Pikiran

Started by Johsun, 09 March 2009, 01:55:52 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

coedabgf

#60
Kutipan dari coedabgf :
[at]  kelana
sinkretisme? (pikiran adalah pelopor, kata ini muncul karena sudah adanya (gambar) kecurigaan karena dibentuk oleh/berasal dari  (kesaksian) bentukan dunia juga)
oh tidak..., saya punya iman saya sendiri, dan yang saya coba jelaskan adalah proses menuju kepada pengalaman keMutlakan. (dan itu bukanlah hal yang salah)


kutipan dari kelana :
Kecurigaan?? Lebih tepatnya kewaspadaan
Anda bisa mengklaim apa saja, Sdr. Coedabgf, itu adalah hak anda dan itu juga berdasarkan pikiran anda sendiri. Ingat pikiran adalah pelopor iya kan. 
Bagi pikiran saya yang sederhana ini, jelas tulisan anda berada dalam konsep eksperimen sinkretisme. Loh tau dari mana?? Dari Pengalaman dari berdiskusi dengan beragam orang sehingga saya bisa melihat pola kejanggalan dan kontradiksi. Dan perlu dicatat bahwa saya tidak menilai langsung pribadi anda sebagai seorang sinkretisme, tetapi tulisan anda yang berkonsep seperti itu. Di dunia maya ini siapapun bisa menulis apapun yang berbeda dari apa yang sesunguhnya, iya toh.



Penjelasan :
Iya benar  pikiran adalah pelopor. Seperti pada tulisan anda bisa juga itu adalah
Kecurigaan?? Lebih tepatnya kewaspadaan
jelas tulisan anda berada dalam konsep eksperimen sinkretisme. Loh tau dari mana?? Dari Pengalaman dari berdiskusi dengan beragam orang sehingga saya bisa melihat pola kejanggalan dan kontradiksi. Dan perlu dicatat bahwa saya tidak menilai langsung pribadi anda sebagai seorang sinkretisme, tetapi tulisan anda yang berkonsep seperti itu. Di dunia maya ini siapapun bisa menulis apapun yang berbeda dari apa yang sesunguhnya, iya toh.
Atau apakah ada motif lainnya? <---kecurigaan?? Bukan, tapi kewaspadaan.

Seperti tulisan saya yang anda kutip yaitu :
pikiran adalah pelopor, kata ini muncul karena sudah adanya (gambar) kecurigaan karena dibentuk oleh/berasal dari  (kesaksian) bentukan dunia juga.
Dimana pada tulisan tersebut saya sudah mengingatkannya, dapat menanggalkan.

.................

Kutipan dari kelana :
Jika anda memiliki iman sendiri, misalnya, andaikan, umpama iman seorang Kristiani, Muslim, Hindu atau lainnya mengapa anda memerlukan Sutta dan Sutra Buddha untuk mendukung opini, pendapat, atau apapun juga klaiman anda? Mengapa tidak menggunakan Injil, Al Quran, Veda, dll sesuai dengan iman anda? Apakah anda kehilangan iman terhadap kitab tersebut? Atau memang kitab tersebut tidak menampung hasil opini atau pengalaman anda? Sayangnya sutta ataupun sutra juga menepis opini atau pengalaman anda? Atau apakah ada motif lainnya? <---kecurigaan?? Bukan, tapi kewaspadaan.
Dan perlu dicatat juga Sdr. Coedabgf, disadari atau tidak, seseorang yang masuk dalam sinkretisme juga membentuk kepercayaan tersendiri, bahkan bisa membentuk iman dan kitab tersendiri. Sekali lagi, disadari atau tidak.



Penjelasan :
Seperti sudah saya tulis sebelumnya juga bahwa 'oh tidak..., saya punya iman saya sendiri, dan yang saya coba jelaskan adalah proses menuju kepada pengalaman keMutlakan. (dan itu bukanlah hal yang salah)'.
Dan apa yang saya jelaskan adalah seperti apa yang sudah saya tulis juga yaitu untuk membagi pengetahuan yang baik apalagi benar atas proses pengenalan akan yang Mutlak.
Tahap/dimensi 1 : Hati yang murni (bebas dari kekhayalan/atta diri) dan kasih (pintu gerbang keBuddhaan/keTuhanan)
Tahap/dimensi 2 : Masuk dalam kondisi yang Mutlak (Nibanna)
Tahap/dimensi 3 : Hidup didalam sifat yang Mutlak (keBuddhaan)

Dan klo bisa dapat meluruskan praktek-praktek jalan umat seperti inti yang murni yang guru Buddha maksudkan dalam ajaranNya. Seperti perumpamaan yang sudah saya tulis :
Seperti anak panah yang ditembakan mengarah bukan pada tujuan, tidak akan pernah tiba ke tujuan. Dan
Semua (masih) hanyalah kekhayalan
Mau keluar kekhayalan memakai kekhayalan
Menyelami yang sejati (masih) terikat pada yang terkondisi
Menilai yang Mutlak dari (keterbatasan) pengalaman persepsi kemelekatan (pada) yang sementara


..................

kutipan dari kelana :
Dan perlu dicatat juga Sdr. Coedabgf, disadari atau tidak, seseorang yang masuk dalam sinkretisme juga membentuk kepercayaan tersendiri, bahkan bisa membentuk iman dan kitab tersendiri. Sekali lagi, disadari atau tidak.



Penjelasan :
Seperti sudah saya tulis sebelumnya juga bahwa 'oh tidak..., saya punya iman saya sendiri, dan yang saya coba jelaskan adalah proses menuju kepada pengalaman keMutlakan. (dan itu bukanlah hal yang salah)'.
Tidak ada praktek kepercayaan apapun yang sifatnya duniawi seperti yang banyak dilakukan umat/awam Buddhist yang saya rujuk dilekat, murni dengan ketulusan 'good hope and love' saya mencoba membagi pengetahuan meluruskan pandangan atau pengetahuan jalan sehingga tidak terjadi seperti perumpamaan anak panah dan syair 'semua (masih) hanyalah kekhayalan'. Apakah saya ada mencampur-adukan kepercayaan? Adakah hal yang salah?


semoga dapat menjadi bahan yang baik untuk perenungan kedalam diri
good hope and love
iKuT NGeRumPI Akh..!

coedabgf

nanti sambung lagi penjelasan jawaban berikutnya.
iKuT NGeRumPI Akh..!

markosprawira

QuoteTahap/dimensi 1 : Hati yang murni (bebas dari kekhayalan/atta diri) dan kasih (pintu gerbang keBuddhaan/keTuhanan)
Tahap/dimensi 2 : Masuk dalam kondisi yang Mutlak (Nibanna)
Tahap/dimensi 3 : Hidup didalam sifat yang Mutlak (keBuddhaan)

Sutta-nya plis?

hatRed

makin lama makin ngawur...

apa hubnya ma pikiran...
i'm just a mammal with troubled soul



wen78

Quote from: Johsun on 09 March 2009, 01:55:52 PM
Apakah kekuatan pikiran dapat mempengaruhi sebuah kejadian?
Ataukah kejadian yang mempengaruhi pikiranku?
ato kah pikiranlah yg mempengaruhi pikiran itu sendiri?

kemana pikiran itu berada, disanalah "ia" berada.
Thoughts are like bubbles that form and dissolve in clear water - Niguma
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

coedabgf

#65
 [at] oshin
kemana pikiran itu berada, disanalah "ia" berada.

no.
thoughts are like bubbles that form and dissolve in clear water.
there is a clear water as a base truth of all. what's clear water?
jika pikiran dibilang just form and dissolve, adakah atau dapatkah kita mencari kebenaran atau kemutlakan terlekat didalam/kepada (keberadaan/pengetahuan) pikiran itu sendiri?
itulah seperti perumpamaan yang sudah saya tulis :
Seperti anak panah yang ditembakan mengarah bukan pada tujuan, tidak akan pernah tiba ke tujuan.
dan
Semua (masih) hanyalah kekhayalan
Mau keluar kekhayalan memakai kekhayalan
Menyelami yang sejati (masih) terikat pada yang terkondisi

Menilai yang Mutlak dari (keterbatasan) pengalaman persepsi kemelekatan (pada) yang sementara
seperti yang banyak dilakukan umat/awam Buddhist didalam keterlekatan memakai/bertumpu pada (kekuatan keberadaan) kekhayalan tuk terbebas kekhayalan didalam kebijaksanaan pengetahuannya dalam kenyataan prakteknya.


semoga menambah pandangan terang
good hope and love
iKuT NGeRumPI Akh..!

Johsun

Dengan nama Allah,
setahu i, bhwa nabi2 gak akan lg diadili.
Krna nabi dan rasul adalah utusan Tuhan, dalam membawa perintah dan larangan Tuhan kpda manusia.
Dalam hadist, kalau ga salah memang menyebt nabi isa adalah hakim yang adil di masa akhr zaman.
Tapi nabi isa pun adalah utusan Tuhan, bukan Tuhan.
Masak para nabi diadili sesama nabi? ?
Nabi Rasul adalah utusan, jd gak mungkin bakal diadili.
Jika ada hadist yg sebutkan dmikian kalau para nabi diadili oleh nabi isa, maka mesti dilhat apakah hadist itu tergolong shahih atau palsu?
Sebgai hakim,  yesus pun pernah bersabda dalam yg ditulis injil yohanes, ia berkata:

"Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri. Aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan penghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku."(yohanes 5:30)

karena itu nabi isa menghakimi bukan semata2 brdasar kehendak pribadinya, melainkan kehendak Tuhan Allah SWT.
Sampai ia berkata tidak dapat berbuat apa2 dari diri beliau sendiri.

CMIIW.FMIIW.

coedabgf

#67
ya..., bro cari, dalami, renungkan dan pelajari saja di  kitab bro  dan seperti yang sudah saya tulis renungkan dengan secara jujur dan hati terbuka untuk mencari the Truth (kebenaran sesungguhnya), bukan segala apa yang sudah dibangun oleh (keangkuhan) manusia. seperti yang bro sudah tulis 'Jika ada hadist yg sebutkan demikian kalau para nabi diadili oleh nabi isa, maka mesti dilhat apakah hadist itu tergolong shahih atau palsu?'. siapakah atau  yang manakah yang palsu?. klo misalnya bro (sudah merasa oleh alasan apapun) gak mau lagi menggali mencari lagi, sebenarnya bro sudah terbangun/dibangun oleh apa atau siapa?

hanya saran yang semoga berguna
iKuT NGeRumPI Akh..!

coedabgf

#68
dan klo dibilang palsu, makanya saya himbau bro cari dari kitab bro.  :o
seperti yang pernah saya tulis yang dibutuhkan adalah keinginan/kerinduan kejujuran, ketulusan dan kemurnian diri untuk mencari/menggali mendapatkan the Truth/kebenaran. Seperti dalam buddhisme tidak ada lagi (menanggalkan) cekatan atta diri, sehingga tidak dalam penguasaan (pengaburan, kebingungan dan kekacauan) lobha dosa dan moha, seperti yang terjadi dalam pengajaran/diskusi-diskusi.

good hope and love
iKuT NGeRumPI Akh..!

wen78

Quote from: coedabgf on 13 March 2009, 01:20:43 PM
[at] oshin
kemana pikiran itu berada, disanalah "ia" berada.

no.
thoughts are like bubbles that form and dissolve in clear water.
there is a clear water as a base truth of all. what's clear water?
jika pikiran dibilang just form and dissolve, adakah atau dapatkah kita mencari kebenaran atau kemutlakan terlekat didalam/kepada (keberadaan/pengetahuan) pikiran itu sendiri?
itulah seperti perumpamaan yang sudah saya tulis :
Seperti anak panah yang ditembakan mengarah bukan pada tujuan, tidak akan pernah tiba ke tujuan.
dan
Semua (masih) hanyalah kekhayalan
Mau keluar kekhayalan memakai kekhayalan
Menyelami yang sejati (masih) terikat pada yang terkondisi

Menilai yang Mutlak dari (keterbatasan) pengalaman persepsi kemelekatan (pada) yang sementara
seperti yang banyak dilakukan umat/awam Buddhist didalam keterlekatan memakai/bertumpu pada (kekuatan keberadaan) kekhayalan tuk terbebas kekhayalan didalam kebijaksanaan pengetahuannya dalam kenyataan prakteknya.


semoga menambah pandangan terang
good hope and love



in my opinion, the base truth of all isn't the clear water. the base truth of all is the clear water form bubbles and bubbles dissolve in clear water. the clear water is just a clear water.

khayalan adalah hasil bagian dr pemikiran itu sendiri seperti bubbles itu sendiri. tinggal mo mempertahankan bubbles itu terus menerus ato let the bubbles dissolve...

so..... just let it flow... :))
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

hatRed

bused pusing neh...  8-} bahasanya pada tingkat tinggi semua....

^:)^ harap terjemahkan ke bahasa rakyat jelata... ^:)^
i'm just a mammal with troubled soul



ENCARTA

proses hujan gimana?

coedabgf

clear water does not form bubbles. itu akibat pengaruh dari luar.
sungguh the clear water is just clear water, dasar dari segala keberadaan segala sesuatunya yang tidak timbul tenggelam. just like atta's being (as bubble) and boddhi cita (as clear water), tetapi manusia/awam melihat (the bubbles) apa yang terlihat sebagai nyata (seolah-olah sebagai keberadaan yang sejati), oleh karena apa? oleh karena dari sudut pandang the bubbles (diri atta yang anicca dukkha anatta) sebagai keberadaan diri (yang nyata/sejati).


so..... just let it flow...

flow in form as bubbles, flow in samsara world always!?!  :o
makanya seperti aku bilang siapakah yang sudah tercerahkan klo gitu?
iKuT NGeRumPI Akh..!

Gunawan

Quote from: markosprawira on 13 March 2009, 09:14:53 AM
QuoteTahap/dimensi 1 : Hati yang murni (bebas dari kekhayalan/atta diri) dan kasih (pintu gerbang keBuddhaan/keTuhanan)
Tahap/dimensi 2 : Masuk dalam kondisi yang Mutlak (Nibanna)
Tahap/dimensi 3 : Hidup didalam sifat yang Mutlak (keBuddhaan)

Sutta-nya plis?

Keq na tdk ada di Sutta Sang Buddha , Ajaran yg di Uncarkan Bro Coedabgf lebih bersifat Esoteris dari pemahaman individu.

_/\_
Gunawan S S
Yo kho Vakkali dhamma? passati so ma? passati; yo ma? passati so dhamma? passati.
Dhammañhi, vakkali, passanto ma? passati; ma? passanto dhamma? passati"

coedabgf

sabar bro gun nti aye cari dah. sutta apapun bisa dijelaskan koq.
iKuT NGeRumPI Akh..!