News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

pernikahan di alam dewa ?

Started by Hariyanto, 01 July 2008, 02:43:14 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dhammadinna

Quote from: Deviol on 13 March 2010, 07:42:17 PM
Ternyata dewa juga masih terdapat beberapa nafsu duniawi ya????

Iya tapi tidak semua (bisa liat di postingan sis Lily, post #26). Berikut ini saya copas sedikit tentang alam deva (sori kalo rada OOT, tapi bagus jadi saya copas-in, dari buku Abhidhamma sehari-hari):

Semua kediaman dewata ini penuh dengan kesenangan indrawi, para penghuni sangat menikmatinya. Namun di antara mereka, yang mencapai tingkat Arahat dan Anagami-magga, merasa muak dengan kesenangan indrawi tersebut, tidak dapat tinggal lama di deva-loka. Makhluk Anagami meninggal dan terlahir kembali sebagai brahma sedangkan arahat mencapai parinibbana.

Oleh karena itu, kita tidak perlu berharap untuk menjadi yogi untuk bermeditasi di alam deva, di mana kenikmatan surgawi menjerat kita. Hanya para deva yang telah berlatih meditasi dengan sangat tekun di kehidupan manusia, dan sebagian deva saja yang berkesempatan mendengarkan Dhamma langsung dari Buddha, dapat meningkatkan dan menguatkan kebajikan mereka di alam deva. Para deva lain cenderung melupakan Dhamma ketika mereka memasuki gerbang Taman Nandanavana.

Di deva-loka, jangankan berlatih meditasi vipassana, bahkan menjalankan sila saja sulit. Para devi akan memikat perhatian para deva yang dengan mudah akan meninggalkan sila. Coba ingat, Raja Naga Campeyya gagal menjalankan sila di alamnya. Sakka harus turun ke alam manusia hanya untuk menjalankan Uposatha sila. Karena lingkungan yang tidak mendukung ini, semua Bodhisatta menyempurnakan parami hanya di alam manusia. Mereka tidak menghabiskan sisa hidup di alam deva, melainkan mengakhiri jangka waktu kehidupan untuk terlahir kembali di alam manusia dan memenuhi parami.

dhammadinna

#31
Kalo pernikahan di alam deva, g gak tau spt apa. Tapi dari buku yang sama, dikatakan bahwa keturunan mereka terlahir secara spontan, langsung besar dan muncul di lengan mereka atau di ranjang. Akh, tapi sepertinya ini gak terlalu penting juga untuk dibahas ;D

joemarselo

semua user-user disini yang mendiskuksikan Dewa-Dewa, alam dewa, pernikahan antar Dewa, anak Dewa, dan seterusnya ... saya yakin pasti belum dan tidak ada 1 pun yang melihat dengan mata kepala sendiri tentang apa yang ditulisnya. Belum dan tidak mempunyai bukti keberadaan dan kebenaran atas apa yang kamu semua percayai.

Namun, kamu semua percaya. Kepercayaan mu semua itu, diperoleh dari pelajaran dan pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing rohani mu semua, atau dari pembelajaran sesama umat, dan pembelajaran sendiri.

Namun, bagaimanapun hal yang kamu percayai itu ditentang, dikritik, dan dikomentari, kamu pasti MEMILIH UNTUK TETAP PERCAYA.   Apakah benar begitu?

Maka, Anda semua patut berbahagia, sebab Anda semua tidak melihat namun percaya!

Percaya ... walaupun tidak melihat ... ini menunjukkan kadar besarnya IMAN mu.

Apakah kamu sekalian setuju?
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
peace yo!
jm

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

kata siapa? ada yang udah jhana koq :D
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

dhammadinna

Quote from: joemarselo on 24 March 2010, 10:23:48 AM
semua user-user disini yang mendiskuksikan Dewa-Dewa, alam dewa, pernikahan antar Dewa, anak Dewa, dan seterusnya ... saya yakin pasti belum dan tidak ada 1 pun yang melihat dengan mata kepala sendiri tentang apa yang ditulisnya. Belum dan tidak mempunyai bukti keberadaan dan kebenaran atas apa yang kamu semua percayai.

Namun, kamu semua percaya. Kepercayaan mu semua itu, diperoleh dari pelajaran dan pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing rohani mu semua, atau dari pembelajaran sesama umat, dan pembelajaran sendiri.

Namun, bagaimanapun hal yang kamu percayai itu ditentang, dikritik, dan dikomentari, kamu pasti MEMILIH UNTUK TETAP PERCAYA.   Apakah benar begitu?

Maka, Anda semua patut berbahagia, sebab Anda semua tidak melihat namun percaya!

Percaya ... walaupun tidak melihat ... ini menunjukkan kadar besarnya IMAN mu.

Apakah kamu sekalian setuju?

Saya gak pernah bilang kalo saya percaya  :|

stephen chow

[At] Joe
Orang yg beragama Buddha yg baik tidak pernah menjelekkan agama lain, baik secara langsung atau tidak langsung..
Apakah anda orang yg beragama yg baik?
Menjadi Baik adalah moralitas sejati..
Berbuat Baik adalah mungkin sekadar jalan menuju tujuan..
Y.M. Dr. H. Saddhatissa..

K.K.

Quote from: joemarselo on 24 March 2010, 10:23:48 AM
semua user-user disini yang mendiskuksikan Dewa-Dewa, alam dewa, pernikahan antar Dewa, anak Dewa, dan seterusnya ... saya yakin pasti belum dan tidak ada 1 pun yang melihat dengan mata kepala sendiri tentang apa yang ditulisnya. Belum dan tidak mempunyai bukti keberadaan dan kebenaran atas apa yang kamu semua percayai.

Namun, kamu semua percaya. Kepercayaan mu semua itu, diperoleh dari pelajaran dan pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing rohani mu semua, atau dari pembelajaran sesama umat, dan pembelajaran sendiri.

Namun, bagaimanapun hal yang kamu percayai itu ditentang, dikritik, dan dikomentari, kamu pasti MEMILIH UNTUK TETAP PERCAYA.   Apakah benar begitu?

Maka, Anda semua patut berbahagia, sebab Anda semua tidak melihat namun percaya!

Percaya ... walaupun tidak melihat ... ini menunjukkan kadar besarnya IMAN mu.

Apakah kamu sekalian setuju?

Salam, joemarselo.
Anda keliru satu hal. Umat Buddha memang juga "tidak melihat namun percaya" namun bukan "tidak berpikir namun percaya". Sebagaimana saya rasa juga anda tidak pernah mengelilingi bumi dan melihat dengan mata kepala sendiri sehingga mengatakannya bulat, namun tetap percaya bahwa bumi itu bulat karena penyelidikan.

Batas luar dari penyelidikan tersebut adalah sebatas teori atau hipotesis, dan di situ sudah tidak mungkin lagi untuk dibuktikan. Oleh karena itu, maka kembali lagi pada kecocokan masing-masing orang mempercayai hipotesis yang mana. Itulah yang namanya kepercayaan.


joemarselo

Quote from: MayviseSaya gak pernah bilang kalo saya percaya  :|
Quote from: Kainyn_KuthoUmat Buddha memang juga "tidak melihat namun percaya" namun bukan "tidak berpikir namun percaya". Sebagaimana saya rasa juga anda tidak pernah mengelilingi bumi dan melihat dengan mata kepala sendiri sehingga mengatakannya bulat, namun tetap percaya bahwa bumi itu bulat karena penyelidikan.
Batas luar dari penyelidikan tersebut adalah sebatas teori atau hipotesis, dan di situ sudah tidak mungkin lagi untuk dibuktikan. Oleh karena itu, maka kembali lagi pada kecocokan masing-masing orang mempercayai hipotesis yang mana. Itulah yang namanya kepercayaan.
user mayvise bilang tidak percaya. tidak percaya adanya dewa-dewa. ?.?.?. are you, mayvise?
user kainyn_kutho bilang percaya.

maksud saya adalah, jika sebuah ajaran adalah artikel iman dan merupakan bagian dari ajaran agama, maka kita semua percaya. kita semua wajib percaya atas apa iman kita. konsekuensi dari sikap ini adalah, kita harus bisa mempertahankan hal yang tidak kasat mata namun yang kita yakini atau kita percayai, walau tidak tampak fisiknya.
sebab di agama saya juga demikian.

tapi kelihatannya antara sesama pemeluk Budhism pun masih ada yang tidak sama pandangannya. bagi saya ini wajar, namun, apakah sebabnya?

Quote from: gachapinkata siapa? ada yang udah jhana koq :D
thanks for your information, immediately i go to http://en.wikipedia.org/wiki/Jhana , http://www.accesstoinsight.org/ptf/dhamma/sacca/sacca4/samma-samadhi/jhana.html , http://www.dhammawiki.com/index.php?title=Jhanas , and read those articles.
I found this statement: 'The Buddha himself enterer jhana ...' and 'Just before his passing away, The Buddha entered the jhānas'.
so i conclude, Buddha himself (Guru Sidharta Gautama) lah yang telah memasuki ke-4 (4 atau 9 yang benar?) rupa jhana.
apakah saya salah? mohon dibetulkan.

Quote from: stephen chow[At] Joe ; Orang yg beragama Buddha yg baik tidak pernah menjelekkan agama lain, baik secara langsung atau tidak langsung.. Apakah anda orang yg beragama yg baik?
saya sedang mempelajari ajaran-ajaran Buddhism dalam waktu saya yang sangat terbatas. dlm posting saya, saya memberikan pendapat saya, kesimpulan atau asumsi, dan pertanyaan yang mengharapkan respon atau komentar dari para umat Buddha yang sudah terlebih dulu belajar.
silakan kamu simpulkan apakah demikian ini baik atau tidak.
f.y.i., tapi jika saya bertemu kamu secara fisik, saya akan traktir kamu minum kopi atau snack yang lain yg kamu suka.  8)

salam ...

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
peace yo!
jm

K.K.

Quote from: joemarselo on 24 March 2010, 02:27:48 PM
user mayvise bilang tidak percaya. tidak percaya adanya dewa-dewa. ?.?.?. are you, mayvise?
user kainyn_kutho bilang percaya.

maksud saya adalah, jika sebuah ajaran adalah artikel iman dan merupakan bagian dari ajaran agama, maka kita semua percaya. kita semua wajib percaya atas apa iman kita.

Anda keliru lagi, Bro joemarselo. Dalam Buddhisme, dogma diabaikan sama sekali. Apa yang ada dalam kitab suci, boleh dicoba diselidiki. Jika ternyata sesuai, maka boleh dipercaya, jika tidak, maka tidak ada keharusan untuk memercayainya sama sekali. Bahkan kalau memang terbukti meragukan, sepantasnya ditolak.


Quotekonsekuensi dari sikap ini adalah, kita harus bisa mempertahankan hal yang tidak kasat mata namun yang kita yakini atau kita percayai, walau tidak tampak fisiknya.
sebab di agama saya juga demikian.
Dalam Ajaran Buddha, sebuah kepercayaan tidak perlu dipertahankan, apalagi kalau kita sendiri belum membuktikan. Di sini kita berkeras kepala tentang ada/tidak ada deva, tidak ada manfaat yang dapat dipetik. Di samping itu, hal deva bukanlah yang menjadi inti Ajaran Buddha. Jadi bahkan tidak dibahas sama sekali pun tidak masalah.


Quotetapi kelihatannya antara sesama pemeluk Budhism pun masih ada yang tidak sama pandangannya. bagi saya ini wajar, namun, apakah sebabnya?

Sebab manusia sebelum mencapai pembebasan akhir, pikirannya sangat relatif. Ajaran yang "masuk otak" juga berbeda-beda. Saya asumsikan anda seorang Nasrani (entah Katho1ik atau Protestan). Setiap Umat Nasrani berdasarkan pada Alkitab, membentuk pola pikir berdasarkan Ajaran Kristus. Tetapi ada yang menyatakan perbuatan baik perlu (berdasarkan Matius 7:21), ada juga yang menyatakan tidak perlu (dari prinsip "sola fide"). Ada yang berpendapat manusia bisa berusaha lewat free willnya (Lutheran), ada yang berpendapat "sudah dari sononya" ditentukan yang kekal dan yang binasa (Deteriminisme dari Calvinis). Jadi kita lihat ajaran sama, namun manusia yang menyikapinya berbeda, maka timbullah pola pikir dan sikap yang berbeda.

joemarselo

Quote from: Kainyn_KuthoAnda keliru lagi, Bro joemarselo. Dalam Buddhisme, dogma diabaikan sama sekali. Apa yang ada dalam kitab suci, boleh dicoba diselidiki. Jika ternyata sesuai, maka boleh dipercaya, jika tidak, maka tidak ada keharusan untuk memercayainya sama sekali. Bahkan kalau memang terbukti meragukan, sepantasnya ditolak.
QuoteDalam Ajaran Buddha, sebuah kepercayaan tidak perlu dipertahankan, apalagi kalau kita sendiri belum membuktikan. Di sini kita berkeras kepala tentang ada/tidak ada deva, tidak ada manfaat yang dapat dipetik. Di samping itu, hal deva bukanlah yang menjadi inti Ajaran Buddha. Jadi bahkan tidak dibahas sama sekali pun tidak masalah.
hah?.?.? are you sure? apakah ini pendapat anda pribadi. apakah ini mewakili sebagian besar umat Buddha? apakah pendapat kamu ini sama juga dengan pendapat para pemuka agama Buddhism?

jika saya sedang menekuni ajaran Buddha.
lalu somehow, saya meragukan adanya deva(s), menurut pendapat-mu saya boleh tidak memercayainya. lalu saya meragukan reinkarnasi, menurut pendapat-mu saya boleh tidak memercayainya. lalu saya meragukan bahwa Guru Sidharta Gautama adalah Sang Buddha yang pertama, menurut pendapat-mu saya boleh tidak memercayainya. lalu saya meragukan Nibbana, menurut pendapat-mu saya boleh tidak memercayainya. ... dst dst ...
lalu apa esensi Ajaran Buddha, jika umatnya boleh memilih2 apa yang bisa dipercayai dan apa yang tidak dapat dipercayai?

apakah demikian maksud penjelasanmu?

QuoteSebab manusia sebelum mencapai pembebasan akhir, pikirannya sangat relatif. Ajaran yang "masuk otak" juga berbeda-beda. Saya asumsikan anda seorang Nasrani (entah Katho1ik atau Protestan). Setiap Umat Nasrani berdasarkan pada Alkitab, membentuk pola pikir berdasarkan Ajaran Kristus. Tetapi ada yang menyatakan perbuatan baik perlu (berdasarkan Matius 7:21), ada juga yang menyatakan tidak perlu (dari prinsip "sola fide"). Ada yang berpendapat manusia bisa berusaha lewat free willnya (Lutheran), ada yang berpendapat "sudah dari sononya" ditentukan yang kekal dan yang binasa (Deteriminisme dari Calvinis). Jadi kita lihat ajaran sama, namun manusia yang menyikapinya berbeda, maka timbullah pola pikir dan sikap yang berbeda.
saya bisa menjelaskan hal ini, tapi tidak disini. Karena saya menghormati forum ini adalah forum Buddhism.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
peace yo!
jm

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Quotehah?.?.? are you sure? apakah ini pendapat anda pribadi. apakah ini mewakili sebagian besar umat Buddha? apakah pendapat kamu ini sama juga dengan pendapat para pemuka agama Buddhism?

gak juga, come and see, datang dan lihatlah (ehipassiko) itu udah dikatakan Sang Buddha, dan ada beratus-ratus tahun sebelum orang lain mengatakannya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

joemarselo

for gachapin, sorry, saya tidak paham maksud posting mu. bisa tolong lebih lengkap dalam menyatakan point / maksud mu.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
peace yo!
jm

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Salah satu sifat Dhamma adalah ehipassiko, diterjemahkan secara bebas sebagai come and see, atau datang dan lihatlah.
Setahu saya ehipassiko ini bukan karangan kainyn.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

hatRed

Quote from: joemarselo on 24 March 2010, 10:23:48 AM
semua user-user disini yang mendiskuksikan Dewa-Dewa, alam dewa, pernikahan antar Dewa, anak Dewa, dan seterusnya ... saya yakin pasti belum dan tidak ada 1 pun yang melihat dengan mata kepala sendiri tentang apa yang ditulisnya. Belum dan tidak mempunyai bukti keberadaan dan kebenaran atas apa yang kamu semua percayai.

antara belum dan tidak, itu permasalah masing masing, mereka ingin membicarakan/mendiskusikan adalah hak mereka. apakah mereka mendapat manfaat dari diskusi itu yah tergantung masing masing.

apakah mereka mau mempercayai atau tidak adalah hak mereka masing masing. yang pintar yah masing masing, yang bodoh yah masing masing.

Quote
Namun, kamu semua percaya. Kepercayaan mu semua itu, diperoleh dari pelajaran dan pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing rohani mu semua, atau dari pembelajaran sesama umat, dan pembelajaran sendiri.

memang, menurut saya juga, percaya seperti itu gak bagus juga. toh hanya sekedar teori, namun teori teori yang muncul kadang dirumuskan untuk mendapatkan sebuah fact berdasar hipotesa dan keberanian ber "Ehipassiko".

Quote
Namun, bagaimanapun hal yang kamu percayai itu ditentang, dikritik, dan dikomentari, kamu pasti MEMILIH UNTUK TETAP PERCAYA.   Apakah benar begitu?

anda bertanya kepada siapa? Umum? atau user tertentu?
kalo saya, tergantung tentangannya, kritikannya, dan komentarnya....

kalo memang layak menggeser kepercayaan saya ya pasti saya terima, kalo gak yaudah sambil lalu aja


Quote
Maka, Anda semua patut berbahagia, sebab Anda semua tidak melihat namun percaya!

Percaya ... walaupun tidak melihat ... ini menunjukkan kadar besarnya IMAN mu.

Apakah kamu sekalian setuju?

tidak juga, untuk mengukur kadar besarnya Iman seseorang, kadang harus melalui ujian, tidak hanya lewat kata2 Percaya walau tidak melihat.

tapi beriman kepada siapa yah ???   siapakah empunya Iman, sehingga dia berhak menentukan kadar Iman seseorang?
i'm just a mammal with troubled soul



K.K.

Quote from: joemarselo on 24 March 2010, 03:58:10 PM
hah?.?.? are you sure? apakah ini pendapat anda pribadi. apakah ini mewakili sebagian besar umat Buddha? apakah pendapat kamu ini sama juga dengan pendapat para pemuka agama Buddhism?
Pemuka Agama Buddhism juga belum tentu mewakili Ajaran Buddha juga. Tetapi kalau anda ragu, coba saja tanya dengan Umat Buddha yang belajar dhamma. Boleh juga tanya kepada para bhikkhu yang tentunya lebih mengerti.


Quotejika saya sedang menekuni ajaran Buddha.
lalu somehow, saya meragukan adanya deva(s), menurut pendapat-mu saya boleh tidak memercayainya. lalu saya meragukan reinkarnasi, menurut pendapat-mu saya boleh tidak memercayainya. lalu saya meragukan bahwa Guru Sidharta Gautama adalah Sang Buddha yang pertama, menurut pendapat-mu saya boleh tidak memercayainya. lalu saya meragukan Nibbana, menurut pendapat-mu saya boleh tidak memercayainya. ... dst dst ...
lalu apa esensi Ajaran Buddha, jika umatnya boleh memilih2 apa yang bisa dipercayai dan apa yang tidak dapat dipercayai?
Esensi ajaran Buddha? Bahwa kita semua dikekang oleh Keserakahan, Kebencian, dan Kebodohan Bathin, maka kita terjebak dalam penderitaan. Dalam mengikis noda bathin tersebut, kita perlu praktek yaitu menyadari segala fenomena yang muncul. Kepercayaan akan Buddha, deva, reinkarnasi dan teori-teori lain tidak membuat orang mengikis noda bathinnya. Mengetahuinya hanyalah sebatas pengetahuan intelektual dan logis, namun bukan bernilai "spiritual".



Quoteapakah demikian maksud penjelasanmu?

QuoteSebab manusia sebelum mencapai pembebasan akhir, pikirannya sangat relatif. Ajaran yang "masuk otak" juga berbeda-beda. Saya asumsikan anda seorang Nasrani (entah Katho1ik atau Protestan). Setiap Umat Nasrani berdasarkan pada Alkitab, membentuk pola pikir berdasarkan Ajaran Kristus. Tetapi ada yang menyatakan perbuatan baik perlu (berdasarkan Matius 7:21), ada juga yang menyatakan tidak perlu (dari prinsip "sola fide"). Ada yang berpendapat manusia bisa berusaha lewat free willnya (Lutheran), ada yang berpendapat "sudah dari sononya" ditentukan yang kekal dan yang binasa (Deteriminisme dari Calvinis). Jadi kita lihat ajaran sama, namun manusia yang menyikapinya berbeda, maka timbullah pola pikir dan sikap yang berbeda.
saya bisa menjelaskan hal ini, tapi tidak disini. Karena saya menghormati forum ini adalah forum Buddhism.
Maksudnya, anda mengetahui dengan baik dan bisa menjelaskan jalan pikiran mengapa Martin Luther berbeda dengan John Calvin? :) Jika anda sudah tahu, mengapa pula anda tanyakan asal mula perbedaan pendapat antara saya dan Sis Mayvise?