praktik buddhisme

Started by andry, 24 January 2009, 06:14:28 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

N1AR

wah ceritanya lain kali kalau seligkuh ama semut

tesla

Quote from: markosprawira on 27 January 2009, 12:38:29 PM
dear tesla

jika sy boleh menambahi bhw hendaknya selain disadari, juga ditambah dengan tekad utk menjaga kebersihan dari barang2 agar di kemudian hari, tidak kembali "menarik" semut2 utk datang


jika tidak disertai dgn tekad maka org merasa bhw cukup hny dengan disadari saja dan akhirnya perbuatan membersihkan itu, akan terus menerus dilakukan

dear markos,

maaf, saya tidak berpikir bahwa saya dapat mengendalikan segala kondisi :)

bagi saya sederhana saja... masalahnya bukan terletak pada sifat semut atau rumah saya yg tidak bersih. masalahnya adalah saya masih ingin memiliki rumah ataupun laptop saya. sebagai konsekuensinya, penderitaan pun harus dialami ketika rumah/laptop saya diserbu oleh semut (atau yg lainnya)...

seandainya upaya preventif dilakukanpun, sebaiknya dg "sadar" :) (upaya preventif bukan sesuatu yg saya larang yah)
karena bagi saya, kondisi rumah/laptop/apapun yg kita pertahankan adalah tidak terbatas. begitu kondisi berubah, yg kita pertahankanpun runtuh... kalau kita masih melekatinya, maka kita menderita.

semoga bermanfaat jg

metta _/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

markosprawira

Quote from: tesla on 27 January 2009, 12:56:58 PM
Quote from: markosprawira on 27 January 2009, 12:38:29 PM
dear tesla

jika sy boleh menambahi bhw hendaknya selain disadari, juga ditambah dengan tekad utk menjaga kebersihan dari barang2 agar di kemudian hari, tidak kembali "menarik" semut2 utk datang


jika tidak disertai dgn tekad maka org merasa bhw cukup hny dengan disadari saja dan akhirnya perbuatan membersihkan itu, akan terus menerus dilakukan

dear markos,

maaf, saya tidak berpikir bahwa saya dapat mengendalikan segala kondisi :)

bagi saya sederhana saja... masalahnya bukan terletak pada sifat semut atau rumah saya yg tidak bersih. masalahnya adalah saya masih ingin memiliki rumah ataupun laptop saya. sebagai konsekuensinya, penderitaan pun harus dialami ketika rumah/laptop saya diserbu oleh semut (atau yg lainnya)...

seandainya upaya preventif dilakukanpun, sebaiknya dg "sadar" :) (upaya preventif bukan sesuatu yg saya larang yah)
karena bagi saya, kondisi rumah/laptop/apapun yg kita pertahankan adalah tidak terbatas. begitu kondisi berubah, yg kita pertahankanpun runtuh... kalau kita masih melekatinya, maka kita menderita.

semoga bermanfaat jg

metta _/\_

dear tesla,

saya pun tidak menyebut anda dapat mengendalikan segala kondisi loh  _/\_

hanya sharing bhw jika "disadari" itu pada perbuatan pembersihan itu bisa menjadi pembunuhan/menyiksa mahluk hidup (pelanggaran sila 1) dan hendaknya diikuti dengan tekad utk tidak melakukan kembali "perbuatan membunuh"-nya itu loh.
Jadi bukan pada inti permasalah yaitu melekat pada objeknya

memang jika secara intinya, kenapa melakukan perbuatan "membersihkan", adalah karena kemelekatan pada benda itu
namun dalam hidup kita sebagai umat awam, tidak lah terlepas dari kemelekatan krn itu saya lebih fokus pada bagaimana mengurangi kegiatan membunuhnya itu

Yah mgkn perbedaan pembahasan saja, dimana saya berkisar di perbuatan membunuhnya sementara anda membahas pada inti permasalahan yaitu kemelekatan

anumodana utk pencerahannya

metta  _/\_

markosprawira

Quote from: N1AR on 27 January 2009, 12:48:04 PM
wah ceritanya lain kali kalau seligkuh ama semut

gimana caranya yah?  ;D

N1AR

apa setelah menjadi buddha tidak akan marah? atau dendam? atau berbalas? atau dengan kamma saja sudah cukup.
kenapa dengan kasus seperti Kisah Devadatta, buddha kenapa tidak mencerahkannya, tapi membiarkan perbuatannya?
bukankah kejadiannya sama dengan makhluk hidup yg masuk laptop. karena jalannya kamma ;D

N1AR

kayak kalau kita berpikiran perasaan ( vedana )
suka, tidak suka, netral
kalau netral kan ... uda kammanya gitu loh

markosprawira

dear N1AR

Ini pernah dibahas di postingan lain dimana pada putthujhana, yg mendominasi perbuatan adalah cetana/kehendak yg termasuk dalam salah satu dari 7 sabbacittasadharana cetasika (yg selalu ada dalam setiap citta)

sementara pada arahat dan buddha, yg mendominasi perbuatan mereka adalah Panna (yg etrmausk dalam 19 sobhana cetasika

Nevada

Setelah menjadi Buddha, tidak ada lagi kekesalan, kebencian atau marah.
Sang Buddha tidak bisa mencerahkan Devadatta. Oleh diri sendirilah kesucian dapat dicapai. Jadi Sang Buddha tidak berwewenang untuk menentukan skenario hidup Devadatta.

Untuk kasus yang bisa diredam, Sang Buddha akan turun tangan. Seperti perihal perang mengenai perebutan Sungai Rohini yang berhasil diurungkan oleh Sang Buddha.

N1AR

buddha sangat bijaksana kenapa tidak mampu mencerahkan muridnya sendiri.. yg sudah diterimanya dalam sangha
sedangkan penjahat pembunuh saja yg baru ketemu bisa mencapai pencerahan
sori topiknya lain bos... :))

samudera_atlantik

Halo, salam kenal.
Dalam topik ini mungkin saya ingin menanyakan hal kecil. Dalam Vijja Pitaka yang saya baca, ada suatu keerroran yang membuat saya rancu. Pertama disebutkan Buddha=Dhamma. Kedua Sang Buddha Hanyalah petunjuk arah maka jika tidak ada Buddha Dhamma tetap exist. Yang manakah yang benar dalam bunyi ini? Ini membuat saya rancu apakah Dhamma itu.

Indra

^ Vijja Pitaka? ini kitab dari mana?

samudera_atlantik

ga tau de tulisannya gimana. lupa bro. Hehehe... Maaf short memory. btw, ada kan yg bertuliskan demikian?

N1AR

DHAMMANIYAMA SUTTA ( cari di google ) ;D ;D

Nevada

#28
[at] N1AR

Kalau Anda ingin kenyang, Anda harus makan sendiri. Orang Tua Anda yang mengajarkan Anda makan (dari masa kecil dahulu) tidaklah bisa mengenyangkan Anda. Ini pemahaman kuncinya!

Angulimala bisa langsung bertobat karena Sang Buddha datang pada saat yang tepat. Angulimala bukan penjahat, dia menjadi pembunuh karena ketaatannya pada ajaran gurunya. Namun sayang, teman-temannya menghasut Angulimala karena dia adalah seorang yang taat namun tidak bijaksana. Karena Angulimala punya sifat kebaikan ini, makanya Angulimala mau mengakui kesalahannya di depan Sang Buddha dan menyucikan dirinya hingga mencapai tataran Arahat.

Hal itu berbeda dengan Devadatta yang memang memiliki sifat kejahatan yang besar dari kecil. Sang Buddha tidak bisa membuat setiap orang menjadi bidak catur-Nya. Setiap orang bisa menjadi baik atau jahat karena diri sendiri.


[at] samudera_atlantik

Buddha adalah Dhamma (Tercerahkan).
Siapa yang melihat Dhamma (Kebenaran), maka melihat Buddha (Tercerahkan).

Buddha adalah Guru Agung, yang mengajarkan jalan untuk mencapai Pencerahan. Pencerahan hanya dicapai melalui usaha diri sendiri. Maka, Buddha hanyalah penunjuk jalan. Kita yang harus berjalan di dalam Dhamma itu sendiri.

samudera_atlantik

Ah, iya ada di google. Disana dikatakan "O para Bhikkhu, apakah para Tathagata muncul (di dunia) atau tidak, Dhamma akan tetap ada, merupakan hukum yang abadi". Tetapi sebelum ada bab ini. disebutkan bahwa Buddha=Dhamma. Berarti Buddha sama dengan Dhamma. Apakah ini diartikan Dhamma yang benar hanya dapat diserap oleh Buddha? atau apa? Maaf, saya masih umat awam. Mohon petunjuk.