Konsep urutan kejadian setelah kematian (Seluruh Aliran)

Started by her, 03 December 2008, 12:38:37 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

her

Mungkin thread seperti ini sudah sering dibahas, tapi saya ingin tahu mengenai "konsep" setelah kematian tu menurut berbagai mazhab yang ada baik : theravada, mahayana, tantrayana, maitreya, dan tri dharma

Jadi saya mohon apabila ada yang memberikan penjelasan, memberitahukan mazhab yang dipakai  :)
Dan kalau bisa komplit dengan urut-urutannya dari pertama kali kehilangan pernafasan s/d re-inkarnasi atau berada di suatu alam, berapa lama, apa saja, di adili atau tidak bla...bla..bla...

Mohon dengan sangat, karena sampai saat ini saya yakin masih banyak yang belum tahu, termasuk saya

** Thread ini tidak ada maksud untuk perdebatan, apabila ada yang ditanyakan bisa saja, tetapi tidak untuk dicari benar dan salahnya

nyanadhana

Maitreya

hampir sama dengan agama Monotheism yang mengajarkan Surga dan Neraka. Ketika kematian menjelang maka seseorang yang belum masuk ke Maitreya harus di chiu tao terlebih dahulu agar arwahnya tenang,namun bila sudah chiu tao dingatkan akan 5 kata suci sebagai password ketika ditanya di surga nanti.
Lalu bila ternyata semasa hidup meskipun telah chiutao tapi tidak pernah ke vihara Maitreya maka di surga akan masuk dalam kelas pelajaran seperti belajar ulang ajaran Maitreya,sedangkan mereka yang sering ke vihara ketika di surga akan bebas berkehendak.
Well,tentunya kalau misalnya udah chiutao tapi meninggalkan ajaran Maitreya maka tidak ada kata ampun dan neraka terbuka disana.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

nyanadhana

Tantrayana

Mengenal alam antara yaitu alam Bardo.
Tantra mengenal sebelum kematian mengecek dari mana keluarnya nafas,contoh bila nafas terakhir di bagian kaki maka dia akan terlahir di alam sengsara,kalau melewati ubun2 maka dia akan ke alam yang lebih tinggi.lalu sebelum masuk ke alam yang lebih tinggi ada alam antara tempat singgah sementara,disana sesuai dengan kamma masing2 akan melihat wujud2 Buddha (Vairocana,Amitabha,dll).bila gagal mengindentifikasi maka akan muncul kembali wujud Buddha dalam tampak yang seram.bila berhasil menjadi tenang dan memilih serta mengindentifikasi dengan baik maka seseorang akan terlahir di alam dimana pilihannya itu sendiri.
mengenai hal ini kamu bisa coba cari di google mengenai Alam Bardo atau buku "Tibetan Book Of Death"
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Sumedho

kalau tidak salah di maitreya jg teragantung keluar dari lubang mana yg menentukan kelahiran jg. Dulu inget waktu abis di chiu tao ada di jelasin pakai gambar gitu
There is no place like 127.0.0.1

nyanadhana

Tri Dharma

dikenal dewa Yama,pada saat meninggal,roh akan melewati jembatan penyebrangan arwah dan bertemu dewa Yama(Yen Wang),disana akan diperlihatkan semua kejahatan dan kebajikan yang telah diperbuat,dan setelh ditimbang maka akan ditentukan apakah menjadi dewa,manusia,binatang atau neraka.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

nyanadhana

Quote from: Sumedho on 03 December 2008, 08:31:55 AM
kalau tidak salah di maitreya jg teragantung keluar dari lubang mana yg menentukan kelahiran jg. Dulu inget waktu abis di chiu tao ada di jelasin pakai gambar gitu

ada sih tapi aku ga inget begitu jelas,konsepnya hampir sama dengan Taoisme dimana kalo keluar dari perut maka jadi setan kelaparan,kalo dari hidung,akan kembali ke manusia,tapi itu menjadi doktrin yang berseberangan karena Monotheisme hanya mengenal Surga dan Neraka.dan itu janji mereka kepada umatnya juga kan.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Sumedho

tergantung ngajarnya ke agama dulu yah ;D
kgk mungkin ngajarin jadi setan kelaparan atau binatang ke agama samawi yg tidak percaya rebirth
There is no place like 127.0.0.1

nyanadhana

yep,lagian agak membingungkan Maitreya sebagai agama samawi atau memandang dari segi Taoisme dan Buddhisme karena tentunya kalo samawi cuman ada surga dan neraka.kalo di Taoisme dan Buddhisme masih ada konsep lahir jadi ini itu.so bingung deh
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Equator

Bro Nyana,

Padahal Guru Agung kita kan satu, Buddha Gotama, Koq ajaran tentang setelah kematiannya koq beda2 banget sih ? tadinya saya pikir beda2 tipis gitu lohh
jadi bingung saya mana yang paling tepat ? kalo begini balik2 lagi ke kepercayaan masing2 dong.. maunya cara apa dan bagaimana ?
Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

markosprawira

Kalo di theravada sih simpel banget.......

kalo lahir ada yg dinamakan patisandhi citta


biasanya pada kondisi biasanya, 1 proses kesadaran terdiri dari 17 citta (yg didalamnya ada 7 javana) seperti diatas (warna merah)


nah menjelang kematian, pas sebelum meninggal hanya ada 5 javana (warna merah)
disusul cuti citta/death citta (citta yg menutup kehidupan sbg mahluk tsb,warna biru)
dan langsung muncul patisandhi citta/rebirth linking (warna biru) sebagai mahluk baru

5 javana terakhir itulah yang menjadi pendorong utk patisandhi citta yg baru

Simpel banget kok secara theravada sih...... kalo pernah baca buku many lives, many master disana kematian itu digambarkan seperti melangkah melewati pintu
Sebelum lewat, mahluk A
Setelah lewat, udah langsung jadi mahluk B

Semoga proses kematian bermanfaat bagi kita semua agar nantinya tidak takut menjelang kematian  _/\_

markosprawira

Quote from: Herdiboy on 03 December 2008, 09:02:09 AM
Bro Nyana,

Padahal Guru Agung kita kan satu, Buddha Gotama, Koq ajaran tentang setelah kematiannya koq beda2 banget sih ? tadinya saya pikir beda2 tipis gitu lohh
jadi bingung saya mana yang paling tepat ? kalo begini balik2 lagi ke kepercayaan masing2 dong.. maunya cara apa dan bagaimana ?

dear herdiboy

ga usah pusing lah...... yg pasti hendaknya kita selalu berusaha untuk berbuat baik dan mengurangi berbuat jahat

karena menjelang kematian, akan muncul nimitta/bayangan perbuatan2, simbol perbuatan ataupun alam yg akan dituju
dan semuanya tergantung dari bagaimana kondisi batin kita saat itu.....

makanya ga usah dipusingin konsepnya, yg penting jaga agar menjelang mati, pikirkan hal yg menyenangkan seperti berdana, berbuat baik ke teman, dll.....

jgn mikir yg aneh2 ky cewe seksi, mancing ikan, menguliti binatang, menikmati hasil korupsi, dll

semoga bisa dimengerti yah

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Ya, Theravada sangat sederhana, ada kesadaran-kesadaran kematian, ada kesadaran-kesadaran yang menghubungkan kelahiran kembali, ada kesadaran makhluk baru. Di Theravada tidak dikenal alam antara antara suatu kematian dan kelahiran kembali (dengan perkecualian anagami, ada kasus khusus yang disebut antarabhava parinabanayin, di mana ada kesadaran kematian, tetapi sebelum
berproses lagi ada kesadaran sebelum parinibanna, dan parinibanna).
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Equator

Quote from: markosprawira on 03 December 2008, 09:22:27 AM
dear herdiboy

ga usah pusing lah...... yg pasti hendaknya kita selalu berusaha untuk berbuat baik dan mengurangi berbuat jahat

karena menjelang kematian, akan muncul nimitta/bayangan perbuatan2, simbol perbuatan ataupun alam yg akan dituju
dan semuanya tergantung dari bagaimana kondisi batin kita saat itu.....

makanya ga usah dipusingin konsepnya, yg penting jaga agar menjelang mati, pikirkan hal yg menyenangkan seperti berdana, berbuat baik ke teman, dll.....

jgn mikir yg aneh2 ky cewe seksi, mancing ikan, menguliti binatang, menikmati hasil korupsi, dll

semoga bisa dimengerti yah

Bro Markos
Saya pernah di ajak diskusi sama teman seDhamma juga nih
Intinya gini, banyak kejadian di rumah sakit saat pasien pada sekarat
Biasanya ajang begini suka dimanfaatkan oleh agama tertentu yang biasanya mewartakan keselamatan
Nah mereka ini seakan tidak peduli walaupun mereka berbeda keyakinan dengan yang sakit dan 'mengintimidasi' bahkan berusaha 'mengconvert' si pasien untuk pindah keyakinan sebelum terlambat
Dan malangnya sayapun pernah mengalami mereka datang saat Ibunda saya terbaring sakit
Yang saya ga abis pikir, adalah pasien tersebut belum tentu setuju akan tindakan mereka yang maen 'hantam kromo' tersebut dan saya punya kekhawatiran praktek seperti itu akan mendatangkan 'dosa' bagi si pasien yang tak setuju/tak suka dan memolak namun tak berdaya karena sudah mendekati ajal
kasihan kalo mereka putus nafas pada saat seperti itu, tentunya akan membentuk kesadaran menjelang ajal yang buruk.. kira2 gimana pendapat Bro Nyana nih terhadap kasus ini ?
Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

markosprawira

Quote from: Wolverine on 03 December 2008, 09:27:39 AM
Ya, Theravada sangat sederhana, ada kesadaran-kesadaran kematian, ada kesadaran-kesadaran yang menghubungkan kelahiran kembali, ada kesadaran makhluk baru. Di Theravada tidak dikenal alam antara antara suatu kematian dan kelahiran kembali (dengan perkecualian anagami, ada kasus khusus yang disebut antarabhava parinabanayin, di mana ada kesadaran kematian, tetapi sebelum
berproses lagi ada kesadaran sebelum parinibanna, dan parinibanna).

kalo anagami beda bro...... kalo ga salah, Javana 5-nya itu udah arahat magga, jadi masuk ke suddhavasa 5.
Itu yg membuat beliau tidak terlahir kembali setelah dari suddhavasa

mengenai kasus2 special seperti diatas atau bagaimana citta arahat yg akan meninggal, mgkn kita bisa bahas di bagian abhidhamma yah... Javana apa saja yg kemungkinan ada di citta arahat menjelang kematian

kalo dibahas disini, mgkn akan membingungkan rekan2 lainnya yg non theravada...

semoga bisa dimengerti.....

markosprawira

Quote from: Herdiboy on 03 December 2008, 09:36:54 AM
Quote from: markosprawira on 03 December 2008, 09:22:27 AM
dear herdiboy

ga usah pusing lah...... yg pasti hendaknya kita selalu berusaha untuk berbuat baik dan mengurangi berbuat jahat

karena menjelang kematian, akan muncul nimitta/bayangan perbuatan2, simbol perbuatan ataupun alam yg akan dituju
dan semuanya tergantung dari bagaimana kondisi batin kita saat itu.....

makanya ga usah dipusingin konsepnya, yg penting jaga agar menjelang mati, pikirkan hal yg menyenangkan seperti berdana, berbuat baik ke teman, dll.....

jgn mikir yg aneh2 ky cewe seksi, mancing ikan, menguliti binatang, menikmati hasil korupsi, dll

semoga bisa dimengerti yah

Bro Markos
Saya pernah di ajak diskusi sama teman seDhamma juga nih
Intinya gini, banyak kejadian di rumah sakit saat pasien pada sekarat
Biasanya ajang begini suka dimanfaatkan oleh agama tertentu yang biasanya mewartakan keselamatan
Nah mereka ini seakan tidak peduli walaupun mereka berbeda keyakinan dengan yang sakit dan 'mengintimidasi' bahkan berusaha 'mengconvert' si pasien untuk pindah keyakinan sebelum terlambat
Dan malangnya sayapun pernah mengalami mereka datang saat Ibunda saya terbaring sakit
Yang saya ga abis pikir, adalah pasien tersebut belum tentu setuju akan tindakan mereka yang maen 'hantam kromo' tersebut dan saya punya kekhawatiran praktek seperti itu akan mendatangkan 'dosa' bagi si pasien yang tak setuju/tak suka dan memolak namun tak berdaya karena sudah mendekati ajal
kasihan kalo mereka putus nafas pada saat seperti itu, tentunya akan membentuk kesadaran menjelang ajal yang buruk.. kira2 gimana pendapat Bro Nyana nih terhadap kasus ini ?

menjelang kematian, ada 4 tingkat kamma yg berperan yaitu :
1. Garuka kamma : baik 5 akusala atau kusala (jhana)
2. Kamma saat itu
3. Kamma kebiasaan
4. Kamma sesewaktu

Nah yg anda gambarkan itu, ada di no. 2...

betul yg anda blg, bhw jika saat itu muncul dosa mula citta dan DEAD.... maka kelahiran berikutnya akan masuk ke alam yg penuh kebencian yaitu niraya/neraka.

karena itu, semoga kita semua bisa mempertahankan kondisi terakhir sanak saudara kita utk selalu positif, misal :
- dia suka keng, jgn dipaksa hrs baca paritta
- jgn menangis di dalam kamar
- jgn membuat keributan, apalagi mengenai warisan

dan masih bnyk hal yg harus dijaga agar beliau dapat terlahir di alam yg lebih baik...

semoga bermanfaat bagi kita semua