Manjusri

Started by Forte, 09 July 2007, 06:27:27 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

morpheus

kalo yg ini berhala gak sol? tolong pendapat kamu mengenai patung yg terkenal ini. kata2nya yg konsisten ya ;D



QuoteThe golden swan, the mythical steed of Brahma, is also revered in Thai culture. The royal barge, Suphannahongsa was named after the golden swan, which has been the name of the King's personal barge since King Rama I.

Over the years, Brahma's knowledge and power has granted the wishes of many. Word of the power of this famous deity has spread far and wide and the legend of the Erawan Shrine has been the source of hope and sustenance.

Thais and ethnic Chinese from SE Asia, Taiwan and Hong Kong, who are mainly Buddhists and Taoists, flock to the shrine to pray and seek the blessings of the fouor-faced Brahma.

The four faced Buddha at the Erawan Shrine is a Hindu legacy in Bangkok that has become a fusion of faiths.

* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Hikoza83

#16
bole ikutan komentar bro morpheus?  ;D
komentarnya: Kata orang bijak, kalau beli permen jangan makan bungkusnya, tapi isinya. :)
Buddhisme menyebar ke seluruh penjuru dan menyesuaikan dengan kebudayaan setempat. Daripada menghancurkan suatu kebudayaan, agama Buddha berjalan harmonis dengannya : "Jika itu yang engkau percaya, dan jika itulah caramu melihat hidup ini, ayo kita mulai dari sana". Namun esensi-esensi dasar agama Buddha tetap dipertahankan, pengendalian diri.
music on : "Jagalah hati, jangan kau nodai. Jagalah hati, pelita hidup ini." music off.
Suhu mode on : "Sati...Sati... Sati..." mode off.  _/\_

QuoteOrang yang menjalankan prinsip dasar agama Buddha akan segera memahami bahwa sektarianisme itu buruk dan tidak perlu adanya. Mereka yang mengoceh bahwa aliran atau sekte mereka itu 'murni' dan bahwa yang lainnya 'sesat' telah dengan sombong dan kasar menyakiti akar dari agama Buddha dan memperlihatkan lemahnya perkembangan spritual mereka. Mereka tidak memahami tradisi yang mereka serang dimana hanya beralasan bahwa "aliran lain itu salah dan tidak seperti aliran kita!".[Ven. Piyasilo]


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

El Sol

Quote from: morpheus on 02 March 2008, 06:58:40 PM
kalo yg ini berhala gak sol? tolong pendapat kamu mengenai patung yg terkenal ini. kata2nya yg konsisten ya ;D



QuoteThe golden swan, the mythical steed of Brahma, is also revered in Thai culture. The royal barge, Suphannahongsa was named after the golden swan, which has been the name of the King's personal barge since King Rama I.

Over the years, Brahma's knowledge and power has granted the wishes of many. Word of the power of this famous deity has spread far and wide and the legend of the Erawan Shrine has been the source of hope and sustenance.

Thais and ethnic Chinese from SE Asia, Taiwan and Hong Kong, who are mainly Buddhists and Taoists, flock to the shrine to pray and seek the blessings of the fouor-faced Brahma.

The four faced Buddha at the Erawan Shrine is a Hindu legacy in Bangkok that has become a fusion of faiths.


Sang Buddha ada bilank kalo ada yg namane Dewa...dan dalam Buddhism..menyembah dewa itu tidak disarankan tetapi tidak dilarang juga..

kalo sebagai seorang Buddhist sejati, aku rasa seh gk pantas menyembah dewa2...menghormat boleh..tapi gk perlu sampe menyerahkan seluruh waktu dan batin kita terhadap dewa2...

jadi apakah menyembah itu berhala? jawapanny...YES!...

karena umat Buddha diajarkan untuk tidak menyembah apapun..umat Buddha ajah gk sembah Buddha..apalage sembah dewa?


bond

Jadi intinya adalah menyembah dan menghormati adalah dua hal yg berbeda, perbedaanya adalah di hati orang itu. Walaupun dari sikap menghormati kepada dewa ataupun Buddha sering disalah artikan sebagai menyembah. Padahal hormat kepada bendera saja bisa dikatakan menyembah kalo hatinya mengandung keberhalaan yaitu menghambakan diri pada objek yg disembah.

Ada juga dalam sutta (lupa sutta apa)bergaul dengan para dewa merupakan berkah. Jadi kembali kepada kaum Mahayanis menyikapi dengan hatinya terhadap para Dewanya apakah dihormati atau disembah.

_/\_

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

El Sol

 [at] atas
bedane itu mereka terlalu melekat pada Buddha itu...contohne baca nama Amithaba, minta tolong ama Avalo, mao pinter gk belajar tapi malah baca mantra manjusri...dll...

orang2 yg nyembah Brahma..kayakne gk sampe gitu deh..ato blum? gk jelas...aye gk setuju ama dua2nye...

morpheus

Quote from: Hikoza83 on 03 March 2008, 08:26:55 AM
bole ikutan komentar bro morpheus?  ;D
buoleeeeh....

Quote from: Hikoza83 on 03 March 2008, 08:26:55 AM
komentarnya: Kata orang bijak, kalau beli permen jangan makan bungkusnya, tapi isinya. :)
Buddhisme menyebar ke seluruh penjuru dan menyesuaikan dengan kebudayaan setempat. Daripada menghancurkan suatu kebudayaan, agama Buddha berjalan harmonis dengannya : "Jika itu yang engkau percaya, dan jika itulah caramu melihat hidup ini, ayo kita mulai dari sana". Namun esensi-esensi dasar agama Buddha tetap dipertahankan, pengendalian diri.
saya setuju dengan anda, bang...

tapi tujuan saya mengutipkan erawan shrine ini adalah untuk menunjukkan bahwa dalam prakteknya konsep spiritual apapun (baik itu theravada maupun mahayana) bisa diselewengkan dan dicampuradukkan dengan kepercayaan lain menjadi sebuah praktek yg "populer" seperti meminta2, berdoa minta kabulkan ini itu, dll. sejauh yg saya dengar dari praktisi meditasi mahayana, sebenernya konsep kuan yin dan amitaba itu lebih ditujukan ke dalam, bukan untuk minta2, bukan untuk berjuruselamat-ria, dsb...

dari kutipan di atas di negara buddhis theravada yg sangat kental seperti thailand saja praktek meminta2 di depan patung brahma hindu tersebut udah sangat luas dilakukan di mana2 oleh para theravadin, walaupun ajaran spiritual theravada tidak menyarankannya...

bahkan kalo kita pikir2, semasa hidup buddha sampai beberapa puluh (ratus?) tahun sesudah parinibbana, tidak dikenal yg namanya patung buddha. dalam hal ini agar konsisten dalam bersikap, apakah para murniwan dan murniwati perlu menganjurkan pemusnahan seluruh patung2 buddha karena patung2 itu adalah praktek yg tidak "murni", menyesatkan (soalnya bisa diminta2in juga) dan tidak dikenal di jaman sang buddha? ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Hikoza83

Quote from: morpheus on 03 March 2008, 12:51:47 PM

Quote from: Hikoza83 on 03 March 2008, 08:26:55 AM
komentarnya: Kata orang bijak, kalau beli permen jangan makan bungkusnya, tapi isinya. :)
Buddhisme menyebar ke seluruh penjuru dan menyesuaikan dengan kebudayaan setempat. Daripada menghancurkan suatu kebudayaan, agama Buddha berjalan harmonis dengannya : "Jika itu yang engkau percaya, dan jika itulah caramu melihat hidup ini, ayo kita mulai dari sana". Namun esensi-esensi dasar agama Buddha tetap dipertahankan, pengendalian diri.
saya setuju dengan anda, bang...

tapi tujuan saya mengutipkan erawan shrine ini adalah untuk menunjukkan bahwa dalam prakteknya konsep spiritual apapun (baik itu theravada maupun mahayana) bisa diselewengkan dan dicampuradukkan dengan kepercayaan lain menjadi sebuah praktek yg "populer" seperti meminta2, berdoa minta kabulkan ini itu, dll. sejauh yg saya dengar dari praktisi meditasi mahayana, sebenernya konsep kuan yin dan amitaba itu lebih ditujukan ke dalam, bukan untuk minta2, bukan untuk berjuruselamat-ria, dsb...

dari kutipan di atas di negara buddhis theravada yg sangat kental seperti thailand saja praktek meminta2 di depan patung brahma hindu tersebut udah sangat luas dilakukan di mana2 oleh para theravadin, walaupun ajaran spiritual theravada tidak menyarankannya...

bahkan kalo kita pikir2, semasa hidup buddha sampai beberapa puluh (ratus?) tahun sesudah parinibbana, tidak dikenal yg namanya patung buddha. dalam hal ini agar konsisten dalam bersikap, apakah para murniwan dan murniwati perlu menganjurkan pemusnahan seluruh patung2 buddha karena patung2 itu adalah praktek yg tidak "murni", menyesatkan (soalnya bisa diminta2in juga) dan tidak dikenal di jaman sang buddha? ;D

bro morpheus, saya juga masih belajar tentang hal ini.
menurut pendapat saya, perkembangan batin tiap orang tidak sama, dan ketertarikan setiap orang tidak sama persis. Para missionaris Buddhisme tidak menekankan hal yang kaku seperti agama tetangga dalam segala hal, baik kebudayaan, tata cara, dsb yg harus sama persis dengan yang di daerah asal agama tsb. agar Buddhisme dapat berkembang di suatu daerah/negara, orang-orang mau belajar dan memperoleh manfaatnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, para missionaris beradaptasi dengan cara setempat. Menurut saya, hal ini dilakukan para missionaris Theravada maupun Mahayana.
saya kurang pintar dalam menjelaskan, mungkin artikel ini bisa membantu anda menemukan jawabannya :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=807.0
_/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

morpheus

bang hikoza, saya setuju dengan tulisan anda...
tapi sekali lagi, arah perbincangan saya bukan ke sana... sasaran saya bukan itu.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

tesla

Quotebahkan kalo kita pikir2, semasa hidup buddha sampai beberapa puluh (ratus?) tahun sesudah parinibbana, tidak dikenal yg namanya patung buddha. dalam hal ini agar konsisten dalam bersikap, apakah para murniwan dan murniwati perlu menganjurkan pemusnahan seluruh patung2 buddha karena patung2 itu adalah praktek yg tidak "murni", menyesatkan (soalnya bisa diminta2in juga) dan tidak dikenal di jaman sang buddha?

inilah uniknya ajaran Buddha...

berbeda dg ajaran agama lain, agama Buddha tidak menentang budaya-budaya yg tidak bertentangan dg inti ajaran Buddha (+baik, -jahat, sucikan pikiran). kalau seperti sistem kasta & perbudakan, tentu saja ditolak. karena hal tsb dapat memberikan penderitaan langsung bagi banyak mahkluk.

sedangkan kalau 'berdoa', 'minta perlindungan', dll setahu saya tidak ditolak oleh ajaran Buddha. kita sebagai penghuni samsara sudah pasti mengalami begitu banyak penderitaan. dg adanya sebuah eksistensi (apakah ilusi ataupun tidak) kalau dapat menghilangkan penderitaan (setidaknya penderitaan mental), tentu tidak bertentangan dg ajaran Buddha.

men-down-kan orang yg berdoa/menyembah apalagi dg cara kasar... jelas akan memberikan penderitaan (setidaknya mental, karena dirasakan menghina). jadi walau sebenarnya kita mencoba memberikan pengertiaan yg benar, tapi kalau malah menghasilkan penderitaan bagi orang lain, artinya kita sebenarnya tidak mempraktekkan ajaran Buddha, alias hanya tau teori.

berbeda dg agama lain yg menentang kita utk pergi vihara. sikap umat Buddha yg benar tidak menentang orang lain dg melarang dia pergi ke gereja ataupun mesjid (ataupun yg lain) dgn mengatakan itu salah/bodoh ataupun dg mengatakan menyembah/minta perlindungan adalah hal tolol. melainkan dg membangun kondisi-kondisi agar orang lain mengerti, tanpa ada rasa paksaan ataupun penghinaan yg menghasilkan penderitaan bagi orang lain. bukan utk memenuhi ego agar orang lain tahu bahwa kita paling benar, melainkan utk membantu orang lain dapat lebih terlepas dari penderitaan...

:lotus:

Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Hikoza83

Quote from: morpheus on 03 March 2008, 04:09:46 PM
bang hikoza, saya setuju dengan tulisan anda...
tapi sekali lagi, arah perbincangan saya bukan ke sana... sasaran saya bukan itu.

wew, maybe hitler berkenan memberi penjelasan tentang cinta kasih kepada mahatma gandhi.... :P
mudah2an kali ini ga salah sasaran, bro morpheus.  :)


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

morpheus

hitler? gandhi? sekarang giliran saya yg kagak ngarti nih :o
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Hendra Susanto

Quotengehek
wakakkkkakakkakakka.........

karma_rinchen

Hindu berasal dari buddhism.... thats what i know ;D

Edward

Hinduism sudah ada jauh sebelum Sidharta lahir lho...
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

kiman

Quote from: karma_rinchen on 24 May 2008, 01:05:03 PM
Hindu berasal dari buddhism.... thats what i know ;D
Hindu duluan, Sidharta belajar dengan para pertapa Hindu, lalu Sidharta mencapai pencerahannya sendiri (karena pertapaan yg dilakukan umat Hindu terlalu keras n bisa menyebabkan kematian). Hindu tidak berasal dari buddhism. Hindu memiliki konsepnya sendiri. Gitu bro..
U CAN GET DHARMA WITHOUT MONEY