Anak yg meninggalkan ortu untuk menjadi samaneri.

Started by Mr. Bagus, 10 January 2009, 06:17:49 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Mr. Bagus

Ayo kita mulai merenung..
Bagi saudara yang mempunyai setidaknya satu orang yg paling disayangi, dicintai, dikangeni, dst..
Seandainya orang tersebut mengatakan kepada saudara, "saya ingin menjalani kehidupan suci seperti seorang petapa untuk selama-lamanya, mohon pengertiannya.."

apa yang saudara rasakan dalam perenungan ini?
:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<

J.W

Quote from: Mr. Bagus on 16 January 2009, 05:27:43 PM
Ayo kita mulai merenung..
Bagi saudara yang mempunyai setidaknya satu orang yg paling disayangi, dicintai, dikangeni, dst..
Seandainya orang tersebut mengatakan kepada saudara, "saya ingin menjalani kehidupan suci seperti seorang petapa untuk selama-lamanya, mohon pengertiannya.."

apa yang saudara rasakan dalam perenungan ini?

Ikut berbahagia...

dilbert

Quote from: Mr. Bagus on 16 January 2009, 05:27:43 PM
Ayo kita mulai merenung..
Bagi saudara yang mempunyai setidaknya satu orang yg paling disayangi, dicintai, dikangeni, dst..
Seandainya orang tersebut mengatakan kepada saudara, "saya ingin menjalani kehidupan suci seperti seorang petapa untuk selama-lamanya, mohon pengertiannya.."

apa yang saudara rasakan dalam perenungan ini?

Jika hal ini terjadi padaku, semoga pada saat itu saya dapat memberikan yang terbaik baginya...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Wolvie

#18
Yah, masih mending kan dia bilang ingin menjalani kehidupan suci. Toh, jauh lebih banyak kasus meninggalkan seseorang bukan buat tujuan suci (selingkuh dan kawin lagi misalnya) yang pergi begitu aja.. Ini baru yang dinamain ga tanggung. jawab. Atau yang lebih pasti adalah kematian. Ijin ga ijin, pamit ga pamit, ada waktunya bertemu, ada juga waktunya berpisah. Biar bagaimana sayangnya kalau kematian sudah datang... Tau sendiri deh.

eddyg30

Quote from: Mr. Bagus on 16 January 2009, 05:27:43 PM
Ayo kita mulai merenung..
Bagi saudara yang mempunyai setidaknya satu orang yg paling disayangi, dicintai, dikangeni, dst..
Seandainya orang tersebut mengatakan kepada saudara, "saya ingin menjalani kehidupan suci seperti seorang petapa untuk selama-lamanya, mohon pengertiannya.."

apa yang saudara rasakan dalam perenungan ini?

Wonderful, ayo kita jalani bersama..
"Let us rise up and be thankful, for if we didn't learn a lot today, at least we learned a little, and if we didn't learn a little, at least we didn't get sick, and if we got sick, at least we didn't die; so, let us all be thankful."
~Shakyamuni Buddha

J.W

Quote from: eddyg30 on 20 January 2009, 07:33:27 AM
Quote from: Mr. Bagus on 16 January 2009, 05:27:43 PM
Ayo kita mulai merenung..
Bagi saudara yang mempunyai setidaknya satu orang yg paling disayangi, dicintai, dikangeni, dst..
Seandainya orang tersebut mengatakan kepada saudara, "saya ingin menjalani kehidupan suci seperti seorang petapa untuk selama-lamanya, mohon pengertiannya.."

apa yang saudara rasakan dalam perenungan ini?

Wonderful, ayo kita jalani bersama..

Untuk menjalani kehidupan suci tidak cukup hanya mengandalkan niat. Tp harus disertai dengan kebijaksanaan.

Jika hanya sekedar niat, mungkin saat ini jinaraga tidak lagi sering isengin di forum ini..

Mr. Bagus

Untuk saat ini, saya sendiri merasa belum siap andai ada org yg paling saya sayangi meninggalkan saya untuk kehidupan suci. Rasanya belum rela (duh.. lengketnya masih kuat :( ) Padahal saya sudah paham betul suatu saat saya pasti akan berpisah. Namun saya juga paham, seiring dengan berjalannya waktu, saya pun pasti akan terbiasa.
Nah.. meski sudah paham, kok masih juga iseng di forum ini ya
ga segera berangkat aja menjadi samanera gituu.. antix ya.
:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<

eddyg30

#22
Untuk semua, "kehidupan suci" tidak harus gundul dan terpisah dari masyarakat kan? Hidup bersama dengan orang yang pernah dekat, tanpa tenggelam dalam perasaan ingin memiliki atau nafsu birahi, mendalami bersama ajaran Sang Buddha, hidup sederhana, dan bersemangat.. sepertinya bukan hidup yang buruk. Yang terpenting adalah pengertian (understanding), dengan pengertian yang mendasar atas realita kehidupan (anicca, dukkha, dan anatta) tidak sulit bagi kita lepas dari kesedihan yang biasa mendera mereka yang tidak berpengetahuan.

Sang Buddha pernah mengatakan tubuh manusia seperti kantong yang berisi kotoran dan organ tubuh yang menjijikkan; di sutra  yang lain dikatakan pikiran penuh keirihatian, mudah meledak, penuh hasrat, dan bodoh; dan semuanya itu bersifat tidak abadi. Mengingat ini sekali, selamanya akan selalu tersadar, dan pikiran kita akan selalu terarah pada dharma. Apa yang hilang? Tidak ada yang pergi untuk apa yang tidak pernah datang, tidak ada alasan bagi kita untuk bersedih.

Mengenai iseng.. kita di sini sedang belajar kan? Bukan iseng ;)

Salam,
"Let us rise up and be thankful, for if we didn't learn a lot today, at least we learned a little, and if we didn't learn a little, at least we didn't get sick, and if we got sick, at least we didn't die; so, let us all be thankful."
~Shakyamuni Buddha

J.W

Wkwkwk...maksudnya tuh, yg iseng di sini hanya jinaraga seorang  :P
Apa motif member lainnya, yah hanya masing-masing yg mengetahuinya.

Quote from: Mr. Bagus on 20 January 2009, 06:30:45 PM
.........
Nah.. meski sudah paham, kok masih juga iseng di forum ini ya
ga segera berangkat aja menjadi samanera gituu.. antix ya.


Wkwk... kan sudah dibilang..., hanya sekedar niat saja tidak cukup. Tp harus ada kebijaksanaan. Kebijaksanaan dalam hal mengambil keputusan menjadi samanera atau bhikkhu...dan konsekwensi dari keluarga yg 'ditinggalkan'.
Maksud dari pernyataan sebelumnya, jika hny sekedar niat, mungkin saat ini jinaraga sedang berlatih diri di dlm vinaya dan dhamma.
Tidak lagi nongkrong di depan komputer n maen2 ke forum DC.

Tia

Quote from: JW. Jinaraga on 21 January 2009, 09:50:30 AM
Wkwkwk...maksudnya tuh, yg iseng di sini hanya jinaraga seorang  :P
Apa motif member lainnya, yah hanya masing-masing yg mengetahuinya.

Quote from: Mr. Bagus on 20 January 2009, 06:30:45 PM
.........
Nah.. meski sudah paham, kok masih juga iseng di forum ini ya
ga segera berangkat aja menjadi samanera gituu.. antix ya.


Wkwk... kan sudah dibilang..., hanya sekedar niat saja tidak cukup. Tp harus ada kebijaksanaan. Kebijaksanaan dalam hal mengambil keputusan menjadi samanera atau bhikkhu...dan konsekwensi dari keluarga yg 'ditinggalkan'.
Maksud dari pernyataan sebelumnya, jika hny sekedar niat, mungkin saat ini jinaraga sedang berlatih diri di dlm vinaya dan dhamma.
Tidak lagi nongkrong di depan komputer n maen2 ke forum DC.

kata yang di bold memang dalem maknanya...

akupun sudah 2 tahun ini merayu kedua orang tua buat ikut samaneri tapi mereka tetep ga kasih...
katanya nanti takut kebablasan jadi Bhikkuni. nah klo nekat dan pergi juga dan membuat orang tua sedih itu kurang bijaksanakan namanya....

_/\_

Hiasilah hari-harimu dengan senyum manis... ;)

Mr. Bagus

antix-nya, kebijaksanaan dapat diperoleh secara lebih cepat bila berlatih dalam lingkungan yang lebih mendukung, misal di lingkungan yg penuh dengan pribadi2 yg secara tulus taat pada vinaya. di mana itu?
bandingkan dengan mencari kebijaksanaan dalam situasi perang yang mudah sekali menimbulkan kesedihan, kebencian, ketamakan...yg tentunya jauh lebih sulit bukan?
niat saja tidak cukup, harus ada kebijaksanaan. bagaimana caranya memenuhi kebijaksanaan tsb agar niat bisa kesampaian/cukup?
:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<

Nevada

[at] Mr. Bagus

Pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di dekat Savatthi, di hutan Jeta di Vihara Anathapindika, ketika malam menjelang pagi, seorang dewa dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta menghampiri Sang Bhagava. Setelah menghormati Beliau, lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri di satu sisi, dewata itu berkata kepada Sang Bhagava dalam syair:

Banyak dewa dan manusia
berselisih paham tentang berkah
yang diharapkan membawa keselamatan,
terangkanlah, apa berkah utama.

Tidak bergaul dengan orang yang tidak bijaksana,
bergaul dengan mereka yang bijaksana,
menghormati mereka yang patut dihormati,
itulah berkah utama.

Hidup di tempat yang sesuai,
berkat kebajikan-kebajikan hidup yang lampau,
meununtun diri kearah yang benar,
itulah berkah utama.

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
terlatih baik dalam tata susila,.
ramah tamah dalam ucapan,
itulah berkah utama.

Membantu ayah dan ibu,
menyokong anak dan istri,
bekerja bebas dari pertentangan,
itulah berkah utama.

Dermawan, hidup sesuai dengan Dhamma,
menolong sanak keluarga,
bekerja tanpa cela,
itulah berkah utama.

Menjauhi, tidak melakukan kejahatan,
menghindari minuman keras,
mendengarkan Dhamma pada saat yang tepat
itulah berkah utama.

Selalu hormat dan rendah hati,
merasa puas dan berterima kasih,
mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai,
itulah berkah utama.

Bersemangat, menjalankan hidup suci,
menembus Empat Kesunyataan Mulia,
serta mencapai Nibbana,
itulah berkah utama.

Karena dengan mengusahakan hal-hal itu,
manusia tidak terkalahkan dimanapun juga,
serta berjalan aman kemana juga,
itulah berkah utama.


:)

Mr. Bagus

:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<

N1AR

mangala sutta yah bos.. kayak lagu bos, gak sedang nayanyi kan :P

Nevada

Quote from: Mr. Bagus on 21 January 2009, 01:12:26 PM
antix-nya, kebijaksanaan dapat diperoleh secara lebih cepat bila berlatih dalam lingkungan yang lebih mendukung, misal di lingkungan yg penuh dengan pribadi2 yg secara tulus taat pada vinaya. di mana itu?
bandingkan dengan mencari kebijaksanaan dalam situasi perang yang mudah sekali menimbulkan kesedihan, kebencian, ketamakan...yg tentunya jauh lebih sulit bukan?
niat saja tidak cukup, harus ada kebijaksanaan. bagaimana caranya memenuhi kebijaksanaan tsb agar niat bisa kesampaian/cukup?

Tidak bergaul dengan orang yang tidak bijaksana,
bergaul dengan mereka yang bijaksana,
menghormati mereka yang patut dihormati,
itulah berkah utama.

Hidup di tempat yang sesuai,
berkat kebajikan-kebajikan hidup yang lampau,
meununtun diri kearah yang benar,
itulah berkah utama.


Memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
terlatih baik dalam tata susila,.
ramah tamah dalam ucapan,
itulah berkah utama.

Membantu ayah dan ibu,
menyokong anak dan istri,
bekerja bebas dari pertentangan,
itulah berkah utama.

Dermawan, hidup sesuai dengan Dhamma,
menolong sanak keluarga,
bekerja tanpa cela,
itulah berkah utama.

Menjauhi, tidak melakukan kejahatan,
menghindari minuman keras,
mendengarkan Dhamma pada saat yang tepat
itulah berkah utama.

Selalu hormat dan rendah hati,
merasa puas dan berterima kasih,
mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai,
itulah berkah utama.

Bersemangat, menjalankan hidup suci,
menembus Empat Kesunyataan Mulia,
serta mencapai Nibbana,
itulah berkah utama.

Karena dengan mengusahakan hal-hal itu,
manusia tidak terkalahkan dimanapun juga,
serta berjalan aman kemana juga,
itulah berkah utama.



[at] Mr. Bagus

Paragraf-paragraf yang saya cetak tebal itu adalah jawaban yang sudah diberikan Sang Buddha 2500 tahun lalu terhadap pertanyaan Anda kemarin...

Syair Maha Mangala Sutta sangat jelas memberikan pemahaman kepada semua orang bahwa berkah itu selalu ada di jalan kebaikan. Semua orang bisa mendapatkan berkah ini, tanpa terkecuali... Dan karenanya, orang yang telah melaksanakan apa yang harus ia kerjakan ini, akan mendapatkan berkah-berkah utama di mana pun juga ia berada... :)