News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

[Story] JAGAL BABI DAN ANAKNYA

Started by F.T, 18 October 2008, 11:55:24 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

F.T

Doeloe ketemu ada 1 org yg bapaknya jagal babi. Itu anak begitu tekun
dan rajin mempelajari dhamma sampai ia berkesimpulan bapaknya itu
melakukan pekerjaan yg TIDAK BENAR. Bapaknya sampai pusing menghadapi
anaknya yg selalu menegur terus menerus.

Kita sebut saja si Abeng dan bapaknya si A Cui.

Suatu hari ada seorg bernama A Hin yg datang kerumah mrk yg sebenarnya
termasuk tdk layak ditempati, A Beng menggunakan kesempatan itu utk
memojokkan bapaknya yg menjadi jagal babi.

"Ko, bener gak di agama Buddha dilarang membunuh ?" tanya Abeng dgn
semangat. Ahin ngejawab,"Ya sebenarnya kata2nya berjanji menghindari
pembunuhan.Memang kenapa ?"

"Itu sipapa udah melakukan pekerjaan yg tdk benar dgn membunuh, nanti
karmanya berat ,bisa2 terlahir dialam binatang."

A Cui si bapak cuma bisa terdiam tdk bisa menjawab, hatinya penuh
perasaan yg membuatnya menjadi kacau, Acui berpikir,"Dosa apa punya
anak seperti ini ?" Akhirnya Acui tdk tahan dan ia berteriak," Kalau
kamu itu sekolah darimana ? Makan darimana ? Mau jadi anak durhaka ya ?"

Ahin mengenal keluarga itu memang sudah 2 generasi menjadi jagal babi.
Tinggal Abeng anak laki satu2nya yg masih muda dan kuliah di satu
universitas swasta ternama.

Ahin melihat bahwa Abeng mengalami keracunan dharma yg parah, semua
ditinjau dari kacamata dharma menurut dharmanya sendiri atau yg
didengar, yg artinya belum belajar menjadi pengamat tapi baru
pengkritik. Abeng bisa berbicara panjang lebar mengenai Tilakhana,
membawa2 cuplikan dari sutta2 seperti Kalama Sutta dsbnya.
Tapi Ahin menyadari kalau Abeng itu masih belum memahami baru sekedar
menghafal ajaran Buddha Dharma.

Ahin akhirnya mencoba menengahi masalah ini, ia berkata,"Beng, kamu
harusnya belajar memahami dan mengerti dahulu. Ko Acui sekolah sampai
kelas berapa ?"

Acui membalasnya sambil menghela napas," Boro2 sekolah ko, ko khan tau
kondisi keluarga kita dari jaman papa masih idup, susah sekali. Papa
tuh menabung uang dari menjagal sampai kita bisa beli rumah dan jg
perabotnya. Dari situ ekonomi kita lumayan, pelan2 bisa nabung."

Abeng langsung dgn menyolot ngomong, "itu alesan si papa dari jaman
dulu, bilang gak pendidikan segala macem. Org itu mesti belajar. Jgn
seenaknya membunuh babi."

Ahin langsung memotong kata2 Abeng dgn keras,"Ayahmu itu org yg
berpendidikan rendah , apa yg dia pelajari adalah dari menjagal babi,
selayaknya kamu sebagai anaknya yg dibiayai dgn uang menjagal
menyadari bahwa ayahmu itu juga tidak mau menjadi jagal babi, kalau
bisa ia maunya menjadi boss pemilik restoran atau juga bos pemilik
pabrik."

Ahin melanjutkan kata2nya,"Hargailah jerih payah bapakmu dgn
menghormati, bukan menghakimi pekerjaannya yg menjadi jagal babi. Jika
kamu memang mau mengubah nasib, ayahmu juga berusaha mengubah nasib
kamu. Ia bersusah payah setiap pagi, bermandikan darah dan bau amsi
demi selembar dua lembar rupiah yg ia berikan padamu utk kamu sekolah
agar pintar dan tidak menjadi jagal babi."

"Benar kata ko Ahin, siapa sih yg mau jadi jagal babi ? Justru saya
kerja keras , hidup irit demi anak biar tidak jadi jagal babi." Acui
melanjutkan kata2nya,"Saya dari umur 7 sdh membantu papa menjadi jagal
babi hingga umur 50 ini. Apa yg asya bisa lakukan adalah berharap agar
anak2 saya bisa hidup lebih enak dr saya."

Abeng masih ngotot, "Jagal babi itu tdk baik, akibatnya karma buruk
nantinya, saya kasihan sama papa, gak mau kena karma buruk."

Ahin lantas ngomong,"Papamu tdk melanggar aturan negara, tdk menjual
heroin, menjadi germo. Apa yg ia kerjakan karena pengetahuan yg ia
dapat dari kecil."
"Karma buruk atau baik bukanlah kita bisa menilai begitu saja dari
pekerjaan yg dilakukan tapi jg pikirannya. Ayahmu sudah berusaha
mencoba memutuskan lingkaran karma sebagai penjagal babi, ia menaruh
harapan di dirimu agar tidak mengikuti jejaknya. Selayaknya kamu jg
menghormati ayahmu dgn tidk mengucapkan KARMA  BURUK semata.Cobalah
menjadi bijak dalam dharma bukan pintar dalam dharma."

Akhirnya Abeng terdiam dan menerawang masa lalunya , ia diberikan uang
jajan, disekolahkan , diberi makan, diberi pakaian. Semua berkat
bapaknya yg menjadi jagal babi. Terbayang bapaknya bersimbah peluh
bercampur keringat dan bau amis yg menyengat hidung. Terbayang wajah
bapaknya yag kelelahan demi masa depan dirinya."Siapakah aku sehingga
berhak menghakimi bapakku ini"tanya Abeng dalam hatinya.

Abeng membuka mulutnya,"Maaf papa, Abeng selama ini salah menilai.
Abeng hanya melihat kulit saja tanpa mencoba menyelami apa yang papa
kerjakan. Abeng berjanji akan menjadi orang yg sukses dan memberikan
kebahagiaan pada papa. Abeng akan memberikan papa apa yg papa telah
berikan kepada Abeng, Abeng berjanji akan merawat papa dan menghargai
jerih payah papa dan engkong selama ini yg berusaha agar keturunannya
lebih baik lagi."

Memandang dari satu sisi memang bisa melihat sejuta keburukan, apakah
dharma hanya memiliki satu sisi saja ?

Siapapun di dunia ini hampir 99 % menilai dari satu sisi, yaitu sisi
yg menurut kita terbaik bagi diri kita, sehingga kita seolah2 sudah
menjadi Buddha dalam berkata dan menilai org lain.
Katanya, semua menilai dari buku atau sampul luar sehingga ada pepatah
Jgn menilai suatu buku dari covernya saja.

Sumber : Milis Dharmajala.- ardian_c [at] yahoo.co.id


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] [url="//yahoo.com"]yahoo.com[/url]

Yumi

jadi teringat ortu w sndr, suka bunuh semut, susah x dinasihatin.. :(
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Pitu Kecil

Sepak aja anak kayak gituan, kalau memang jago and sok hebat dalam Dhamma, cepat sukses dan kaya biar papa nya tidak usah jadi penjagal babi.
saya masih ingat kata teman papa saya "berkaca sebelum bicara dhamma kepada saya"
Smile Forever :)

FZ

Memandang dari satu sisi memang bisa melihat sejuta keburukan, apakah
dharma hanya memiliki satu sisi saja ?

Siapapun di dunia ini hampir 99 % menilai dari satu sisi, yaitu sisi
yg menurut kita terbaik bagi diri kita, sehingga kita seolah2 sudah
menjadi Buddha dalam berkata dan menilai org lain.
Katanya, semua menilai dari buku atau sampul luar sehingga ada pepatah
Jgn menilai suatu buku dari covernya saja.

Kalimat ini bagus sekali..
_/\_

iwakbelido

nice story! _/\_
jadi semuanya tergantung dari niat si pelaku ya? dan tergantung dgn norma-norma dan peraturan yg berlaku di daerah tersebut. apabila melanggar norma-norma dan peraturan serta memang memiliki niat yang buruk maka itu merupakan karma buruk?

dharma harus dilihat dari 2 sisi yang berbeda artinya ada kemungkinan donk satu perbuatan yang sama tapi bisa terjadi perbedaan karma, satu orang bilang karma baik sedangkan org lain bilang karma buruk. Jadi ga ada kebenaran mutlak ya? tergantung dari mana anda melihat hal tersebut?
Sabbe satta bhavantu sukhitatta

markosprawira

KEBENARAN
(Sacca)



Kebenaran atau dalam bahasa Pali disebut dengan sacca, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya. Jadi, kebenaran tidak selamanya menyangkut mengenai masalah moral semata.

Kebenaran sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu Paramatha-sacca atau Kebenaran Mutlak (Absolute) dan Sammuti-sacca atau Kebenaran Relatif.

Paramatha-sacca atau Kebenaran Mutlak adalah Kebenaran yang harus memiliki kriteria sebagai berikut:


  • Harus benar (apa adanya)
  • Tidak terikat oleh waktu, baik waktu dulu, sekarang dan waktu yang akan datang, kebenaran ini tetap ada dan tidak berubah ataupun berbeda.
  • Tidak terikat oleh tempat, baik di suatu tempat atau di tempat lain, di Indonesia atau di planet Mars, kebenaran ini ada dan tidak berubah ataupun berbeda.

Sammuti-sacca atau Kebenaran Relatif adalah Kebenaran yang masih terikat dengan waktu dan tempat. Kebenaran ini hanya ada berlaku di tempat tertentu dan waktu tertentu.

source

Dapat dibilang bahwa Sammuti Sacca bersifat Depends On, alias merupakan kesepakatan saja.

Jadi bisa saja, secara sammuti sacca, itu bukan kamma buruk namun secara paramattha, itu adalah kamma buruk.
Misal pada kasus White Lies (berbohong yang baik). Secara sammuti sacca, perbuatan ini tidak dikategorikan sebagai kamma buruk
Namun secara paramattha, perbuatan berbohong adalah kamma buruk dan tujuan/niat baik adalah kamma baik, jadi setiap tindakan akan membuahkan vipaka masing-masing

semoga bisa bermanfaat  _/\_

Lily W

#7
 [at]  atas

Tambahan dikit teori... ;D

Ada beberapa cara dalam mengungkapkan Paramatha-sacca dan Sammuti-sacca yaitu :

1.  Paramattha Dhamma yaitu hakekat tertinggi dari segala sesuatu baik berupa batin maupun materi.

2.  Pannati Dhamma yaitu konsep atau sebutan yang mengekspresikan paramattha Sacca atau samutti Sacca.

Pannati Dhamma terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :
1. Nama Pannati, yaitu nama, istilah, sebutan yang diberikan terhadap objek
2. Attha Pannati, yaitu :
~ Ide, gagasan yang menerangkan objek
~ Gambaran umum atas nama yang diberikan

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

DhammaChando

Cerita ini sangat bagus dan menarik...
Di satu sisi Sang Ayah berusaha menghidupi keluarganya dengan cara "membunuh" babi, dan mungkin si Ayah juga tau bahwa perbuatannya ini tidak bagus tetapi mungkin dia tidak punya cara lain untuk merubah cara ini.. Dia juga berusaha untuk memutuskan tali rantai KARMA BURUK itu supaya anaknya tidak seperti dia...

Kita sebagai orang awan, memang betul tidak boleh melihat dari satu sisi saja, tetapi yang jadi pertanyaan apakah "Si Ayah" ini tetap mendapatkan KARMA BURUK dari pekerjaannya yang membunuh? (walaupun terpaksa membunuh).
Mungkin ada tanggapan dari teman2 semua...  _/\_
Kebencian tak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi, kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah satu hukum abadi.

Hate is not overcome by hate; by Love (Metta) alone is hate appeased. This is an eternal law.

Dhammapada 5

Tia

Baca cerita ini jadi ingat dulu aku pernah dapet CD tentang si pejagal babi juga...

ceritanya klo ga salah berasal dari China gitu... yang menceritakan tentang sepasang suami istri yang mata pencahariannya juga sebagai pejagal babi... (Katanya sich kisah nyata) mereka memengal babi karena kebutuhan dan keterpaksaan. tapi karena si istri ini telah mengenal Dhamma dan dia pun merasa bertentangan dengan hatinya cuma apadaya karena itu adalah satu2 nya mata mencaharian mereka.

singkat cerita sang istri sering datang ke Kuil, berdoa dan mendengarkan Dhamma. sejak itu dia pun sering ciacay walau seringkali dimarahi suaminya karena ia selulu memakan sayuran tidak pernah memakan daging hasil potongannya. dan setiap membantu suaminya untuk memotong babi tersebut tanpa sepengetahuan sang suami, sebelum babi2 itu dipotong dan dia berbisik dalam hati selulu mengucapkan Vandana, Tisarana dan Semoga anda terlahir kembali dialam yang lebih bahagia.

itu terjadi bertahun2 akhirnya sang istri pun meninggal dengan tersenyum, sebelum meninggal iya bermimpi dijembut oleh dewi-dewi yang ternyata dewi2 tersebut adalah babi2 yang pernah dia penggal dulu. dengan ketulusan hati membacakan paritta maka sibabi2 tersebut terlahirlah dialam yang bahagia karena tidak mempunyai dendam dengan si pembunuhnya.

_/\_
Hiasilah hari-harimu dengan senyum manis... ;)

Pitu Kecil

Smile Forever :)

iwakbelido

sis Tia, ceritanya bagus banget.. thanks uda sharing _/\_
Sabbe satta bhavantu sukhitatta

purnama

Cerita ginian bikin pusing g, selama 7 hari ngejelasin ke orang orang yang fanatiknya ampunnn dekh, tiap hari g bisa baca Amitofo, sama Bisa menyebut Sabbe Satta Bhanvantu Sukkhita.

markosprawira

Quote from: purnama on 03 November 2008, 03:36:18 PM
Cerita ginian bikin pusing g, selama 7 hari ngejelasin ke orang orang yang fanatiknya ampunnn dekh, tiap hari g bisa baca Amitofo, sama Bisa menyebut Sabbe Satta Bhanvantu Sukkhita.

bikin pusing apanya yah??? sori, ga jelas......... bisa cerita lebih detail???

adi lim

Dalam ajaran  Buddha, menghindari usaha dengan membunuh makhluk hidup/menjual daging makhluk hidup, jadi apa yang dilakukan mata pencarian dengan membunuh makhluk hidup sudah pasti mempunyai kamma buruk, sedangkan niat hasil dagang untuk membiayai kebutuhan rumah tangga adalah perbuatan baik, bertanggung jawab terhadap keluarga.
Jadi ayahnya tetap akan menerima hasil kamma buruk yaitu membunuh makhluk hidup, sedangkan niat bapaknya agar anaknya tidak mengikuti jejaknya menjadi penjagal seperti dia, adalah suatu perbuatan yang baik juga.
Dan seorang anak tetap harus menghormati orang tuanya, terlepas orang tuanya melakukan perbuatan baik atau buruk.
Jika memang orang tua yang mempunyai perbuatan buruk, apabila seseorang anak bisa membimbing orang tuanya dari yang tidak tahu Buddha Dhamma sampai mengenal Buddha Dhamma dengan benar, sehingga prilaku orang tua menjadi baik dan benar, adalah suatu perbuatan mulia, menurut salah satu Sutta, bahwa perbuatan anak itu sudah melunasi tanggung jawab terdahap orang tuanya yang membimbingnya dari kecil sampai dewasa.
_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.