SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai

Started by nyanadhana, 17 July 2008, 09:06:27 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Ogha atau banjir yang dimaksud adalah kesenangan indriah, perwujudan, pandangan dan ketidaktahuan.
Dengan mendorong ke depan, seseorang mengambil pandangan ekstrim dan akan terhanyut dalam pandangannya itu sendiri (dari kesenangan indriah menjadi menyiksa diri; dari "perwujudan" menjadi "penghancuran"; dari satu pandangan ke pandangan lain, ketidaktahuan satu pada ketidaktahuan lainnya). Dengan berdiam di tempat, maka dia akan tenggelam di situ, tidak ke mana-mana (tetap pada kesenangan indriah, pewujudan, pandangan dan ketidaktahuannya).


hudoyo

"Menyeberangi sungai" itu terjadi tanpa suatu konsep apa pun: harus begini atau harus begitu.

Salam,
hudoyo

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1


bond

Jadi yg terbaik gimana Pak, kalau semua tulisan disini beserta penjelasannya konsep atau bukan konsep?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

hudoyo

 [at] Bond

Semua tulisan adalah produk dari pikiran, jadi bersifat konseptual. Pikiran maupun tulisan tidak pernah bisa mendeskripsikan secara lengkap & utuh suatu keadaan batin di mana pikiran berhenti (keadaan batin transendental). ... Tapi pikiran maupun tulisan tetap perlu untuk berkomunikasi. ... Tapi bagi para pejalan vipassana atau pejalan spiritual lain yang menuju pembebasan dari pikiran/aku, bila berbicara tentang hal-hal transendental, keterbatasan pikiran di atas perlu disadari. Jadi diskusi tidak akan kebablasan. ... Di sini kita kembali kepada perumpamaan 'telunjuk' dan 'rembulan': 'telunjuk' tetap perlu untuk menunjuk 'rembulan', terutama di antara para pejalan spiritual. 'Telunjuk' hendaknya menyadari peran & tugasnya sebagi 'telunjuk', tetapi tidak boleh mengusurpasi (mengambil alih) kenyataan dari 'rembulan'.  :)

Salam,
hudoyo

Kelana

Quote from: hudoyo on 25 August 2008, 04:17:32 PM
[at] Bond

Semua tulisan adalah produk dari pikiran, jadi bersifat konseptual. Pikiran maupun tulisan tidak pernah bisa mendeskripsikan secara lengkap & utuh suatu keadaan batin di mana pikiran berhenti (keadaan batin transendental). ... Tapi pikiran maupun tulisan tetap perlu untuk berkomunikasi. ... Tapi bagi para pejalan vipassana atau pejalan spiritual lain yang menuju pembebasan dari pikiran/aku, bila berbicara tentang hal-hal transendental, keterbatasan pikiran di atas perlu disadari. Jadi diskusi tidak akan kebablasan. ... Di sini kita kembali kepada perumpamaan 'telunjuk' dan 'rembulan': 'telunjuk' tetap perlu untuk menunjuk 'rembulan', terutama di antara para pejalan spiritual. 'Telunjuk' hendaknya menyadari peran & tugasnya sebagi 'telunjuk', tetapi tidak boleh mengusurpasi (mengambil alih) kenyataan dari 'rembulan'.  :)

Salam,
hudoyo

Betul.betul...termasuk semua yang ada di sini  http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2355.0 :)

GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

hudoyo

Terima kasih. ... Tidak perlu diingatkan, apa yang saya tulis, sudah lama diterapkan dalam MMD.

Kelana

Quote from: hudoyo on 29 August 2008, 01:13:56 PM
Terima kasih. ... Tidak perlu diingatkan, apa yang saya tulis, sudah lama diterapkan dalam MMD.

Terima kasih kembali Pak Hud atas penegasannya ;D
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kelana

Quote from: Kelana on 30 August 2008, 07:16:43 PM
Quote from: hudoyo on 29 August 2008, 01:13:56 PM
Terima kasih. ... Tidak perlu diingatkan, apa yang saya tulis, sudah lama diterapkan dalam MMD.

Terima kasih kembali Pak Hud atas penegasannya ;D

O ya satu lagi, saya terpaksa menimbulkan penegasan dari Pak Hud karena demi kami yang mungkin memerlukannya. Karena meskipun sudah lama penerapannya kadang kala bisa melupakannya, bisa mundur-maju dan hanya mereka yang Tercerahkan Penuh yang bisa menerapkannya dengan sempurna tanpa mundur kembali. _/\_
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Andi Sangkala

Quote from: hudoyo on 25 August 2008, 04:17:32 PM
[at] Bond

Semua tulisan adalah produk dari pikiran, jadi bersifat konseptual. Pikiran maupun tulisan tidak pernah bisa mendeskripsikan secara lengkap & utuh suatu keadaan batin di mana pikiran berhenti (keadaan batin transendental). ... Tapi pikiran maupun tulisan tetap perlu untuk berkomunikasi. ... Tapi bagi para pejalan vipassana atau pejalan spiritual lain yang menuju pembebasan dari pikiran/aku, bila berbicara tentang hal-hal transendental, keterbatasan pikiran di atas perlu disadari. Jadi diskusi tidak akan kebablasan. ... Di sini kita kembali kepada perumpamaan 'telunjuk' dan 'rembulan': 'telunjuk' tetap perlu untuk menunjuk 'rembulan', terutama di antara para pejalan spiritual. 'Telunjuk' hendaknya menyadari peran & tugasnya sebagi 'telunjuk', tetapi tidak boleh mengusurpasi (mengambil alih) kenyataan dari 'rembulan'.  :)

Salam,
hudoyo


Namaste  _/\_

Cuma sekedar mengingatkan, "telunjuk yang kita lihat" bukanlah "telunjuk asli" dan "rembulan yang kita lihat" juga bukan "rembulan sebenarnya".  :o  Bayangkan aja apabila telunjuk masuk ke mata hehehehehe, namanya kecolok  ^:)^

Jadi jangan terikat dengan apa yang dilihat. 8)

Semoga kita semua cerah dan tercerahkan  :whistle:


sukhi hotu  _/\_

Andi

Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

williamhalim

kalo dipikirin akan jadi rumit
kalo dipraktikkan akan jadi sederhana

begitulah adanya....


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

markosprawira

Quote from: Andi Sangkala on 31 August 2008, 04:56:37 PM
Quote from: hudoyo on 25 August 2008, 04:17:32 PM
[at] Bond

Semua tulisan adalah produk dari pikiran, jadi bersifat konseptual. Pikiran maupun tulisan tidak pernah bisa mendeskripsikan secara lengkap & utuh suatu keadaan batin di mana pikiran berhenti (keadaan batin transendental). ... Tapi pikiran maupun tulisan tetap perlu untuk berkomunikasi. ... Tapi bagi para pejalan vipassana atau pejalan spiritual lain yang menuju pembebasan dari pikiran/aku, bila berbicara tentang hal-hal transendental, keterbatasan pikiran di atas perlu disadari. Jadi diskusi tidak akan kebablasan. ... Di sini kita kembali kepada perumpamaan 'telunjuk' dan 'rembulan': 'telunjuk' tetap perlu untuk menunjuk 'rembulan', terutama di antara para pejalan spiritual. 'Telunjuk' hendaknya menyadari peran & tugasnya sebagi 'telunjuk', tetapi tidak boleh mengusurpasi (mengambil alih) kenyataan dari 'rembulan'.  :)

Salam,
hudoyo


Namaste  _/\_

Cuma sekedar mengingatkan, "telunjuk yang kita lihat" bukanlah "telunjuk asli" dan "rembulan yang kita lihat" juga bukan "rembulan sebenarnya".  :o  Bayangkan aja apabila telunjuk masuk ke mata hehehehehe, namanya kecolok  ^:)^

Jadi jangan terikat dengan apa yang dilihat. 8)

Semoga kita semua cerah dan tercerahkan  :whistle:


sukhi hotu  _/\_

Andi




lebih parah lagi kalo rembulan masuk ke mata, bro.......  :whistle:

Andi Sangkala

Quote from: markosprawira on 01 September 2008, 09:30:09 AM

lebih parah lagi kalo rembulan masuk ke mata, bro.......  :whistle:


Namaste _/\_

iya seh bro, untungnya bulan gak mungkin masuk ke mata, tapi kalo telunjuk sih masih mungkin hehehehehe  ;D

semoga mencerahkan dan tercerahkan  ^:)^

sukhi hotu  _/\_

Andi
Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi