Kebenaran Sejati, bersyarat ?

Started by dipasena, 02 August 2007, 11:36:12 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dipasena

saya sempat membahas topik yg nyeleneh dikit di millis tetong-go kita, nah disitu kita saling debat mengenai adanya syarat didalam Buddhism dan agama K, gw memandang bahwa di agama sono terdapat syarat, apa pun pasti didasarkan ke syarat itu [kita tidak membahas hal ini] dan dia memandang bahwa di dalam Buddhism itu jg terdapat syarat dalam pelaksanaan Dhamma [ini yg kita bahas]

contoh, bagaimana cara menghilangkan hawa nafsu di dalam Buddhism ? apakah tidak ada syarat pada cara tersebut ? apakah ada kekhususan didalam cara tersebut ? apa tujuan menghilangkan hawa nafsu di dalam Buddhism ?

saya menjelaskan bahwa apa yg ada pada Dhamma tidak lah bersyarat, contohnya kita kenyang, karena (syarat) kita memakan makanan, sehingga perut kita penuh dan menjadikan kita kenyang (tujuan) tapi apakah bisa kita katakan bahwa disitu tidak terdapat syarat ? kenapa ? karena itu adalah kebenaran, yaitu dengan makan kita menjadi kenyang, jd bukan sebagai syarat tapi kenyataan yg ada, apakah ada cara lain untuk mengenyangkan perut kita ?

jd untuk menghilangkan hawa nafsu cukup mengikis kemarahan/kebencian, ketamakan/keserakahan atas sesuatu hal, apakah itu bisa dilakukan semua orang ? bisa, apakah ada syarat ? itu bukan syarat tp kenyataannya demikian, itu adalah kebenaranya, apakah harus mempercayai/mempelajari/mempraktekan Dhamma didalam Buddhism baru bisa demikian ? tentu tidak... apa pun latar belakang seseorang tidak lah penting, tapi JUST DO IT dan semua orang dapat melakukan dan mencapainya, tanpa ada batasan X pada perbuatannya

bagaimana menurut rekan" disini, apakah benar demikian, bahwa suatu kebenaran tanpa syarat ?


Hendra Susanto

gw kurang ngerti nech intinya gmn???
Quote"tapi JUST DO IT dan semua orang dapat melakukan dan mencapainya, tanpa ada batasan X pada perbuatannya"
mungkin itu batasannya antara mao atau engak

ryu

Tidak. Kebohongan sejati yg bersyarat.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sukma Kemenyan

Kesadaran/Konsentrasi Benar
dan
Pengertian Benar

Sumedho

Quotejd untuk menghilangkan hawa nafsu cukup mengikis kemarahan/kebencian, ketamakan/keserakahan atas sesuatu hal, apakah itu bisa dilakukan semua orang ? bisa, apakah ada syarat ? itu bukan syarat tp kenyataannya demikian, itu adalah kebenaranya, apakah harus mempercayai/mempelajari/mempraktekan Dhamma didalam Buddhism baru bisa demikian ? tentu tidak... apa pun latar belakang seseorang tidak lah penting, tapi JUST DO IT dan semua orang dapat melakukan dan mencapainya, tanpa ada batasan X pada perbuatannya

Kebenaran/fakta memang tanpa syarat. Terkadang kita terlalu 'banyak debu' sehingga melihatnya jadi berbeda.
There is no place like 127.0.0.1

dipasena

Quote from: hendra_susanto on 03 August 2007, 12:15:22 AM
gw kurang ngerti nech intinya gmn???
Quote"tapi JUST DO IT dan semua orang dapat melakukan dan mencapainya, tanpa ada batasan X pada perbuatannya"
mungkin itu batasannya antara mao atau engak

saya rasa itu bukan batasan, tapi pilihan kita sendiri, itu yg biasa kita sebut free will [lg dibahas di thread lain ini] jd kita lah yg menjadi center dari keputusan, bukan dari luar diri kita, mau ato ga adalah pilihan kita.

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Wi Tjong

Ikut-ikutan ya saya... :D,

Kalau kita makan dan kemudian kenyang, itu adalah contoh sebab dan akibat. Tetapi hukum "sebab dan akibat" inilah yg tanpa syarat. Siapapun yg makan, suku apapun, ras apapun, dimanapun, kapanpun, kalau makan ya kenyang. Kalau ada akibat, pasti ada sebab. Itulah hukum yg dapat disebut Dhamma, kebenaran tanpa syarat. Bener gak ya ? :)

dipasena

Quote from: Wi Tjong on 03 August 2007, 10:45:03 AM
Ikut-ikutan ya saya... :D,

Kalau kita makan dan kemudian kenyang, itu adalah contoh sebab dan akibat. Tetapi hukum "sebab dan akibat" inilah yg tanpa syarat. Siapapun yg makan, suku apapun, ras apapun, dimanapun, kapanpun, kalau makan ya kenyang. Kalau ada akibat, pasti ada sebab. Itulah hukum yg dapat disebut Dhamma, kebenaran tanpa syarat. Bener gak ya ? :)


betul... seperti itu maksud saya, kebenaran tanpa syarat ! makanya saya tanya ke rekan" bagaimana pandangan saya, benar ato salah ?

didalam Buddhism, Dhamma yg diajarkan adalah KENYATAAN bukan PERNYATAAN/KESIMPULAN sepihak dari manusia sempurna yg bernama Buddha, sehingga bisa dikatakan tanpa syarat apa pun, tidak ada ke-khusus-an hanya untuk orang" tertentu, pilihan kita antara mau atau tidak bukan syarat/batasan terhadap apa yg kita lakukan itu merupakan keputusan kita sendiri.

contoh yg berhubungan dengan Buddhism, Nibbana, apakah itu kebenaran ? jika itu kebenaran, maka tentu tidak diperlukan syarat, siapapun orang itu, tanpa perlu belajar Buddhism, tanpa perlu mempercayai Buddha, tanpa perlu mengikuti jalan Buddha, tanpa perlu menjadi Bhikkhu. Nibbana dapat dicapai oleh setiap orang, selama ia dapat menembus 4 kensunyataan mulia maka ia pun bisa merealisasi Nibbana... ini lah ciri khas kebenaran, JUST DO IT... tanpa ada batasan X, step yg dilalui bukan lah syarat, tapi kenyataannya adalah demikian, apakah ada cara lain untuk kenyang selain memakan makanan ?

tp suatu hal yg bersyarat bisa dikatakan bukan kebenaran, kenapa ? karena terkesan dibuat" dan ada ke-khusus-an, yg merupakan pernyataan/kesimpulan pribadi, boleh ga gw katakan, orang" yg mau ke Singapore cuma bisa melalui dhanuttono ASAL-kan mau membayar sejumlah uang dulu, kalo ga bayar ga bisa, jd selain melalui dhanuttono, Singapore itu tidak bisa di capai oleh orang" bisa kah kita anggap pernyataan/kesimpulan pribadi sebagai kenyataan ? dimana disana terdapat ke-khusus-an dan syarat...

bandingkan kedua contoh itu.

Muten Roshi

 "menembus empat kebenaran mulia"... bukankah itu merupakan "syarat" mencapai "nibbana"?? yang belum dibuktikan oleh kita, hanya merupakan teori yang kita baca dari buku, denger dari banthe/bhiksu, denger dari teman dan sodara, dsb..??


Quote from: dhanuttono on 03 August 2007, 11:17:11 AM
contoh yg berhubungan dengan Buddhism, Nibbana, apakah itu kebenaran ? jika itu kebenaran, maka tentu tidak diperlukan syarat, siapapun orang itu, tanpa perlu belajar Buddhism, tanpa perlu mempercayai Buddha, tanpa perlu mengikuti jalan Buddha, tanpa perlu menjadi Bhikkhu. Nibbana dapat dicapai oleh setiap orang, selama ia dapat menembus 4 kensunyataan mulia maka ia pun bisa merealisasi Nibbana... ini lah ciri khas kebenaran, JUST DO IT... tanpa ada batasan X, step yg dilalui bukan lah syarat, tapi kenyataannya adalah demikian, apakah ada cara lain untuk kenyang selain memakan makanan ?

tp suatu hal yg bersyarat bisa dikatakan bukan kebenaran, kenapa ? karena terkesan dibuat" dan ada ke-khusus-an, yg merupakan pernyataan/kesimpulan pribadi, boleh ga gw katakan, orang" yg mau ke Singapore cuma bisa melalui dhanuttono ASAL-kan mau membayar sejumlah uang dulu, kalo ga bayar ga bisa, jd selain melalui dhanuttono, Singapore itu tidak bisa di capai oleh orang" bisa kah kita anggap pernyataan/kesimpulan pribadi sebagai kenyataan ? dimana disana terdapat ke-khusus-an dan syarat...

bandingkan kedua contoh itu.
[url="http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi"]http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi[/url]

dipasena

#10
Quote from: Dharmakara on 03 August 2007, 11:48:25 AM
"menembus empat kebenaran mulia"... bukankah itu merupakan "syarat" mencapai "nibbana"?? yang belum dibuktikan oleh kita, hanya merupakan teori yang kita baca dari buku, denger dari banthe/bhiksu, denger dari teman dan sodara, dsb..??


hehe... gw suka gaya loe bung, kata" itu pula yg sering saya lontar kan kepada pemeluk Mr. Y sebenarnya 4 kesunyataan tidak perlu baca buku, tidak perlu denger ucapan Pandita/Bhikkhu, perhatikan saja waktu dikau sakit bung...

anda tau bahwa sakit adalah penderitaan, anda harus cari tau apa penyebab sakit tersebut camana caranya, cari jalan/solusinya ? [dalam kasus ini] pegi ke dokter/poliklinik/RS... trus anda dikasih resep oleh dokter kemudian anda membeli obat berdasarkan resep itu dan meminum obat tersebut sesuai anjuran dokter, setelah itu anda menjadi sehat, berarti anda telah menghentikan penderitaan tersebut... nah apakah itu tidak sesuai dengan 4 kesunyataan ? apakah ada bedanya ? dimana bedanya ? apakah itu bukan kebenarannya ? apakah itu dikategorikan kedalam syarat ? apakah berarti ada kenyataan lainnya ?

apakah anda punya cara lain waktu dikau sakit bung ? boleh deh uraikan disini bung...

kita cukup bicara ditataran itu sudah cukup koq, jika anda mau bicara ditataran yg lebih tinggi misalkan Nibbana, silakan di buktikan... ga usah banyak dipikirkan, kebenaran itu tidak perlu dipikirkan JUST DO IT dan berlaku untuk siapa pun ga perlu pernyataan apa pun misalkan "gw percaya Mr. T"... 4 kesunyataan itu lah yg merupakan kebenaran, bukan syarat, tapi bagi mereka yg terlalu bertele" menganggap teori kosong yg menjadi syarat !

jika itu adalah syarat berarti ada ke-khusus-an yg menyatakan bahwa Nibbana hanya bisa dicapai melalui Buddhism, diluar itu tidak ! apakah demikian ? tidak ada pernyataan hal itu, dan pencapaian Nibbana berlaku untuk setiap orang.

kenyang itu dicapai dengan cara memakan makanan, apakah memakan makanan itu adalah syaratnya ? pertanyaan selanjutnya, memangnya ada yg bisa membuat kita kenyang selain dengan cara memakan makanan ? jika tidak ada berarti itu kenyataannya, jika itu kenyataan apakah masih dibutuhkan syarat ? itu akan terjadi secara sistematis [paham sampai disini ?]

uraian bor Wi Tjong :
"Kalau kita makan dan kemudian kenyang, itu adalah contoh sebab dan akibat. Tetapi hukum "sebab dan akibat" inilah yg tanpa syarat. Siapapun yg makan, suku apapun, ras apapun, dimanapun, kapanpun, kalau makan ya kenyang. Kalau ada akibat, pasti ada sebab. Itulah hukum yg dapat disebut Dhamma, kebenaran tanpa syarat"

cuma yg membedakan ada orang yg menyadari hal tersebut, ada yg tidak... sehingga 4 kesunyataan hanya lah teori kosong pada buku [seperti uraian bung Dharmakara] tapi sayang, kalimat itu hanya akan keluar dari orang yg penuh debu dimatanya, seperti kata bro Sumedho "Terkadang kita terlalu 'banyak debu' sehingga melihatnya jadi berbeda"

kita masuk lebih dalam lagi neh, contoh kasus menghilangkan hawa nafsu :
"jika untuk menghilangkan hawa nafsu kita dengan cara menyalibkan daging kita, setelah penyaliban secara otomatis akan diterima oleh Mr. Y"  kata otomatis seakan menunjukan ke-universalannya, tapi apakah tak bersyarat ? apakah tidak diperlukan suatu syarat "kudu percaya dl ma Mr. Y" jika tidak percaya apakah bisa penyaliban itu terjadi ? apakah Mr. Y mau menerima jika kita tidak pecaya tapi disalibkan ? koq tau Mr. Y mau terima, mang yg kasih keputusan adalah anda ? sekarang jika seseorang tidak percaya, apakah mau dia disalibkan ?

nah ada ga tindakan untuk menghilangkan hawa nafsu, tanpa ada batasan X [Mr. T/Mr. Y] tapi JUST DO IT dan berlaku untuk siapa saja, apa pun latar belakangnya, tidak perlu suatu pernyataan diawal gw percaya/yakin X dan ajarannya, imani X, kudu lewat jalan X..... jika itu dipaparkan berarti ada suatu ke-khusus-an dan itu pula yg menjadi syarat dalam pencapaiannya...

bandingkan : menghilangkan hawa nafsu dengan cara mengikis kemarahan/kebencian, ketamakan/keserakahan atas sesuatu hal, apakah perlu suatu pernyataan diawal percaya/yakin X dan ajarannya, imani X, kudu lewat jalan X.... tapi JUST DO IT, tanpa ada ke-khusus-an, karena itu kebenaran yg berlaku untuk setiap orang...

sama halnya orang mau pinter, maka belajar, apakah belajar dianggap sebagai syarat ? tidak ! tapi itu lah kebenaranya, jika mau pinter maka belajar lah...


ryu

Kayanya bro dhanu sponsor NIKE ya? Just Do It!
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

dipasena

Quote from: ryu on 03 August 2007, 12:28:54 PM
Kayanya bro dhanu sponsor NIKE ya? Just Do It!

wadow... iklan lewat nih...  ^-^
kasih donk pandangan dan pemikiran mengenai masalah ini..... :D

ryu

Apakah kebenaran sejati itu? Sesungguhnya tdk ada kebenaran dan kesalahan, benar bg diri sendiri belum tentu benar bg orang lain. Yg ada hanya berbeda cara pandang dlm pikiran OKE [at]
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

untuk menjawab pertanyaan ini, anda harus (lagi2) mendefinisikan dulu, apa itu kebenaran? yg kedua, apa itu kebenaran sejati? ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path