haa...

Started by Hendra Susanto, 15 September 2008, 07:26:03 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Hendra Susanto


Sumedho

nga tahu juga.

kata2x "hidup saat ini" terlalu shaky utk umum. Interpretasinya bisa kemana2x dan bisa menjerumuskan jg.
There is no place like 127.0.0.1

Hendra Susanto

Quote from: Sumedho on 15 September 2008, 09:03:21 PM
nga tahu juga.

kata2x "hidup saat ini" terlalu shaky utk umum. Interpretasinya bisa kemana2x dan bisa menjerumuskan jg.

hehhhhehe... yang gw tau itu bos ;D

ryu

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=900.msg14246#msg14246

LAKI-LAKI DENGAN MADU

Saudara... di dalam menuju perealisasian tujuan hidupnya, yaitu kebahagiaan, banyak manusia yang terperangkap oleh terbuai-nya dia di dalam kesenangan yang sementara... sehingga melupakan tujuan hidup-nya yang sesungguhnya yaitu kebahagiaan yang luhur... Marilah kita simak perumpamaan di bawah ini tentang terperangkapnya manusia terbuai di dalam kesenangan yang diperolehnya... .

Ini adalah sebuah perumpamaan bagi kita untuk mengerti sifat dari kehidupan dan kesenangan. "Seorang lelaki telah kesasar ketika melalui hutan yang lebat yang tertutup duri dan berbatu. Lalu dia dihadapkan pada gajah yang besar yang mulai mengejarnya. Ia mulai berlari karena menguatirkan hidupnya. Sementara berlari ia melihat sumur dan berpikir bahwa ini akan merupakan tempat yang baik untuk melepaskan diri dari gajah itu. Tetapi malang ia melihat ular berbisa yang besar di dasar sumur. Walaupun demikian, karena tidak ada jalan lain untuk melepaskan diri dari gajah itu, ia melompat kedalam sumur dan mencoba untuk berpegangan pada tanaman rambat berduri yang lebat yang tumbuh di sisi sumur.

Sementara bergantung pada tanaman rambat tersebut ia melihat dua ekor tikus hitam dan putih. Dalam ketakutannya ia menyaksikan kedua ekor tikus tersebut perlahan-lahan memutuskan tanaman rambat tersebut di mana ia sedang bergantung.

Ia juga menemukan sebuah sarang lebah didekatnya dari mana terus-menerus menetes madu. Sementara menghadapi bahaya kematian dalam tiga cara dalam posisi berbahaya itu ia dengan serakah mulai mengecap tetesan malu tersebut.

Melihat situasi yang menguatirkan dari manusia yang malang itu, seorang lain yang baik hati yang kebetulan lewat, menyediakan diri untuk menolong menyelamatkan hidupnya. Tetapi manusia serakah dan bodoh ini menolak untuk mendengarkannya karena rasa dari madu yang sedang dinikmatinya. Rasa dari madu tersebut telah membiusnya sehingga ia lebih suka untuk tidak mengindahkan posisi bahaya yang sedang dihadapinya.

Dalam cerita ini, jalan berduri dalam hutan dinamakan sebagai Samsara – roda kehidupan. Jalan berduri dari Samsara sangat tidak menentu dan menyulitkan seseorang. Tak mudah bagi seseorang untuk bertahan hidup melalui hutan Samsara yang keras dan kasar. Gajah di sini mewakilkan kematian. Kematian selalu mengikuti kita dan membuat kita tidak bahagia, usia tua juga menciptakan ketidak bahagiaan dan rasa tidak aman dalam pikiran kita. Pohon rambat tersebut adalah kelahiran. Bagaikan pohon rambat yang tumbuh terus dan melingkari tanaman lain, demikian juga kehidupan kita terus menumpuk, memegang dan melekat pada demikian banyak hal-hal lain di dunia. Dua ekor tikus mewakili siang dan malam. Sejak saat kita dilahirkan ke dunia siang dan malam terus memutuskan dan memperpendek jarak waktu kehidupan kita. Tetesan madu merupakan kesenangan duniawi yang sementara yang mendorong manusia untuk tetap tinggal dalam dunia yang tidak kekal dan tidak menentu ini.

Lelaki yang baik hati yang datang menolong untuk menunjukkan jalan yang benar dan untuk menyingkirkan situasi berbahaya dari hidup itu adalah Sang Buddha. Seseorang yang berpikir bahwa lebih baik baginya untuk tetap tinggal dalam dunia ini untuk menikmati kehidupan duniawi tanpa mencoba mencapai Nibbana adalah tepat bagaikan orang ini yang menolak untuk lepas dari situasi hidupnya yang berbahaya hanya untuk mengecap rasa madu yang sedikit.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Yumi

Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Hikoza83

Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

ryu

itu khan postingan ci lily ;D

ketinggalan :

* dikompilasi dan disampaikan oleh sdr. Selamat Rodjali pada saat Pendalaman Dhamma di Vihara Pluit Dharma Sukha, pada hari Sabtu, 16 September 2006 pukul 15.00 – 17.00
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Hikoza83

#22
kalo ttg "hidup saat ini", saya berpendapat bahwa perlu penjelasan lebih lanjut, ga cuma bilang : "hidup saat ini titik."

definisi versi saya : tidak menghayal.

apa yang kita lakukan, selama ini, ketika melakukan suatu aktivitas, biasanya pikiran kemana2, alias tidak berkonsentrasi pada apa yg kita lakukan. so, alhasil, kadang kita "menelan" kekecewaan, karena hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan. jd kata "hidup saat ini", lebih berorientasi pada pola hidup berkesadaran. istilah jowonya, mindfulness;D

kalo ttg menghayal, menurut saya, ibarat org menginginkan sesuatu, dipikirin terus, ingin dan ingin... but "DO NOTHING".

menurut Hukum Karma & akibatnya :
"DO NOTHING, GET NOTHING. DO SOMETHING, GET SOMETHING."

ya, kalo udah kayak gitu, mungkin pertolongan paling dekat adalah dilarikan ke RSJ terdekat.  >:D

Guru Buddha bersabda :
"Hindari Kejahatan,
Perbanyaklah Kebajikan,
Sucikan Hati dan Pikiran,
Inilah Ajaran Para Buddha."

jadi kesimpulannya, "hidup saat ini" adalah tindakan sadar yang aktif, bukan pasif [DIAM]. meminjam istilah yang sering digunakan oleh TUHAN DC : "SATI".  :)
_/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Delusion

Hal ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tapi bila ingin memahaminya, lakukan meditasi dan niscaya seiring waktu bisa mengerti apa itu "kekinian".


_/\_
:)

mince

Tak lama lagi tubuh ini tidak berkesadaran lagi, digeletakkan di tanah bagaikan sebatang kayu yang tak berguna
(Dhammapada 41)

Hendra Susanto

#25
kita buat contoh aktifitas makan...

pada saat kita makan, diawali dengan rasa lapar (kebutuhan), kemudian pikiran memerintahkan agar kaki jalan menuju ke meja makan, kaki mana dulu yang melangkah apakah kiri atau kanan, berapa langkah menuju meja makan sesampai dimeja makan, ambil piring, tangan mana yg ngambil kiri atau kanan setelah ambil piring kita ambil sendok dst, dst... ini baru dari aktifitas gerakan tubuh... belum lagi klo kita memperhatikan penglihatan, tentu donk kita melihat meja makan, melihat piring, melihat sendok dll, bagaimana juga memperhatikan rasa/kecapan... inilah yang menurut ku dinamakan 'hidup saat ini' pada saat aktifitas makan ;D

note: aktifitas memperhatikan tersebut tidak bisa dilakukan serabutan/berbarengan, misalnya klo memperhatikan gerakan ya perhatikan gerakan aja, klo memperhatikan penglihatan ya lakukan hanya pada aktifitas penglihatan tersebut dan juga untuk aktifitas kecapan lalukan pula hanya pada aktifitas kecapan

Indra


Hendra Susanto


markosprawira

Quote from: Hendra Susanto on 15 September 2008, 11:56:25 PM
kita buat contoh aktifitas makan...

pada saat kita makan, diawali dengan rasa lapar (kebutuhan), kemudian pikiran memerintahkan agar kaki jalan menuju ke meja makan, kaki mana dulu yang melangkah apakah kiri atau kanan, berapa langkah menuju meja makan sesampai dimeja makan, ambil piring, tangan mana yg ngambil kiri atau kanan setelah ambil piring kita ambil sendok dst, dst... ini baru dari aktifitas gerakan tubuh... belum lagi klo kita memperhatikan penglihatan, tentu donk kita melihat meja makan, melihat piring, melihat sendok dll, bagaimana juga memperhatikan rasa/kecapan... inilah yang menurut ku dinamakan 'hidup saat ini' pada saat aktifitas makan ;D

note: aktifitas memperhatikan tersebut tidak bisa dilakukan serabutan/berbarengan, misalnya klo memperhatikan gerakan ya perhatikan gerakan aja, klo memperhatikan penglihatan ya lakukan hanya pada aktifitas penglihatan tersebut dan juga untuk aktifitas kecapan lalukan pula hanya pada aktifitas kecapan

dear Hendra,

kalau saya boleh saran, bukan "gerakannya" yang harus diamati, namun bagaimana reaksi batin dan citta/kesadaran yang muncul.

kenapa demikian?? karena seperti yang anda bilang sendiri, bahwa "pikiran" yang memerintahkan.... nah pada saat itulah dimana kita seharusnya mulai mengontrol/mengendalikan gejolak2 yang timbul.... bagaimana mengontrol agar citta/kesadaran yang timbul

misal : perut lapar, dan di meja ada makanan yang enak
timbul pikiran utk makan yang enak itu
jika diikuti, maka makan akan didomplengi oleh lobha

karena itu, hendaknya disadari bahwa makan hanya untuk memenuhi kebutuhan perut saja, bukan untuk memenuhi "lobha"/kepuasan lidah

demikianlah hendaknya jika kita ingin mulai melakukan "hidup saat ini" seperti yang anda maksudkan

secara umum/artian luas dalam hidup sehari2, "hidup saat ini" sudah diposting oleh bro ryu di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4979.0

semoga bisa bermanfaat yah............  _/\_

fran

Quote from: Hendra Susanto on 15 September 2008, 07:26:03 PM
sering kita mendengar atau membaca "hidup saat ini" ayo kita sharing pengalaman 'hidup saat ini' atau apakah yang temen2 pahami kata2 'hidup saat ini' tersebut

penjelasannya dengan contoh yak  ^-^

haa..

Hidup saat ini..
dan
Saat ini hidup..

Apakah kedua makna pernyataan itu sama ?




Apa yg bisa saya "lepaskan" jika saya memilih agama Buddha ?