Ajaran Buddha pasti : Ada Tuhan Pencipta

Started by kuang, 19 February 2009, 09:50:51 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hatRed

suatu saat seorang kiayi dan pendeta sudah tidak tahan karena banyak umatnya yang pergi dan sudah tidak percaya lagi sama Allah dan Tuhan.

lalu dia sekonyong2nya menuduh saya yg atheist ini memprovokasi umat mereka yg pergi itu tanpa dasar dan sebab yg jelas.

daripada diladenin ya saya ajak debat aja.

salah satu bagian yg menarik adalah saat mereka menawarkan Tuhan atau Allah mereka :))

kata mereka, kalo orang yg percaya pasti masuk surga dan yg gak percaya gak bakal masuk surga.

nah kata mereka, anggaplah saya(yg atheist ini 8) ) benar maka setelah mati gak masuk neraka ataupun surga.

tapi kalo saya (si Kiayi ma Pendeta) itu benar maka anda bakal masuk neraka.

trus kata mereka bareng2, "Nah kalo gitu kan gak ada ruginya kalo percaya ma Tuhan".

setelah itu saya merenung, sangat merenung.............

saya pun berpikir, lalu setelah lama berpikir panjang lebar, saya pun menghela napas.

saya katakan kepada mereka...

"Baiklah, saya akui saya memang salah.... selama ini saya sudah membuat pak Kiayi dan Pendeta susah, serta orang2 semuanya... saya memang bersalah :("

"Maafkan lah aku....... :'( aku tidak bermaksud jahat.... "
"Saya akan mengakui dosa saya...........

"Oh.. pak Pendeta dan Kiayi serta umat manusia di seluruh dunia ini, maafkanlah saya..

maafkanlah karena saya tidak menjawab doa-doa anda :( , saya sangat egois... oh pak Kiayi dan pak Pendeta... saya katakan hal ini kepada anda semua.. bawasannya "



Saya lah Tuhan atau Allah yang anda maksud


"maka itu, hormatilah saya, sembahlah saya, sujudlah saya... berikan saya uang  $-) , serta perawan perawan cantik anda akan saya jadikan selir seks saya  =P~  "

"Dan bagi mereka yang mempercayai saya, saya janjikan surga di hari kematian mereka, dan bagi mereka yang tidak percaya sama saya, saya akan kutuk mereka dalam neraka abadi"

AYOOOO.......... KIAYI dan PENDETA......... BERIKANLAH UANGMU dan PERAWANMU... TOH TIDAK ADA RUGINYA KALAU SAYA BENAR BUKANNN.................   ^-^



:)) ^:)^ :)) ^:)^  =)) =))

i'm just a mammal with troubled soul



K.K.

Quote from: kuang on 19 February 2009, 11:26:02 AM
cara kita berkomunikasi kita dengan TUHAN berbeda menurut kepercayaan masing2 ya.
percaya atau tidak kita akan sadar ketika mencoba membuka hati kita untuk TUHAN, terima dia, anda akan tau. rasa sakit atau asin tidak bisa dijelaskan dengan kata, tapi setelah kita coba kita merasakan nya.... kita jadi tau... dan ketika kita perlu yang asin kita cari garam, karena kita tau, garam akan memberikan asin. ketika kita mengalami kesusahan. TUHAN akan membantu kita ketika kita berdoa kepada NYA.
NAMASTE

Kalau aliran "sesat" seperti Children of God yang melakukan seks massal, itu merasakan Tuhan yang valid ga?



Nah, sekali lagi anda tidak membuat perbandingan yang benar.
Sebutlah ada dua orang berjalan melewati kuburan malam2. Yang satu PERCAYA pada hantu dan takut luar biasa. Yang satunya lagi TIDAK PERCAYA hantu, jadi santai-santai saja. Nah, karena yang percaya ini ketakutan, maka dia jalan dengan penuh gelisah, ada gerak dikit sudah ngompol karena dipikir hantu. Kemudian hari mereka mengobrol tentang hantu. Yang bilang hantu itu ada mengatakan MERASAKAN kehadiran hantu waktu berjalan di kuburan dan temannya itu TIDAK MERASAKAN kehadiran hantu karena TIDAK MEMBUKA HATI terhadap hantu.

Menurut anda, bodoh atau tidak orang itu?

Berbeda dengan rasa asin. SIAPAPUN orang itu, apakah dia PERCAYA adanya rasa asin atau tidak, kalau makan garam sesendok PASTI akan "merem-melek" karena ke-asin-an. Itu bedanya Objektif dan Subjektif, Bro.





ENCARTA

Quote from: hatRed on 19 February 2009, 11:31:32 AM
suatu saat seorang kiayi dan pendeta sudah tidak tahan karena banyak umatnya yang pergi dan sudah tidak percaya lagi sama Allah dan Tuhan.

lalu dia sekonyong2nya menuduh saya yg atheist ini memprovokasi umat mereka yg pergi itu tanpa dasar dan sebab yg jelas.

daripada diladenin ya saya ajak debat aja.

salah satu bagian yg menarik adalah saat mereka menawarkan Tuhan atau Allah mereka :))

kata mereka, kalo orang yg percaya pasti masuk surga dan yg gak percaya gak bakal masuk surga.

nah kata mereka, anggaplah saya(yg atheist ini 8) ) benar maka setelah mati gak masuk neraka ataupun surga.

tapi kalo saya (si Kiayi ma Pendeta) itu benar maka anda bakal masuk neraka.

trus kata mereka bareng2, "Nah kalo gitu kan gak ada ruginya kalo percaya ma Tuhan".

setelah itu saya merenung, sangat merenung.............

saya pun berpikir, lalu setelah lama berpikir panjang lebar, saya pun menghela napas.

saya katakan kepada mereka...

"Baiklah, saya akui saya memang salah.... selama ini saya sudah membuat pak Kiayi dan Pendeta susah, serta orang2 semuanya... saya memang bersalah :("

"Maafkan lah aku....... :'( aku tidak bermaksud jahat.... "
"Saya akan mengakui dosa saya...........

"Oh.. pak Pendeta dan Kiayi serta umat manusia di seluruh dunia ini, maafkanlah saya..

maafkanlah karena saya tidak menjawab doa-doa anda :( , saya sangat egois... oh pak Kiayi dan pak Pendeta... saya katakan hal ini kepada anda semua.. bawasannya "



Saya lah Tuhan atau Allah yang anda maksud


"maka itu, hormatilah saya, sembahlah saya, sujudlah saya... berikan saya uang  $-) , serta perawan perawan cantik anda akan saya jadikan selir seks saya  =P~  "

"Dan bagi mereka yang mempercayai saya, saya janjikan surga di hari kematian mereka, dan bagi mereka yang tidak percaya sama saya, saya akan kutuk mereka dalam neraka abadi"

AYOOOO.......... KIAYI dan PENDETA......... BERIKANLAH UANGMU dan PERAWANMU... TOH TIDAK ADA RUGINYA KALAU SAYA BENAR BUKANNN.................   ^-^



:)) ^:)^ :)) ^:)^  =)) =))



gak perlu doa lagi ( tuhan kan maha pemberi dan pemaaf ) ^-^

kuang

Quote from: HokBen on 19 February 2009, 11:13:19 AM
Quote from: hatRed on 19 February 2009, 11:01:07 AM
[at] Kuang

ente dibayar berapa ma Tuhan, >:D

ngemeng2 Tuhan ente yg namanya siape :D

dah musim pemilu neh... Tuhan ente nomor berapa :)) sini tak aye coblos

tanda bahwa KPU gagal dalam sosialisasi pemilu...
pemilu 2009 cara memilih caleg adalah contreng 1x pada baris nama caleg saja.
contreng 2x di dua baris, contreng di gambar parpol + i baris nama, coblos ==> surat suara tidak sah...

:outoftopic:

:backtotopic:

kalo tuhan itu memang ada, kenapa bisa ada hitler?
- kalo tuhan ada dan maha pengasih & penyayang, kok tuhan ga bisa kendaliin hitler ciptaannya sampe2 membunuh 6 juta ciptaannya yg laen? (tuhan ga sayang sama 6 juta yahudi)
- kalo tuhan ada dan maha tahu, kok tuhan tetep ciptain hitler, padahal tahu kalo hitler bakal jadi kejam gitu? ( tuhan ga bisa thu kalo hitler bakal bunuh 6 juta orang)
- kalo tuhan ada dan maha kuasa, kok tuhan ga kendaliin hitler sebelum jadi diktator? (tuhan ga sanggup kendaliin ciptaanya sampe2 hitler bunuh 6 juta ciptaannya yg laen)

Holocaust atau pembunuhan masal orang Yahudi tidak akan pernah terlupakan. Suatu tragedi terbesar mengerikan yang pernah terjadi di sejarah umat manusia dan Hitler adalah aktor antagonis utamanya. Adolf Hitler dan rezim-nya bertanggung jawab atas tewasnya 6 juta kaum Yahudi. Peristiwa ini juga merupakan sebagai sebuah hukuman untuk kaum Yahudi.

Sebenarnya bangsa Israel adalah bangsa yang terpilih, seperti yang difirmankan oleh Tuhan melalui Musa :

"Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi." (Keluaran 19:5)

"Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi." (Ulangan 28:1)

Tetapi bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, mereka selalu saja menentang Tuhan. Dan jika mereka tidak mendengarkan suara TUHAN, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, maka mereka pasti akan mendapatkan ganjarannya.

Untuk menghukum kaum Yahudi, Tuhan memilih seseorang yang juga merupakan keturunan Yahudi, yang lahir di Austria, yaitu Adolf Hitler. Ketika Perang Dunia I meletus, Hitler turut serta pada usia 25 tahun sebagai pengantar pesan dalam pasukan Infantri Resimen Bavaria ke-16, dan ia merupakan salah satu orang yang paling beruntung di medan pertempuran. Pernah suatu kali resimennya bertemu pasukan Inggris dan Belgia di dekat Ieper (bahasa Perancis: Ypres), resimennya kehilangan 2.500 dari 3.000 orang, tewas, luka-luka atau hilang dan Adolf Hitler lolos tanpa luka sedikitpun, dan beberapa kali ia berdiri di satu tempat dan kemudian berpindah ke tempat lain, yang beberapa detik kemudian tempat dimana dia sebelumnya berdiri kejatuhan bom.

"Dan jikalau hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu tidak mau mendengarkan Daku, maka Aku akan makin menambah hukuman atasmu sampai tujuh kali lipat setimpal dengan dosamu." (Imamat 26:21)

"TUHAN akan menghajar engkau dengan kegilaan, kebutaan dan kehilangan akal" (Ulangan 28:28)

Tragisnya ialah saat-saat pengejaran dan pembunuhan terhadap kaum Yahudi yang dilakukan oleh Nazi selama dalam perang dunia ke-2 yang kemudian dikenang dengan tragedi Holocaust ini. Sekejap dalam kurun waktu yang singkat, Hitler mampu membinasakan jutaan orang. Bahkan pemusnahan ini mencapai kisaran enam jutaan umat Yahudi. Tindakan rasis yang dilakukan oleh Hitler ini telah membuat terperangah bangsa-bangsa diseluruh penjuru dunia.

Peristiwa yang kelam itu tidak membuat mereka jera. Presiden Venezuela, Hugo Chavez menyebut gempuran Israel ke Libanon sebagai pembunuhan massal. "Israel kerap mengkritik Hitler, tapi yang mereka perbuat sama, bahkan lebih jelek," katanya.

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad juga pernah mengatakan untuk melenyapkan Israel dari peta dunia. Mungkin pada saat itulah bangsa Israel akan kembali ke Mesir untuk kedua kalinya.

"TUHAN akan membawa engkau kembali ke Mesir dengan kapal, melalui jalan yang telah Kukatakan kepadamu: Engkau tidak akan melihatnya lagi, dan di sana kamu akan menawarkan diri kepada musuhmu sebagai budak lelaki dan budak perempuan, tetapi tidak ada pembeli." (Ulangan 28:68)

berarti itu waktu perang ya...
ini semua terjadi karena perbuatan manusia jg, mengapa bisa terjadi peristiwa begitu...
tidak mau percaya akan Adanya TUHAN
melawan TUHAN
kenapa harus mempertahankan orang yang melawan dia?
setelah ini semua terjadi, orang yang dipilih TUHAN akan mendapat hukuman jg, dia tidak bebas begitu saja... tetapi setelah dia selesai, dia akan kembali ke samping TUHAN

kuang

Tuhan & Ajaran Sang Buddha

BERBICARA MENGENAI KONSEP, SEKILAS dalam benak kita terbayang teori-teori yang kental kaitannya dengan sesuatu yang diteliti, dikaji, diperdebatkan, dan juga diyakini. Dalam konteks artikel ini, konsep yang dibahas adalah tentang tuhan. Secara umum pandangan yang ada menganggap seseorang yang beragama pasti atau harus mempunyai "satu Tuhan yang diakui". Konsep tuhan dari sudut pandang ini sangat jelas memersonifikasikan Tuhan, jadi tuhan dirupakan sebagai sosok atau makhluk seperti halnya manusia. Keyakinan akan konsep ini tentunya bukan sesuatu yang asing bagi kita, karena sejak kecil kita sudah mendapat modal yang kuat akan konsep tuhan sebagai makhluk adidaya yang mencipta alam semesta beserta seluruh isinya dari pendidikan di sekolah maupun lingkungan sekitar
kita.

Yang sulit adalah ketika kita mendapatkan kebenaran akan sesuatu konsep yang telah demikian lama mengakar dalam pikiran kita, bahwa konsep yang kita yakini selama ini ternyata keliru atau salah. Sulitnya karena kemelekatan kita pada konsep tersebut (bahwa tuhan dipandang sebagai sosok atau pribadi pengatur dan pencipta alam semesta dan isinya) telah begitu kuat. Jika kemelekatan (keyakinan) kita terhadap konsep itu begitu kuatnya maka kita akan selalu menjadi pendebat seluruh konsep yang ada walaupun konsep yang lain mungkin menawarkan sudut pandang yang sebenarnya.

Kontroversi

Sejauh ini masih banyak yang mempertanyakan, dalam Buddhis itu tuhannya yang mana, bagaimana pula karakteristiknya. Mengapa pula dalam sutta-sutta ataupun ceramah Dhamma konsep tentang tuhan ini sangat jarang disinggung. Bagaimana sesungguhnya konsep mengenai Tuhan dalam Agama Buddha? Mengapa perlu membahas tentang konsep ini? Menurut ahli-ahli di luar negeri, dikatakan bahwa agama Buddha dimasukkan sebagai agama yang Agnostik dan tidak mengenal tuhan pencipta. Selain itu, menurut para Atheis, dikatakan bahwa Buddhisme tidak bisa disebut sebagai agama karena tidak adanya tuhan dan segala macamnya, namun lebih cenderung ke filosofi. Sedangkan menurut historisnya, dikatakan bahwa di Indonesia, Walubi terpaksa menggunakan sebutan Sanghyang Adi Buddha sebagai tuhan dalam agama Buddha karena tekanan dari pemerintah.

Teori

Menjawab berbagai kontroversi tentang pemaknaan tuhan yang sesungguhnya dalam agama Buddha sudah sepatutnya menjadi tugas kita bersama sebagai penganut ajaran Buddha. Karena itu, dalam pembahasan berikut ini akan diuraikan dasar-dasar pandangan non-Buddhis terhadap konsep tuhan dalam Buddhisme, istilah-istilah yang digunakan untuk memperjelas mengenai teori ketuhanan dalam Buddhisme, dan bagaimana pandangan Sang Buddha mengenai konsep tuhan itu sendiri. Jawaban Sang Buddha kelak akan menguak tabir misteri tentang Atta dan doktrin penolaknya, Anatta (doktrin tiada inti diri).

Istilah agnostik, theis, dan atheis

Seorang agnostik adalah seorang yang percaya bahwa ada 'sesuatu' yang di luar pikiran manusia. Di sisi lain, seorang agnostik mungkin percaya mungkin pula tidak percaya pada 'tuhan'. Jadi seorang agnostik bisa sebagai seorang theis ataupun seorang atheis. Istilah 'gnostic' atau 'agnostic' dibuat oleh philsuf-pemikir Thomas Huxley pada tahun 1869. 'Gnostic' berasal dari akar kata 'gnosis', artinya 'mengetahui' (to know). Dengan kata lain, seseorang agnostik mengakui ketidaktahuannya mengenai keberadaaan 'tuhan'. Menurut mereka, 'tuhan' mungkin saja ada, tetapi akal tidak dapat membuktikan keberadaan ataupun ketidakberadaannya.

Dalam teori Buddhis, memang tidak dikenal adanya konsep tuhan dengan definisi sebagai pencipta dan pengatur alam semesta beserta segala isinya dengan watak atau sifat-sifat seperti manusia yang bisa marah, senang, benci, sayang, dsb, sehingga agama Buddha sering disebut atheis. Tentunya jawaban ini sangat tidak memuaskan beberapa pihak dan orang-orang yang sudah terlanjur melekat pada pandangan tuhan sebagai pribadi atau makhluk yang agung, tinggi, dan super power, di mana menuntut setiap agama harus mempunyai konsep yang sama seperti itu. Sayangnya, cara pandang kita sebagai penganut ajaran Buddha terhadap konsep tuhan ini memang sangat berbeda dibanding agama-agama lainnya.

Tuhan dalam agama Buddha didefinisikan sebagai yang mutlak, maka jika meminta definisi tuhan sebagai yang mutlak ini, kita dapat merujuk pada uraian Sang Buddha tentang Nibbana yang ada pada Sutta Pitaka, Udana VIII:3. Dalam hal ini agama Buddha termasuk agama theistik. 'Yang Mutlak' sendiri adalah istilah falsafah, bukan istilah yang biasa dipakai dalam kehidupan keagamaan. Dalam kehidupan keagamaan, 'Yang Mutlak' itu sendiri disebut dengan 'tuhan yang maha esa'.

'Tuhan' sebagai tujuan akhir

Agama Buddha boleh-boleh saja dikatakan atheis karena jika melihatnya hanya dari sudut pandang personal, agama Buddha memang tidak ber-'tuhan'. Karena jelas-jelas agama Buddha memegang teguh konsep anatta (doktrin tiada inti diri/aku/jiwa yang kekal) yang merupakan salah satu bagian penting dari 3 corak umum yang universal (tilakkhana). Jika melihat definisi Tuhan dari sudut pandang impersonal (bukan pribadi), maka dalam ajaran Buddha terdapat Nibbana yang bisa disamakan dengan konsep Tuhan karena Nibbana adalah tujuan yang tertinggi dan termulia yang ingin dicapai oleh seorang penganut ajaran Buddha.

Tujuan akhir dari kita belajar, memperdalam pemahaman tentang Dhamma Sang Buddha, dan mempraktekkannya pun sesungguhnya karena kita menginginkan kebebasan yang mutlak, menuju pada pencapaian pencerahan yang tertinggi, yaitu Nibbana. Sama halnya dengan pandangan umum agama lain yang ingin mencapai atau berada di sisi 'tuhannya' setelah meninggal (tujuan akhirnya). Inilah sebabnya kita bisa menggunakan konsep Nibbana untuk mendefinisikan Tuhan dalam agama Buddha karena peranannya sebagai tujuan akhir, sama dengan peranan tuhan dalam agama-agama lainnya.

Hakekat ketuhanan

Dengan mengetahui bahwa tuhan dalam agama Buddha sesungguhnya tujuan akhir yang perlu kita capai sebagai pemeluk ajaran Buddha, maka merupakan sesuatu yang mutlak bagi kita untuk mengenali bagaimana hakekat ketuhanan (sifat-sifat tuhan) itu sendiri. Adapun hakekat ketuhanan dalam agama Buddha adalah tidak berkondisi dan terbebas dari Lobha, Dosa, dan Moha. Karena tidak berkondisi dan terbebas dari Lobha, Dosa, dan Moha, maka sifat-sifat tuhan adalah maha esa, karena hanya satu-satunya, dan mahasuci, karena terbebas dari Lobha, Dosa, dan Moha.

Karena itu, tuhan bisa dikatakan bersifat impersonal (bukan pribadi), yaitu memahami yang mutlak/tuhan sebagai anthropomorphisme (tidak dalam ukuran bentuk manusia) dan anthropopatisme (tidak dalam ukuran perasaan manusia). Jika masih berpandangan bahwa tuhan bersifat tidak impersonal, maka berarti masih berkondisi, yang berarti masih ada dukkha. Dengan demikian, bisa timbul pandangan bahwa "tuhan dapat disalahkan", sehingga kita tidak dapat mendudukkan tuhan dalam proporsi yang sebenarnya dan mengaburkan kembali pandangan yang semula bahwa 'tuhan' adalah yang tertinggi, mahasuci, mahaesa, mahatahu, dsb.

Yang mutlak (tuhan) dalam agama Buddha tidaklah dipandang sebagai sesuatu pribadi puggala adhitthana), yang kepadanya umat Buddha memanjatkan doa dan menggantungkan hidupnya. Agama Buddha mengajarkan bahwa nasib, penderitaan dan keberuntungan manusia adalah hasil dari perbuatannya sendiri di masa lampau, sesuai dengan hukum kamma yang merupakan satu aspek Dhamma.

Definisi dan asal muasal kata "tuhan"

Dilihat dari agama dan kepercayaan yang ada, Tuhan/Dei/Deos/God/ Thien pada intinya memiliki pengertian penguasa, pengatur alam semesta yang berkepribadian yang dipercaya memiliki super power. Kepercayaan akan adanya tuhan dimulai dengan konsep politheis atau banyak tuhan dengan tugas-tugas tertentu seperti kepercayaan Mesir dan Yunani kuno.

Belakangan manusia mulai berpikir bahwa tuhan yang jumlahnya banyak tersebut tidaklah efektif lagi karena mengurangi kredibilitas sesuatu yang super power. Selain itu timbul pemikiran perlunya tuhan tertinggi untuk mengatur tuhan-tuhan yang lain yang merupakan cermin dari hirarki kerajaan. Akhirnya terbentuklah konsep monotheis, tuhan yang satu.

Etimologi (asal kata) 'tuhan' dalam bahasa Melayu juga memiliki sejarahnya sendiri. Kata 'tuhan' berasal dari kata 'tuan', sama artinya dengan kata 'lord' dalam bahasa Inggris, sama artinya dengan kata 'gusti', yaitu seseorang sebagai tempat mengabdikan diri.

Hal ini dapat kita buktikan dengan mengamati dalam bahasa Jawa, seperti 'gusti raja', 'gusti putri' yang kemudian muncul istilah 'gusti allah'. Selain itu juga dari satu sumber disebutkan, bahwa sebelum perkataan 'Tuhan' diperkenalkan kepada rakyat Indonesia, rakyat Indonesia telah ber-tuhan, akan tetapi tidak disebut dengan perkataan 'tuhan'. Di Jawa dikenal perkataan 'pangeran'. Perkataan 'pangeran' itu mempunyai akar kata 'her', 'tempat diam untuk menghadap orang tua'; kata kerjanya 'angher', 'tinggal pada suatu tempat untuk mengabdi'; maka perkataan 'pangeran' berarti 'yang diikuti, yang diabdi'. Dalam hal ini tidak ada unsur memohon, meminta sesuatu, mengharapkan sesuatu dari 'Pangeran', akan tetapi karena mengabdi dan mengikuti, maka pasti akan diperoleh berkah atau buah (pahala). Tuhan atau pangeran dalam bahasa Jawa sering digambarkan sebagai : "gesang tanpa roh; kuwaos tanpa piranti; tan wiwitan datan wekasan; tan kena kinaya ngapa; ora jaman ora makam; ora arah ora enggon; adoh tanpa wangenan; cedak tanpa gepokan (senggolan); ora njaba ora njero; lembut tan kena jinumput; gede tan kena kinira-kira",

yang artinya :
"Hidup tanpa roh; kuasa tanpa alat; tanpa awal tanpa akhir; tak dapat diapa-siapakan; tak kenal jaman maupun perhentian; tak berarah tak bertempat; jauh tak terbatas; dekat tak tersentuh; tak di luar tak di dalam; halus tak terpungut; besar tak terhingga".

Kedatangan bangsa Barat dengan membawa agama Nasrani dan usaha menerjemahkan Injil khususnya kata 'lord' () ke dalam bahasa Melayu, memberikan perubahan kata 'tuan' menjadi 'tuhan'. Hal ini terjadi karena kata 'tuan' memiliki konotasi yang sifatnya duniawi, dan dengan diubahnya kata tersebut menjadi kata 'tuhan' akan memberikan konotasi yang sifatnya spiritual.

Bagaimana dengan Buddhisme? Pada dasarnya dalam Buddhisme tidak terdapat ajaran mengenai tuhan dalam pemahaman pengertian sebagai penguasa, pengatur alam semesta yang berkepribadian yang dipercaya memiliki super power.

Tidak ada satupun pengertian dari 'tuhan' di atas yang dapat kita jumpai dalam teks-teks awal Buddhisme, kecuali beberapa sifat tertentu. Beberapa waktu yang lalu di Sri Lanka, timbul suatu gerakan protes untuk menghilangkan istilah tuhan dalam kurikulum sekolah, di mana istilah tuhan ini merupakan produk agama Nasrani yang juga mewabah di Sri Lanka.

Penggunaan kata 'tuhan' dalam agama Buddha di Indonesia merupakan suatu bentuk kompromi politik, di mana Indonesia hanya mengakui agama yang bertuhan meskipun tidak dijelaskan definisi atau pengertiannya apakah harus seragam, dan agama Buddha di Indonesia perlu menyesuaikan diri. Kemudian muncul istilah Sanghyang Adi Buddha yang oleh sebagian orang dianggap sebagai tuhan yang bisa melihat, mendengar, memberkahi, sehingga digunakan dalam upacara pengambilan sumpah seorang umat Buddha dalam sistem kenegaraan.

Sebenarnya jika kita melihat dan memerhatikan sila pertama Pancasila Dasar Negara Indonesia yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kita tidak bisa mengatakan dan mengartikannya bahwa Indonesia mengakui adanya satu tuhan, tetapi mengakui sifat-sifat tuhan yang mutlak. Kata "ketuhanan" merupakan kata yang memiliki awalan 'ke-' dan akhiran '–an', ketika suatu kata dasar diberi imbuhan awalan 'ke-' dan akhiran '–an' maka kata tersebut memiliki perubahan arti.

Dalam hal ini kata 'tuhan' yang merupakan kata benda ketika ditambah dengan awalan 'ke-' dan akhiran '–an' akan berubah menjadi kata sifat. Dengan kata lain, kata 'ketuhanan' berarti sifat–sifat atau hal-hal yang berhubungan dengan tuhan, bukan tuhan itu sendiri.

Kata 'maha' berasal dari bahasa Sanskerta/ Pali yang bisa berarti mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata 'maha' bukan berarti 'sangat'. Jadi adalah salah jika penggunaan kata 'maha' dipersandingkan dengan kata seperti besar menjadi maha besar yang berarti sangat besar.

Kata 'esa' juga berasal dari bahasa Sansekerta/Pali. Kata 'esa' bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata 'esa' berasal dari kata 'etad' yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata 'ini' (this – Inggris). Sedangkan kata 'satu' dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sansekerta maupun bahasa Pali adalah kata 'eka'. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah 'eka', bukan kata 'esa'.

Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti tuhan yang hanya satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya, Ketuhanan Yang Maha Esa berarti sifat-sifat luhur/mulia tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur/mulia, bukan tuhannya.

Dan apakah sifat-sifat luhur/mulia (sifat-sifat tuhan) itu? Sifat-sifat luhur/mulia itu antara lain: cinta kasih, kasih sayang, jujur, rela berkorban, rendah hati, memaafkan, dan sebagainya. Dan ajaran agama Buddha mengandung semua hal itu. Dengan dasar acuan mengenai sifat-sifat Tuhan dalam agama Buddha, di mana peranannya sebagai tujuan akhir yang mutlak dicapai oleh semua makhluk, dan juga dari definisi serta asal kata 'Tuhan' itu sendiri secara historis dan harfiah seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya konsep tuhan dalam agama Buddha sama sekali tidak bertentangan sila pertama dasar negara Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, maupun UUD '45 pasal 29 ayat 1 dan 2.

Lebih jauh, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha kita dapatkan dari sabda-sabda Sang Buddha, seperti yang dituliskan dalam Kitab Udana : "Atthi bhikkhave ajatam abhutam akatam asankhatam,no ce tam bhikkhave abhavisam ajatam abhutam akatam asankhatam, nayidha jatassa bhutassa katassa sankhatassa nissaranam pannayatha. Yasma ca kho bhikkhave atthi ajatam abhutam akatam asankhatam, tasma jatassa bhutassa katassa sankhatassa nissaranam pannaya'ti"

yang artinya:
"Para bhikkhu, ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Para bhikkhu, bila tak ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka tak ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu". (Udana,VIII: 3)

Untuk memahami 'yang mutlak' ini, seseorang harus mengembangkan pengertiannya, dari pengertian duniawi (lokiya) sampai memperoleh pengertian yang mengatasi duniawi (lokuttara), yang hanya dapat dicapai oleh insan yang sadar, yang telah membebaskan diri dari cengkeraman kamma dan kelahiran kembali. Pengertian ini tidak dapat dimiliki oleh manusia yang batinnya masih dicengkeram oleh keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kegelapan batin (moha).

Dengan demikian, jelaslah bahwa agama Buddha benar-benar mengajarkan keyakinan terhadap tuhan yang maha esa, yang mutlak. Hal ini penting sebagai penegasan kepada mereka yang mengira bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan keyakinan terhadap tuhan yang maha esa dan dengan sendirinya agama Buddha dianggap tidak berlandaskan pada ketuhanan yang maha esa.

Sampai di sini, pembahasan kembali pada sifat-sifat tuhan dalam agama Buddha, yaitu tidak berkondisi dan terbebas dari lobha, dosa, dan moha. Dan dalam Buddhis, hal ini dikenal dengan Nibbana. Untuk mengetahui apakah sesuatu yang tidak berkondisi ini benar-benar ada, maka dapat digunakan acuan berdasarkan Kitab Suci Tipitaka, logika (Anumana: melihat yang tidak terlihat dari yang terlihat), dan mengalami langsung (merealisasi). Bagaimana menuju perealisasian Nibbana adalah tergantung pada usaha kita, dan untuk itu kita perlu memahami satu doktrin penting yang diajarkan Guru Agung kita, yaitu ajaran tentang anatta.

Gunawan

 [at] Bro Kuang Yth = Sadarkah anda bahwa Diskusi ini tidak akan membawa pada satu titik penyelesaian. ada 2 Kelompok;

1 . Kelompok Kuang = Yakin adanya Tuhan tetapi tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan itu ada.

2. Kelompok Anak DC = Yakin Tidak ada Tuhan tetapi tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada.

Jadi untuk apa di perdebatkan? Lebih baik anda jalani saja kehidupan anda dengan benar berdasarkan apa yang kamu yakini bersama Tuhan mu. Nanti kalau kamu sudah benar-benar bertemu dengan TUHAN nanti, anda boleh bercerita kpd kami.... =))

_/\_
Thanks & Best regards
Gunawan S S
Yo kho Vakkali dhamma? passati so ma? passati; yo ma? passati so dhamma? passati.
Dhammañhi, vakkali, passanto ma? passati; ma? passanto dhamma? passati"

hatRed

saya bisa tuh membuktikan Tuhan tidak ada :whistle:
i'm just a mammal with troubled soul



johan3000

Kalau TUHAN ada....

customer servicsnya

bakal

berkwalitas TUHAN...........

maksudnya.....


dimana saja, kapan saja, selalu COCA-COLA!.



Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

K.K.

Bro kuang, Buddhisme memang punya konsep Ketuhanan, tetapi bukan Ketuhanan Personal yang bisa mengirimkan Hitler menghukum orang lain, ataupun mengetuk pintu hati manusia.

Satu lagi, kalau mau posting tentang agama lain, silahkan di Board Buddhisme dan kepercayaan lain.

HokBen

Quote from: kuang on 19 February 2009, 11:40:31 AM
Quote from: HokBen on 19 February 2009, 11:13:19 AM
kalo tuhan itu memang ada, kenapa bisa ada hitler?
- kalo tuhan ada dan maha pengasih & penyayang, kok tuhan ga bisa kendaliin hitler ciptaannya sampe2 membunuh 6 juta ciptaannya yg laen? (tuhan ga sayang sama 6 juta yahudi)
- kalo tuhan ada dan maha tahu, kok tuhan tetep ciptain hitler, padahal tahu kalo hitler bakal jadi kejam gitu? ( tuhan ga bisa thu kalo hitler bakal bunuh 6 juta orang)
- kalo tuhan ada dan maha kuasa, kok tuhan ga kendaliin hitler sebelum jadi diktator? (tuhan ga sanggup kendaliin ciptaanya sampe2 hitler bunuh 6 juta ciptaannya yg laen)

Holocaust atau pembunuhan masal orang Yahudi tidak akan pernah terlupakan. Suatu tragedi terbesar mengerikan yang pernah terjadi di sejarah umat manusia dan Hitler adalah aktor antagonis utamanya. Adolf Hitler dan rezim-nya bertanggung jawab atas tewasnya 6 juta kaum Yahudi. Peristiwa ini juga merupakan sebagai sebuah hukuman untuk kaum Yahudi.

Tetapi bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, mereka selalu saja menentang Tuhan. Dan jika mereka tidak mendengarkan suara TUHAN, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, maka mereka pasti akan mendapatkan ganjarannya.

Untuk menghukum kaum Yahudi, Tuhan memilih seseorang yang juga merupakan keturunan Yahudi, yang lahir di Austria, yaitu Adolf Hitler.

gw potong karena OOT...

Quote
berarti itu waktu perang ya...
ini semua terjadi karena perbuatan manusia jg, mengapa bisa terjadi peristiwa begitu...
tidak mau percaya akan Adanya TUHAN
melawan TUHAN
kenapa harus mempertahankan orang yang melawan dia?
setelah ini semua terjadi, orang yang dipilih TUHAN akan mendapat hukuman jg, dia tidak bebas begitu saja... tetapi setelah dia selesai, dia akan kembali ke samping TUHAN

1. kalo beneran tuhan itu ada, berarti tuhan ga maha tahu, waktu memilih yahudi jadi "bangsa terpilih" , ga tahu bahwa di kemudian hari ternyata "bangsa terpilih" itu akan menentangnya
2. kalo beneran tuhan itu ada, berarti tuhan ga maha adil, kok milih cuma ras yahudi? knapa ga indian? kok cuma satu ras ciptaannya yg diistimewakan jadi "bangsa terpilih".. kok ga ciptain semua bangsa itu baek2, alim2, jadi semuanya bisa jadi "bangsa terpilih"...
3. kalo beneran tuhan itu ada, berarti tuhan ga maha kuasa, kalo emang udah tahu yahudi menentang dia, kok ga "menggerakkan" atau "membuka" hati ciptaannya supaya "kembali ke pangkuannya"... ato tuhan ga sanggup mengendalikan ciptaannya sendiri ( ga maha kuasa )
4. kalo beneran tuhan itu ada, berarti tuhan ga maha pengasih, apa semua 6 juta yahudi itu menentang tuhan? masa cuma karena menentang trus dibantai? ga ada cara yg lebih halus apa?
5. kalo beneran tuhan itu ada, tuhan ga tau yg namanya management punish and reward, kalo dia udah pake hitler untuk "perpanjangan tangan" tuhan menghukum yahudi, kok pas hitler digempur sekutu ga dibantuin, malah dibiarin hitler mati konyol bunuh diri? mana rewardnya setelah "dimanfaatin" oleh tuhan?

hatRed

iya neh.. topik ini menyesatkan... lebih baik dipindahkan..
i'm just a mammal with troubled soul



purnama

cuman mengingatkan Kalian bahas sesuatu yang tidak ada intinya itu yang ada kekecewaan dan emosi aja. Nanti ujung - ujungnya lobha. Inget sabha sang buddha ketika ditanya Tentang Tuhan. apa yang dikatakan beliau ?. menghindarkan

Kuang saya kan udah kasih tau kamu Ada atau tidaknya Tuhan itu bukan menjadi masalah. Yang penting tuh pikirin cara kamu isi hidup kamu, jangan sia - siakan berdiskusi sesuatu hal yang ngak ada intinya.

Kamu juga Hat Red, dia mau percaya ngak masalah kenapa kamu permasalahkannya. Seperti Dua orang bodoh yang meributkan sesuatu yang tidak ada hasilnya

Mau kamu Percaya ngapain paksa orang untuk percaya, Mau tidak percaya ngapain paksa orang Tidak percaya, Sama aja seperti dua orang bodoh memaksakan kehendak aja

_/\_

ENCARTA

tenang hitler uda banyak berdoa kok sebelum bunuh diri

dijamin deh, meskipun semasa hidup suka mencuri, merampok, membunuh, memperkosa, dst...
pasti masuk surga.. amin ;D

g.citra

Bro Kuang,

Tuhan ada bagi yang berpikir dia ada dan tuhan tidak ada untuk orang yang tidak berpikir tentang dia...

Masalahnya seberapa pentingnyakah membahas soal ada atau tidak adanya tuhan ??

hatRed

Quote from: purnama on 19 February 2009, 11:57:25 AM
cuman mengingatkan Kalian bahas sesuatu yang tidak ada intinya itu yang ada kekecewaan dan emosi aja. Nanti ujung - ujungnya lobha. Inget sabha sang buddha ketika ditanya Tentang Tuhan. apa yang dikatakan beliau ?. menghindarkan

Kuang saya kan udah kasih tau kamu Ada atau tidaknya Tuhan itu bukan menjadi masalah. Yang penting tuh pikirin cara kamu isi hidup kamu, jangan sia - siakan berdiskusi sesuatu hal yang ngak ada intinya.

Kamu juga Hat Red, dia mau percaya ngak masalah kenapa kamu permasalahkannya. Seperti Dua orang bodoh yang meributkan sesuatu yang tidak ada hasilnya

Mau kamu Percaya ngapain paksa orang untuk percaya, Mau tidak percaya ngapain paksa orang Tidak percaya, Sama aja seperti dua orang bodoh memaksakan kehendak aja

_/\_

sorry om,
dari gaya ney orang (si kuang) posting serta kalimatnya emang gak ada maksud baek..

wajar kalo saya defense.. ;D

lagian dari tadi saya gak maksa maksa kok, cuma reflek aja :whistle:
i'm just a mammal with troubled soul