nggak... :))
diam termasuk ucapan benar apa gak ya :|
bisu, pake body language kan bro ^-^. Kalo bisu biasanya ngomong a...e....o ......a....e...o sambil tangan bergerak2 nah kalau saat mengucapkan a....e..o dan gerak2 tanganya berakar pada pikiran yg akusala tetap ucapan tidak benar. Bayangkan a...e..o...u matanya sambil melotot dan marah... a...e..o nya telah terucap dengan akar yg tidak benar maka ucapan salah . Orang melihat a..e..onya saja pasti mengerti artinya tanpa harus bisa mengatakan "monyet dia" contoh :si bisu bicara a..e..o menunjuk orang yg dituju dan berekspresi monyet. Nah a...e...o yg terucap maka mewakili ucapan tidak benar ^-^
ucapan kan bentuk dari komunikasi. Kalau bahasa "gorilla" yg tangan goyang2x atau tulisan atau ketikan di forum ini kan salah satu bentuk dari "ucapan" loh.
kalo gitu mesti di perbaharui perbendaharaan katanya menjadi...
menginformasikan benar
atau
berkomunikasi benar
Setuju. Dg istilah chain-reaction... Dalam psikologi populer 7 Habits of Highly Effective People, diistilahkan dg paradigma. Disana dikasih gambar yg bisa dilihat sebagai cewek cantik atau nenek peot. Kalau paradigma/pandangan kita melihatnya sebagai cewek cantik, pikiran ucapan perbuatan akan menyelaraskan misalnya berpikir asyiknya kalau pacaran mengucapkan kata perkenalan seluruh saraf hormon kelenjar dll menyesuaikan dan seterusnya. Beda lagi kalau paradigma/pandangan melihatnya sebagai nenek peot... Dalam kaitan vipassana, "penglihatan" yg didapatkan, merubah total pikiran sikap ucapan dlm hidup. Akan sulit/konflik kalau mencoba merubah pikiran ucapan perilaku kalau paradigma belum berubah, coba saja memaksakan diri tertarik dan mengucapkan pujian kecantikan untuk nenek peot...
Quote from: Kemenyan on 04 August 2009, 05:32:54 PM
Quote from: hatRed on 04 August 2009, 05:03:18 PM
kalo i justru lebih tertarik untuk bertanya...
apakah 8 jalan itu cukup ? ;D (apa ada tambahan jalan) ^-^
Kalao menurut gue... 1 Jalan doank cukup.
dengan harapan... Semoga 7 jalan lainnya dijalani secara otomatis.
Gue ngeliad 8 Jalan tersebut sebagai Chain-Reaction,
Yang mana apabila kondisi'nya memungkinan maka Jalan lainnya otomatis dilalui..
contoh...
Seseorang dengan pengertian benar, besar kemungkinan ucapannya benar
Seseorang dengan ucapan benar, besar kemungkinan berniat baik (Right Intention)
Seseorang dengan Pikiran Benar, besar kemungkinan Perbuatannya benar
etc...
Quote from: Sumedho on 04 August 2009, 07:16:22 PM
ucapan kan bentuk dari komunikasi. Kalau bahasa "gorilla" yg tangan goyang2x atau tulisan atau ketikan di forum ini kan salah satu bentuk dari "ucapan" loh.
kalo tulisan "astaga", artinya apa yah, bro? ^-^
Quote from: indera_9 on 04 August 2009, 05:01:55 PM
Pertanyaan yang mencuat karena adanya metode yang dikembangkan oleh seorang Romo Buddhist (yang hanya bersumber dari 3 sutta).
Yang saya tahu belakangan ini, dia ga mengaku sebagai romo/pandita melainkan sebagai pengajar meditasi
Quote from: markosprawira on 24 August 2009, 04:05:59 PM
Quote from: Sumedho on 04 August 2009, 07:16:22 PM
ucapan kan bentuk dari komunikasi. Kalau bahasa "gorilla" yg tangan goyang2x atau tulisan atau ketikan di forum ini kan salah satu bentuk dari "ucapan" loh.
kalo tulisan "astaga", artinya apa yah, bro? ^-^
ASTAGA = Asura Tanpa Tenaga ^-^
Quote from: hatRed on 04 August 2009, 05:03:18 PM
kalo i justru lebih tertarik untuk bertanya...
apakah 8 jalan itu cukup ? ;D (apa ada tambahan jalan) ^-^
bukannya namanya : JAlan Mulia Berunsur 8, bro?
beda loh ama 8 Jalan Mulia......
kalo jalan mulia yg berunsur 8, berarti saat menempuh jalan itu, kita melaksanakan keseluruh unsur2 yg ada.... tapi kalo 8 jalan mulia, lewat salah satu aja, "mungkin" bisa mencapai nibbana
Quote from: markosprawira on 24 August 2009, 04:12:51 PM
Quote from: indera_9 on 04 August 2009, 05:01:55 PM
Pertanyaan yang mencuat karena adanya metode yang dikembangkan oleh seorang Romo Buddhist (yang hanya bersumber dari 3 sutta).
Yang saya tahu belakangan ini, dia ga mengaku sebagai romo/pandita melainkan sebagai pengajar meditasi
Bagus donk !, tidak mengaku Romo/Pandita, tidak lagi memberi pandangan salah kepada lainnya, dengan kedok ajaran Buddha yang benar.
_/\_
Quote from: adi lim on 24 August 2009, 06:55:56 PM
Quote from: markosprawira on 24 August 2009, 04:12:51 PM
Quote from: indera_9 on 04 August 2009, 05:01:55 PM
Pertanyaan yang mencuat karena adanya metode yang dikembangkan oleh seorang Romo Buddhist (yang hanya bersumber dari 3 sutta).
Yang saya tahu belakangan ini, dia ga mengaku sebagai romo/pandita melainkan sebagai pengajar meditasi
Bagus donk !, tidak mengaku Romo/Pandita, tidak lagi memberi pandangan salah kepada lainnya, dengan kedok ajaran Buddha yang benar.
_/\_
kalo yang :
Quotetidak lagi memberi pandangan salah kepada lainnya, dengan kedok ajaran Buddha yang benar.
aye no comment deh ;D bisa dilihat sendiri sepak terjangnya di berbagai milis kok.........
imho..
dapat diumpamakan dhamma yang diberikan oleh sang buddha hanya 7 lembar daun dari daun2 yang ada di hutan..
beliau sudah merumuskan formula "termudah" untuk kita jalankan untuk mencapai kebebasan.
jika ditanya apakah ada jalan lain, tentu jawabannya ada.
para buddha terdahulu.. buddha yang akan datang.. dan buddha saat ini.. memiliki metode pengajaran yang berbeda..
perjalanan hidup mereka untuk menempuh ke-buddha-an pun berbeda2..
tapi dari seluruh buddha yang pernah ada, sakyamuni buddha adalah tiada banding..
beliau telah membabarkan dhamma dengan begitu sempurna.. mudah dipelajari oleh para bijaksana..
Quote3. Apakah benar sekalipun seseorang memiliki kepercayaan lain tanpa atau hilangnya salah satu dari jmb 8 dapat merealisasikan Nibbana juga?
dhamma adalah untuk dijalankan, keyakinan itu tidak ada hubungannya dengan dhamma. selama menjalankan dhamma dengan benar, "agama" atau keyakinan apapun bisa merealisasi nibbana..
dengan penjelasan ini, mestinya pertanyaannya sudah terjawab (menurut versi saya)
1. ya, 2. tidak, 3. ya.
mohon petunjuknya teman2..
setelah aku baca, ada yg ingin aku jelaskan:
tanpa jmb 8 seseorang tidak mungkin bisa mencapai Nibbana!!
kenapa?? krn apa yg sudah diajarkan oleh Sang Budha adalah inti2nya.
jika bisu berarti bisa dihilangkan ucapan benar dong??
jwb = tetap saja hati Anda yg berbicara. Jika hati Anda berbicara kotor maka otak anda juga terkena, krn otak anda adalah pusatnya segala tindakan dan pikiran.
apapun agama seseorang jika dia berjalan digaris yg benar maka bisa mencapai Nibbana,
Tapi anda bisa lihat sendiri dimana agama mereka hanya bertujuan masuk sorga, bukan merealisasikan Nibbana karena mereka tidak tahu 4 kesunyataan mulia, dan dari JMB 8 mereka hanya menjalankan sila dan panna, tanpa samadhi benar maka sulit utk mencapai kebijaksanaan.
be happy..:)
Semoga semua mahluk berbahagia.
Ntar dibilang fanatik loh loe.. >:D
[at] 6ood
hati kagak bisa berbicara...
Quote from: bond on 04 August 2009, 04:31:20 PM
1. Benarkah tanpa jmb 8 seseorang bisa menrealisasi nibbana?
2. Apakah Jmb 8 merupakan keharusan dalam pencapaian nibbana?
3. Apakah benar sekalipun seseorang memiliki kepercayaan lain tanpa atau hilangnya salah satu dari jmb 8 dapat merealisasikan Nibbana juga?
Silakan didiskusikan terlebih dahulu ....dan mari kita lihat bagaimana praktek jmb 8 seharusnya dan jmb 8 bukan hanya sekedar konsep/teori. Biasanya jmb 8 ini 1 paket juga sama 4 km, tetapi kita fokus di jmb 8 saja dulu. Bagi yg ingin mengemukakan pendapatnya saya persilakan.
NB : JMB 8 = jalan mulia beruas 8
4 km = 4 kesunyataan mulia.
_/\_
begini kalau yng dimaksud org itu harus mengetahui istilah dan isinya JMB 8 dulu baru 4 KM baru tercerahkan tentu saja salah. Karena Sammasambuddha dan paccekabuddha tanpa diajari JMB 8 dan 4 KM sudah bisa tercerahkan sendiri.
Tindakan mereka pun sesungguhnya sudah termasuk 8 JMB tanpa sadar. Jadi kalo cuma ajaran sih nda mutlak perlu.
yang penting pelaksanaanya
QuoteTindakan mereka pun sesungguhnya sudah termasuk 8 JMB tanpa sadar.
maksudnya ada orang yang mencapai penerangan sempurna tanpa kesadaran?
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 29 August 2010, 12:09:41 AM
QuoteTindakan mereka pun sesungguhnya sudah termasuk 8 JMB tanpa sadar.
maksudnya ada orang yang mencapai penerangan sempurna tanpa kesadaran?
=)) Ada dong, kalau pikiran sudah berhenti. =))
hus, fokus dulu sama lsy baru hantam yang lain lagi. prioritas dong.
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 29 August 2010, 12:48:48 AM
hus, fokus dulu sama lsy baru hantam yang lain lagi. prioritas dong.
Memang LSY menolak JMB8 juga toh? :-?
Quote from: Jerry on 29 August 2010, 12:34:14 AM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 29 August 2010, 12:09:41 AM
QuoteTindakan mereka pun sesungguhnya sudah termasuk 8 JMB tanpa sadar.
maksudnya ada orang yang mencapai penerangan sempurna tanpa kesadaran?
=)) Ada dong, kalau pikiran sudah berhenti. =))
mulai lagi nih ! :))
_/\_
Bukannya mulai Bro.. Tapi saat pikiran berhenti itu kan namanya tanpa kesadaran atau kesadarannya sedang non-aktif sesaat alias mencicipi Nib-banana ;)
SN 22.84. Tissa Sutta: Khotbah Dorongan Semangat dari Sang Buddha kepada Bhikkhu Tissa
Adaptasi terjemahan dari Pali oleh Thanissaro Bhikkhu dan Walshe.
"Tissa, seumpama ada dua orang, yang satu tidak tahu jalan, yang lain tahu jalan. Dalam hal ini, yang tidak tahu jalan bertanya pada orang yang tahu jalan. Ia menjawab, "Benar, Sobat, inilah jalannya. Teruskanlah selama beberapa saat dan engkau akan tiba pada suatu persimpangan. Jangan ambil yang kiri, tapi ambillah jalan yang di sebelah kanan. Teruskan sedikit, dan engkau akan sampai pada sebuah hutan rimba yang lebat. Lanjutkan sedikit lagi, dan engkau akan melihat sebuah rawa yang luas. Lanjutkan sedikit lebih jauh, dan engkau akan melihat jurang yang dalam. Tetap lanjutkan sedikit lebih jauh lagi, dan engkau akan melihat sebidang tanah lapang yang menyenangkan.
"Aku membuat perumpamaan ini untuk menjelaskan maksudku: Orang yang tidak tahu jalan mewakili umat awam (yang belum memasuki arus), dan orang yang tahu jalan mewakili Sang Tathagata, Arahat, Samma Sambuddha, yang telah mencapai Penerangan Sempurna. Persimpangan jalan mewakili keragu-raguan. Cabang sebelah kiri mewakili jalan yang salah dan cabang sebelah kanan mewakili Jalan Mulia Beruas Delapan. Hutan yang lebat mewakili ketidaktahuan. Rawa yang luas mewakili nafsu indera. Jurang yang dalam melambangkan kejengkelan dan keputusasaan. Sebidang tanah lapang yang menyenangkan mewakili Nibbana.
" Bergembiralah, Tissa, Bergembiralah. Aku di sini untuk menasihatimu, Aku di sini untuk mendukungmu, Aku di sini untuk memberimu petunjuk!"
LENGKAPNYA:
Di Savatthi. Pada suatu kesempatan Bhikkhu Tissa, kemenakan laki-laki Sang Bhagava, mengatakan kepada sejumlah bhikkhu, "Sahabat, seolah-olah tubuh saya terbius, saya telah kehilangan arah. Hal-hal menjadi tidak jelas bagi saya. Batin saya terus diliputi dengan kemalasan & ketumpulan. Saya tidak bahagia menjalani kehidupan suci ini. Saya memiliki keraguan mengenai Dhamma.. "
Kemudian sejumlah besar bhikkhu pergi ke Sang Bhagava dan, pada kedatangan, setelah sujud kepada Beliau, duduk di satu sisi. Ketika mereka duduk di sana, mereka menceritakan apa yang telah Bhikkhu Tissa katakan. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada salah seorang bhikkhu, "Oh bhikkhu, panggilkan Tissa untukku"
"Seperti yang Anda katakan, Yang Mulia," bhikkhu itu menjawab, dan setelah menjumpai Bhikkhu Tissa, ia berkata, "Guru memanggil anda, sahabat."
"Seperti yang Anda katakan, sahabat," Bhikkhu Tissa menjawab. Kemudian ia pergi ke Sang Bhagava dan setelah sujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi. Kemudian, Sang Bhagava berkata kepadanya, "Apakah benar, Tissa, yang telah engkau katakan pada sejumlah besar bhikkhu, 'Sahabat, seolah-olah tubuh saya terbius, saya telah kehilangan arah.. Hal-hal menjadi tidak jelas bagi saya. Batin saya terus diliputi dengan kemalasan & ketumpulan. Saya tidak bahagia menjalani kehidupan suci ini. Saya memiliki keraguan mengenai Dhamma'.. ? "
"Benar, Yang Mulia."
"Apa pendapatmu, Tissa: Pada seseorang yang tidak terbebas dari kegairahan, keinginan, kerinduan, kehausan, demam, & ketagihan terhadap jasmani, ... perasaan, ... persepsi, ... bentuk-bentuk pikiran, ... kesadaran, apakah timbul kesedihan, ratapan, penderitaan, dukacita, & keputus-asaan dari perubahan dan ketidak-kekalan jasmani, ... perasaan, ... persepsi, ... bentuk-bentuk pikiran, ... kesadaran ? "
"Iya, Yang Mulia."
"Bagus, Tissa, bagus. Itulah bagaimana seseorang yang tidak terbebas dari kegairahan terhadap jasmani, ... perasaan, ... persepsi, ... bentuk-bentuk pikiran, ... kesadaran."
"Sekarang bagaimana menurutmu, Tissa: Pada seseorang yang terbebas dari kegairahan, keinginan, kerinduan, kehausan, demam, & ketagihan terhadap jasmani, ... perasaan, ... persepsi, ... bentuk-bentuk pikiran, ... kesadaran, apakah timbul kesedihan, ratapan, penderitaan, dukacita, & keputus-asaan dari perubahan dan ketidak-kekalan jasmani, ... perasaan, ... persepsi, ... bentuk-bentuk pikiran, ... kesadaran ? "
"Tidak, Yang Mulia."
"Bagus, Tissa, bagus. Itulah bagaimana seseorang yang terbebas dari kegairahan terhadap jasmani, ... perasaan, ... persepsi, ... bentuk-bentuk pikiran, ... kesadaran."
"Apa pendapatmu, Tissa - Apakah jasmani konstan (kekal) atau tidak konstan (tidak kekal)?"
"Tidak kekal, Yang Mulia."
"Dan apakah hal yang tidak kekal itu memberikan kenyamanan atau penderitaan?"
"Penderitaan, Yang Mulia."
"Dan apakah tepat sesuatu yang tidak kekal, menyebabkan penderitaan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: 'Ini milikku. Ini adalah diriku. Ini adalah aku'?"
"Tidak, Yang Mulia."
"... Apakah sensasi kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Yang Mulia."...
"... Apakah persepsi kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Yang Mulia."...
"...Apakah bentukan kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Yang Mulia."...
"Bagaimana menurutmu, para bhikkhu — Apakah kesadaran kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Yang Mulia."
"Dan apakah hal yang tidak kekal itu memberikan kenyamanan atau penderitaan?"
"Penderitaan, Yang Mulia."
"Dan apakah tepat sesuatu yang tidak kekal, menyebabkan penderitaan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: 'Ini milikku. Ini adalah diriku. Ini adalah aku'?"
"Tidak, Yang Mulia."
"Karena itu, para bhikkhu, apapun jasmani di masa lampau, masa depan, atau masa sekarang; di dalam atau di luar; kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; apapun jasmani dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'
"Perasaan (sensasi) apapun...
"Persepsi apapun...
"Bentukan [batin] apapun...
"Kesadaran apapun di masa lampau, masa depan, atau masa sekarang; di dalam atau di luar; kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat: apapun kesadaran dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'
"Melihat demikian, siswa Ariya, yang telah memahaminya dengan baik, menjadi tak terpesona pada jasmani, tak terpesona pada perasaan, tak terpesona pada persepsi, tak terpesona pada bentukan [batin], tak terpesona pada kesadaran. Setelah tak terpesona dia menjadi tidak tertarik. Setelah tidak tertarik, dia terbebas sepenuhnya. Dengan terbebas penuh, disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini (lingkaran samsara terpatahkan).'"
"Tissa, seumpama ada dua orang, yang satu tidak tahu jalan, yang lain tahu jalan. Dalam hal ini, yang tidak tahu jalan bertanya pada orang yang tahu jalan. Ia menjawab, "Benar, Sobat, inilah jalannya. Teruskanlah selama beberapa saat dan engkau akan tiba pada suatu persimpangan. Jangan ambil yang kiri, tapi ambillah jalan yang di sebelah kanan. Teruskan sedikit, dan engkau akan sampai pada sebuah hutan rimba yang lebat. Lanjutkan sedikit lagi, dan engkau akan melihat sebuah rawa yang luas. Lanjutkan sedikit lebih jauh, dan engkau akan melihat jurang yang dalam. Tetap lanjutkan sedikit lebih jauh lagi, dan engkau akan melihat sebidang tanah lapang yang menyenangkan.
"Aku membuat perumpamaan ini untuk menjelaskan maksudku: Orang yang tidak tahu jalan mewakili umat awam (yang belum memasuki arus), dan orang yang tahu jalan mewakili Sang Tathagata, Arahat, Samma Sambuddha, yang telah mencapai Penerangan Sempurna. Persimpangan jalan mewakili keragu-raguan. Cabang sebelah kiri mewakili jalan yang salah dan cabang sebelah kanan mewakili Jalan Mulia Beruas Delapan (pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, daya upaya benar, perhatian benar dan konsentrasi benar). Hutan yang lebat mewakili ketidaktahuan. Rawa yang luas mewakili nafsu indera. Jurang yang dalam melambangkan kejengkelan dan keputusasaan. Sebidang tanah lapang yang menyenangkan mewakili Nibbana.
" Bergembiralah, Tissa, Bergembiralah. Aku di sini untuk menasihatimu, Aku di sini untuk mendukungmu, Aku di sini untuk memberimu petunjuk!"
Demikian yang dikatakan Sang Bhagava. Berterimakasih, Bhikkhu Tissa bergembira atas kata-kata Sang Bhagava.
Daftar Pustaka:
BUDDHA VACANA (Sabda-sabda Sang Buddha), Y.A. Shravasti Dhammika, Yayasan Penerbit Karaniya.
JMB 8 hanyalah tuntunan secara practical (tindakan) secara umum dari 'janganlah berbuat jahat, perbanyak kebajikan, sucikan hati dan pikiran' saja.
itu saja.