Akar perpecahan

Started by truth lover, 17 February 2009, 06:50:37 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

naviscope

Quote from: chingik on 19 December 2009, 01:23:25 PM
Quote from: bond on 19 December 2009, 09:53:38 AM
Menarik sekali....

Saya juga ada pertanyaan karena minimnya pengetahuan saya tentang jataka dari Theravada dan Mahayana.

Apa yang saya mengerti bodhisatta terlahir menjadi hewan adalah karena hasil kamma lalu. Kalau menurut mahayana Bodhisatva terlahir menjadi hewan karena adhitana dan bukan kelahiran konvensional, itu yg saya tangkap maksudnya CMIIW.

Nah pertanyaannya.

1. Jika seorang bodhisatta terlahir menjadi hewan bisakah menjadi Harimau atau binatang carnivora?

2. apakah hewan carnivora memakan binatang lain menimbulkan kamma buruk juga.?

3. Jika boddhisatta ketika menjadi binatang, dan kelihatannya binatang yg istimewa memiliki welas asih terhadap makhluk lainnya dan dalam jataka pun terlihat memiliki kesadaran khusus. Maka pertanyaanya adalah ketika menjadi Harimau atau binatang carnivora lainnya( jika memang pernah terlahirkan sebagai carnivora) maka dimana ke-welas asihan sebagai bodhistava yg memiliki keistimewaan kesadaran welas asih ketika menjadi binatang?

Pertanyaan ini saya ajukan kepada kedua belah pihak yaitu pihak Theravada dan Mahayana juga, sehingga ada perbandingan yang comprehensif dalam satu thread ini.

Mettacitena. _/\_
1。 Sebagai makhluk agung , bodhisatva bukan terlahir dalam arti terjatuh ke alam rendah. TEtapi karena memiliki kesadaran istimewa dari hasil praktik parami nya , Beliau mampu beremanasi ke berbagai alam kehidupan, termasuk alam hewan sebagai harimau, dan tidak akan menyakiti makhluk lainnya.

2. Hewan saling memakan itu termasuk karma buruk. Makanya sulit dan langka baginya utk terlahir di alam baik.

3. Karena bodhisatva telah mengembangkan paraminya maka tentu dalam wujud hewan pun memiliki sifat welas asih, karena pada hakikatnya bodhisatva sudah tidak melekat pd wujud apalagi fisik. Terlihat dalam wujud hewan, tapi batinnya selalu "terjaga". Jadi dia mempertunjukkan dapat hidup berdampingan dengan hewan lainnya. Kadang tujuannya bukan hanya ingin memberi manfaat pada sesama hewan, bahkan dapat menyadarkan manusia. Pada kondisi tertentu, manusia yg melihat binatang buas memiliki sifat baik, manusia akan tersadarkan bahwa yg buas saja bisa memiliki sifat baik, sebagai manusia jg sharusnya mengembangkannya. Inilah Parami yg dikembangkan bodhisatva dalam wujud hewan.


mantafff bro ching ik, kasi cendol ah

Quote from: Tekkss Katsuo on 19 December 2009, 12:49:53 PM
btwww. setau saya di jataka ngak ada bodhisatta makan bangkai hasil perburuan binatang lain, yg ada ikut berburu, ini tertulis di sigala jataka..

After the younger lions lost their parents to the stroke of death, the brother lions would leave their sister behind whenever they went out to find something to eat. Once they had obtained food, they would bring some back for their sister the Lioness to eat.
Sin Chan: itu referensi ikut berburu
Sin Chan: Once when the seven brothers ventured forth to search for food, the Jackal would depart his Crystal Cave and visit the Golden Cave. Taking his stand before the young Lioness, he addressed her slyly with the seductive and tempting words


http://www.borobudur.tv/avadana_01.htm#The



masih bingung dengan jataka yang satu ini _/\_
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

bond

Quote from: chingik on 19 December 2009, 01:23:25 PM
Quote from: bond on 19 December 2009, 09:53:38 AM
Menarik sekali....

Saya juga ada pertanyaan karena minimnya pengetahuan saya tentang jataka dari Theravada dan Mahayana.

Apa yang saya mengerti bodhisatta terlahir menjadi hewan adalah karena hasil kamma lalu. Kalau menurut mahayana Bodhisatva terlahir menjadi hewan karena adhitana dan bukan kelahiran konvensional, itu yg saya tangkap maksudnya CMIIW.

Nah pertanyaannya.

1. Jika seorang bodhisatta terlahir menjadi hewan bisakah menjadi Harimau atau binatang carnivora?

2. apakah hewan carnivora memakan binatang lain menimbulkan kamma buruk juga.?

3. Jika boddhisatta ketika menjadi binatang, dan kelihatannya binatang yg istimewa memiliki welas asih terhadap makhluk lainnya dan dalam jataka pun terlihat memiliki kesadaran khusus. Maka pertanyaanya adalah ketika menjadi Harimau atau binatang carnivora lainnya( jika memang pernah terlahirkan sebagai carnivora) maka dimana ke-welas asihan sebagai bodhistava yg memiliki keistimewaan kesadaran welas asih ketika menjadi binatang?

Pertanyaan ini saya ajukan kepada kedua belah pihak yaitu pihak Theravada dan Mahayana juga, sehingga ada perbandingan yang comprehensif dalam satu thread ini.

Mettacitena. _/\_
1。 Sebagai makhluk agung , bodhisatva bukan terlahir dalam arti terjatuh ke alam rendah. TEtapi karena memiliki kesadaran istimewa dari hasil praktik parami nya , Beliau mampu beremanasi ke berbagai alam kehidupan, termasuk alam hewan sebagai harimau, dan tidak akan menyakiti makhluk lainnya.

2. Hewan saling memakan itu termasuk karma buruk. Makanya sulit dan langka baginya utk terlahir di alam baik.

3. Karena bodhisatva telah mengembangkan paraminya maka tentu dalam wujud hewan pun memiliki sifat welas asih, karena pada hakikatnya bodhisatva sudah tidak melekat pd wujud apalagi fisik. Terlihat dalam wujud hewan, tapi batinnya selalu "terjaga". Jadi dia mempertunjukkan dapat hidup berdampingan dengan hewan lainnya. Kadang tujuannya bukan hanya ingin memberi manfaat pada sesama hewan, bahkan dapat menyadarkan manusia. Pada kondisi tertentu, manusia yg melihat binatang buas memiliki sifat baik, manusia akan tersadarkan bahwa yg buas saja bisa memiliki sifat baik, sebagai manusia jg sharusnya mengembangkannya. Inilah Parami yg dikembangkan bodhisatva dalam wujud hewan.



Thanks bro Chingik.

Hanya belum ketemu referensi2 jataka dimana bodhisatva menjadi singa hanya memakan bangkai / sisa dari perburuan binatang lain.  Kalau ada referensi itu maka akan memperjelas keadaan sebenarnya. Kalau sigala jataka terlihat Sang Boddhisatta ikut berburu ya...

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

chingik

Quote from: marcedes on 19 December 2009, 11:32:19 AM
pertanyaan saya dari thread dulu saya donkkk

jataka pangeran mahasatva yang "membunuh" seorang Pembunuh dalam kapal yang hendak membunuh 500 orang..
kemanakah Abhinna-nya apabila telah mencapai pencerahan sempurna?
macet atau gimana?

kan katanya...

QuoteAvatamsaka Sutra mengatakan, "[Bodhisatva mampu] bermanifestasi tak terhingga aktifitas kemuliaan dan memasuki ke semua alam kehidupan para makhluk hidup, mengetahui tindakan2 semua makhluk hidup, ini disebut Kemurnian Upaya Kausalya Paramita"

kalau di lihat dari sisi hidup seorang Buddha, sejak kapan Buddha mengambil jalan MEMBUNUH, demi menyelamatkan makhluk hidup...
apa mau di tutup dengan penjelasan singkat "upaya kausalya"

dan lagi yg belum ada jawaban sampai sekarang ini.
"buat apa buddha berakting lupa cara pencapaiannya?, menahan lapar hingga luar biasa sampai hampir mati"...jujur menurut gw itu kebodohan luar biasa.

apakah ini upaya kausalya lagi?

Mengenai bodhisatva membunuh perampok di atas kapal , tentu harus diteliti kronologinya.   
Apapun pertimbangan bodhisatva, semua dilandasi oleh rasa welas asih kepada semua makhluk termasuk kepada orang jahat sekali pun. Inilah inti yg ingin dikemukakan dalam Sutra ini. Lalu bagaimana bodhisatva mengembangkan welas asih nya saat berhadapan dengan situasi ini? Pada saat itu, 500 pedagang yg menjadi sasaran pembuhunan oleh perampok itu adalah orang2 yg telah mengembangkan Cita2 Menjadi Buddha yang batinnya telah teguh tidak mengalami kemerosotan lagi. Bodhisatva pada saat itu mengetahui potensi 500 orang ini. Kemudian beliau menyelidiki lagi, apa yang terjadi bila perampok ini membunuh ke500 orang itu, setelah diselidiki ternyata bila perampok itu membunuh 1 saja akan terjatuh ke alam neraka , apalagi membunuh 500 orang itu ternyata perampok itu akan mengalami kelahiran di alam neraka avici yg tak terhingga deritanya. Kemudian Bodhisatva menyelidiki lagi bahwa apabila perampok itu benar melakukan tindakan membunuh 500 orang itu, justru dia yang akan terbunuh dan akibatnya 500 orang itu akan terlahir di alam neraka karena telah membunuh perampok itu, dengan kata lain kedua belah pihak akan terjatuh ke neraka.
Bodhisatva mengetahui tidak ada jalan lain, maka atas dasar belas kasih pada kedua belah pihak tidak mungkin seorang bodhisatva berpangku tangan. Karena bodhisatva tahu sudah tidak ada cara lain, maka atas dasar welas asih kepada semuanya, satu2nya jalan adalah membunuh perampok itu. Dan setelah membuat pilihan ini, perampok dan 500 pedagang itu sama2 terbebas dari resiko terlahir di alam neraka. 
Di sini dapat dipetik kesimpulan:
1. Bodhisatva utk apa ingin melibatkan diri, jika bukan atas dasar welas asih? 
2. Kalo orang awam mungkin akan pura2 ga tahu, masa bodoh. Atau bila mau melibatkan diri, mungkin dia akan melapor dulu kepada 500 pedagang, bukankah akan membuat 500 pedagang itu balik membunuh yg akibatnya semuanya akan terlahir di neraka?
3. Hanya orang yg mengetahui buah karma yg terjadi di masa yg akan datang baru dapat mengambil keputusan jalan mana yg dipilih. Oleh karena itu, kasus ini tidak bisa digerenalisasi bahwa berarti setiap orang bisa melakukannya.   

Mengapa ini disebut Upaya Kausalya? Inilah salah satu dari Parami seorang bodhisatva. Mengapa tidak menggunakan Dana Parami? Kalo bisa, ya sudah pasti dilakukan. Ada hal2 tertentu yg tidak bisa langsung menggunakan dana parami, misalnya mengorbankan diri kepada perampok, hasilnya justru membuatnya terjatuh ke neraka, dan lain sebagainya. Karena Bodhisatva tidak pernah berhenti mencari cara2 yg sesuai, maka salah satu jalan itu adalah Upaya kausalya. Dan karena akibat dari tindakan itu justru membuat mereka terbebaskan dari derita, maka ini bukan tindakan yang melanggar sila. TEtapi harus diingat bahwa bila kita tidak memiliki abhinna utk mengetahui akibat2 yg terjadi di masa yg akan datang, maka kita tidak pantas menggeneralisi bhw tindakan ini bisa dilakukan oleh siapa saja. 

naviscope

makin kagum ama bro chingik

anumodana bro atas dhamma-nya yang cukup logika dan bisa saya terima

_/\_
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

ryu

Quote from: chingik on 19 December 2009, 03:59:25 PM
Quote from: marcedes on 19 December 2009, 11:32:19 AM
pertanyaan saya dari thread dulu saya donkkk

jataka pangeran mahasatva yang "membunuh" seorang Pembunuh dalam kapal yang hendak membunuh 500 orang..
kemanakah Abhinna-nya apabila telah mencapai pencerahan sempurna?
macet atau gimana?

kan katanya...

QuoteAvatamsaka Sutra mengatakan, "[Bodhisatva mampu] bermanifestasi tak terhingga aktifitas kemuliaan dan memasuki ke semua alam kehidupan para makhluk hidup, mengetahui tindakan2 semua makhluk hidup, ini disebut Kemurnian Upaya Kausalya Paramita"

kalau di lihat dari sisi hidup seorang Buddha, sejak kapan Buddha mengambil jalan MEMBUNUH, demi menyelamatkan makhluk hidup...
apa mau di tutup dengan penjelasan singkat "upaya kausalya"

dan lagi yg belum ada jawaban sampai sekarang ini.
"buat apa buddha berakting lupa cara pencapaiannya?, menahan lapar hingga luar biasa sampai hampir mati"...jujur menurut gw itu kebodohan luar biasa.

apakah ini upaya kausalya lagi?

Mengenai bodhisatva membunuh perampok di atas kapal , tentu harus diteliti kronologinya.   
Apapun pertimbangan bodhisatva, semua dilandasi oleh rasa welas asih kepada semua makhluk termasuk kepada orang jahat sekali pun. Inilah inti yg ingin dikemukakan dalam Sutra ini. Lalu bagaimana bodhisatva mengembangkan welas asih nya saat berhadapan dengan situasi ini? Pada saat itu, 500 pedagang yg menjadi sasaran pembuhunan oleh perampok itu adalah orang2 yg telah mengembangkan Cita2 Menjadi Buddha yang batinnya telah teguh tidak mengalami kemerosotan lagi. Bodhisatva pada saat itu mengetahui potensi 500 orang ini. Kemudian beliau menyelidiki lagi, apa yang terjadi bila perampok ini membunuh ke500 orang itu, setelah diselidiki ternyata bila perampok itu membunuh 1 saja akan terjatuh ke alam neraka , apalagi membunuh 500 orang itu ternyata perampok itu akan mengalami kelahiran di alam neraka avici yg tak terhingga deritanya. Kemudian Bodhisatva menyelidiki lagi bahwa apabila perampok itu benar melakukan tindakan membunuh 500 orang itu, justru dia yang akan terbunuh dan akibatnya 500 orang itu akan terlahir di alam neraka karena telah membunuh perampok itu, dengan kata lain kedua belah pihak akan terjatuh ke neraka.
Bodhisatva mengetahui tidak ada jalan lain, maka atas dasar belas kasih pada kedua belah pihak tidak mungkin seorang bodhisatva berpangku tangan. Karena bodhisatva tahu sudah tidak ada cara lain, maka atas dasar welas asih kepada semuanya, satu2nya jalan adalah membunuh perampok itu. Dan setelah membuat pilihan ini, perampok dan 500 pedagang itu sama2 terbebas dari resiko terlahir di alam neraka. 
Di sini dapat dipetik kesimpulan:
1. Bodhisatva utk apa ingin melibatkan diri, jika bukan atas dasar welas asih? 
2. Kalo orang awam mungkin akan pura2 ga tahu, masa bodoh. Atau bila mau melibatkan diri, mungkin dia akan melapor dulu kepada 500 pedagang, bukankah akan membuat 500 pedagang itu balik membunuh yg akibatnya semuanya akan terlahir di neraka?
3. Hanya orang yg mengetahui buah karma yg terjadi di masa yg akan datang baru dapat mengambil keputusan jalan mana yg dipilih. Oleh karena itu, kasus ini tidak bisa digerenalisasi bahwa berarti setiap orang bisa melakukannya.   

Mengapa ini disebut Upaya Kausalya? Inilah salah satu dari Parami seorang bodhisatva. Mengapa tidak menggunakan Dana Parami? Kalo bisa, ya sudah pasti dilakukan. Ada hal2 tertentu yg tidak bisa langsung menggunakan dana parami, misalnya mengorbankan diri kepada perampok, hasilnya justru membuatnya terjatuh ke neraka, dan lain sebagainya. Karena Bodhisatva tidak pernah berhenti mencari cara2 yg sesuai, maka salah satu jalan itu adalah Upaya kausalya. Dan karena akibat dari tindakan itu justru membuat mereka terbebaskan dari derita, maka ini bukan tindakan yang melanggar sila. TEtapi harus diingat bahwa bila kita tidak memiliki abhinna utk mengetahui akibat2 yg terjadi di masa yg akan datang, maka kita tidak pantas menggeneralisi bhw tindakan ini bisa dilakukan oleh siapa saja. 

kenapa harus di bunuh? emang satu2nya jalan harus di bunuh yak?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

naviscope

Quote from: ryu on 19 December 2009, 04:28:30 PM
Quote from: chingik on 19 December 2009, 03:59:25 PM
Quote from: marcedes on 19 December 2009, 11:32:19 AM
pertanyaan saya dari thread dulu saya donkkk

jataka pangeran mahasatva yang "membunuh" seorang Pembunuh dalam kapal yang hendak membunuh 500 orang..
kemanakah Abhinna-nya apabila telah mencapai pencerahan sempurna?
macet atau gimana?

kan katanya...

QuoteAvatamsaka Sutra mengatakan, "[Bodhisatva mampu] bermanifestasi tak terhingga aktifitas kemuliaan dan memasuki ke semua alam kehidupan para makhluk hidup, mengetahui tindakan2 semua makhluk hidup, ini disebut Kemurnian Upaya Kausalya Paramita"

kalau di lihat dari sisi hidup seorang Buddha, sejak kapan Buddha mengambil jalan MEMBUNUH, demi menyelamatkan makhluk hidup...
apa mau di tutup dengan penjelasan singkat "upaya kausalya"

dan lagi yg belum ada jawaban sampai sekarang ini.
"buat apa buddha berakting lupa cara pencapaiannya?, menahan lapar hingga luar biasa sampai hampir mati"...jujur menurut gw itu kebodohan luar biasa.

apakah ini upaya kausalya lagi?

Mengenai bodhisatva membunuh perampok di atas kapal , tentu harus diteliti kronologinya.   
Apapun pertimbangan bodhisatva, semua dilandasi oleh rasa welas asih kepada semua makhluk termasuk kepada orang jahat sekali pun. Inilah inti yg ingin dikemukakan dalam Sutra ini. Lalu bagaimana bodhisatva mengembangkan welas asih nya saat berhadapan dengan situasi ini? Pada saat itu, 500 pedagang yg menjadi sasaran pembuhunan oleh perampok itu adalah orang2 yg telah mengembangkan Cita2 Menjadi Buddha yang batinnya telah teguh tidak mengalami kemerosotan lagi. Bodhisatva pada saat itu mengetahui potensi 500 orang ini. Kemudian beliau menyelidiki lagi, apa yang terjadi bila perampok ini membunuh ke500 orang itu, setelah diselidiki ternyata bila perampok itu membunuh 1 saja akan terjatuh ke alam neraka , apalagi membunuh 500 orang itu ternyata perampok itu akan mengalami kelahiran di alam neraka avici yg tak terhingga deritanya. Kemudian Bodhisatva menyelidiki lagi bahwa apabila perampok itu benar melakukan tindakan membunuh 500 orang itu, justru dia yang akan terbunuh dan akibatnya 500 orang itu akan terlahir di alam neraka karena telah membunuh perampok itu, dengan kata lain kedua belah pihak akan terjatuh ke neraka.
Bodhisatva mengetahui tidak ada jalan lain, maka atas dasar belas kasih pada kedua belah pihak tidak mungkin seorang bodhisatva berpangku tangan. Karena bodhisatva tahu sudah tidak ada cara lain, maka atas dasar welas asih kepada semuanya, satu2nya jalan adalah membunuh perampok itu. Dan setelah membuat pilihan ini, perampok dan 500 pedagang itu sama2 terbebas dari resiko terlahir di alam neraka. 
Di sini dapat dipetik kesimpulan:
1. Bodhisatva utk apa ingin melibatkan diri, jika bukan atas dasar welas asih? 
2. Kalo orang awam mungkin akan pura2 ga tahu, masa bodoh. Atau bila mau melibatkan diri, mungkin dia akan melapor dulu kepada 500 pedagang, bukankah akan membuat 500 pedagang itu balik membunuh yg akibatnya semuanya akan terlahir di neraka?
3. Hanya orang yg mengetahui buah karma yg terjadi di masa yg akan datang baru dapat mengambil keputusan jalan mana yg dipilih. Oleh karena itu, kasus ini tidak bisa digerenalisasi bahwa berarti setiap orang bisa melakukannya.   

Mengapa ini disebut Upaya Kausalya? Inilah salah satu dari Parami seorang bodhisatva. Mengapa tidak menggunakan Dana Parami? Kalo bisa, ya sudah pasti dilakukan. Ada hal2 tertentu yg tidak bisa langsung menggunakan dana parami, misalnya mengorbankan diri kepada perampok, hasilnya justru membuatnya terjatuh ke neraka, dan lain sebagainya. Karena Bodhisatva tidak pernah berhenti mencari cara2 yg sesuai, maka salah satu jalan itu adalah Upaya kausalya. Dan karena akibat dari tindakan itu justru membuat mereka terbebaskan dari derita, maka ini bukan tindakan yang melanggar sila. TEtapi harus diingat bahwa bila kita tidak memiliki abhinna utk mengetahui akibat2 yg terjadi di masa yg akan datang, maka kita tidak pantas menggeneralisi bhw tindakan ini bisa dilakukan oleh siapa saja. 

kenapa harus di bunuh? emang satu2nya jalan harus di bunuh yak?

ilmu bodhisattva masih kurang sakti kale, wkwkwkwkwkw...
belum se sakti buddha.... :P
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

chingik

 
Quote
ilmu bodhisattva masih kurang sakti kale, wkwkwkwkwkw...
belum se sakti buddha.... :P

o..itu sudah jelas .
hoho..

chingik

Quote
kenapa harus di bunuh? emang satu2nya jalan harus di bunuh yak?
Ya. Pd situasi yg sedang gawat seperti itu, pilihan satu2nya. Tapi ingat bae-bae, apa landasannya dan bagaimana hubungan sebab akibatnya , itu semua diselidiki dulu oleh bodhisatva, hingga cara itu yg dipilih.
Jika tidak pasti akan menyimpulkan secara menyimpang, sama seperti media massa yg melihat satu potret kejadian lalu menilai macam2 tidak mau tau hehe..

ryu

ketika dia tau perampok itu bisa masuk neraka atau 500 orang itu bisa masuk neraka itu khan sudah dalem tuh ilmunya, masa optionnya cuma bunuh?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

naviscope

Quote from: ryu on 19 December 2009, 04:57:06 PM
ketika dia tau perampok itu bisa masuk neraka atau 500 orang itu bisa masuk neraka itu khan sudah dalem tuh ilmunya, masa optionnya cuma bunuh?
=)) =)) =))
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

ryu

Quote from: naviscope on 19 December 2009, 05:01:38 PM
Quote from: ryu on 19 December 2009, 04:57:06 PM
ketika dia tau perampok itu bisa masuk neraka atau 500 orang itu bisa masuk neraka itu khan sudah dalem tuh ilmunya, masa optionnya cuma bunuh?
=)) =)) =))
:hammer: :hammer: :hammer: bukannya jawab malah tertawa :hammer:
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

chingik

Quote from: ryu on 19 December 2009, 04:57:06 PM
ketika dia tau perampok itu bisa masuk neraka atau 500 orang itu bisa masuk neraka itu khan sudah dalem tuh ilmunya, masa optionnya cuma bunuh?

Memang di Sutra ini ada menyebutkan bodhisatva sudah tidak memiliki opsi lain.
. Memang kata membunuh adalah harga mati yg harus dihindari bagi seorang Theravadin. Tetapi Mahayana memandang segala sesuatu tidak bisa dipatok mati, ada kasus2 tertentu pd kondisi tertentu yg ketika digunakan, belum tentu buruk akibatnya.
Contoh nya tidak semua racun berarti mematikan. Bahkan ada racun yg menyembuhkan, jika digunakan pd takaran yg tepat.
TEtapi sekali lagi ingat baik-baik!! tidak ada manusia awam yg mampu melakukan tindakan seperti sang bodhisatva, mengapa? karena makhluk awam tidak mampu menyelidiki sampai sedetilnya hubungan sebab akibat yg sangat halus, maka tidak ada alasan bagi makhluk awam melakukan tindakan membunuh dengan alasan apapun, karena ketidak tahuannya.
Tapi bukan berarti Bodhisatva bebas membunuh atau boleh membunuh. Jika pola pikir anda seperti wartawan, maka anda akan memberitakannya seperti itu. haha..



The Ronald

maklum lah, boddhisatta bukan yg tersempurnakan tp sedang berlatih untuk sempurna walau begitu bodhisatta pun menerima kamma dari membunuh, makanya banyak kelahirannya menjadi hewan
...

adi lim

Perbuatan Buruk melakukan pembunuhan yang dilakukan Bodhisatta waktu terlahir sebagai hewan bisa diterima.

Sedangkan Bodhisatta terlahir sebagai manusia tidak akan melakukan pembunuhan.

Di ingatkan juga, bahwa cerita tidak berdasarkan Dhamma, kebenaran yang ada juga adalah Perbuatan Buruk.
_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

ryu

btw lagi ngomongin sutra yang mana ya, aye kaga tau ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))