obyek adalah netral......jangan menyalahkan obyeknya...... tetapi bagaimana manage bathin kita...
I always become hate the buddha and want to be a christian when someone say like that to me.
Tp terima kasih sekali sdh berusaha membantu
Itu hak anda mau menganut agama apa saja...dan juga hak anda mau membenci ato memberikan cinta kasih... tidak ada yang memaksakan dan tidak ada yang melarang juga...... dan tidak perlu mengancam saya dengan akan pindah agama...hehhehe..... karena bagi saya tidak ada urusannya seseorang itu mau beragama apa saja...tetapi yang penting adalah memanage bathin kita.... agama hanyalah label... dan label bagi saya tidak penting....
Apa yang saya katakan diatas adalah soal bagaimana kita melihat obyek....yang bersifat INSIDE-OUT. Nah ada penjelasan dari teman yang saya rasa sangat bagus:
======
Disini, siswa Sang Buddha, memiliki keseimbangan-batin yang kuat, ditengah semua BADAI yang ada, baik itu berupa HINAAN, CERCAAN, CACIAN, MAKIAN, KEMARAHAN, KEBENCIAN, juga sangat tenang-seimbang dalam menghadapi GODAAN, RANGSANGAN-KENAFSUAN, dan lain-lain bentuk dari luar.
Disaat orang2 lain mencaci didepannya, ia mendengar CACI-MAKI itu, tapi ia… MENDENGAR hanya sekedar MENDENGAR, tidak ada emosi yang mencampuri pikirannya, ia tidak marah, ia tidak sedih, ia tidak mengumpat, ia tidak menangis, tapi ia : TENANG…SEIMBANG… .
Disaat orang2 lain menghina ia, ia mendengar HINAAN itu, tapi ia… MENDENGAR hanya sekedar MENDENGAR, tidak ada emosi yang mencampuri pikirannya, ia tidak marah, ia tidak sedih, ia tidak mengumpat, ia tidak menangis, tapi ia : TENANG…SEIMBANG… ,
Disaat di depannya ada objek-rangsangan-inderawi, semisal seorang perempuan cantik, dengan kulit mulus, dengan suara merdu, dengan olesan2 bau harum semerbak…, maka ia… MELIHAT sekedar MELIHAT, MENDENGAR ( suara merdu ) sekedar MENDENGAR ( suara merdu )…, MEMBAUI/ MENCIUM ( bau harum dari tubuh ) sekedar MEMBAUI / MENCIUM ( bau harum dari tubuh )…, tidak ada EMOSI yang berperan dalam pikirannya… tidak timbul kenafsuan, tidak timbul keter-rangsang-an..
Inside-out, mengandung muatan “KEBIJAKSANAAN” dalam menghadapi dunia.
Sedangkan “Pelarian-diri”, disana tidak ada unsur “KEBIJAKSANAAN”.
Apakah dengan seseorang melarikan diri dari masalah hidup, dengan mabuk-mabukan, dengan minuman-keras, maka, batinnya terbebas dari beban2 masalah ? Tidak, setelah efek “Ekstase” dari obat2 bius / minuman keras tersebut hilang, batinnya masih berkecamuk, masih tak tahu arah harus melangkah, masih frustasi. Mengapa ? Karena batinnya tidak : TENANG…SEIMBANG…, di dalam menghadapi kasunyatan hidup ; batinnya masih GOYAH, mudah di-OMBANG-AMBING-kan oleh setiap fenomena apapun dari luar ( permasalahan2 hidup ). Orang2 seperti ini adalah orang2 yang masih berpola “OUTSIDE-IN”, setiap masalah datang, maka ia akan “SHOCK”, goncang, dan mencari pelarian2, sampai yang paling ekstrim, misal : BUNUH-DIRI.
Sedangkan “inside-out”, ia dengan TENANG…SEIMBANG… menghadapi deraan badai dunia… . Saat ia dikhianati teman2nya, ia tidak goyah, tidak sedih, tidak marah, tidak depressi. Saat berbagai permasalahan hidup mendera, ia tidak goyah, tidak sedih, tidak marah, tidak depresi. Meskipun bertubi-tubi badai datang silih berganti, ia tidak pernah “MELARIKAN-DIRI” lalu mendekati minum2an keras, obat2an, dan lain2… . Ia dengan “gagah-berani” menghadapi semua badai tersebut, TENANG..SEIMBANG… .
Nah, justru orang2 yang ber-”inside-out” ini, mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang mendera dirinya dengan “BIJAKSANA”, dan mampu menemukan solusi2 bagi masalahnya, mampu menentukan arah langkah yang jauh lebih baik untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan berbahagia
Orang2 yang telah memiliki “KEBIJAKSANAAN” seperti ini, batinnya akan terbebas dari setiap permasalahan, tidak akan mudah “patah” meski diterpa angin topan seperti apapun, tidak “rapuh”…
=================