Kelahiran Pangeran Sidharta

Started by ika_polim, 18 December 2008, 02:59:48 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Kelahiran Bodhisatta

Dengan berpegangan pada dahan pohon sàla, Ratu Mahàmaya berdiri dengan anggun dengan berpakaian dari bahan kain brokat berbenang emas dan selendang bersulamkan hiasan-hiasan indah berwarna putih yang mirip mata ikan yang menutupi sampai ujung jari kakinya. Pada saat itu ia merasakan tanda-tanda kelahiran. Para pelayannya buru-buru membentuk lingkaran dan menutupi area tersebut dengan tirai.
Pada saat itu, tiba-tiba sepuluh ribu alam semesta bersama-sama dengan samudra raya bergolak, berguncang dan berputar bagaikan roda pembuat tembikar. Dewa dan brahmà berseru gembira dan menyiramkan bunga-bunga dari angkasa; segala alat musik secara otomatis memainkan lagu-lagu yang indah dan merdu. Seluruh semesta menjadi terlihat cerah dan jernih tanpa halangan di semua arah. Fenomena-fenomena ajaib ini yang seluruhnya berjumlah tiga puluh dua terjadi menyambut kelahiran Bodhisatta. Bagaikan permata indah yang melayang keluar dari puncak Gunung Vepulla, melayang-layang kemudian turun perlahan-lahan di atas tempat yang telah dipersiapkan, demikianlah Bodhisatta yang berhiaskan tanda-tanda fisik besar dan kecil dilahirkan bersih dan suci dari rahim teratai yang mirip stupa milik Mahàmàyà Devã, pada hari Jumat, malam purnama di bulan Vesàkha, bulan musim panas di tahun 68 Mahà Era, ketika bulan dalam posisi segaris dengan bintang Visàkhà.

Pada saat kelahiran Bodhisatta, dua mata air, hangat dan dingin mengalir dari angkasa dan jatuh di tubuh Bodhisatta yang memang telah bersih dan suci dan tubuh ibunya sebagai penghormatan, mereka dapat menyesuaikan panas dan dingin dari air tersebut yang jatuh ke tubuh mereka.

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Bodhisatta Diterima Oleh Brahmà, Dewa, dan Manusia

Empat Mahàbrahmà yang telah bebas dari nafsu indria adalah yang pertama menerima Bodhisatta di atas sebuah jaring emas pada saat kelahiran. Kemudian mereka meletakkannya di depan sang ibu dan berkata, "Ratu, bergembiralah, seorang putra yang penuh kekuasaan telah engkau lahirkan."
Kemudian empat raja dewa menerima Bodhisatta dari tangan empat Mahàbrahmà di atas sehelai kulit rusa hitam seolah-olah benda yang sangat berharga. Kemudian manusia menerima Bodhisatta dari tangan empat raja dewa di atas sehelai kain putih.

Kemudian, setelah turun dari tangan manusia, Bodhissatta berdiri tegak di atas kedua kaki-Nya yang seolah-olah mengenakan sepatu emas, dan menginjak tanah dengan mantap, Ia memandang timur dan pada saat itu, ribuan alam semesta di sebelah timur terlihat jelas dalam posisi segaris tanpa ada halangan apa pun di antaranya. Para dewa dan manusia di sebelah timur memberi hormat kepada Bodhisatta dengan wangi-wangian, bunga dan lain-lain dan berkata, "O manusia mulia, tidak ada makhluk apa pun di sebelah timur yang dapat menyamai-Mu. Mungkinkah ada yang melebihi Engkau?"

Kemudian, Bodhisatta berturut-turut memandang sembilan arah lainnya—delapan arah mata angin, ke atas dan ke bawah—Ia melihat tidak ada yang dapat menandingi-Nya di segala arah. Selanjutnya, Ia menghadap ke arah utara dari tempat Ia berdiri, kemudian ia berjalan maju tujuh langkah.
Bodhisatta diikuti oleh Mahàbrahmà, raja brahmà, yang memayungi-Nya dengan payung putih dan Dewa Suyàma memegang pengusir serangga terbuat dari ekor yak. Para dewa lain membawa seluruh atribut kerajaan seperti sepatu, pedang, dan mahkota mengikuti dari belakang. Prosesi makhluk surgawi ini tidak terlihat oleh para manusia di sana, mereka hanya melihat tanda-tanda kebesaran mereka saja.

Catatan: Ketika berjalan, Bodhisatta berjalan biasa di atas tanah seperti manusia biasa, tetapi yang terlihat oleh manusia di sana, Bodhisatta berjalan di udara. Pada saat berjalan Bodhisatta dalam keadaan telanjang tanpa mengenakan pakaian apa pun, namun yang terlihat oleh manusia, Ia berpakaian lengkap. Bodhisatta adalah bayi yang baru lahir yang sedang berjalan, namun oleh mata manusia, Ia terlihat seperti anak berumur enam belas tahun.
(Apa yang telah dijelaskan di atas sehubungan dengan saat Bodhisatta berjalan tujuh langkah ke arah utara adalah sesuai dengan Komentar Buddhavaÿsa, Sutta Mahà Vagga dan Jàtaka. Namun dalam bab Vijita Maïgala dari Jinàlaïkàra, kelahiran Bodhisatta dijelaskan lebih terperinci sebagai berikut):
Sewaktu Bodhisatta berjalan, Mahàbrahmà mengikuti dan memayungi-Nya dengan payung putih berukuran tiga yojanà, demikian pula dengan para Mahàbrahmà dari alam semesta lainnya dengan payung berukuran sama. Sehingga seluruh semesta ditutupi oleh payung putih bagaikan karangan bunga berwarna putih.

Sepuluh ribu Dewa Suyàma dari sepuluh ribu alam semesta memegang pengusir serangga terbuat dari ekor yak. Para dewa dari sepuluh ribu Surga Tusita berdiri memegang kipas yang bertatahkan batu delima, semuanya mengayun-ayunkan kipas dan pengusir serangga yang mencapai puncak-puncak gunung di tepi semesta.

Demikian pula, sepuluh ribu Dewa Sakka dari sepuluh ribu alam semesta, meniupkan sepuluh ribu terompet dari kulit kerang. Semua dewa-dewa lain juga berbaris memberi hormat, beberapa membawa bunga-bunga emas, sementara yang lain membawa bunga-bunga asli atau bunga-bunga kristal yang menyilaukan (bunga-bunga yang kemilau seperti kristal); beberapa membawa spanduk, sementara yang lain membawa benda-benda bertatahkan permata sebagai persembahan. Dewi-dewi dengan berbagai persembahan di tangan mereka juga berbaris memenuhi seluruh semesta.
Ketika pertunjukan pemujaan yang seperti cakkhu rasàyana, yang menakjubkan itu sedang berlangsung, selagi ribuan terompet kulit kerang ditiup oleh para dewa dan manusia, selagi musik-musik surgawi dimainkan dan dewi-dewi menari gembira, Bodhisatta berhenti setelah berjalan tujuh langkah ke arah utara.
Pada saat itu semua brahmà, dewa, dan manusia seketika diam, menunggu sambil berharap dengan pikiran, "Apakah yang akan dikatakan oleh Bodhisatta?"
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Tiga Kelahiran di Mana Bodhisatta Langsung Berbicara Saat Terlahir

Bodhisatta langsung berbicara setelah lahir bukan hanya pada kelahirannya sebagai Pangeran Siddhattha, tetapi juga ketika Beliau terlahir sebagai Mahosadha Sang Bijaksana dan ketika Beliau terlahir sebagai Pangeran Vessantara. Dengan demikian ada tiga kelahiran di mana Bodhisatta langsung berbicara setelah terlahir.

Penjelasan singkat:

(1) Dalam kelahirannya sebagai Mahosadha Sang Bijaksana, Bodhisatta keluar dari rahim ibunya, sambil memegang sepotong kayu cendana yang diberikan oleh Dewa Sakka, raja dewa. Sang ibu yang menyaksikan benda yang dipegang oleh bayinya yang baru lahir bertanya, "Anakku, apa yang kau bawa di tanganmu?" "O Ibu, ini obat," jawab Bodhisatta.

Demikianlah, Beliau pada mulanya diberi nama Osadha Kumara, yang artinya, "Putra Obat." Obat itu dengan hati-hati disimpan dalam sebuah kendi. Semua pasien dengan berbagai penyakit seperti buta, tuli, dan dapat disembuhkan dengan obat tersebut, pasien pertama adalah ayahnya yang kaya raya, yang menderita sakit kepala disembuhkannya. Karena kemujaraban obat yang Beliau miliki, Bodhisatta kemudian dikenal sebagai Mahosadha, artinya, pemuda yang memiliki obat yang paling manjur.

(2) Dalam kelahiran Bodhisatta sebagai Raja Vessantara, ketika Beliau terlahir, Beliau mengulurkan tangan kanan dengan telapak tangan terbuka dan berkata, "O Ibu, apa yang engkau miliki dalam istana emasmu yang dapat kudanakan?" Sang ibu menjawab, "Anakku, Engkau terlahir untuk menjadi kaya raya di dalam istana emas ini." Kemudian sang ibu meraih tangan anaknya yang terbuka dan menyerahkan sekantung uang senilai seratus keping perak. Demikianlah, Bodhisatta berbicara saat kelahirannya sebagai Raja Vessantara.

(3) Seperti yang telah diceritakan di atas, dalam kehidupan terakhirnya sebagai Pangeran Siddhattha, Bodhisatta mengucapkan seruan berani begitu Beliau lahir.

Ini adalah tiga kelahiran di mana Bodhisatta langsung berbicara setelah ibu-Nya melahirkan-Nya
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Jerry

Nah kejadiannya setelah lahir, berjalan tujuh langkah dan mengucapkan "Akulah pemimpin, yg tertua dsb" stelah itu?
Jatuh pingsan dan kembali seperti bayi normal lainnya?
Atau bisa berjalan, lari dan beraktivitas layaknya manusia biasa? :)
Kurang ngikutin hal2 gini.. ;D

mohon sharingnya

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

ryu

IMO, kita sebagai umat Buddhist seharusnya bangga kepada sang Buddha yang adalah manusia biasa seperti kita yang telah menemukan Dhamma yang hilang, bukan sebagai Buddha yang luar biasa kesaktiannya, karena yang paling sakti itu adalah Dhammanya lho :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sunce™

menunjukkan kalo bayi siddharta merupakan seorang yang agung, dan tiada bandingannya di 3 alam..

Jerry

Nah kalo Dhamma, it's okay. Setuju ama om ryu.
Tapi kalau yg aneh2 .... :-?
appamadena sampadetha

Indra

Apanya yg aneh Bro Xuvie?
Mungkin bagi kita yang manusia biasa, hal2 tsb aneh dan ajaib. Tapi Pangeran Siddhattha bukan manusia biasa. beliau memiliki 32 tanda2 Superman. hal2 tsb, berjalan dan berbicara saat baru saja keluar dari kandungan ibunya, bukanlah hal aneh bagi seorang manusia luar biasa.

_/\_

N1AR

kalau siddharta menunjukan tanda2 superman, ataupun keajaiban2 lain padanya ,
secara tidak langsung mengakui kalau , masi ada yg lebih atas alias tuhan, yg memberikan aturan2 yg gak logis

Jerry

Cerita yg sama ada dlm agama Jaina, Mahavira juga begitu. ;D
Trus liat lagi lebih jauh, dlm tiap2 keyakinan, juga selalu dibumbui fenomena2 aneh begitu. Meski berbeda tergantung kultur sosialnya.

aneh.. sungguh aneh.. [hatred mode on] :)) :hammer:

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Indra

Quote from: N1AR on 14 January 2009, 02:10:00 PM
kalau siddharta menunjukan tanda2 superman, ataupun keajaiban2 lain padanya ,
secara tidak langsung mengakui kalau , masi ada yg lebih atas alias tuhan, yg memberikan aturan2 yg gak logis

nah kalau sudah sampe sini, saya mundur deh, Buddhist tidak membicarakan Tuhan

Jerry

Cmiiw, bukannya Dhamma Niyama mengatur hal2 yg tidak diatur dlm Niyama lainnya? Ini ajaran dari skul dulu lho.. hehe.. ga tau bener ngganya :P

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

N1AR

apa pernah buddha menceritakan kelahirannya dalam sutta?
kayanya sih gak mungkin deh.
kan buddha gak suka pamer ;D

itu hanya karangan fiksi untuk anak2 yg baru belajar agama buddha

kalau yg dewasa pasti bilang bukan agama , tapi jalan hidup dalam buddhist
karena buddhist tidak mempercayai tuhan ( jadi bukan agama )
tapi panutan s.gautama alias buddha ;D

bener gak? mohon selanjutnya

Rina Hong

Soal percaya ga percaya, yakin ga yakin, logis ga logis, kenapa dipertanyakan, bukankah itu pribadi masing2, dan untuk membuktikan kenapa ga coba diselami, misalnya dengan mengunjungi tempat2 kelahiran Siddharta, atau silahkan buktikan sendiri secara ilmu pengetahuan, atau praktekkan ajaran SB, kalau2 nanti jadi buddha kan sudah bisa melihat nih... kelahiran Buddha2 sebelumnya.


Quote from: N1AR on 14 January 2009, 02:17:40 PM
apa pernah buddha menceritakan kelahirannya dalam sutta?
kayanya sih gak mungkin deh.
kan buddha gak suka pamer ;D

itu hanya karangan fiksi untuk anak2 yg baru belajar agama buddha

kalau yg dewasa pasti bilang bukan agama , tapi jalan hidup dalam buddhist
karena buddhist tidak mempercayai tuhan ( jadi bukan agama )
tapi panutan s.gautama alias buddha ;D

bener gak? mohon selanjutnya

tidak suka pamer bukan berarti menyembunyikan kebenaran, Sang Buddha adalah Yang sadar, bukan untuk menyomobongkan diri melainkan menceritakan yang beliau sebut dhamma(kebenaran), contoh kalau kita mahir Matematika, sewaktu ditanya 'kamu bisa matematika ga?' lalu karna tidak mau pamer anda menjawab 'biasa2 saja deh, ga gitu mahir'(bukankah sudah tidak bener jawabannya) seperti ini contohnya...
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions