MMD [pool]

Started by Semit, 06 August 2008, 01:56:09 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

apakah praktik MMD sesuai dengan Buddhisme Theravada?

Sesuai
22 (52.4%)
Tidak sesuai
20 (47.6%)

Total Members Voted: 41

Voting closed: 11 August 2008, 12:01:45 AM

williamhalim

Quote from: hudoyo on 07 August 2008, 11:26:32 AM
Itu Buddhisme menurut JMB-8: sila, samadhi, panna.

Dalam Bahiya-sutta, yang juga ajaran Buddha, tidak ada anjuran untuk "berbuat baik" atau menghindari "perbuatan buruk". ... Bahiya-sutta mengajarkan 'sadar' ... Di dalam 'sadar', orang tidak akan melakukan perbuatan yang oleh orang biasa dikatakan "buruk" ... tetapi orang yang 'sadar' tidak menyadari bahwa ia sengaja "menghindari perbuatan buruk" agar merasa dirinya "menjadi orang baik". ...

Sebaliknya, di dalam 'sadar', karena 'aku' tidak ada lagi, maka semua perbuatannya adalah 'spontan' menyangkut semua orang tanpa membeda-bedakan kepentinganku dan kepentingan orang lain ... perbuatan seperti ini oleh orang biasa dikatakan "baik" ... tetapi orang yang 'sadar' tidak pernah merasa dirinya menjadi "orang baik". 

Bahiya Sutta mungkin bisa berhasil untuk beberapa orang, yg sebenarnya batinnya memang telah siap untuk itu. Tapi, secara umum, bisa dibaca di Tipitaka, lebih banyak orang yg mesti mencapai Arahat dengan usaha yg keras.

Itu zaman dulu, sewaktu Sang Buddha masih ada, sedangkan di zaman sekarang kualitas batin manusia jelas2 lebih merosot dibanding dulu.

Disamping itu akan lebih powerful jika menjalankan meditasi vipassana diiringi dengan perbaikan moral dan peningkatan kebijaksanaan.

Hanya berpijak pada  Bahiya Sutta dengan kualitas batin manusia sekarang, malah akan 'Berbahaya'. Bahiya Sutta akan dijadikan pembenaran atas moral 'semau gue'. Ego akan semakin kuat, boro-boro dikikis, malah akan semakin tebal.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

williamhalim

Quote from: hudoyo on 07 August 2008, 10:46:20 AM
Quote from: willibordus on 07 August 2008, 09:45:18 AM
Itulah, Buddhism yg paling modern sekalipun, masih tetap mengakui JMB-8...

Dalam Buddhisme yang paling kuno, Bahiya-sutta, tidak ada JMB-8.

Dalam Buddhisme yg lebih kuno lagi, malah ditegaskan JMB-8  :)

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

williamhalim

Quote from: Kainyn_Kutho on 07 August 2008, 10:38:41 AM

Mengenai perbuatan baik adalah produk "aku", itu juga saya setengah setuju dengan Pak Hudoyo.

Setuju karena memang pada asekkha puggala (Arahat), tidak ada "kemelekatan" pada perbuatan baik dan buruk, hanya ada jalannya "fungsi" yang berdasarkan "masa lalu". Oleh karena itu namanya bukan kusala/akusala, melainkan kiriya.
Seperti saya sudah beri contohnya Thera Pilinda Vacca, sudah tidak ada ucapan baik dan ucapan buruk, ucapan "kasar"-nya itu dikondisikan oleh masa lalunya yang 500x kehidupan adalah seorang Brahmana.


Tidak setuju karena menurut saya, walaupun belum Arahat, tetap ada gerak pikiran yang bukan produk "AKU (LDM)". 
Memuaskan indriah adalah gerak pikiran produk "Aku (LDM)"; Menahan diri dari kepuasan indriah adalah gerak pikiran yang bukan produk "Aku (LDM)".

Setuju Bro Kainyn.

Pada Arahat segala perbuatan mereka adalah Kiriya (fungsional).

Sedangkan manusia biasa masih berakar pada Lobha Dosa Moha atau Alobha Adosa dan Amoha.
Manusia biasa masih membutuhkan aLaDaM untuk merealisasi pembebasan.

Sekarang tergantung diri sendiri, apakah merasa diri sendiri sebagai Arahat sehingga tidak perlu berbuat baik, atau merasa diri masih manusia biasa yg memerlukan perbuatan baik.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sumedho

sesuai permintaan, berikut ini ada terjemahan malukyaputta sutta yang dijelaskan oleh YM Mahasi Sayadaw.

ini hanya sementara saja, padahal ini belum selesai di dandanin

http://dhammacitta.org/temp/Malukyaputta%20Sutta.pdf
There is no place like 127.0.0.1

K.K.

#199
Quote from: willibordus on 07 August 2008, 12:27:08 PM
Setuju Bro Kainyn.

Pada Arahat segala perbuatan mereka adalah Kiriya (fungsional).

Sedangkan manusia biasa masih berakar pada Lobha Dosa Moha atau Alobha Adosa dan Amoha.
Manusia biasa masih membutuhkan aLaDaM untuk merealisasi pembebasan.

Sekarang tergantung diri sendiri, apakah merasa diri sendiri sebagai Arahat sehingga tidak perlu berbuat baik, atau merasa diri masih manusia biasa yg memerlukan perbuatan baik.

::


Ya, memang semua bisa punya pendapat yang berbeda.
Kalau menurut pendapat saya, MMD, seperti juga vipassana2 lainnya, tidak bertentangan dengan Buddha Dhamma (terutama menurut definisi Anguttara Nikaya VIII,53), tetapi memang tidak semua orang bisa cocok dengan salah satunya. Kembali lagi kepada masing2 pribadi.
Buddha Gotama menunjukkan Dhamma, tetapi bagaimana orang menjalaninya bervariasi, tidak bisa dipaksakan.

Seperti contohnya Bahiya merealisasi Nibbana ketika "diam"; sementara Sona Kolivisa (yang kemudian disebut oleh Buddha Gotama sebagai yang terunggul dalam mengerahkan usaha/ aggam aaraddhaviriyaanam) mencapai Arahatta melewati usaha. Dikatakan segitu keras usahanya sehingga kediamannya itu penuh dengan bekas darah dari kakinya ketika melakukan meditasi jalan.




Suchamda

#200
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

dilbert

#201
Dalam bukunya The Truth of Nature karya Bhante Buddhadasa, menarik diperhatikan pemaparan bhante buddhadasa tentang JM-8 (ala Theravada) dengan konsep kekosongan (ala Mahayana). Menurut Bhante Buddhadasa pada dasarnya kedua jalan menuju pada satu tujuan yaitu pembebasan, hanya saja JM-8 dikatakan merupakan jalur umum yang lebih sistematis dan bertahap, sedangkan konsep kekosongan merupakan jalur cepat. Dengan terealisasi kekosongan (pencerahan), maka JM-8 otomotasi telah terlaksana/terlalui.

Dalam hal ini mungkin menjadi jembatan antara pemikiran jalur JM-8 dan jalur "vipasana" ala Bahiya-Sutta. Dalam hal ini, ketika Y.A. Bahiya mendapatan tuntunan "vipasana" dari Buddha Gotama, dan seketika mencapai tingkat kesucian ARAHAT, maka seharusnya sila, samadhi dan panna muncul dengan sendiri (seperti yang dijelaskan oleh pak hud). Dalam hal ini saya juga setuju dengan pemaparan sdr.fabian bahwa pada dasarnya tidak ada pencerahan seketika (yang ada adalah momen pencerahan). Saya juga setuju bahwa Y.A. Bahiya seharusnya sudah mengumpulkan parami yang cukup untuk dapat melakukan "penembusan" seketika dengan hanya mendengar sebait dan dua bait kalimat wejangan dharma dari seorang SAMMA SAMBUDDHA.

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

K.K.

Quote from: dilbert on 07 August 2008, 03:57:37 PM
Dalam bukunya The Truth of Nature karya Bhante Buddhadasa, menarik diperhatikan pemaparan bhante buddhadasa tentang JM-8 (ala Theravada) dengan konsep kekosongan (ala Mahayana). Menurut Bhante Buddhadasa pada dasarnya kedua jalan menuju pada satu tujuan yaitu pembebasan, hanya saja JM-8 dikatakan merupakan jalur umum yang lebih sistematis dan bertahap, sedangkan konsep kekosongan merupakan jalur cepat. Dengan terealisasi kekosongan (pencerahan), maka JM-8 otomotasi telah terlaksana/terlalui.

Dalam hal ini mungkin menjadi jembatan antara pemikiran jalur JM-8 dan jalur "vipasana" ala Bahiya-Sutta. Dalam hal ini, ketika Y.A. Bahiya mendapatan tuntunan "vipasana" dari Buddha Gotama, dan seketika mencapai tingkat kesucian ARAHAT, maka seharusnya sila, samadhi dan panna muncul dengan sendiri (seperti yang dijelaskan oleh pak hud).

misalnya : berbuat baik, kadang kala ada orang yang harus di"biasa"kan melakukan perbuatan baik sehingga menjadi karakter. Tetapi ada orang yang dengan "penembusan" mengetahui dengan baik apa itu perbuatan baik, sehingga tanpa disadari semua perbuatannya adalah perbuatan baik.

Betul! ;D  Kondisi bathin seseorang tidaklah sama. Tidak ada kurikulum orang PASTI harus begini begitu baru bisa mencapai kesucian. Saya pernah bertemu orang Atheist, dia katakan, "Apakah Tuhan ada (melihat) atau tidak, apakah hukum karma itu benar atau tidak, saya tetap tidak punya alasan untuk mencuri". Di lain pihak, ada juga yang walaupun sudah diberitahu tidak boleh mencuri, tapi mencari-cari pembenaran dengan berkata, "ah, ini 'kan terpaksa. Tuhan pasti maklum"  ;D
Nah, jadi tidak mungkin bisa "pelajaran" yang diberi itu disamakan, karena secara bathin saja sudah berbeda sekali.


dilbert

Bahiya ibarat orang yang nyusun puzzle, tetapi tinggal 1 keping puzzle lagi belum ditemukan sehingga ketika BUDDHA GOTAMA memaparkan bahiya sutta maka lengkaplah gambar puzzle tersebut,

kalau saya sudah memiliki semua keping puzzle (sudah ditangan, alias semua Dharma dalam TRIPITAKA sudah ditangan) tetapi sedang menyusun puzzle dari awal, masih banyak keping puzzle belum terselesaikan.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

bond

Quote from: Suchamda on 07 August 2008, 12:13:20 PM
Coba topengnya pada dibukain dulu tuh.  ;D

Baguslah om sudah bisa tesenyum dan bercanda.  Cukup relakskan apabila melepas topeng  ;D :P
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Buddha dengan salah satu Bebek :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Semit

Ryu, ngejek gue ya ;D
gue kan bebek :))

nyanadhana

Kok jadi ajang menampilkan gambar - gambar neh



hai monyet bertobatlah,jangan nanti kamu ditindih kembali ke gunung lima jari seperti sesepuh kamu yang dulu





pasti bilangnya kek gini,hahahahahah
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

F.T



Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] [url="//yahoo.com"]yahoo.com[/url]