Poll
Question:
Apakah Keluarga Anda Bahagia Dengan Menjalankan Dhamma Dalam Kehidupan Sehari-hari?
Option 2:
Bahagia
Option 3:
Cukup Bahagia
Option 4:
Biasa Saja
Option 5:
Tidak Bahagia
_/\_
Perkenalkan saudara-saudara sebangsa dan setanah air...
Saya Adi SD Adalah Mahasiswa Psikologi UBAYA Semester 8 (yang tidak lulus2 alias kebingungan dengan topik saya sendiri) :'(. Tema besar dari topik saya dalah tentang keluarga. Saya ingin mengetahui apakah Dhamma yang diterapkan dalam kehidupan berkeluarga dapat membawa kebahagiaan dalam keluarga dan diri anda sendiri? ataukah justru sebaliknya Anda menjadi Egois, Mudah marah, dll
Metode penelitian yang saya gunakan adalah kualitatif. Dalam Sudikin (2002), dijelaskan bahwa karakter khusus penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan keunikan individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian yang saya lakukan, saya ingin memperoleh pemahaman utuh bagaimana sebuah keluarga dapat hidup bahagia dengan menjalankan (praktek) Dhamma. Jadi saya ingin mengetahui pengalaman-pengalaman dari saudara-saudara dan teman-teman se-dhamma untuk bisa saling berbagi apapun tentang keluarga kalian atau keluarga teman kalian yang Buddhis sebagai masukan (bahan) buat penelitian saya untuk kelulusan saya menjadi Sarjana Psikologi :-[
:lotus:
Dengan ini saya sangat Berterimakasih atas partisipasi kalian untuk mau berbagi dalam forum ini ^:)^ 8)
NB: Dimohon untuk para junker tidak dulu berkeliaran di thread saya >:D
dan juga saya sangat terbuka dengan kritikan dan saran demi kemajuan penelitian ini :)
Buat Om Momod maap kalo salah tempat, saya butuh tempat yang ramai sehingga banyak partisipan yang akan sharing disini. Terima Kasih ;D
Reserved percuma.. Anda juga tidak bisa edit setelah 30 menit :P
hehehe yah ;D baru tau ane 8-} hehe thanks gan...mau sharing juga gan??? sangat diharapkan sekali :)
:( huaaaaaaaa sepiiiiiiiii...
Sabar yah om.. Masih pagi juga. ;D
hehee iya juga gan... ;D
sambil menunggu, silahkan baca2 thread yg sudah ada di forum ini
Batasannya apa saja? Kalau hanya dhamma dan kebahagiaan, sudah terlalu luas.
lha itu gan saya juga masih bingungg...kalo nurut dosen batasannya itu ya dhamma ajaran 4 kesunyataan mulia dan meditasi dengan meditasi timbul sati maka efeknya kebahagiaan..kalo menurut anda gimana gan..mohon petunjuknya
Kalau menurut saya, masih terlalu kompleks.
Pertama-tama, dari mana kita tahu kalau orang itu benar-benar mengerti 4 Kesunyataan Mulia tersebut? Apa kriterianya?
Karena kalau orang tidak mengerti dan mempersepsikannya secara berbeda juga, jadinya 'kan tidak valid.
Kemudian bagaimana mengukur bertambahnya kebahagiaan seseorang? Apakah lebih banyak senyum, lebih santai, atau bagaimana? Untuk meditasi, lebih susah lagi, kecuali mungkin kalau punya perlengkapan yang memadai untuk mengukur gelombang otak, misalnya.
Kalau boleh saya sarankan, lebih baik yang praktikal saja, yang mudah dicari dan jelas batasannya. Mungkin masalah Buddhisme dengan sosial-budaya, misalnya pola pikir dhamma dan toleransi terhadap tradisi. Berikan tolok ukur misalnya pengertian dari sutta tertentu tentang kebudayaan. Misalnya orang itu, walaupun Buddhist, tidak paham isinya, maka tidak dikategorikan ke orang yang mengaplikasikan dhamma tersebut.
Nanti surveynya mencakup orang-orang yang tidak mengaplikasikan dhamma tersebut (bisa Buddhist, juga termasuk non-Buddhist) dan yang mengaplikasikan dhamma tersebut. Nanti Coba analisa bagaimana perbedaan sudut pandang masing-masing terhadap toleransi kebudayaan. Dengan begitu, bisa diambil kesimpulan.
penelitian saya metodenya bukan kuantitatif gan tapi kualitatif dengan paradigma etnografi (budaya) kalo kuantitatif subjek banyak tergantung populasi tapi kalo kualitatif lebih bersifat pendalaman, subjek sedikit 2-3 orang akan tetapi harus detail dengan segala permasalahan yang dihadapi serta analisa teorinya
Quote from: hide_x893 on 14 May 2009, 11:13:44 AM
penelitian saya metodenya bukan kuantitatif gan tapi kualitatif dengan paradigma etnografi (budaya) kalo kuantitatif subjek banyak tergantung populasi tapi kalo kualitatif lebih bersifat pendalaman, subjek sedikit 2-3 orang akan tetapi harus detail dengan segala permasalahan yang dihadapi serta analisa teorinya
OK. Kalo gitu, "kualitas" apa saja yang diteliti?
kehidupan berkeluarga dalam buddhisme ya gan...mungkin disini nantinya hasil nya saya bisa berbagi pada umat Buddhis khususnya sebagai pedoman dalam membangun keluarga yang bahagia nan harmonis dengan mempraktekkan dhamma dalam kehidupan sehari-hari. memang kalo bahasanya dhamma luas sekali, akan tetapi disini saya hanya akan mengambil initsari dari ajaran Buddha sebagai prinsip yang dijalankan dalam keluarga...
itu harapan saya...tapi kalo ada kritikan dan saran silahkan gan...
Sekarang lagi bikin bagian apanya? Bisa dipost skemanya gimana?
keknya cide cocok tuh jadi bahan penelitian.. ;D
masih bab I gan masih pendahuluan (amatan peneliti)
Saya sendiri berasal dari Background Keluarga Buddhis dan Budaya Tionghoa (tidak begitu kental, maksudnya ajaran Dhamma lebih ditekankan oleh papa saya) selama menjadi keluarga Buddhis saya sendiri menikmati kebahagiaan tersebut, akan tetapi kebahagiaan tersebut justru lahir dari kesendirian, mengapa? karena di tempat tinggal saya tidak ada sekolah Buddhis dan teman2 saya banyak agama lain...biasanya saya dalam berteman saya sendiri yang Buddhis sedangkan lainnya bisa agama ABC. Sejatinya dari hal tersebut saya sering mengalami 'kesepian'. Keluarga menjadi tempat yang hangat ketika papa mulai mengenalkan Dhamma dari saya SD sejak sampai saat ini, kalo pinjem bahasa tetangga saya sangat bersyukur sekali... Sadhu3x
Saya Juga Bingung apa yang akan menjadi pertanyaan dalam penelitian ini serta bahasannya? untuk mengeLINK kan kata2 antara keluarga pada umumnya dan keluarga BUddhis sulit sekali
Quote from: hatRed on 14 May 2009, 11:52:00 AM
keknya cide cocok tuh jadi bahan penelitian.. ;D
cide sapa ya gan??kebetulan sekali saya juga lagi mencari subjek keluarga Buddhis :)
Citta Devi.... cuma orangnya kebanyakan online malem2.. ;D
btw, saya sempat vakum dari skripsi ini selama setahun gara3 frustasi akibat tidak bisa merumuskan dengan jelas apa yang saya bahas, padahal diawal saya membuat / membahas skripsi tentang keluarga dan buddhisme, saya merasa yakin bisa, akan tetapi sekarang pun masih frustasi (tapi sudah mendingan) walaupun kadang pusing juga kalo dipikir terus... :lotus:
btw gan saya mau undur diri dulu sampai malam menjelang, kepala ane udah pusing plus badan pegal linu semua ;D kebanyakan googling n mikiri skripsi... terimakasih atas masukannya... ^:)^ :hammer:
Quote from: hide_x893 on 14 May 2009, 12:06:25 PM
btw, saya sempat vakum dari skripsi ini selama setahun gara3 frustasi akibat tidak bisa merumuskan dengan jelas apa yang saya bahas, padahal diawal saya membuat / membahas skripsi tentang keluarga dan buddhisme, saya merasa yakin bisa, akan tetapi sekarang pun masih frustasi (tapi sudah mendingan) walaupun kadang pusing juga kalo dipikir terus... :lotus:
Nah, itu dia. Makanya harus jelas apa yang mau dilihat. Kalau hanya mengambil 1 sample doang, kita susah untuk mengetahui apakah "bahagia" ini karena dhamma atau bukan. Jangan pikirin yang dahsyat2, yang spektakuler, tapi yang sederhana saja. Misalnya bagaimana pengaruh ajaran Buddha dalam menerima keluarga. Bagaimana pengertian akan hukum kamma bisa mengarahkan pola pikir seseorang untuk menerima kehidupan ini, dan sebagainya.
Quote from: hide_x893 on 14 May 2009, 07:29:13 AM
Pada penelitian yang saya lakukan, saya ingin memperoleh pemahaman utuh bagaimana sebuah keluarga dapat hidup bahagia dengan menjalankan (praktek) Dhamma.
mungkin orang sulit menjawabnya karena hidup itu selalu berubah, kadang bahagia kadang tidak. khan dalam ajarang sang Buddha hidup = dukkha. hanya pasti ada perbedaan dari yang mengerti hidup ini dukkha dengan yang tidak.
Quote
Jadi saya ingin mengetahui pengalaman-pengalaman dari saudara-saudara dan teman-teman se-dhamma untuk bisa saling berbagi apapun tentang keluarga kalian atau keluarga teman kalian yang Buddhis sebagai masukan (bahan) buat penelitian saya untuk kelulusan saya menjadi Sarjana Psikologi
saya cerita tentang teman saya saja yah.
sebelum belajar dhamma: mudah marah, sering cekcok dengan orang tua, doyan rokok, miras dan ganja, sering pulang malam
ketika baru belajar dhamma(teori) dia terkagum-kagum, punya hobi baru(blajar dhamma), tapi dirumah masih sering cekcok dengan ortu, masih sering marah, rokok miras dll sedikit berkurang, sering menjelek-jelekkan konsep keselamatan diluar buddhis dan menjelek-jelekkan konsep ketuhanan agama lain sehingga membuat keadaan dirumah(keluarganya multi agama) dan disekelilingnya tidak nyaman.
sejak sadar bahwa menjelek-jelekkan agama lain malah menambah LDM-nya maka ia tidak lagi menjelek-jelekkan agama lain, lebih melihat ke perkembangan batin, marahnya berkurang, lebih sering mengalah bila terjadi percekcokkan, punya hobi baru(meditasi),
miras rokok dll sudah stop sejak tahun pertama belajar, bila ada kesempatan retreat vipassana dia pasti ikut.
sampai skarang sih baru itu saja perkembangannya,
bagaimana hide_x893, info seperti ini bukan yg kamu mau?
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 May 2009, 02:05:57 PM
Nah, itu dia. Makanya harus jelas apa yang mau dilihat. Kalau hanya mengambil 1 sample doang, kita susah untuk mengetahui apakah "bahagia" ini karena dhamma atau bukan. Jangan pikirin yang dahsyat2, yang spektakuler, tapi yang sederhana saja.
masalah subjek kembali lagi gan, dalam penelitian ini saya menggunakan metode kuali memang sample yang dibutuhkan hanya sedikit tidak seperti metode kuanti yang membutuhkan sample yang banyak tergantung populasi...oleh karena itu saya juga membutuhkan subjek yang benar2 mempraktekkan ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan saya kalo mau merubah penelitian dari kuali ke kuanti, bisa saja..akan tetapi untuk saat ini saya ingin membahas dengan metode kuali mengingat penelitian tentang Buddhisme secara ilmiah sangat minim sekali... yang banyak dibahas kalo di UBAYA hanya meditasi itupun saya hanya menemukan 6 Penlitian dengan metode kuanti... mengingat saya juga pernah melihat buku tentang keluarga kat**ik...
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 May 2009, 02:05:57 PM
Misalnya bagaimana pengaruh ajaran Buddha dalam menerima keluarga. Bagaimana pengertian akan hukum kamma bisa mengarahkan pola pikir seseorang untuk menerima kehidupan ini, dan sebagainya.
saya setuju dengan ini gan untuk bahasanya thanks masukannya ;D
kenapa gak cuba cari korban di Yayasan Buddha Tzu Chi.. ;D
biasanya kan sekeluarga tuh yg ikutan... ;D
Quote from: lykim176 on 14 May 2009, 03:34:05 PM
mungkin orang sulit menjawabnya karena hidup itu selalu berubah, kadang bahagia kadang tidak. khan dalam ajarang sang Buddha hidup = dukkha. hanya pasti ada perbedaan dari yang mengerti hidup ini dukkha dengan yang tidak.
justru itu gan yang menarik...karena hidup selalu berubah...bagaimana keluarga Buddhis dapat bertahan terhadap perubahan...terkadang ada permasalah yang sama dalam keluarga tidak hanya muncul sekali bahkan berulang-ulang kali.
Quote from: lykim176 on 14 May 2009, 03:34:05 PM
saya cerita tentang teman saya saja yah.
sebelum belajar dhamma: mudah marah, sering cekcok dengan orang tua, doyan rokok, miras dan ganja, sering pulang malam
ketika baru belajar dhamma(teori) dia terkagum-kagum, punya hobi baru(blajar dhamma), tapi dirumah masih sering cekcok dengan ortu, masih sering marah, rokok miras dll sedikit berkurang, sering menjelek-jelekkan konsep keselamatan diluar buddhis dan menjelek-jelekkan konsep ketuhanan agama lain sehingga membuat keadaan dirumah(keluarganya multi agama) dan disekelilingnya tidak nyaman.
sejak sadar bahwa menjelek-jelekkan agama lain malah menambah LDM-nya maka ia tidak lagi menjelek-jelekkan agama lain, lebih melihat ke perkembangan batin, marahnya berkurang, lebih sering mengalah bila terjadi percekcokkan, punya hobi baru(meditasi),
miras rokok dll sudah stop sejak tahun pertama belajar, bila ada kesempatan retreat vipassana dia pasti ikut.
thanks gan buat sharingnya...bagus berarti ada perubahan dari teman anda. :) Lalu bagaimana dengan orangtuanya apakah ikut terpengaruh oleh anaknya untuk belajar Dhamma atau keluarga mereka sudah Buddhis?
Quote from: hatRed on 14 May 2009, 10:10:04 PM
kenapa gak cuba cari korban di Yayasan Buddha Tzu Chi.. ;D
biasanya kan sekeluarga tuh yg ikutan... ;D
wow nice idea gan...
thanks gan di Surabaya ada teman gue yang bukan Buddhis tapi sama bosnya sering diajak buat membantu Buddha Tzu Chi kalo lagi berderma...hehehe
Quote from: hatRed on 14 May 2009, 11:52:00 AM
keknya cide cocok tuh jadi bahan penelitian.. ;D
bolehh.. bolehh topp \;D/\;D/\;D/
Quote from: hide_x893 on 14 May 2009, 07:29:13 AM
_/\_
Perkenalkan saudara-saudara sebangsa dan setanah air...
Saya Adi SD Adalah Mahasiswa Psikologi UBAYA Semester 8 (yang tidak lulus2 alias kebingungan dengan topik saya sendiri) :'(. Tema besar dari topik saya dalah tentang keluarga. Saya ingin mengetahui apakah Dhamma yang diterapkan dalam kehidupan berkeluarga dapat membawa kebahagiaan dalam keluarga dan diri anda sendiri? ataukah justru sebaliknya Anda menjadi Egois, Mudah marah, dll
Metode penelitian yang saya gunakan adalah kualitatif. Dalam Sudikin (2002), dijelaskan bahwa karakter khusus penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan keunikan individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian yang saya lakukan, saya ingin memperoleh pemahaman utuh bagaimana sebuah keluarga dapat hidup bahagia dengan menjalankan (praktek) Dhamma. Jadi saya ingin mengetahui pengalaman-pengalaman dari saudara-saudara dan teman-teman se-dhamma untuk bisa saling berbagi apapun tentang keluarga kalian atau keluarga teman kalian yang Buddhis sebagai masukan (bahan) buat penelitian saya untuk kelulusan saya menjadi Sarjana Psikologi :-[
:lotus:
Dengan ini saya sangat Berterimakasih atas partisipasi kalian untuk mau berbagi dalam forum ini ^:)^ 8)
NB: Dimohon untuk para junker tidak dulu berkeliaran di thread saya >:D
dan juga saya sangat terbuka dengan kritikan dan saran demi kemajuan penelitian ini :)
Buat Om Momod maap kalo salah tempat, saya butuh tempat yang ramai sehingga banyak partisipan yang akan sharing disini. Terima Kasih ;D
hmm... wnya share yaa...\;D/\;D/\;D/
Keluargaku semuanya Buddhis, Nenek Buddhis, cuman lebih condong budaya Tionghoanya(mungkin bisa dikatakan Kong hu cu sepertinya... masih melekat tradisi2 Tiong hoanya...^^), Klo ayah Buddhis sekedar Buddhis gitu...(istilah lainnya blum kenal2 kali..), Klo iiku Buddhis, aktif di suatu organisasi Buddhis...
sudah dulu... dah mo gantian ma kk kompnya... bsk w usahain lanjutin postingannya...klo gak berhalangan... ;D ;D ;D
sori setengah2 sharingannya... ^:)^ ^:)^ ^:)^
btw cide domisili dimana ya??? makasih sis buat sharing...ditunggu kelanjutannya :D
Quote from: hide_x893 on 14 May 2009, 07:29:13 AM
_/\_
Perkenalkan saudara-saudara sebangsa dan setanah air...
Saya Adi SD Adalah Mahasiswa Psikologi UBAYA Semester 8 (yang tidak lulus2 alias kebingungan dengan topik saya sendiri) :'(. Tema besar dari topik saya dalah tentang keluarga. Saya ingin mengetahui apakah Dhamma yang diterapkan dalam kehidupan berkeluarga dapat membawa kebahagiaan dalam keluarga dan diri anda sendiri? ataukah justru sebaliknya Anda menjadi Egois, Mudah marah, dll
Metode penelitian yang saya gunakan adalah kualitatif. Dalam Sudikin (2002), dijelaskan bahwa karakter khusus penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan keunikan individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian yang saya lakukan, saya ingin memperoleh pemahaman utuh bagaimana sebuah keluarga dapat hidup bahagia dengan menjalankan (praktek) Dhamma. Jadi saya ingin mengetahui pengalaman-pengalaman dari saudara-saudara dan teman-teman se-dhamma untuk bisa saling berbagi apapun tentang keluarga kalian atau keluarga teman kalian yang Buddhis sebagai masukan (bahan) buat penelitian saya untuk kelulusan saya menjadi Sarjana Psikologi :-[
:lotus:
Dengan ini saya sangat Berterimakasih atas partisipasi kalian untuk mau berbagi dalam forum ini ^:)^ 8)
NB: Dimohon untuk para junker tidak dulu berkeliaran di thread saya >:D
dan juga saya sangat terbuka dengan kritikan dan saran demi kemajuan penelitian ini :)
Buat Om Momod maap kalo salah tempat, saya butuh tempat yang ramai sehingga banyak partisipan yang akan sharing disini. Terima Kasih ;D
udah coba tanya rekan di KMBB UNAIR lom? mereka khan ada Fakultas Psikologi tuh.....
lanjutt... ;D ;D ;D
ccku Buddhis juga, akhir2 ini sering ikut kegiatan tzu chi, kkku Buddhis, akhir2 ini sering ikut acara Dhamma Talk gitu... ;D ;D ;D lalu wnya juga Buddhis ;D ;D ;D , dd wnya juga Buddhis, beberapa akhir ini ada ikut ke sekolah minggu\;D/\;D/\;D/
iiku aktif di organisasi Buddhis tetapi sepertinya masih belum begitu menerapkan Buddha Dhamma dalam keseharian...
tetapi saya akui, mungkin semenjak masuk organisasi Buddhis gitu, iiku dah gak gitu pemarah... \;D/\;D/\;D/
dulu waktu wnya kecil, wnya merasa ii wnya lebih galak...^^"" ii wnya pernah makan vegetarian, ada sampai 1 tahun lebih klo gak salah... :-? :-? :-?
karena ii wnya makan vg, biar sekalian, sayur rantangnya pun diganti yang vegetarian...
lalu, karena sayur rantangnya terlalu dikit porsinya, dan masakan temen ii wnya bisa dibilang enak, maka ii wnya berlangganan sayur rantang sama temennya... sayur rantang sama temen ii wnya bukan vg, cuman kebykan sayurnya, gak gitu lama kelamaan, ii wnya gak bervg lagi...
lalu, cc wnya, baru2 ini cc w sering ikut kegiatan tzu chi, cc w bilang sama wnya, katanya semenjak ianya ikut kegiatan tzu chi gitu, ia merasa menjadi lebih mempedulikan org lain, daripada sebelumnya... ;D ;D ;D
cc wnya juga ada ajak sayanya ikut kegiatan tzu chi, tapi wnya gak bisa, karena setiap hari minggunya ikut ii wnya ke Dhamma for family, jadi wnya gak bisa ikut...
cc w seneng ikut kegiatan tzu chi...\;D/\;D/\;D/\;D/ wnya juga turut senangg...\<^0^>/
kk wnya, akhir2 ini sering sama teman2nya ikut acara Dhamma Talk gitu...
lalu wnya, wnya kenal Dhamma (mendalami Dhamma), semenjak kelas satu SMP, waktu wnya pindah sekolah... waktu waisak skul ikut jadi anggota puja, belajar baca Paritta, baca2 buku Dhamma yg ada di perpus... belajar lagu2 Buddhisnya dari buku klas 6 SD yg di belakangnya ada lagu2 Buddhis(belajar nyanyinya pake recorder :P , walau nadanya salah2... :P :P soalnya main recorder gak pande nada rendahnya... jadinya pake nada biasa :P :P :P , tapi enak didenger juga lhoo... ;D ;D ;D ) lalu klas 3 SMPnya dah beli buku2 Buddhis sendiri gitu, tuk dibaca\;D/\;D/\;D/
dan di klas 3 SMP merupakan saat2 wnya sering pergi ke Vihara, ikut acara Dhamma gitu\;D/\;D/\;D/ diajak ma ii wnyaa...\;D/\;D/\;D/ bisa dibilang klas 3 ini saat2 yg jaya... :P :P :P
wnya senang ke viharaa... ;D ;D ;D bisa denger Dhamma, baca Paritta sama Meditasi...\;D/\;D/\;D/
rasanya tentram...\;D/\;D/\;D/
walau musti ngerelain kartun kesukaan(Battle B-Daman yg lagi seru2nya waktu itu :P ), tapi wnya senangg, mungkin manfaatnya sangat terasa sekali dari prestasi wnya yaa...^^/
waktu klas 3 semester 2nya wnya dapet juara 2\;D/\;D/\;D/
menurut saya, itu karena keadaan pikiran saya yang tentram, tenang, damai gitu... ;D ;D ;Dkarena membaca paritta, denger Dhamma, meditasi, lebih membuat hati tentram
sehingga belajarpun jadi terasa mudah karena pikiran yang tenang... \;D/\;D/\;D/
wnya menduga ada beberapa faktor yang membuat prestasi wnya baik :
- Guru2nya... wali kelas wnya waktu itu baikk orgnyaa\;D/\;D/\;D/(klo nilai kami ada yg jeblok, ia tanyakan kok bisa begitu, lalu ngasih solusinya, lain kali...<=gitu2... ;D ;D ;D ) guru fisikanya juga baikk\;D/ suka melucu..^^, guru mate juga baikk...^^/ karena guru2nya baik, membuat diri jadi semakin termotivasi
- sering ke vihara, dan acara2 Dhamma gitu... Jadinya batin tentram... sehingga belajar gitu, tidak stres... :P :P :P mungkin... Pelajaran jadi mudah ditangkap...\;D/\;D/\;D/
- Karena makan vg :)) :)) :)) :P , soalnya ketika wnya klas 3, sayur rantangnya vg, otomatis diri sendiri juga vg... :P , tapi asik dipaksa makan daging...^^"" kata nenek, makan daging baru ada tenaga... tapi wnya bandel... gak mo nurut... :P :P :P, tapi krn wnya gak makan daging, nenek masak jadi jarang taruh dagingg\;D/\;D/ tapi masa2 kini sering taruh udang kecil... :| :| :| :| , tapi udangnya gak i makan... :P :P :P wnya kasih kucing.... ^-^ ^-^ ^-^ :P :P :P , sekaligus berdana ma merekaa... :P , srg diomeli ngasih hewan makan... :p but, i gak peduli... :p(kena marah, ntar ngasih lagi, diem2... :P ) waktu dl awal2nya msh srg tergoda ma indomie... :P , baunya harum... mencium aroma indomienya thira, kdg tergoda juga... :P tapi lama2 lama2, si indomie gak mempan lagi godain wnyaa... 8) 8) 8)
tapi wnya sampe skrg tetep gak mau makan daging dari hasil pembunuhan makhluk hidup...T__T, kecuali krn beberapa hal... kemarin temen ultah, makan steak... :( , tapi wnya habisin juga steaknya....
waktu itu nenek ultah juga, wnya disuruh makan... tapi wnya gak mauT_T", hanya makan beberapa aja...(kedengarannya mungkin ekstrim banget yoo...^^"", tapi wnya tetep gak mauu...Y__Y)
dah jauh juga w ceritanyaa... ::) ::) ::) ::) ::)
kata org makan vg bisa pintar<<=kata orang... klo menurut wnya sih, mungkin karena ada hal tertentu dalam sayur yg buat otak jadi encer kali yaa.... ato sebaliknya ada hal tertentu dalam daging hewan yg membuat pikiran seseorang jadi macet2...
tapi mungkin juga sugesti dari orang2 akan hal tsb jadi mempengaruhi secara tidak langsung... ;D ;D ;D
mungkin sajaa... ;D ;D ;D
:backtotopic:
Belajar Buddha Dhamma buat wnya jadi lebih kuat\;D/, tabah\;D/, tegar\;D/, semangat\;D/, senangg \;D/\;D/\;D/
dan lagi, dulu wnya waktu SD sering main berkelahi2 ma saudara w, thira... :P :P :P
berantem ecek2 jadinya benerann... :P :P :P ^^""
dulu thira suka ngilangi uang, wnya ngomel2 terus, jadinya sampe berantamm ma thira... :)) :)) :))
slalu wnya yg menang... :P :P :P
thira sendiri juga ngerasain efek dari wnya belajar Buddha Dhamma lhoo... ^-^ ^-^ ^-^ :P
dulu klo thira salah sikit, wnya suka mukul2 dia... jambak2 gitu... gigit, cubit... pokoknya jadi bisa berantamm... :P :P :P
berkat wnya belajar Buddha Dhamma, si thira juga turut aman dan nyaman... :)) :P :P
oh iya, berkat ii w jugaa^^/ ngajak wnya ke vihara, denger Dhamma, dllsbgnya...
bsk baru lanjut lagi...^^""
off dl... dah kemalaman...^^""" _/\_
tinggal copas yg di atas, skripsi selesai
Quote from: markosprawira on 15 May 2009, 08:42:50 PM
udah coba tanya rekan di KMBB UNAIR lom? mereka khan ada Fakultas Psikologi tuh.....
belum gan thanks sarannya :D
Quote from: Indra on 16 May 2009, 02:37:46 AM
tinggal copas yg di atas, skripsi selesai
heheehee...seandainya bisa begitu gan :D
btw w ama wn itu kepanjangan apa ya??? aga pusing mbacanya :)
btw thanks ya cide buat ceritanya... ^:)^
:( wow yang read banyak tapi yang berpatisipasi dikit ya
sori oot gan, btw vaness wu itu agamanya apa ya gan???(tidak bermaksud apa..soalnya beberapa tahun lalu saya membaca majalah buddhis vaness seorang buddhis lha tapi tiga hari ini dia ke Surabaya bersama lampu dkk, ada di berita japos (maap tidak pake nama merknya) hehehe ;D jadi bingung
:( kok sepi yah sundul ah..ayo masuk2 para suhu2 mohon pencerahannya
ngak ngerti ;) ^:)^
Kok bikin kuali tapi nggak interview????
Hmm...setahu saya kalau kuali pake interview. Kuanti pake kuesioner. Apa sekarang jaman udah canggih yah boleh kualitatif pake forum???
Kalau saya sih nggak bakalan dilulusin kalau gini...(dulu waktu kuliah yang kualitatif bikinnya berat2, misal dinamika psikologis orang ODHA, anak yang di-abused, penderita kanker, dsbdsb)....makanya ngambil kuanti aja, siapin kuesioner, cek reliabilitas n validitas blabla pake program.
Udah nyampe bab berapa sih skripsina?
Bro...
Jujur saja yah nggak berbasa-basi lagi. Menurut saya scoop kamu terlalu luas dengan subjek penelitian yang terlalu kecil. Seharusnya scoop diperkecil atau subjek diperbanyak (misal diganti ke kuantitatif).
Menurut saya kalau toh dipaksakan, skripsi kamu tidak reliabel dan valid nantinya, bagaimana mungkin kamu bisa mengukur tingkat pengetahuan dan penghayatan buddha dhamma 5 orang subjek dan kemudian menggeneralisasikannya???
saya hanya bikin poll ini sis buat sekedar data amatan saja..saya bukan butuh hasil poll sebenarnya saya lebih butuh hasil sharingnya..memang benar terlalu luas...tapi begitu memang kuali njelimet...saya sudah ga bisa pindah kekuanti karena nantinya proses admin nya ruwet...karena Proposal kuali saya sudah disetujui wah harus berusaha keras... terima kasih atas masukannya... ya kuali lebih ke interview..lebih tepatnya depth interview... kalo skripsi masih mbulet di bab I kalo masalah teori beres...subjek juga masih bingung cari gimana
Quote
thanks gan buat sharingnya...bagus berarti ada perubahan dari teman anda. :) Lalu bagaimana dengan orangtuanya apakah ikut terpengaruh oleh anaknya untuk belajar Dhamma atau keluarga mereka sudah Buddhis?
Ibunya sih ada perubahan tapi tidak banyak, cuman lebih seneng aja anaknya gak kaya dulu lagi. suka bangga-banggain perubahan anaknya. sempet ada sedikit ketakutan kalo anaknya bakal ningalin dia jadi bhikkhu.
Menurut saya sih biarpun in-depth tetep tralu luas sih bro..kalo saya waktu S1 psikologi di untar sih kek-nya ga bakalan lolos tralu lebar size-nya...
Sudah menerapkan 5 W 1 H belum??
Biasanya sih bisa lebih mudah buat bikin skripsi.
udah diisi tuh poolnya..
\;D/ \;D/ \;D/
** ikut gaya Citteraneh
^atass :hammer:
klo sekeluarga blajar Buddhism pasti enak... ;D ;D ;D
nenek saya pasti gak mikir w ke tempat lain(pdhl mo ke acara Dhamma, dikirain boong, mo ke tempat lain..T__T""", pdhl seingatku saya gak pernah boong...T__T""", malah dicurigai..(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2Fonion030.gif&hash=3e01f47b31f4cdc707821e4999092ee958eb28e7) , apa krn kejadian waktu kecil itu yaa... :-? :-? :-? )
pasti damai... satu keluarga pasti bahagia..^^
nenek gak mikir w pergi sembarangan... ke acara Dhamma, pasti dikasih aja... 8-> 8-> 8->
(paham nenek: gak denger ceramah, asal hidup baik2 saja dah cukup gitu...)
karena blajar Dhamma, pasti berusaha tidak membenci, mendendam, iri hati gitu...
pasti damai... tenang jugaa... ;D ;D ;D
setiap harinya mempraktekkan Dhamma bersama, tidak ada selisih paham(yang dpr menimbulkan pertengkaran),
menjalankan Sila sama2,
pasti bahagiaaa \;D/\;D/\;D/
Masalah yang dihadapi pasti akan lebih mudah diselesaikan dengan ketabahan, keteguhan, ketegaran, dkk \;D/\;D/\;D/
misal : Keluarga menerapkan sistim hemat2... membeli barang seperlunya sajaa...
Ketika krisis ekonomi sedang melanda, pasti sekeluarga tetap tenang saja.. \;D/\;D/\;D/
karena hanya beli seperlunya saja, keuangannya pasti masih tdk banyak digunakan(byk simpanan/ sisa), uang yg ada sering dilakukan untuk berdana kepada mereka yang kurang mampu(perasaan senang krn membantu org lain), <<=perasaan turut bahagia itu saja sudah cukup(bagi mereka), tidak menginginkan banyak hal... merasa bahagia dengan menjalankan sila, mendidik anaknya dengan penuh cinta kasih, kesabaran, sehingga sang anak pun dapat tumbuh dengan baik... senang melihat org lain bahagiaa...
terlihat bahagiaa...(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2Fonion028.gif&hash=f3a6f768e5888af84ae99cc7a7a199d555dd5e54)
moga yg w post ini membantu yoo broo..\^0^/\;D/\;D/\;D/ walau hanya sedikit membantu, dah senang bisa membantuu...(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2Fonion059.gif&hash=453d12bad9dae41040e9bb47bb5bdfe6ff48737a)
Metta Cittena,
Citta _/\_
Quote from: Yuri-chan on 20 May 2009, 09:10:58 PM
Menurut saya sih biarpun in-depth tetep tralu luas sih bro..kalo saya waktu S1 psikologi di untar sih kek-nya ga bakalan lolos tralu lebar size-nya...
gimana ya sis enaknya..masih bingung juga :) ^:)^ thanks
thanks sis udah diberi pengalamannya :D...nanti kalo buth saya kontek2 lagi hehehe
^sama2 brooo...^^/ ntar klo butuh, tak perlu ragu2 ataupun sungkan... akan kubantu sebisakuu\;D/\;D/\;D/
Metta Cittena,
Citta _/\_
sis cide...btw, prinsip2 buddhis apa yang sis praktekan? trims