Bhavaviveka "vs" Hinayana

Started by GandalfTheElder, 01 November 2008, 03:18:41 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Quote from: GandalfTheElder on 25 November 2008, 12:15:48 AM
QuoteJika ada Pemikiran untuk MENYELAMATKAN MAKHLUK HIDUP (menjadi JURU SELAMAT), maka seseorang itu TIDAK AKAN BISA MEREALISASI PEMBEBASAN

Ini kan Theravada....

Pantesan Petapa Sumedha bilang Arahat itu egois.

Oya menanggapi reply-an anda, sekali lagi tidak ada hubungannya antara "tahu" dan "bisa" dsb... anda sudah melenceng dari yang namanya topik pembicaraan kita.

_/\_
The Siddha Wanderer

Pelajari baik baik lagi SUTRA INTAN... Sutra utama-nya kaum MAHAYANA... Jelas jelas dikatakan bahwa TATHAGATHA TIDAK DAPAT MENYELAMATKAN SATU MAKHLUK HIDUP-pun... Di tafsirkan sebagai TIDAK MELEKAT PADA KONSEP MENYELAMATKAN...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

GandalfTheElder

Quoteemang di MAHAYANA itu tidak ada Surga TAVATIMSA ?? Atau versi Surga TAVATIMSA MAHAYANA BEDA ?? Emang kan sudah saya katakan bahwa saya tidak peduli dengan Surga TAVATIMSA, apalagi dengan Surga SUKHAVATI...

Anda meminta bukti bukti yang nyata nyata-nya tidak dapat dikemukakan baik oleh saya ataupun anda...

Ya sudah... berarti konsep semacm Sukhavati itu 'Masih murni" kan? La wong di Theravada itu juga ada kok Surga-Surga yang tempatnya aja masih blurrr dan nggak bisa dibuktikan...  ^-^  ^-^

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Edward

Apakah saya mempercayai 100% adanya surga dan neraka secara fisik?
Dalam tahap kemampuan saya saat ini, saya masih 'melihat' bahwa saya dan semua makhluk lain bisa berkali2 berada dalam surga dan neraka dalam 1 hari...
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

GandalfTheElder

Quote from: dilbert on 25 November 2008, 12:20:12 AM
Quote from: GandalfTheElder on 25 November 2008, 12:15:48 AM
QuoteJika ada Pemikiran untuk MENYELAMATKAN MAKHLUK HIDUP (menjadi JURU SELAMAT), maka seseorang itu TIDAK AKAN BISA MEREALISASI PEMBEBASAN

Ini kan Theravada....

Pantesan Petapa Sumedha bilang Arahat itu egois.

Oya menanggapi reply-an anda, sekali lagi tidak ada hubungannya antara "tahu" dan "bisa" dsb... anda sudah melenceng dari yang namanya topik pembicaraan kita.

_/\_
The Siddha Wanderer

Pelajari baik baik lagi SUTRA INTAN... Sutra utama-nya kaum MAHAYANA... Jelas jelas dikatakan bahwa TATHAGATHA TIDAK DAPAT MENYELAMATKAN SATU MAKHLUK HIDUP-pun... Di tafsirkan sebagai TIDAK MELEKAT PADA KONSEP MENYELAMATKAN...

Hahaha... tidak melekat bukan berarti tidak melakukan kan??

Serperti anda makan, anda tidak melekat pada makanan dan tidak melekat pada tindakan makan, tapi toh anda tetep makan??

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

dilbert

Quote from: Edward on 25 November 2008, 12:19:36 AM
Saya pribadi melihat ikrar mencerahkan makhluk lain sebagai pendorong utama untuk menjadi samyaksambuddha. Dan dalam Buddhis, baik thera maupun maha, tidak ada yg namanya menyelamatkan...Yang ada hanya mencerahkan, terdapat perbedaan krusial dalam hal tersebut

Manakah yang lebih gampang ?? Mencapai PENCERAHAN atau BUANG AIR KECIL ?? Bahkan seorang MASTER ZEN yang sudah CERAH ketika BUANG AIR KECIL harus MELAKUKANNYA SENDIRI... Apakah anda dapat MELAKUKANNYA untuk MASTER ZEN tersebut ??

Sama aja... mau menyelamatkan atau mencerahkan... emang siapa yang bisa mencerahkan kamu ?? "BODHIDHARMA BERTANYA ??"
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: GandalfTheElder on 25 November 2008, 12:22:56 AM
Quote from: dilbert on 25 November 2008, 12:20:12 AM
Quote from: GandalfTheElder on 25 November 2008, 12:15:48 AM
QuoteJika ada Pemikiran untuk MENYELAMATKAN MAKHLUK HIDUP (menjadi JURU SELAMAT), maka seseorang itu TIDAK AKAN BISA MEREALISASI PEMBEBASAN

Ini kan Theravada....

Pantesan Petapa Sumedha bilang Arahat itu egois.

Oya menanggapi reply-an anda, sekali lagi tidak ada hubungannya antara "tahu" dan "bisa" dsb... anda sudah melenceng dari yang namanya topik pembicaraan kita.

_/\_
The Siddha Wanderer

Pelajari baik baik lagi SUTRA INTAN... Sutra utama-nya kaum MAHAYANA... Jelas jelas dikatakan bahwa TATHAGATHA TIDAK DAPAT MENYELAMATKAN SATU MAKHLUK HIDUP-pun... Di tafsirkan sebagai TIDAK MELEKAT PADA KONSEP MENYELAMATKAN...

Hahaha... tidak melekat bukan berarti tidak melakukan kan??

Serperti anda makan, anda tidak melekat pada makanan dan tidak melekat pada tindakan makan, tapi toh anda tetep makan??

_/\_
The Siddha Wanderer

Tindakan Menyelamatkan beda dengan Pikiran Menyelamatkan... Seorang ARAHAT/TATHAGATHA melakukan tindakan penyelamatan berdasarkan pada MELIHAT APA ADANYA, yaitu pada saat itu juga... Bukan pada PIKIRAN untuk MENYELAMATKAN apalagi KEINGINAN UNTUK MENYELAMATAKAN (berlawanan dengan EGOISME yang di-cap kepada ARAHAT yang katanya mementingkan diri sendiri).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

chingik

Quote from: dilbert on 25 November 2008, 12:06:04 AM
Quote from: chingik on 24 November 2008, 11:53:23 PM
Quote from: dilbert on 24 November 2008, 11:03:19 PM
Quote from: chingik on 24 November 2008, 10:21:49 PM
yang sesuai logika lah yang masuk akal.
oya tapi alam dewa itu bgm dijelaskan dari sisi akal sehat?
jadi bagaimana pendekatan theravada atas 2 sisi di atas?
yang lain dibilang inkonsistensi, sedangkan ini disebut konsistensi karena memiliki penjelasan yg berbeda. Tidakkah terkesan argumentasi yang bersifat berat sebelah?
  ???

Logika berpikir itu tidak harus serta merta dibuktikan. Tetapi secara LOGIS bahwa kesatuan alur itu harus mendukung.
Anda bertanya tentang alam dewa, apakah bisa dibuktikan ?? Jawabannya tentunya sulit... Tetapi apakah secara LOGIKA, dalam alur "CERITA"/AJARAN yang berkaitan dengan spiritual itu dimungkinkan ??

Jawabannya tentu saja mungkin, karena dalam alur ajaran... (saya kira diajaran manapun juga)... ada cerita tentang SURGA (alam dewa) maupun NERAKA...
"KATANYA" kalau berbuat baik akan masuk surga, berbuat jahat akan masuk NERAKA... Jika ditanyakan BUKTI-nya, apa ada BUKTI SURGA dan NERAKA itu ADA ???

Tetapi dari LOGIKA berpikir dari sisi alur, bahwa dengan berbuat baik akan mendapat pahala baik... tentunya ganjarannya adlaah alam surga dengan serangkaian fasilitas kebahagian dsbnya... sedangkan kalau berbuat jahat akan mendapat akibat/ganjaran... tentunya akibat yang diberikan adalah alam neraka dengan serangkaian siksaan dan penderitaan...

Apakah ini LOGIS dan sesuai dengan NALAR ?? Kalau tidak sesuai NALAR. Apakah akan LAKU semua PROMOSI PROMOSI AGAMA/AJARAN ke sekian miliar manusia... Apakah semua manusia itu sudah tidak ada NALAR-nya lagi ??

Terus terang saja, saya sendiri bahkan tidak peduli bahwa apakah ALAM SURGA ITU ADA atau TIDAK, Apakah ALAM NERAKA itu ADA atau TIDAK, apakah benar kita bisa bertumimbal lahir menjadi binatang, asura, ataupun hantu kelaparan... Yang saya lihat di dalam ajaran BUDDHA khususnya di EMPAT KESUNYATAAN MULIA... semua-nya itu LOGIS DAN MASUK AKAL ketika dipraktekkan... Yang penting bagi saya adalah melenyapkan dukkha pada saat ini juga, pada saat kehidupan ini juga... GAK PEDULI dengan kehidupan setelah kematian apakah masih berlanjut atau tidak ??

Saat anda tidak sanggup memberi penjelasan secara logika tentang alam2 surga neraka, anda beralih dengan mengatakan tidak penting, yg penting melenyapkan dukkha.  Tetapi saat Mahayana menjelaskan tentang alam Sukhavati, anda mengatakan tidak masuk nalar. Jadi sebenarnya nalar yg digunakan anda bukan nalar analitis murni dalam diri anda, tapi nalar yg berpijak pada alur konsep Theravada. Itu sangat jelas.

Mungkin anda akan mengkaitkan lagi dengan logika bahwa mana mungkin Sukhavati terletak di Barat, karena Bumi berputar pada porosnya, tapi bagaimanapun ini tetap sebuah konsep yg diluar nalar juga seperti halnya alam dewa, brahma dan neraka. Apapun alurnya, logika itu tetaplah logika. Apakah menurut anda alam surga yg diajarkan Buddha itu hanya simbolis yang inspiratif dan sebenarnya tidak ada surga?    
Jadi saya katakan bahwa sebenarnya hal-hal yang tidak masuk nalar itu bukan tidak ada dalam Theravada. Dan dalam Mahayana, saat nalar tidak sanggup lagi bekerja, maka yang dibutuhkan adalah faith (keyakinan), itu satu kejujuran dan keterusterangan Mahayana yang  memang seharusnya demikian adanya, tidak alih-alih mengatakan logika sedangkan nyata2 banyak yang tidak sesuai logika. Namun Keyakinan yg ditekankan Mahayana tetap berpijak pada konsep2 dasar, dan ketika konsep2 dasar (seperti 4 kebenaran mulia, 8 jalan kebenaran)sudah bisa diterima, ditambah dengan menganalisa tindak tanduk sang Buddha , diteliti dari ucapannya yg sesuai dengan hukum kebenaran, maka ketika Buddha mengajarkan hal yang terkesan tidak logis, kita selayaknya menaruh keyakinan (tentu tidak lupa tetap menganalisa melalui pelatihan diri). Jadi tidak perlu memaksakan diri bahwa Theravada logis 100%, mengapa? karena mustahil. Anda bisa baca seluruh kitab pali dan tak kalah banyak hal yang tidak logis di dalamnya.  
Semua ini tetap saja tidak bisa lari dari faith. Jika anda lahir di Tiongkok dan dibesarkan dengan didikan Mahayana, maka pola pikir anda tetaplah berpijak pada Mahayana. Logika berpikir anda tetap sangat dominan Mahayana. Begitu juga ketika anda lahir dalam didikan Theravada. Di Indonesia mengapa anak muda lebih banyak yg trennya ke Theravada? Karena pola pikirnya didominasi oleh buku2 Theravada yg banyak beredar dengan bentuk terjemahan yang baik. Coba anda sejak awal dalami sastra China, anda akan dapat merasakan ajaran Mahayana begitu inspiratif dan luas. Semuanya berkaitan dengan mindset awal. Banyak faktor2 luar yg mempengaruhinya, dibandingkan dengan Nalar/logika. Saya sendiri awalnya sangat antusias dengan kitab2 theravada, dan ketika mulai reformasi, buku2 mandarin bebas masuk, saya menemukan ajaran Mahayana versi mandarin yang ternyata sangat dalam nilai filsafatnya , jauh berbeda dengan gaya terjemahan ke Indonesia yang terkesan gaya bahasanya kurang berkualitas. SEmua ini tidak bisa kita abaikan. Makanya, sejak itu pola pikir saya terhadap Mahayana dan Theravada itu adalah 50-50. Jadi menurut saya, logika berpikir kita itu sebenarnya tidaklah murni hasil dari pandangan terang. Kitab Sutra 42 bagian menyebutkan bahwa Buddha mengatakan jangan percaya dengan pikiran kita, setelah mencapai Arahat barulah layak percaya dengan pikiran anda.
Sampai sejauh ini, saya rasa tidaklah ideal bila kita terlalu dini menjudge aliran mana yang paling benar. Posisi saya tetap memberi ruang utk analisa , disamping saya tetap menaruh Keyakinan pada Mahayana, karena ini tak terhindarkan , setiap orang memiliki faith dalam dirinya. Setiap orang pasti menganut satu pandangan tertentu , ini pasti.
Ok. Silakan lanjut, dan senang kita dapat berdiskusi dengan elegan, gentle dan bersikap open minded.  
 


Lho, apakah yang saya kemukakan tentang LOGIKA alam DEWA dan alam NERAKA itu bukan LOGIKA ?? Kalau anda minta BUKTI, Mana ada BUKTI yang bisa dikemukakan...

Saya coba kemukakan cara berpikir saya seperti ini :
1. Secara LOGIS saya "MENERIMA" apa yang disabdakan oleh BUDDHA GOTAMA tentang misalnya : ARAHAT, kualitas ARAHAT, Parinibbana ARAHAT, Kelahiran terakhir ARAHAT dsbnya sebagai PERNYATAAN YANG BENAR.
2. Kemudian ada pernyataan dari AJARAN LAIN yang menyatakan bahwa ARAHAT itu masih memiliki kesempatan untuk mencapai ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA, pencapaiannya bukan di dunia saha (dunia manusia), tetapi di ARAHAT DHARMADATU atau ditempat lain. Jika PERNYATAAN ke-2 ini BENAR dan nyata nyata bertentangan dengan pernyataan 1, maka PERNYATAAN 1 RUNTUH dengan Sendiri-nya.
3. Diluar KONTEKS BENAR dan SALAH, PALI KANON (yang digunakan THERAVADA) diyakini sebagai KITAB yang umurnya lebih TUA dibandingkan dengan KITAB KITAB MAHAYANA yang tidak sejenis. Jika PERNYATAAN ke-2 yang merupakan Pernyataan MAHAYANA itu BENAR, maka RUNTUH-lah KESELURUHAN AJARAN. Berarti apa yang diucapkan di dalam PALI KANON itu BUKAN LAH yang diucapkan oleh BUDDHA SENDIRI. ATAUPUN SABDA BUDDHA itu SALAH.
Logika saya sih begini:
1.Munculnya dua aliran besar itu sudah merupakan fakta. Siapa yg benar siapa yang salah tidak bisa dianalisa dari pendekatan kitab suci, karena walaupun dituduhkan Mahayana muncul belakangan, Tetapi kitab tertulis Theravada baru muncul 400 setelah wafatnya Sang Buddha, tidak mungkin ada pengurangan, dll. Jadi posisi saya seimbang aja atas dasar ini.
2. Jika Arahat masih ada ruang utk mencapai Anuttara Samyasambuddha, saya rasa tidak berarti ajaran Theravada menjadi runtuh. Karena Theravada tidak mengatakan  "Arahat Tidak akan Bisa Menjadi Sammasambuddha", yang ada cuma mengatakan tidak ada kelahiran lagi bagi seorang Arahat. Tetapi ini bisa ditafsirkan secara berbeda.
Mahayana tetap menjadikan  semua ajaran dalam Theravada sebagai pelatihan dasar. Mana mungkin meluluh lantakkan ajaran dalam Theravada, malahan sebagai satu kesatuan.
3. Sebuah ajaran yang dipandang sebagai ajaran yang sempurna adalah ketika ajaran itu diturunkan secara keseluruhan. Dengan kata lain, seorang guru sejati akan membuat muridnya sama dengan sang guru. Tidak mungkin satu tingkat dibawah sang guru,  jasi ini bukan guru sejati. Tren Theravada terlihat seperti itu. Sammasambuddha yg pengetehuannya sempurna masak hanya mengajarkan ajaran yg pengetahuannya tidak sesempurna Sammasambuudha. Dan karena kebijaksanaan agung seorang Sammasambuddha yg telah berlatih berkalpa2 masak tidak sanggup menggunakan cara2 terampil utk mengajarkan jalan menuju sammasambuddha kepada para siswanya.
4. Alam semesta begiu luas, masak tidak ada bodhisatva lain dan Buddha lain? ? aneh bukan? Anda mungkin akan mengatakan "kalo ada bodhisatva lain, masak manusia ga mengajar manusia di sini sekrang, atau bla..bla" , tapi ini kan tergantung pada kondisi yg tepat sama seperti calon bodhisatta menunggu kondisi tepat utk terlahir di jambudipa.

Logika kita memang beda, tapi kan sudah saya katakan, nalar kita bukan atas pandangan terang, tapi dipengaruhi oleh logika berpikir yg berpijak pada kemelekatan konsep tertentu.

Edward

 :)) :)) :)) :))

Dan siapakah yg akan memberitahu saya, kamu, kita, dan semua arhat(yg sebelumnya makhluk menderita) bahwa kita ini sedang "bermimpi" ?

Sekali lagi, perbedaan dasar penyelamatan dan mencerahkan ada dalam apa yg dilakukan.

"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

dilbert

Quote from: chingik on 25 November 2008, 12:26:31 AM
Logika saya sih begini:
1.Munculnya dua aliran besar itu sudah merupakan fakta. Siapa yg benar siapa yang salah tidak bisa dianalisa dari pendekatan kitab suci, karena walaupun dituduhkan Mahayana muncul belakangan, Tetapi kitab tertulis Theravada baru muncul 400 setelah wafatnya Sang Buddha, tidak mungkin ada pengurangan, dll. Jadi posisi saya seimbang aja atas dasar ini.
2. Jika Arahat masih ada ruang utk mencapai Anuttara Samyasambuddha, saya rasa tidak berarti ajaran Theravada menjadi runtuh. Karena Theravada tidak mengatakan  "Arahat Tidak akan Bisa Menjadi Sammasambuddha", yang ada cuma mengatakan tidak ada kelahiran lagi bagi seorang Arahat. Tetapi ini bisa ditafsirkan secara berbeda.
Mahayana tetap menjadikan  semua ajaran dalam Theravada sebagai pelatihan dasar. Mana mungkin meluluh lantakkan ajaran dalam Theravada, malahan sebagai satu kesatuan.
3. Sebuah ajaran yang dipandang sebagai ajaran yang sempurna adalah ketika ajaran itu diturunkan secara keseluruhan. Dengan kata lain, seorang guru sejati akan membuat muridnya sama dengan sang guru. Tidak mungkin satu tingkat dibawah sang guru,  jasi ini bukan guru sejati. Tren Theravada terlihat seperti itu. Sammasambuddha yg pengetehuannya sempurna masak hanya mengajarkan ajaran yg pengetahuannya tidak sesempurna Sammasambuudha. Dan karena kebijaksanaan agung seorang Sammasambuddha yg telah berlatih berkalpa2 masak tidak sanggup menggunakan cara2 terampil utk mengajarkan jalan menuju sammasambuddha kepada para siswanya.
4. Alam semesta begiu luas, masak tidak ada bodhisatva lain dan Buddha lain? ? aneh bukan? Anda mungkin akan mengatakan "kalo ada bodhisatva lain, masak manusia ga mengajar manusia di sini sekrang, atau bla..bla" , tapi ini kan tergantung pada kondisi yg tepat sama seperti calon bodhisatta menunggu kondisi tepat utk terlahir di jambudipa.

Logika kita memang beda, tapi kan sudah saya katakan, nalar kita bukan atas pandangan terang, tapi dipengaruhi oleh logika berpikir yg berpijak pada kemelekatan konsep tertentu.

Pertanyaan pertama ??
Kitab Mahayana katanya diambil oleh Nagarjuna di Alam Naga... Pertanyaannya, Kapan Nagarjuna eksis didunia ini ?? Tentunya jauh setelah konsili Sangha I dan II...

Walaupun teks tertulis Pali Kanon baru muncul pada Konsili Sangha ke-4 (kalau tidak salah), tetapi para Penghapal Kitab Suci itu Tidak diragukan lagi ADA, buktinya sampai sekarang ini masih ada TIPITAKADHARA yang masih hidup di dunia ini (jika anda ingin bukti). Walaupun bisa didebat bahwa PALI KANON bisa ditambah tambah atau dikurangi, tetapi PALI KANON (secara keseluruhan) adalah lebih TUA dari Kitab MAHAYANA.


Ajaran THERAVADA tidak perlu mengatakan bahwa ARAHAT TIDAK AKAN MENCAPAI SAMMASAMBUDDHA, karena SAVAKA BUDDHA itu juga sudah ARAHAT, Sammasambuddha itu juga ARAHAT. Seorang ARAHAT itu dipandang dari sisi pembebasannya dari dukkha. Ketika untuk mencapai Annutara Sammasambuddha yang notabene harus memiliki "KUALITAS" lebih dibandingkan dengan SAVAKA dan PACCEKA, maka individu yang beraspirasi/bertekad untuk mencapai Annutara Sammasambuddha harus MENAMBAH "JAM TERBANG" / KEHIDUPAN untuk menyempurnakan "PARAMI"-nya agar kelak memiliki KEMAHATAHUAN.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: Edward on 25 November 2008, 12:29:25 AM
:)) :)) :)) :))

Dan siapakah yg akan memberitahu saya, kamu, kita, dan semua arhat(yg sebelumnya makhluk menderita) bahwa kita ini sedang "bermimpi" ?

Sekali lagi, perbedaan dasar penyelamatan dan mencerahkan ada dalam apa yg dilakukan.



APA PERBEDAANNYA ??
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Edward

#280
Sang Buddha Siddharta menjelaskan dan membabarkan Dhamma kepada banyak orang, karena kebijaksanaanya yg tinggi, bahkan ada yg hanya dengan lambaian bunga di tangan bisa ada orang yag tercerahkan. Mengapa? Karena kualitas yg dimiliki Sang Buddha dapat melihat "permasalahan" dan "kondisi" sesungguhnya dari org tersebut, dan memberikan solusi yg tepat guna, agar dapat membawa kepada pencerahan diri...Sang Buddha menjelaskan sesuai dengan kamma vipaka, sesuai dengan kondisi yg tepat...Dan sesungguhkan pencerahan diri tersebut terjadi dalam diri, tetapi SB mendorong agar dapat terkondisikan dengan pas.


Jika Sang Buddha menyelamatkan, SB akan berlaku seperti tuhan yg melewati batas kamma vipaka dan vipaka lainnya untuk membawa semua makhluk ke dalam kebahagiaan.
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

dilbert

Quote from: Edward on 25 November 2008, 12:48:17 AM
Sang Buddha Siddharta menjelaskan dan membabarkan Dhamma kepada banyak orang, karena kebijaksanaanya yg tinggi, bahkan ada yg hanya dengan lambaian bunga di tangan bisa ada orang yag tercerahkan. Mengapa? Karena kualitas yg dimiliki Sang Buddha dapat melihat "permasalahan" dan "kondisi" sesungguhnya dari org tersebut, dan memberikan solusi yg tepat guna, agar dapat membawa kepada pencerahan diri...Sang Buddha menjelaskan sesuai dengan kamma vipaka, sesuai dengan kondisi yg tepat...Dan sesungguhkan pencerahan diri tersebut terjadi dalam diri, tetapi SB mendorong agar dapat terkondisikan dengan pas.


Jika Sang Buddha menyelamatkan, SB akan berlaku seperti tuhan yg melewati batas kamma vipaka dan vipaka lainnya untuk membawa semua makhluk ke dalam kebahagiaan.

Anda benar sekali... SB ibarat Bidan yang membantu persalinan, bagaimanapun sang-ibu lah yang harus berjuang menyelamatkan diri dan bayinya...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Reenzia

aduh sulit sekali bahasanya....:hammer:
harus banyak2 baca nih....;D

chingik

Quote from: dilbert on 25 November 2008, 12:37:30 AM
Quote from: chingik on 25 November 2008, 12:26:31 AM
Logika saya sih begini:
1.Munculnya dua aliran besar itu sudah merupakan fakta. Siapa yg benar siapa yang salah tidak bisa dianalisa dari pendekatan kitab suci, karena walaupun dituduhkan Mahayana muncul belakangan, Tetapi kitab tertulis Theravada baru muncul 400 setelah wafatnya Sang Buddha, tidak mungkin ada pengurangan, dll. Jadi posisi saya seimbang aja atas dasar ini.
2. Jika Arahat masih ada ruang utk mencapai Anuttara Samyasambuddha, saya rasa tidak berarti ajaran Theravada menjadi runtuh. Karena Theravada tidak mengatakan  "Arahat Tidak akan Bisa Menjadi Sammasambuddha", yang ada cuma mengatakan tidak ada kelahiran lagi bagi seorang Arahat. Tetapi ini bisa ditafsirkan secara berbeda.
Mahayana tetap menjadikan  semua ajaran dalam Theravada sebagai pelatihan dasar. Mana mungkin meluluh lantakkan ajaran dalam Theravada, malahan sebagai satu kesatuan.
3. Sebuah ajaran yang dipandang sebagai ajaran yang sempurna adalah ketika ajaran itu diturunkan secara keseluruhan. Dengan kata lain, seorang guru sejati akan membuat muridnya sama dengan sang guru. Tidak mungkin satu tingkat dibawah sang guru,  jasi ini bukan guru sejati. Tren Theravada terlihat seperti itu. Sammasambuddha yg pengetehuannya sempurna masak hanya mengajarkan ajaran yg pengetahuannya tidak sesempurna Sammasambuudha. Dan karena kebijaksanaan agung seorang Sammasambuddha yg telah berlatih berkalpa2 masak tidak sanggup menggunakan cara2 terampil utk mengajarkan jalan menuju sammasambuddha kepada para siswanya.
4. Alam semesta begiu luas, masak tidak ada bodhisatva lain dan Buddha lain? ? aneh bukan? Anda mungkin akan mengatakan "kalo ada bodhisatva lain, masak manusia ga mengajar manusia di sini sekrang, atau bla..bla" , tapi ini kan tergantung pada kondisi yg tepat sama seperti calon bodhisatta menunggu kondisi tepat utk terlahir di jambudipa.

Logika kita memang beda, tapi kan sudah saya katakan, nalar kita bukan atas pandangan terang, tapi dipengaruhi oleh logika berpikir yg berpijak pada kemelekatan konsep tertentu.

Pertanyaan pertama ??
Kitab Mahayana katanya diambil oleh Nagarjuna di Alam Naga... Pertanyaannya, Kapan Nagarjuna eksis didunia ini ?? Tentunya jauh setelah konsili Sangha I dan II...

Walaupun teks tertulis Pali Kanon baru muncul pada Konsili Sangha ke-4 (kalau tidak salah), tetapi para Penghapal Kitab Suci itu Tidak diragukan lagi ADA, buktinya sampai sekarang ini masih ada TIPITAKADHARA yang masih hidup di dunia ini (jika anda ingin bukti). Walaupun bisa didebat bahwa PALI KANON bisa ditambah tambah atau dikurangi, tetapi PALI KANON (secara keseluruhan) adalah lebih TUA dari Kitab MAHAYANA.


Ajaran THERAVADA tidak perlu mengatakan bahwa ARAHAT TIDAK AKAN MENCAPAI SAMMASAMBUDDHA, karena SAVAKA BUDDHA itu juga sudah ARAHAT, Sammasambuddha itu juga ARAHAT. Seorang ARAHAT itu dipandang dari sisi pembebasannya dari dukkha. Ketika untuk mencapai Annutara Sammasambuddha yang notabene harus memiliki "KUALITAS" lebih dibandingkan dengan SAVAKA dan PACCEKA, maka individu yang beraspirasi/bertekad untuk mencapai Annutara Sammasambuddha harus MENAMBAH "JAM TERBANG" / KEHIDUPAN untuk menyempurnakan "PARAMI"-nya agar kelak memiliki KEMAHATAHUAN.

Sammasambuddha adalah Arahat tidak berarti Arahat adalah Sammasambuddha. Jika individu biasa bisa menambah jam terbang, masak Arahat ga sanggup? karena tidak memiliki keinginan? Kalo gitu, menjadi Arahat bukannya terkesan sangat kasihan karena membatasi dirinya dari mencapai kualitas sempurna seperti Sammasambuddha.
Kisah Nagarjuna hanya segelintir dari kisah kemunculan kitab Mahayana , kisah konsili versi Mahayana juga ada. Apalagi Mahayana yg berlatih dengan baik sanggup berinteraksi dengan para bodhisatva, jadi valid atau tidak ajarannya masih bisa dicrosscek sejauh bisa menemukan jalan utk berinteraksi dgn para bodhisatva, salah satu kisah yg paling sering terdengar adalah kunjungan ke Tusita utk belajar dari bodhisatva Maitreya.

Kitab paling Tua bukan parameter utk menyatakan benar tidaknya ajaran. Dalam perspektif Mahayana, ajaran Theravada memang muncul duluan, karena itu memang ajaran yg basic. Tidak mungkin saat konsili, para hadirin membacakan ajaran tingkat lanjut (Vaipulya).

dilbert

Quote from: chingik on 25 November 2008, 12:57:15 AM
Quote from: dilbert on 25 November 2008, 12:37:30 AM
Quote from: chingik on 25 November 2008, 12:26:31 AM
Logika saya sih begini:
1.Munculnya dua aliran besar itu sudah merupakan fakta. Siapa yg benar siapa yang salah tidak bisa dianalisa dari pendekatan kitab suci, karena walaupun dituduhkan Mahayana muncul belakangan, Tetapi kitab tertulis Theravada baru muncul 400 setelah wafatnya Sang Buddha, tidak mungkin ada pengurangan, dll. Jadi posisi saya seimbang aja atas dasar ini.
2. Jika Arahat masih ada ruang utk mencapai Anuttara Samyasambuddha, saya rasa tidak berarti ajaran Theravada menjadi runtuh. Karena Theravada tidak mengatakan  "Arahat Tidak akan Bisa Menjadi Sammasambuddha", yang ada cuma mengatakan tidak ada kelahiran lagi bagi seorang Arahat. Tetapi ini bisa ditafsirkan secara berbeda.
Mahayana tetap menjadikan  semua ajaran dalam Theravada sebagai pelatihan dasar. Mana mungkin meluluh lantakkan ajaran dalam Theravada, malahan sebagai satu kesatuan.
3. Sebuah ajaran yang dipandang sebagai ajaran yang sempurna adalah ketika ajaran itu diturunkan secara keseluruhan. Dengan kata lain, seorang guru sejati akan membuat muridnya sama dengan sang guru. Tidak mungkin satu tingkat dibawah sang guru,  jasi ini bukan guru sejati. Tren Theravada terlihat seperti itu. Sammasambuddha yg pengetehuannya sempurna masak hanya mengajarkan ajaran yg pengetahuannya tidak sesempurna Sammasambuudha. Dan karena kebijaksanaan agung seorang Sammasambuddha yg telah berlatih berkalpa2 masak tidak sanggup menggunakan cara2 terampil utk mengajarkan jalan menuju sammasambuddha kepada para siswanya.
4. Alam semesta begiu luas, masak tidak ada bodhisatva lain dan Buddha lain? ? aneh bukan? Anda mungkin akan mengatakan "kalo ada bodhisatva lain, masak manusia ga mengajar manusia di sini sekrang, atau bla..bla" , tapi ini kan tergantung pada kondisi yg tepat sama seperti calon bodhisatta menunggu kondisi tepat utk terlahir di jambudipa.

Logika kita memang beda, tapi kan sudah saya katakan, nalar kita bukan atas pandangan terang, tapi dipengaruhi oleh logika berpikir yg berpijak pada kemelekatan konsep tertentu.

Pertanyaan pertama ??
Kitab Mahayana katanya diambil oleh Nagarjuna di Alam Naga... Pertanyaannya, Kapan Nagarjuna eksis didunia ini ?? Tentunya jauh setelah konsili Sangha I dan II...

Walaupun teks tertulis Pali Kanon baru muncul pada Konsili Sangha ke-4 (kalau tidak salah), tetapi para Penghapal Kitab Suci itu Tidak diragukan lagi ADA, buktinya sampai sekarang ini masih ada TIPITAKADHARA yang masih hidup di dunia ini (jika anda ingin bukti). Walaupun bisa didebat bahwa PALI KANON bisa ditambah tambah atau dikurangi, tetapi PALI KANON (secara keseluruhan) adalah lebih TUA dari Kitab MAHAYANA.


Ajaran THERAVADA tidak perlu mengatakan bahwa ARAHAT TIDAK AKAN MENCAPAI SAMMASAMBUDDHA, karena SAVAKA BUDDHA itu juga sudah ARAHAT, Sammasambuddha itu juga ARAHAT. Seorang ARAHAT itu dipandang dari sisi pembebasannya dari dukkha. Ketika untuk mencapai Annutara Sammasambuddha yang notabene harus memiliki "KUALITAS" lebih dibandingkan dengan SAVAKA dan PACCEKA, maka individu yang beraspirasi/bertekad untuk mencapai Annutara Sammasambuddha harus MENAMBAH "JAM TERBANG" / KEHIDUPAN untuk menyempurnakan "PARAMI"-nya agar kelak memiliki KEMAHATAHUAN.

Sammasambuddha adalah Arahat tidak berarti Arahat adalah Sammasambuddha. Jika individu biasa bisa menambah jam terbang, masak Arahat ga sanggup? karena tidak memiliki keinginan? Kalo gitu, menjadi Arahat bukannya terkesan sangat kasihan karena membatasi dirinya dari mencapai kualitas sempurna seperti Sammasambuddha.
Kisah Nagarjuna hanya segelintir dari kisah kemunculan kitab Mahayana , kisah konsili versi Mahayana juga ada. Apalagi Mahayana yg berlatih dengan baik sanggup berinteraksi dengan para bodhisatva, jadi valid atau tidak ajarannya masih bisa dicrosscek sejauh bisa menemukan jalan utk berinteraksi dgn para bodhisatva, salah satu kisah yg paling sering terdengar adalah kunjungan ke Tusita utk belajar dari bodhisatva Maitreya.

Kitab paling Tua bukan parameter utk menyatakan benar tidaknya ajaran. Dalam perspektif Mahayana, ajaran Theravada memang muncul duluan, karena itu memang ajaran yg basic. Tidak mungkin saat konsili, para hadirin membacakan ajaran tingkat lanjut (Vaipulya).

yah, untuk mencapai annutara sammasambuddha bisa siapa saja, asalkan individu itu memiliki PARAMI cukup, kemudian aspirasinya KUAT, dan mendapat RAMALAN PASTI dari seorang sammasambuddha, maka masuklah dia kedalam JALUR BODHISATVA (sebagai calon sammasambuddha), tentunya kecuali SAVAKA BUDDHA donk...

Kasihan sama ARAHAT ?? Itu kan kita orang luar yang KASIHAN kepada ARAHAT... Bathin ARAHAT sendiri sudah tidak tergoyahkan, sudah mengatasi dualisme (seperti yang sdr.chingik katakan). Apa itu NIRVANA dan SAMSARA ?? Pada kualitas bathin seperti ini, Tidak ada lagi apakah itu Annutara Sammasambuddha atau bukan...

Kitab Kitab awal Mahayana karya Nagarjuna, Asvaghosa dsbnya lebih banyak mengajarkan konsep tentang SUNYATA. Ini yang saya sukai dari MAHAYANA. Sebagaimana saya sukai dari Zen Buddhisme...  Ajaran Mulamadhyamaka karika dari Nagarjuna dianggap sebagai salah satu literatur buddhisme klasik yang sangat terkenal, bahkan sampai ke BARAT dan paling sering dijadikan sebagai rujukan/referensi dan bahkan bahan studi untuk mahasiswa mahasiswa psikologi karena FILASFAT-nya yang tinggi. Saya suka yang demikian.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan