Pernyataan Umat Buddha Indonesia: Menyesalkan Pernyataan Walubi dan FKUB

Started by mxi, 04 October 2007, 05:18:27 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kembara

Quote from: Hikoza83 on 02 November 2007, 11:26:33 PM
Quote from: Kembara on 02 November 2007, 11:06:27 PM
Quote from: Kemenyan on 02 November 2007, 08:41:29 PM
Sudah waktunya Sangha untuk membenarkan yg salah...

Maksud Mbah Menyan disini = mengkoreksi yang salah menjadi benar kan, hehehe hampir salah pengertian menjadi = yang salah dinyatakan sebagai benar.

Mbah, mungkin karena memang sudah ciri khasnya umat Buddhist yang CINTA DAMAI (bukan sedikit2 ajak orang perang ataupun sok jihad2 an), TIDAK SUKA BERPOLEMIK, DAN BIARKAN PROSES KARMANYA BERBUAH SENDIRI, dan bla bla bla, jadi ya seperti itulah .... biarkan seperti air yang mengalir.....  :-[ (CMIIW)

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.
_/\_

ko Fendi, setahu saya, kita belajar Dharma Sang Buddha bukan buat jihad.  :)

Belajar untuk memahami diri sendiri dan orang lain, dan proses belajarnya bukan cari2 masalah di luar, tetapi ke dalam batin.

[music on]
jagalah hati, jangan kau nodai...  :x
jagalah hati, pelita hidup ini...  :lotus:
_/\_


By : Zen

Benar sekali Bro Agus...setuju.

Pada kesempatan ini saya juga ingin menambahkan :

Bahwa cerita saya soal kejadian kasus WALUBI tersebut diatas hanyalah bermaksud memberitahukan sejarah yang pernah terjadi, tidak bermaksud menghasut ataupun membangkitkan emosi pihak manapun. Cerita fakta itu harap bisa dibaca dengan lapang dada, dan menggunakan kebijaksanaan sebagai seorang Buddhist. (kalau tidak nanti karma buruknya makin berbuah ke saya  :'(  :'(   :'(^:)^

Sekali lagi kalau ada kata2 yang salah / kurang berkenan, ataupun kalau ada pihak2 yang merasa tersinggung, ataupun cara penulisan saya yang kurang berkenan, mohon maaf sebesar-besarnya.  ^:)^   ^:)^   ^:)^

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.
_/\_
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.

_/\_


Sukma Kemenyan

Quote from: Kembara on 02 November 2007, 11:06:27 PM
Mbah, mungkin karena memang sudah ciri khasnya umat Buddhist yang CINTA DAMAI, TIDAK SUKA BERPOLEMIK, DAN BIARKAN PROSES KARMANYA BERBUAH SENDIRI
Cinta Damai, Cinta Toleransi, Tidak suka polemik, biarkan proses karma berbuah...

Thats all its "Omong Kosong"...

Benar ya Benar...
Salah ya Salah...

dengan berdiam diri,
Sangha Indonesia ngerasa "ARAHAT" (sing penting gw Kaga)

What is "Ego Arahat" ?
Membiarkan apapun yg terjadi diluar apa adanya...
-gampangnya... Not my business-

Membiarkan orang laen salah mengira tentang Buddhism...
-Sudah karmanya, Jikalau ntar Karma nya berbuah, pasti ktmu dhamma-

Ngerasa melihat segala sesuatu seperti apa adanya...
-Itu cuma kegelapan batin, yg penting gua (sangha) kaga...-


Toleransi ?
Tepatnya bersembunyi dalam toleransi,
sebab takut di "CAP" salah pengertian

-

Sangha Indonesia terlalu "TIDAK IKUT CAMPUR" mengenai umat.
Itu yg namanya bernaung (refuge) dibawah Sangha ?

"9 Aliran sesat di fatwa MUI" -- (Ini yg gw barusan denger di TV)

Berapa aliran (yg membonceng nama Buddhism) berkembang di Indonesia ?
Apa tindakan Sangha ? NOTHING!... Kita Toleransi... Halah!!!
Tepatnya... "EGP ah orang laen... Emang blon karma dia tuk kenal Buddha Dhamma"

Sumedho

I think action should be taken but... not based on hatred. Instead it's based on compassion.

Do what we must do, but aligned with the Buddha's teaching.

So... Take Action !
There is no place like 127.0.0.1

mxi

Menurut saya, perbaikan tetap harus dilakukan, saya sendiri dalam melihat walubi tidak membenci atau tidak suka secara personal, namun menurut saya perbaikan dan perubahan di walubi sangat sangat diperlukan, karena ini sudah termasuk penipuan kepada umat Budha dan penyalahgunaan agama Budha, serba politik.

Berpandangan tidak suka polemik, cinta damai, dll, juga jangan sampai membuat kita justru menjadi egois. Orang lain mau jelek, mau ditipu, kita tidak peduli dengan alasan tidak mau terlibat masalah. Berbicara mengenai cinta kasih, peduli terhadap sesama, dll, namun kenyataannya tidak melakukan apa2, sibuk mengejar pencerahan hingga justru melupakan hal-hal yang terjadi di kehidupan dan di masyarakat.

Sikap umat Budha yg seperti ini tergambar jelas dalam perkembangan Budha di Indo, isinya berbicara cinta kasih, kebaikan batin, pengembangan diri terus menerus, namun menutup mata terhadap yg terjadi di lingkungannya. Hal ini juga membuat rasa sosial umat Budha umumnya tipis, Rumah sakit, sekolah, panti jompo, panti asuhan Budhis, sangat sulit ditemui, karena kita selalu dididik pengembangan diri, pengembangan bhatin, dll terus disaat umat agama lain telah dididik menjadi pelayan utk masyarakat.

Agama yg baik seharusnya menyatu dengan lingkungannya, bukannya malah menjadi eksklusif, terlibat politik dikit dibilang polemik, terlibat argumentasi dikit dibilang cari masalah, kapan majunya? Sangha juga seharusnya lebih peduli kepada umatnya. Jika jarak antara Sangha dan Umat lebar, maka umat jadi tidak   terarah, walubi seperti itu pun diam saja. Jika hubungan antara Sangha dan umat hanya secara spiritual dan tidak dalam lingkungan dan sosial, juga mengakibatkan pengaruh agama dalam kehidupan umatnya hanya sebatas teori.  Seberapa banyak bhante yang mau terjun langsung ke dunia sosial sebagai penerapan cinta kasih seperti yg dilakukan yayasan Budha Tzu Chi?

Jika saya lihat, agama Budha di negara lain seperti Thailand, Burma, Srilanka justru para bhiku nya lebih terlibat ke masyarakat, mau membela umatnya yg kesusahan. Di Srilanka Bhante pun tidak segan itu ikut mengurusi pemberontakan Macan Tamil, dll. Dengan demikian umat menjadi lebh merasakan pengaruh dan kebaikan agama dalam kehidupannya sehari2, bukan hanya teori saja, ketemu bhante tidak hanya di vihara tapi juga di masyarakat.

Demikian menurut pendapat saya, jika ada kata2 yg salah, harap dimaafkan juga.

Hikoza83

Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Kembara

Sedikit Ralat :

Kata2 saya diatas adalah gambaran ciri2 umat Buddhist di Indonesia, tentunya saya juga kurang setuju dengan sikap yang seperti itu, karena jaman berubah dengan begitu pesatnya, seharusnyalah umat Buddhist juga bisa bersikap mengikuti perkembangan jaman. Dengan demikian kita sudah mempraktekkan Buddha Dharma itu sendiri yang senantiasa Up To Date tidak lekang dimakan jaman. (CMIIW)  ^:)^  ^:)^  ^:)^

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.
_/\_
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.

_/\_


mxi

Untuk masalah walubi ini, apakah ada yang punya ide kita harus bagaimana?

Menurut saya mengumpulkan informasi sekaligus memberikan pengertian ke sesama umat Budhis untuk meningkatkan kepedulian terhadap organisasi budhis mungkin bisa jadi awal yang baik, namun tanpa kerjasama atau tidak terorganisir saya rasa bakal sulit.


Quote from: Kembara on 31 October 2007, 06:55:43 AM

Satu hal lagi, saya juga tidak ingin berpolemik berkepanjangan dengan cerita saya ini, sebagai Umat Buddha, sebenarnya kasus ini sudah Closed dan tidak perlu diungkit2 lagi, akan tetapi dengan adanya tindak tanduk dan pernyataan2 yang sering keluar dari "WALUBI" yang meng-atas nama-kan suara kita2 padahal tidak sesuai Hati Nurani kita, barulah saya ingin beritau tentang sejarah yang pernah terjadi ini agar saudara2 se Dharma tau "WALUBI" yang sebenarnya (ditujukan bagi yang belum tahu aja yah). Terlebih lagi Tokoh2 dan para anggota Sangha yang jadi korban pada saat itu saja (yang kebanyakan orangnya masih hidup saat ini), sekarang tidak mengungkit ungkit kejadian itu lagi, jadi mungkin ada karma yang harus saya tanggung dengan membuka kebenaran disini? saya siap untuk sebuah kebenaran. Dengan cerita ini saya juga tidak bermaksud mengajak keberpihakan saudara2 sekalian, bahkan saya anjurkan untuk memakai kebijaksanaan dan ehipasiko dalam menelaah suatu masalah.

Saya hargai cerita anda mengenai walubi ini, dapat memberi info ke kita semua. namun masalah case closed rasanya terlalu dini.

Diamnya umat Buddhis bukan berarti menganggap closed. Terbukti banyak juga dari kita yang masih merasa ada yang salah dengan walubi ini.
Saya juga tidak yakin orang2 yang dl mau berkorban tersebut sudah menganggap case closed, mission accomplish atas perjuangannya. Logikanya jika hal buruk terus berlangsung di hadapan kita, apa terus kita bisa bilang closed?

Analoginya begini, apabila ada seseorang bertindak jahat kepada kita namun kemudian dia bertobat dan ga gitu lagi, tentu mungkin kita masih bisa maafkan. Namun apabila orang tersebut masih saja seperti itu dan malah semakin menjadi2 ( walaupun tidak langsung ke kita ) apa kita bisa kasi maaf?

Diam bisa juga karena tertekan atau karena kurang dukungan.

Kelana

Quote from: mxi on 15 November 2007, 02:18:24 PM
Untuk masalah walubi ini, apakah ada yang punya ide kita harus bagaimana?

Membuktikan bahwa WALUBI bukan lagi menjadi wakil seluruh umat Buddha. Untuk itu butuh Referandum. Tentu saja ini bukan perkara mudah.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kembara

Quote from: Kelana on 15 November 2007, 10:26:11 PM
Quote from: mxi on 15 November 2007, 02:18:24 PM
Untuk masalah walubi ini, apakah ada yang punya ide kita harus bagaimana?

Membuktikan bahwa WALUBI bukan lagi menjadi wakil seluruh umat Buddha. Untuk itu butuh Referandum. Tentu saja ini bukan perkara mudah.

Setuju!! bukan perkara mudah, dengan postingan saya tentang WALUBI & walubi itu saja sudah mengundang pro dan kontra, lalu untuk action nya....???? apalagi??

Satu alasan, saya katakan closed diatas adalah karena orang2 yang pernah menjadi korban saja tidak bersuara lagi, bagaimana dengan saya yang hanya mengetahui tanpa terlibat dalam peristiwa tersebut? apa pendapat rekan2 yang lain? (yang pasti ada pro dan kontra lagi).

Seharusnyalah umat Buddhist di Indonesia ini tidak tinggal diam begitu saja, membiarkan hak dan suara kita semua disalah gunakan oleh oknum yang diragukan integritasnya. (any idea...????)

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.
_/\_
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.

_/\_


ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

mxi

Quote from: Kembara on 16 November 2007, 08:32:05 AM
Quote from: Kelana on 15 November 2007, 10:26:11 PM
Quote from: mxi on 15 November 2007, 02:18:24 PM
Untuk masalah walubi ini, apakah ada yang punya ide kita harus bagaimana?

Membuktikan bahwa WALUBI bukan lagi menjadi wakil seluruh umat Buddha. Untuk itu butuh Referandum. Tentu saja ini bukan perkara mudah.

Setuju!! bukan perkara mudah, dengan postingan saya tentang WALUBI & walubi itu saja sudah mengundang pro dan kontra, lalu untuk action nya....???? apalagi??

Seharusnyalah umat Buddhist di Indonesia ini tidak tinggal diam begitu saja, membiarkan hak dan suara kita semua disalah gunakan oleh oknum yang diragukan integritasnya. (any idea...????)

Tenang aja bro, kan banyakan yg setuju juga kalo walubi ini ga beres. Banyak dari kita yg tidak setuju atas kondisi saat ini.

Kalopun ada yg minta tenang2 pun juga belum tentu anggap walubi benar, bisa jadi karena tidak mengerti, atau penganut "tidak suka ribut".

Saya rasa justru disinilah tantangannya, sekaligus titik awal jika ingin ada perubahan. Harus berusaha memberikan pengertian ke sesama umat yg tidak tahu, bahwa kepedulian terhadap organisasi Buddhis apalagi WALUBI tu sangat perlu. Jangan sampe seperti sekarang, umat tidak peduli, akhirnya agama Budha dijadikan alat politik.

Bukan perkara mudah memang, tapi melihat sesungguhnya banyak juga umat Buddhis yang merasa gerah atas situasi walubi saat ini, belum lagi polah walubi yg suka mengatas namakan umat budha, memasukkan sekte2 bukan budhis ke agama Budha, saya yakin suatu saat masalah walubi bisa merugikan umat Buddha kembali.

Mengumpulkan informasi mengenai tindak tanduk walubi mungkin bisa jadi awal untuk dibahas dan diteliti.

Sedikit cerita tambahan. Kebetulan saudara saya ( di jkt ) dl juga ikut demo walubi bersama umat Budhis lain, waktu itu tiba2 ada demo tandingan yg pro walubi. Namun melihat peserta demo nya mencurigakan karena kok bukan wajah2 Buddhis, akhirnya setelah diajak bicara2 mereka ngaku kalo bukan Budhis, tapi buruh pabrik sepatunya.

Sukma Kemenyan


Kembara

QuoteSedikit cerita tambahan. Kebetulan saudara saya ( di jkt ) dl juga ikut demo walubi bersama umat Budhis lain, waktu itu tiba2 ada demo tandingan yg pro walubi. Namun melihat peserta demo nya mencurigakan karena kok bukan wajah2 Buddhis, akhirnya setelah diajak bicara2 mereka ngaku kalo bukan Budhis, tapi buruh pabrik sepatunya.

Benar bro, saya tahu tentang hal itu, gak heran kalau walubi melakukan hal yang seperti itu, sebenarnya sayang sekali, kalau walubi bisa menggunakan 'power'nya untuk mengembangkan Agama Buddha di Indonesia, betapa besar faedahnya bagi orang banyak, bukan sebaliknya malah memecah belah umat dan terus menggunakan 'power'nya dan mengatas namakan umat Buddha untuk memenuhi ambisi pribadinya.

Ya, saya sependapat dengan yang bro mxi kemukakan, mudah2an ada tanggapan2 positif dari rekan2 yang lain, agar mungkin kita bisa mendapatkan cara terbaik memulai suatu gerakan untuk meluruskan yang tidak benar.


SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.
_/\_
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.

_/\_


nyanadhana

Quote from: Sol Capoeira on 05 October 2007, 10:29:09 PM
HANCURKAN WALUBI!!!!

SEMOGA WALUBI HANCURRRRRRRR... :P

jangan Sol,ntar aliran sesat ga bisa bercokol dan tempel nama Buddhism,kasihan umat2nya hahahha
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Johsun

tidk mgerti apa yg trjdi disana, smga kamma buruk mrka dinetralisir dngn kamma baik.
CMIIW.FMIIW.