Pembebasan Di Tangan Kita

Started by xenocross, 05 January 2009, 10:50:33 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

xenocross

MAHAKARYA KITAB SPIRITUAL KLASIK

Abad ke – 20 yang Termasyhur



Judul Buku:

PEMBEBASAN DI TANGAN KITA ( 2 jilid )

Terjemahan dari Buku " Liberation In Our Hands " karya Pabongka Rinpoche

Harga: 

Rp. 80.000,- / jilid

Dapatkan di toko buku Gramedia atau toko buku Buddhist, bursa vihara, dll
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

Buku ini adalah transkrip ceramah Kyabje Phabongkha Rinpoche selama 24 hari tahun 1921 di pondok pertapaan Chusang, Tibet. Ceramah diberikan kepada lebih dari 700 orang, para tulku, praktisi dharma, biksu, yang ingin belajar. Ceramah ini menjelaskan 3 naskah utama, yaitu "instruksi lisan Manjughosa" (oleh Dalai Lama ke-5), "Jalan Cepat" (oleh Panchen Lama ke-2), dan "Tujuh point latihan pikiran" (oleh Guru Suvarnadvipa/Serlingpa Dharmakirti).
Ceramah diberikan dengan merujuk pada kutipan kitab suci, kitab komentar guru-guru besar, cerita-cerita inspirasional, alasan masuk akal dan contoh-contoh yang mengklarifikasi. Ditambahkan juga instruksi lisan yang diterima dari guru-guru silsilah. Karena ajaran diberikan berdasarkan pengalaman pribadi Phabongkha Rinpoche, manfaatnya besar sekali untuk dipraktekkan.

Transkrip ini ditulis oleh murid Phabongkha Rinpoche, yaitu Yongzin Trijang Rinpoche, sebagai catatan agar tidak melupakan ajaran gurunya. Kemudian, Phabongkha Rinpoche menginstruksikan agar Trijang Rinpoche menulis dengan lengkap dan jelas supaya catatan tersebut dapat berguna untuk praktisi dharma yang masih kurang mengerti, dan untuk praktisi di masa depan. Setelah diedit dan disempurnakan dengan catatan kaki, naskah ini dijadikan buku berjudul Liberation in Our Hands.
Demi perkembangan Buddha Dharma di Nusantara, buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Ada 3 jilid buku, 2 jilid pertama sudah terbit di akhir tahun 2008, sedangkan jilid ke-3 akan terbit di bulan Maret-April. Jilid pertama menjelaskan praktik-praktik Buddhis yg paling dasar dan kemurnian ajaran tersebut. Jilid kedua menjelaskan praktik dharma untuk pemula. Jilid ketiga menjelaskan praktik dharma untuk mereka yg ingin bebas dari samsara dan yg ingin mencapai keBuddhaan.


Teks ini termasuk dalam kategori teks Mahayana yaitu LAMRIM (Tahapan Jalan Menuju Ke Pencerahan), dengan mengikuti ajaran LAMRIM kita akan dibimbing tahap demi tahap sampai akhirnya kita mendapatkan
kebahagiaan tertinggi dan merealisasi Kebuddhaan, dengan posisi seorang Buddha, kita akan dengan mudah dan mahir untuk menolong makhluk lain secara tuntas, agar supaya mereka juga mendapatkan kebahagiaan tertinggi sama seperti yang kita dapatkan.

Di buku ini, anda akan menemukan tujuan dan makna hidup yang sangat berarti dan berharga. Anda akan diajak untuk mengenal dan memahami kondisi dan situasi diri anda saat ini, dengan pola berpikir rasional
dan realistis.

Di buku ini, anda akan dibimbing untuk membenahi diri sendiri dan anda akan dibawa ke situasi yang lebih baik dari yang sebelumnya, oleh karenanya anda akan mendapatkan kebahagiaan duniawi dan kebahagiaan spiritual.

Di buku ini, dengan metode yang ada, anda akan berpraktik sesuai dengan Dharma setahap demi setahap sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang anda miliki, dan anda akan mendapatkan semua cita-cita
duniawi serta realisasi spiritual.

Di buku ini, dengan mengikuti tahapan Sang Jalan, sampai suatu saat, anda akan mendapatkan kebahagiaan tertinggi dengan merealisasi "pembebasan dari samsara".

Dan di buku ini pula, pada tahap akhir Sang Jalan, anda akan merealisasi "pencapaian Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna" demi untuk menolong makhluk yang lain, agar supaya semua makhluk mendapatkan kebahagiaan yang sama seperti yang anda dapatkan.


Walaupun Lamrim dapat diajarkan dalam berbagai cara yang berbeda-kadang-kadang secara luas/mendalam, kadang juga secara singkat, keistimewaannya adalah kecocokannya dengan semua tingkatan praktik. Bahkan siswa tingkat tertinggi pun dapat memperoleh banyak instruksi yang berguna yang berhubungan dengan praktik mereka. Orang-orang dengan tingkat spritual yang maju dapat dengan mudah memenuhi segala praktiknya untuk mencapai berbagai tujuan. Para praktisi pemula dapat juga belajar topik yang lengkap dan mempraktikkan ajaran Mahayana.

Secara singkat, Dagpo Rinpoche menegaskan bahwa instruksi Lamrim ini cocok bagi orang-orang dari seluruh tingkatan spiritual, baik pemula maupun yang sudah tingkat lanjut, yang memiliki kecerdasan yang tinggi maupun yang kurang- ia bermanfaat bagi setiap orang yang ingin berjalan di atas jalan spiritual.

Secara umum, teks-teks Lamrim ini berisi seluruh jalan untuk mencapai pencerahan yang diperuntukkan bagi praktisi dari semua level spiritual, dari pemula sampai praktisi tingkat lanjut.

Teks karya YM Atisha serta teks-teks Lamrim lainnya membagi para praktisi dalam 3 golongan atau 3 jangkauan motivasi, yaitu para makhluk dengan motivasi awal, motivasi menengah, dan motivasi agung.

Para praktisi Dharma ini secara umum menyadari bahwa hidup ini tidak memuaskan dan bahwa kita terus menerus lahir dalam kondisi yang tidak menyenangkan melalui proses kelahiran dan kematian yang berulang-ulang, dikenal dengan samsara. Adapun makhluk/praktisi Dharma yang memiliki motivasi awal berusaha untuk mendapatkan kelahiran di ketiga alam tinggi (alam manusia, alam setengah dewa, dan alam dewa, ini termasuk alam surga dan brahma), di mana terdapat banyak kenikmatan dan sedikit penderitaan. Para makhluk dengan motivasi menengah memahami bahwa sifat dari semua alam samsara adalah pemderitaan dan semua kenyamanan dari tiga alam tinggi pada akhirnya akan berakhir. Karena itu mereka bermotivasi untuk mencapai pembebasan dari samsara secara keseluruhan dan mencapai keadaan nirvana yang terbebaskan. Sedangkan para mahkluk dengan motivasi agung menyadari bahwa kebahagiaan personal nirvana adalah tidak lengkap tanpa memikirkan kebahagiaan makhluk lain. Karena itu, mereka berjuang keras untuk mencapai pencerahan sempurna, menjadi Samma Sambuddha, agar dapat menuntun makhluk-makhluk lain untuk mencapai pembebasan pula.

Keunggulan ajaran Lamrim

Tradisi lisan/oral memuat banyak kiasan dan contoh yang dibuat untuk mengilustrasikan kualitas spesial dari Lamrim. Misalnya, selama ceramah di Sera Mey, Pabongka Rinpoche berkali-kali menjelaskan bahwa Lamrim merepresentasikan esensi dari semua ajaran Buddha. Beliau menjelaskan bahwa jika kita mengumpulkan semua buku-buku/kitab suci yang memuat kata-kata Guru Buddha, kumpulan tersebut akan menyerupai jajaran pegunungan yang besar sekali. Dan ketika seorang guru mengungkapkan instruksi Lamrim, kumpulan ini akan mulai bergetar dan bergoyang, seperti seseorang yang hatinya terpotong, karena guru ini akan mengekstrak (mengambil inti sari) dari setiap naskah yang ada dalam kumpulan yang sangat besar ini. Ditambahkan lagi, jika Anda tidak mampu untuk membaca, mempelajari atau mendengarkan seluruh ajaran Buddha sebanyak 84000 kumpulan ini, Anda tetap dapat mengumpulkan kebajikan yang sama dengan melakukan hal tersebut, hanya dengan mempelajari Lamrim. Karena alasan inilah, tradisi Lamrim ini dikatakan sebagai sebuah samudra, di mana seluruh 'sungai' ajaran Buddha yang sangat banyak dan bervariasi ini, bermuara.

Keuntungan penting lainnya dari Lamrim adalah ajaran ini mencegah Anda mempunyai pandangan salah bahwa ada bagian dari doktrin Buddha yang saling berkontradiksi/berlawanan. Anda akan mengenali bahwa semua instruksi ini sebagai elemen dari kumpulan ajaran yang tidak dapat dipisahkan, di mana setiap orang, tanpa kecuali, harus mempelajarinya dan mempraktikkannya untuk mencapai pencerahan. Beberapa instruksi berhubungan dengan periode awal dari praktik kita dan beberapa lagi dengan periode tengah. Yang lain untuk praktisi yang sangat lanjut Dipandang dari segi lain, tidak baik bagi pemula untuk mencoba mempraktikkan instruksi yang tertinggi dan paling esoterik (dalam hal ini adalah ajaran Tantra) . Bahkan menjelaskan kepadanya saja akan membuat 'kepalanya meledak'. Tetapi jika sang praktisi belajar instruksi Lamrim dengan lengkap, menurut susunan yang sesuai, maka segala bahaya tersebut akan lenyap.

Karena level para pendengarnya yang berbeda-beda, ajaran-ajaran Buddha telah diinterpretasi/dipahami secara berlainan dalam berbagai sistem filosofi Buddhis. Tetapi dengan mempelajari Lamrim, Anda dapat membedakan pandangan dari semua sekte, dan akhirnya memahami sesuatu yang merepresentasikan pemikiran tertinggi dari Buddha. Dengan Lamrim, Anda juga dapat terhindar dari membuat pernyataan yang salah tentang ajaran dan karena itu terhindar dari melakukan ucapan salah dan perbuatan buruk lainnya. Ini hanyalah beberapa keuntungan yang didapat dari mempelajari Lamrim.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Hikoza83

Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

xenocross

Y.M. Atisha adalah seorang pandita Buddhis terbesar di abad ke-11 Masehi dan Pemimpin Universitas Vikramasila, Pusat Pendidikan Buddhis Besar terakhir di India.

Y.M. Atisha dilahirkan sekitar tahun 980 M sebagai seorang pangeran di Bengali Timur. Pada perjalanan hidup selanjutnya Beliau kemudian meninggalkan kehidupan duniawi. Di bawah bimbingan seorang Guru Besar bernama Rahula, Y.M. Atisha mempelajari semua kitab-kitab suci baik Hinayana maupun Mahayana. Ia sendiri kemudian juga dikenal sebagai seorang Guru besar.

Dikisahakan bahwa, meskipun telah menjadi seorang yang sangat terdidik dan seorang Guru Besar, Y.M. Atisha masih terus dicengkeram oleh keraguan akan jalan terbaik mana yang dapat membawanya secara cepat menuju Pencerahan Agung. Hingga suatu saat, ketika sedang berpradaksina di Bodh Gaya, Beliau tiba-tiba tersadarkan dari keraguannya setelah pada beberapa kesempatan secara tidak sengaja mendengar percakapan di antara sesama peziarah. Saat itu juga Y.M. Atisha menyadari bahwa Bodhicitta adalah jalan terbaik yang selama ini Beliau cari-cari. Y.M. Atisha kemudian mencari Guru Besar terbaik yang ada pada masa itu yang dapat memberinya bimbingan dalam praktek pengembangan Bodhicitta. Berdasar petunjuk dari dalam batinnya iapun bergegas mengarungi lautan menuju ke tempat Y.M. Dharmakirti atau Serlingpa di Sriwijaya, Pulau Sumatera, Indonesia.

Y.M. Atisha belajar dan berlatih selama kurang lebih 12 tahun di Sumatera. Salah satu warisan ajaran unik yang Beliau dapat di sini adalah Lojong. Yaitu suatu metode mengembangkan Bodhicitta dengan cara melatih pikiran menyamakan dan menukar diri sendiri dengan yang lain serta praktek menerima dan memberi Tong-len (bahasa Tibet). Dalam Tong-len seseorang berlatih secara sukarela menerima semua beban kesengsaraan dan penderitaan dari makhluk lain serta memberikan kepada yang lain segala kesehatan, kebahagiaan dan apapun yang diri ini dambakan. Beliau begitu menghargai dan mensyukuri apa yang telah Beliau dapatkan dari Y.M. Serlingpa sehingga dikemudian hari setiap menyebutkan nama Guru junjungannya ini Beliau akan memenjamkan mata, merangkapkan telapak tangan di depan dada dan membungkuk sedikit.

Y.M. Atisha menghabiskan 12 tahun terakhirnya mengajar dan menyebarkan Buddha Dharma di Tibet. Saran-saran praktek Y.M. Atisha yang ringkas, tajam dan praktis masih diajarkan secara luas dan dipraktekkan oleh seluruh Tradisi Agama Buddha yang ada di Tibet hingga saat ini.


Asal mula, silsilah dan penyebab munculnya ajaran Lamrim
Ajaran Buddha ini sedemikian banyaknya sehingga termuat dalam kitab suci yang nampaknya tak terhitung jumlahnya. Hal ini karena selama lebih dari 45 tahun, Buddha telah mengajar dan mempunyai pengikut yang sedemikian banyaknya, yang kepada mereka ini, beliau mengajarkan Dharma mulia pada berbagai kesempatan di berbagai tempat. Terlebih lagi, ajaran yang diberikan beliau selalu disesuaikan dengan harapan, watak / sifat, dan tingkat pengertian serta intelektual para pendengarnya yang berbeda-beda. Beberapa dari ajaran beliau diperuntukkan bagi para pemula, beberapa untuk orang yang telah cukup `matang' (dalam hal perkembangan spritualnya), beberapa untuk para praktisi Theravada, juga untuk para praktisi Mahayana, dan beberapa lagi untuk para siswa Mahayana beliau yang paling lanjut (dalam hal pengetahuan maupun pemahaman serta realisasi atas ajaran Mahayana). Guru Buddha bahkan mengajar di tempat-tempat lain selain di alam manusia, seperti di alam naga, tempat kediaman para dewa maupun setengah dewa.

Salah satu point utama yang harus kita pahami tentang sekumpulan ajaran yang sangat banyak ini adalah bahwa semua ini merepresentasikan suatu tubuh instruksi yang konsisten yang harus dipelajari dan dikuasai setiap orang yang ingin mencapai pencerahan.

Terdapat orang-orang yang memiliki pandangan keliru tentang apakah Lamrim itu, mereka mengira bahwa Lamrim adalah sebuah teks atau ajaran yang ditemukan oleh YM Atisha atau YM Je Tsongkhapa. Tentu saja hal ini tidak tepat. Pada kenyataannya, dikatakan bahwa semua ajaran Sang Buddha termuat di dalam Lamrim sedemikian hingga mereka adalah ajaran-ajaran yang dapat menuntun seseorang untuk merealisasikan pencerahan.
Sang Buddha memberikan 84 ribu jenis ajaran, namun ajaran yang terpenting adalah Sutra Kesempurnaan Kebijaksanaan , yang memiliki beberapa versi, di antaranya 100.000 ribu baris, 25000 baris , 8000 baris, dan yang tersingkat dikenal dengan sebutan Sutra Hati (Heart Sutra).

Sutra Kesempurnaan Kebijaksanaan memuat esensi semua ajaran Sang Buddha Shakyamuni. Terdapat dua tingkatan makna di dalam isi sutra tersebut. Isi yang eksplisit menjelaskan tentang topik yang mendalam, yaitu Shunyata atau kekosongan, dan isi yang implicit menjelaskan tentang jalan/topic ekstensif. Kedua tingkatan ajaran ini diturunkan kepada dua pemegang silsilah. Jalan yang mendalam diturunkan kepada Arya Manjushri oleh Buddha Shakyamuni, yang merupakan sumber dari Silsilah Jalan yang Mendalam. Jadi Silsilah ini berawal dari Buddha Shakyamuni, kemudian diturunkan ke Manjusri, lalu ke Nagarjuna. Selanjutnya beliau menurunkan instruksi ini kepada Aryadeva, Candrakirti dan guru-guru besar lainnya.
Jalan yang ekstensif diturunkan kepada Arya Maitreya, membentuk silsilah Jalan yang
Ekstensif. Dari Arya Maitreya, silsilah ini berlanjut ke Arya Asanga dan kemudian diturunkan ke para guru dan lama lainnya, di antaranya YM Serlingpa Dharmakirti. Kedua silsilah ini ditransmisikan kepada YM Atisha yang kemudian menyatukannya. Kedua silsilah ini mentransmisikan dua aspek utama dari jalan menuju pencerahan, yaitu aspek kebijaksanaan dan aspek metode.

Seluruh ajaran Buddha adalah metode untuk menuntun kita mencapai pembebasan, lepas dari eksistensi yang berulang-ulang (samsara) atau pencerahan sempurna demi kepentingan semua makhluk. Aspek kebijaksanaan menyebabkan Seseorang mencapai pembebasan dari samsara. Sedangkan aspek metode atau aspek ekstensif memberikan kita sarana untuk mencapai pencerahan demi kepentingan semua makhluk. Secara ringkas, aspek metode berkaitan dengan ajaran untuk mempraktikkan aktivitas Bodhisattva yang sangat luas, sedangkan aspek
kebijaksanaan berkaitan dengan instruksi yang memberikan perhatian utama pada sifat ajaran Buddha yang mendalam dan terperinci

Kedua aspek ini terkandung di dalam Sutra-sutra Kesempurnaan Kebijaksanaan, aspek kebijaksanaan subyek yang eksplisit (jelas terlihat) sedangkan aspek mendalam atau metode adalah subyek yang implicit (makna tersembunyi)

Dari YM Atisha, silsilah Lamrim ini berlanjut ke siswa utama beliau, yaitu YM Dromtonpa. Dari YM Dromtonpa, timbul kembali 3 silsilah yang berbeda, hingga pada akhirnya disatukan kembali oleh YM Je Tsongkapa. Silsilah yang tak terputuskan ini kemudian sampai ke Dagpo Rinpoche Jamphel Lhundrup yang kemudian diteruskan oleh YM Pabongka Rinpoche. Dua siswa utama beliau adalah Kyabje Ling Rinpoche dan Kyabje Trijang Rinpoche yang merupakan guru utama dari HH Dalai Lama ke 14 dan juga guru utama dari Dagpo Rinpoche Jampa Gyatso (Dagpo Rinpoche yang
sekarang)

Beberapa dari guru silsilah yang termasyur ini menyusun risalah (ringkasan yang sistematis) untuk membantu kita mempelajari dan mempraktikkan ajaran Buddha dengan lebih mudah. Sebuah teks yang dipandang sebagai cikal bakal dari seluruh teks Lamrim adalah Cahaya Penerang Jalan untuk mencapai Pencerahan, (Light of the Path to Enlightenment, skt: Bodhipathapradipam), yang ditulis oleh guru India
termasyur sesaat setelah beliau tiba di Tibet pada awal abad ke 11. Dengan kata-kata dari Buddha sendiri sebagai sumbernya, karya ini menjadi teks akar/dasar untuk semua ajaran Lamrim lainnya yang ditulis oleh para guru bangsa Tibet. Karya ini sangat berguna karena Atisha telah menyusun ajaran Buddha ini dalam urutan yang logis, menggambarkan susunan langkah demi langkah, yang dapat dipahami dan dipraktikkan oleh siapapun yang ingin mengikuti jalan Buddha, apapun tingkat spritual yang dimilikinya. Selain itu, Atisha tidak hanya membawa ajaran Buddha ini ke Tibet, tetapi juga tradisi lisan dari ajaran-ajaran ini. Jadi hingga sekarang, tradisi lisan ini tetap hidup, ajaran ini diturunkan secara lisan dari guru ke murid, secara tak terputuskan, dari Buddha Shakyamuni sendiri hingga ke Guru-guru besar Buddhisme yang masa sekarang.

Ketika Atisha berkunjung ke Tibet, sekitar 15 abad setelah Guru Buddha wafat, banyak para pengikut Buddhis tidak lagi dapat menyerap / memahami sifat-sifat dasar dari ajaran-ajaran beliau. Situasi ini tidak hanya terjadi di Tibet saja. Di India, misalnya, para pengikut tradisi yang dikenal dengan Hinayana tidak menerima
ajaran Mahayana sebagai suatu ajaran yang asli. Demikian juga, beberapa yang lebih menyukai ajaran Tantra mengkritik tradisi Sutrayana, sedangkan pengikut Sutrayana juga menolak praktek yang diajarkan dalam Buddhisme Tantra. Konflik demikian terjadi karena masing-masing pribadi gagal untuk memahami pemikiran Buddha secara utuh, mereka menumbuhkan kepercayaan yang salah tentang makna dari ajaran Buddha, mereka mengalami keragu-raguan tentang kebenaran
ajaran Buddha ini. Melalui ajarannya ini (Cahaya Penerang Jalan, The Lamp of the Path Skt:Bodhipattapradipam), Atisha menyapu bersih semua halangan dan membangun kembali doktrin dari Buddha yang murni di Tibet. Otoritas dari ajaran Lamrim dari Atisha ini diterima di mana-mana tanpa penolakan maupun perbedaan pendapat dan argumen.

Banyak tulisan tentang Lamrim lain yang telah disusun oleh para guru silsilah masa sekarang. Kesemuanya ini, sekumpulan literature Tibetan adalah catatan sejarah dari tradisi Mahayana yang tak tenodai selama lebih dari 9,5 abad.

Beberapa lama setelah masa Atisha, kembali muncul pandangan salah yang mencemari ajaran Buddha. Pada abad ke 14, muncullah Je Tsongkapa yang Agung. Selama awal kehidupannya, beliau menyempurnakan pengetahuannya dan pada akhirnya mempraktikkannya dengan intensif serta mengajar, sehingga beliau terkenal sebagai guru yang sangat termasyur. Beliau juga memperoleh kemampuan untuk dapat berkomunikasi langsung dengan Manjushri dengan mudah seperti kita berbicara dengan manusia lain. Jadi beliau dapat memohon dan menerima instruksi
dari `deiti' ini kapanpun beliau mau.

Karena kondisi Buddha Dharma di Tibet yang mengalami kemerosotan inilah, beliau kemudian menyusun karya agungnya, Tahapan Jalan yang Agung (The Great Stages Of the Path). Dengan menggunakan Cahaya Penerang Jalan karya Atisha sebagai teks dasar, beliau menggambarkan susunan sutra-sutra Buddhis serta komentar-komentar yang dibuat oleh para guru-guru India, dengan tujuan menghilangkan pandangan salah dan membangun jalan Mahayana yang sesungguhnya untuk mencapai pencerahan. Tetapi menyadari bahwa sejumlah besar instruksi yang termuat di dalam karyanya terlalu banyak sehingga akan membuat sebagian besar
praktisinya kewalahan, Raja Dharma yang Agung ini kemudian menyusun risalah yang lain. Tahapan Jalan yang Lebih Pendek, yang berisi hanya instruksi-instruksi Lamrim yang penting saja. Akhirnya, beliau menyusun Tahapan Jalan yang Ringkas (dikenal juga dengan Rangkaian Pengalaman-pengalaman), suatu puisi seperti himne, yang
mendeskripsikan realisasi spritual yang beliau sendiri telah dapatkan. Ketiga karya ini dikenal dengan risalah yang luas, menengah, dan singkat, sering disebut Trilogi Lamrim dari Tsongkapa.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

copas dari singthung di http://www..org/showthread.php?t=41975

Jey Tsongkhapa merupakan salah seorang guru besar dari Tibet yang sangat terkenal, bukan saja karena kepandaiannya, tetapi juga karena praktik Dharmanya yang sempurna. Sumber utama penulisan naskah ini adalah buku berjudul THE LIFE AND TEACHINGS OF TSONGKHAPA yang diterbitkan oleh Library of Tibetan Works and Archieves.Tulisan ini hanyalah memuat sebagian kecil dari riwayat hidup beliau yang sangat mengagumkan ini. Naskah ini disusun oleh Tim Naskah Kadam Choe Ling Bandung pada Juli 2001.

Je Tsongkhapa, yang juga dikenal dengan sebutan Jey Rinpoche, dilahirkan di daerah Tsongkha provinsi Amdo, sebelah timur Tibet pada tahun 1357. Saat usia 3 tahun, beliau menerima pentahbisan upasika secara penuh (full fledged lay ordination) dari Karmapa ke 4, Rolpey Dorjey (1340-1383), dan diberikan nama Kunga Nyingpo. Pada usia 7 tahun, beliau menerima sumpah Samanera (ditahbiskan menjadi Samanera) dari gurunya Chojey Dhondrup Rinchen, dan diberikan nama Lobsang Drakpa. Bahkan pada usia yang masih sangat mudah ini, beliau telah menerima banyak ajaran dan inisiasi seperti inisiasi Heruka, Yamantaka, dan Hevajra, dan dapat melafalkan teks seperti Ekspresi dari Nama Manjushri (Expression of the Names of Manjushri) tanpa melihat teks tersebut .(Beliau hafal seluruh isi teks tersebut). Dikatakan bahwa beliau sangat menjaga kemurnian sila beliau, lebih daripada mata atau tubuh beliau sendiri.

Je Tsongkhapa mengembara sampai jauh demi mencari pengetahuan dan belajar dengan para guru dari berbagai tradisi yang ada, dimulai dengan Chennga Chokyi Gyelpo., seorang Lama dari Vihara Drikung Kargyu. Dari beliau, Jey Rinpoche menerima ajaran dengan topik antara lain pikiran pencerahan (Bodhicita) dan Segel Agung (The Great Seal / Mahamudra). Beliau diajarkan risalah(rangkuman) pengobatan oleh Konchok Kyab di Drikung.
Setelah itu beliau pergi ke Vihara Chodra Chenpo Dewachen di Nyetang. Di sana beliau belajar dengan Tashi Sengi dan Densapa Gekong. Kemudian beliau belajar lebih lanjut dengan Yonten Gyatso. Yonten Gyatso mengajari beliau cara membaca risalah-risalah agung dan membantu beliau belajar Ornamen untuk Realisasi yang jelas (The Ornaments for Clear Realisation). Dalam 18 hari beliau telah mampu menghafal dan menyerap baik teks akar maupun komentarnya, dan dengan segera menguasai semua karya Buddha Maitreya. Kemudian beliau memperoleh pemahaman yang lengkap atas Kesempurnaan Kebijaksanaan (Perfection of Wisdom) secara cepat dan dengan sedikit usaha. Beliau dikagumi oleh gurunya maupun para sahabatnya karena keunggulannya dalam berdebat serta pengetahuannya itu.

Pada usia 19 tahun,setelah 2 tahun mempelajari Kesempurnaan Kebijaksanaan,beliau terkenal sebagai seorang cendekiawan besar.Kemudian beliau pergi mengunjungi Nyapon Kunga Pel di Tzechen untuk memohon instruksi atas Kesempurnaan Kebijaksanaan dari beliau. Tetapi karena kondisi kesehatan beliau, Nyapon Kunga Pel menganjurkan Tsongkhapa untuk belajar dengan siswanya, Rendawa. Tsongkhapa sangat menghormati Rendawa karena metode pengajaran beliau atas Harta Karun Pengetahuan (Treasury of Knowledge)berserta komentar langsungnya. Guru ini mempunyai kualitas yang luar biasa. Di kemudian hari, Tsongkhapa menganggap Rendawa sebagai guru utamanya. Tsongkhapa juga menerima ajaran tentang filosofi Jalan Tengah (Madhyamika) dari Rendawa.

Tsongkhapa menyusun sebuah ayat sebagai penghormatan kepada Rendawa dan kemudian sering melafalkan ayat ini.

Manjushri, Raja Maha Tahu yang tak bernoda
Avalokitesvara, Yang mempunyai cinta kasih murni yang luar biasa
Oh Rendawa Zhonnu Lodro, mahkota permata dari para orang suci Tibetan
Di kakimu, saya memohon
Berikan perlindungan kepadaku, sang pencari kebebasan.

Kemudian Rendawa membalas bahwa syair lebih cocok diperuntukkan bagi Tsongkhapa dan kemudian mengadaptasi ayat tersebut sebagai berikut :

Avalokitesvara, yang mempunyai cinta kasih murni yang luar biasa.
Manjushri, Raja pengetahuan tak bernoda.
Vajrapani, penghancur semua kekuatan jahat
Oh Jey Tsongkhapa, Losang Drakpa,
Mahkota permata para orang suci Tanah Bersalju
Dengan rendah hati aku memohon berkatmu.

Ayat inilah yang kemudian dikenal dengan mantra Tsongkhapa(Migsetma)

Beliau juga belajar displin keviharaan (Vinaya), fenomenologi(ilmu tentang perkembangan kesadaran dan pengenalan diri manusia sebagai ilmu yang mendahului filsafat atau bagian dari filsafat), Pengertian Benar (Valid Conigtion), Jalan Tengah (Middle Way), dan Guhyasamaja dengan para lama seperti Kazhipa Losel dan Rendawa. Beliau juga menerima transmisi Enam Doktrin Naropa, Kalachakra, Mahamudra, Jalan dan Buahnya (The Path and Its Fruit), Chakrasamvara, dan masih banyak lain. Selain itu, beliau juga mentransmisikan semua ini kepada siswa-siswanya.

Tsongkhapa belajar kepada lebih dari seratus guru, berlatih secara mendalam dan mengajar kepada ribuan siswanya, terutama di daerah tengah dan timur dari negara Tibet. Beliau juga banyak menulis (teks-teks Dharma). Kumpulan karya beliau, terdiri dari 18 bab, memuat ratusan judul yang berhubungan dengan seluruh aspek dari ajaran Buddha dan mengklarifikasi (memperjelas) beberapa topik yang paling sulit dari ajaran Sutrayana dan Mantrayana. Beberapa karya beliau yang utama adalah Penjelasan Agung tentang Tahapan Jalan. (The Great Exposition of the Stages of the Path / Lam-rim Chen-mo), Penjelasan Agung tentang Tantra (The Great Exposition of Tantras (sNgag-rim Chenmo), Esensi Keagungan Ajaran yang Interpretif dan Definitif (The Essence of Eloquence on the Interpretive and Definitive Teachings / Drnng-nges legsbshad snying-po), Pujian Relativitas (The Praise of Relativity/ rTen-'brel bstodpa), Penjelasan yang terperinci tentang Lima Tahapan Guhyasamaja (The Clear Exposition of the Five Stages of Guhyasamaja / gSang-'dus rim-lnga gsaal-sgron),serta Tasbih Emas (The Golden Rosary / gSer-phreng).

Diantara para siswa utamanya, Gyeltsab Dharma Rinchen (1364-1432), Khedrub Geleg Pelsang (1385-1438), Gyalwa Gendun Drup (1391-1474), Jamyang Chojey Tashi Pelden (1379-1449),Jamchen Chojey Shakya Yeshe, Jey Sherab Sengey, dan Kunga Dhondup (1354-1438) adalah beberapa siswa beliau yang lebih penting. Selain belajar dan mengajar, beliau juga melakukan retret meditasi yang mendalam. Yang terlama, di Wolkha Cholung,selama 4 tahun. Beliau ditemani oleh 8 siswa terdekatnya. Beliau terkenal karena telah melakukan berjuta-juta namaskara,persembahan mandala, dan berbagai cara praktek purifikasi. Tsongkhapa sering mendapat penglihatan atas deitis meditasi,khususnya Manjushri. Dengan Manjushri, beliau dapat berkomunikasi untuk menjawab berbagai pertanyaannya tentang aspek yang mendalam dari berbagai ajaran. Tsongkhapa wafat pada usia 60 pada tanggal 25 bulan ke 10,penanggalan Tibetan, tahun masehi 1419. Sebenarnya masih banyak hal yang dapat ditulis mengenai riwayat hidup beliau ini. Dari kisah hidup beliau yang agung ini, banyak hal yang dapat kita pelajari dan kita renungkan. Usaha beliau yang tak kenal lelah dalam mempelajari dan mempraktikkan Dharma adalah sebuah contoh yang sangat sempurna bagi kita semua.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra