PORNOAKSI DAN PORNOGRAFI DALAM PANDANGAN AGAMA BUDDHA???

Started by Saddha_vinita05, 14 May 2008, 11:59:12 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Saddha_vinita05

Sebenarnya dalam pandangan Agama Buddha, apakah definisi 'pornografi' dan 'pornoaksi' ? Apakah hanya bergoyang itu pornoaksi ? ;D :D :D ;D ;D Salahkah menghibur penonton dengan menyanyi sambil bergoyang 'ngebor', 'ngecor' dsb.?

 
:whistle: :whistle:
ThE HAppiEST oF PEoPLe dOn't NEcessARily HAve tHE  BeST oF Every ThiNg, TheY juSt MAke tHe MosT Of EVeRY ThiNG tHAt Comes aLOng TheIr Way

gajeboh angek

Jangankan pornografi, jadi artis saja sebenarnya bukan mata pencaharian yang sesuai.
Di Buddhisme sebenarnya lebih ditekankan pengembangan batin pribadi.
Ketika kita melekat pada sesuatu, bukan cuma yang porno, maka kita akan menderita.
Ketika saya melihat es krim enak, dan saya melekat, maka saya akan mendapat akibatnya.
Jangankan yang porno, bahkan ketika melihat lawan jenis yang cantik atau tampan saja saya bisa melekat.
Kalau kita berniat membantu orang, kita bisa memberi nasehat atau komentar, misalnya kita kasih tau yang nonton, atau kita kasih tau artisnya.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Sumedho

pornografi dan pornoaksi itu kan istilah yg berlaku di masyarakat lokal, artinya tiap daerah bisa beda2x. Buddhisme tidak menyentuh ke aturan masyarakat, tetapi lebih ke dalam batin.
There is no place like 127.0.0.1

K.K.

karuna_murti,

Kenapa jadi artis bukan merupakan mata pencaharian yang sesuai?


Saddha_vinita05,

Kalo yang saya percaya, pandangan Buddhisme mengenai pornografi & pornoaksi adalah 'gambaran di pikiran' seseorang ketika nafsu indrawi menguasainya. Jadi bukanlah hal yang ada di luar pikiran, tetapi di dalam pikiran itu sendiri.




nyanadhana

seng penting Pornoaksi dan Pronografi mirip Cu Pat Kai siluman babi yang dalam cerita Sun Go Kong, setiap hari mesum melulu,tiada detik tanpa mesum.pikiran,ucapan perbuatan mesum melulu.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

sun_tzu

Quote from: Kainyn_Kutho on 14 May 2008, 02:46:38 PM
Kalo yang saya percaya, pandangan Buddhisme mengenai pornografi & pornoaksi adalah 'gambaran di pikiran' seseorang ketika nafsu indrawi menguasainya. Jadi bukanlah hal yang ada di luar pikiran, tetapi di dalam pikiran itu sendiri.

setuju.. porno aksi tindakan yg bertentangan dgn bisikan nurani.. pornografi, memikir hal2 yg menimbulkan sesuatu yg mengakibatkan tindakan bertentangan dgn hati nurani.. _/\_

waduh..klo salah, sory

K.K.

Quoteporno aksi tindakan yg bertentangan dgn bisikan nurani.. pornografi, memikir hal2 yg menimbulkan sesuatu yg mengakibatkan tindakan bertentangan dgn hati nurani..

sun_tzu,

wah, 'bisikan nurani' ini definisinya apa nih? Kalo orang udah kaga punya nurani gimana donk?  ;D

sun_tzu

wah, klo ga punya nurani ya kaya mobil ga ada oli mesin kk..

bisikan nurani?? definissinya yach?? ehmm apa yah?? coba saya pikirkan lg yach..ga tau sich..krn setau ku org punya nurani..adu susah aku jelasin. krn aku jg ga ngerti. haha..sory sory..

bisikan nurani mnrt ku si bisikan yg keluar dr hati nurani. spti ketika saya sdg bersama seorang wanita yg sgt cantik dan berdua dlm kamar. kadang, pikiran saya kacau. memikirkan yg jorok2..(maka ini dah menimbulkan pornografi). nah, bilamana akhirnya ketika saya mulai gelisah dan melakukannya pdhl dlm nurani ada suara bisikan bahwa cew tu tmn jgn gt, maka saya telah melkukan pornoaksi..

oleh sebab tu, mnrt saya, pornoaksi, tindakan yg bertentangan dgn bisikan nurani. pornografi, memikir hal2 yg menimbulkan sesuatu yg mengakibatkan tindakan bertentangan hati nurani..

wah, salah yach??? :whistle: anggap ja betul yach.. ;D

K.K.

sun_tzu,

;D Sebetulnya bukan masalah 'benar ato salah'. Tapi biasanya di Buddhisme 'kan ga pake istilah 'nurani' yang kesannya 'dimodalin' oleh "Boss" sebelom lahir. Emang ada orang yang punya 'nurani' dan ada yang emang ga punya 'nurani'. Maka, ga bisa jadi patokan untuk menentukan pornografi ato bukan.
Nah, kalo kamu berduaan di kamar dengan wanita lalu ada gelisah, dsb, itu karena kamu ga 'terbiasa' aja.  :) Kalo udah terbiasa juga lain jadinya.

williamhalim

Quote from: sun_tzu on 15 May 2008, 11:05:40 PM

bisikan nurani mnrt ku si bisikan yg keluar dr hati nurani. spti ketika saya sdg bersama seorang wanita yg sgt cantik dan berdua dlm kamar. kadang, pikiran saya kacau. memikirkan yg jorok2..(maka ini dah menimbulkan pornografi). nah, bilamana akhirnya ketika saya mulai gelisah dan melakukannya pdhl dlm nurani ada suara bisikan bahwa cew tu tmn jgn gt, maka saya telah melkukan pornoaksi..

oleh sebab tu, mnrt saya, pornoaksi, tindakan yg bertentangan dgn bisikan nurani. pornografi, memikir hal2 yg menimbulkan sesuatu yg mengakibatkan tindakan bertentangan hati nurani..


Pemahaman / kalimat: "Bisikan hati nurani" kalau dipikir2 kurang tepat dengan ajaran Buddha.

Karena:
1. Seakan2 ada "atta/jiwa" yg berbisik/menyuruh melakukan ini itu...tidak jelas "atta" mana sebagai si pembisik dan "atta" mana sebagai si pelaku. Malah akan menimbulkan kesan adanya dua roh / jiwa didalam tubuh. Membingungkan.
2. Ketika baik, dikatakan bisikan nurani. Ketika jahat, Apakah bisikan nurani juga?
(ambil contoh cerita rekan Ricky Dave diatas, bisikan pertama: "nih cewek cakep" , timbul bisikan untuk gitu2an... apakah ini termasuk bisikan nurani? Kemudian timbul bisikan "jangan ah, ini kan teman" apakah yg ini bisikan nurani?). Jadinya kalimat "ikuti hati nurani-mu" itu sebenarnya yg mana, karena kedua2nya, baik dan jahat, adalah 'bisikan'.

Dalam ajaran Buddha, apa yg sering disebut sebagai 'hati nurani' ini dibedah dengan lebih jelas dan spesifik. Tidak lagi membingungkan. Beberapa point penting yg perlu dipahami dalam ajaran Buddha mengenai pikiran adalah:
~ Pikiran / citta muncul dan lenyap silih berganti
~ Pikiran / citta hanya ada satu disetiap moment, tidak bisa muncul 2 pikiran / lebih di satu moment
~ Tidak ada AKU yg berpikir, yg ada hanyalah pikiran tsb
~ Setiap butir pikiran yg timbul akan langsung berpadu dan membentuk trend pikiran / batin yg baru (jika sering2 berpikiran ngeres, maka kedepannya akan semakin mudah untuk munculnya pikiran ngeres, demikian juga sebaliknya. Inilah sebabnya mengapa kita harus menjaga pikiran kita setiap saat, tujuannya agar trend pikiran kita menjadi semakin baik)

Kembali ke kasus rekan Ricky Dave, ketika di dalam kamar bersama cewek cakep, pola citta yg timbul adalah:
1. karena kondisi sekitar menunjang, timbul pikiran / citta untuk berbuat 'begituan' (ini adalah akusala citta / pikiran tidak bermanfaat alias kamma buruk)
2. setelah pikiran pertama itu timbul dan kemudian padam, timbul lagi pikiran/citta yg cukup kuat dari hasil akumulasi kehidupan lampau sd sekarang: "wah ini teman sendiri, jangan ah" (ini adalah kusala citta / pikiran bermanfaat alias kamma baik)
3. selanjutnya pikiran2 tersebut timbul dan lenyap silih berganti dengan cepat, tergantung 3 hal:
A. Kondisi / faktor luar yg bisa menunjang / mematahkan
B. trend batin (akumulasi kamma lampau) manakah yg lebih dominan
C. keputusan murni kita

Faktor kondisi luar cukup mempengaruhi (semakin lama didalam kamar dan bila si cewek semakin genit?) juga trend batin lampau berpengaruh (sering melakukannya disaat lampau / belum pernah melakukannya, akan berpengaruh) terakhir keputusan murni kita. Point terakhir ini sebenarnya yg paling penting, karena KEPUTUSAN MURNI kita ini adalah KAMMA KITA, apapuin keputusan yg kita ambil akan berbuah suatu saat nantinya. KEPUTUSAN MURNI kita adalah saat2 dimana kita bisa melangkahi kumpulan kamma kita yg berkalpa2.

Sedangkan 2 kondisi lainnya, A dan B (situasi dan trend batin) hanyalah vipaka dari kamma lampau kita.

Hendaknya kita selalu berkonsentrasi pada KEPUTUSAN MURNI (faktor C) kita.

------------------------

Jadi, dalam Buddhism sangat jelas, tidak ada 'bisikan nurani' atau 'bisikan setan' dsbnya.
Tidak ada pihak ke 3 yg harus bertanggung jawab atas tindakan yg kita putuskan.
Semuanya hanyalah pikiran / citta kita sendiri yg timbul dan lenyap silih berganti membentuk kamma baru.

::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sumedho

bisikan nurani ? respon batin berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yg lalu.

Misalnya, hati nurani berkata untuk jangan mencuri, itu karena kita diajarkan tidak baik itu mencuri dan tidak seharusnya kita mencuri. dst.
There is no place like 127.0.0.1

K.K.

Sumedho,

Oleh karena itu, maka memang tidak tepat menggunakan istilah 'nurani', apalagi sebagai tolok ukur. Pengalaman dan pengetahuan yang lalu 'kan juga berbeda bagi setiap orang, jadi intinya tidak semua orang punya nurani.  ;D Kalo pengalaman masa lalunya adalah 'mencuri itu baik', maka tetep menimbulkan 'respon bathin', tetapi namanya 'kan tidak tepat jika dibilang 'nurani', yang kemudian seperti willibordus katakan, kadang2 'setan' dijadikan 'kambing hitam' antagonis 'nurani'. Padahal intinya sama2 respon bathin dari masa lalu. 

williamhalim

#12
Quote from: Sumedho on 16 May 2008, 08:59:35 AM
bisikan nurani ? respon batin berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yg lalu.

Misalnya, hati nurani berkata untuk jangan mencuri, itu karena kita diajarkan tidak baik itu mencuri dan tidak seharusnya kita mencuri. dst.


Yap Bro.
Sesungguhnya oke2 aja kita menggunakan kata 'nurani' ini.
Tapi tergantung konteks juga, bahkan bisa menimbulkan salah kaprah, misalnya pada cerita Sun_Tzu diatas, akan membingungkan, mana yg bisikan nurani, mana yg bukan bisikan nurani (padahal kedua pikiran tsb, baik dan buruk, adalah citta yg timbul dan tenggelam silih berganti, saling menguatkan saling melemahkan, dan terkondisi oleh faktor luar yg masuk melalui pintu2 indera).

Karena ada istilah 'bisikan nurani' (yang seringkali dianggap atta), bisikan nurani ini dianggap yg bagus2/baik2 saja. Sehingga kalau ada perbuatan bejat / kejam, si tersangka seringkali berkilah dengan mengatakan mendapat 'bisikan setan', yang salah adalah setan, tersangka tidak salah. Akhirnya seringkali kejadian, masyarakat / keluarga memaklumi si tersangka yg bejat tsb.
(Bro Kainyn menyebut bisikan setan sebagai "antagonis" bisikan nurani sbg kecenderungan di masyarakat kita, menurut saya sangat tepat)

Kalau disimpulkan, secara umum dipahami sbb:
bisikan nurani <--- atta, saya, adalah yg baik2 dan bagus saja
bisikan setan <---- faktor luar, bukan tangung jawab saya, adalah perbuatan2 yg buruk

::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

tesla

#13
Quote
Kalau disimpulkan, secara umum dipahami sbb:
bisikan nurani <--- atta, saya, adalah yg baik2 dan bagus saja
bisikan setan <---- faktor luar, bukan tangung jawab saya, adalah perbuatan2 yg buruk

yup, pemakaian kata 'nurani' memang membingunggkan, tetapi menurut saya, sesuatu itu (nurani) juga ada dibahas di abhidhamma dg bahasa yg lebih tepat, yaitu:

1. bisikan nurani yg baik  0:) (dalam bahasa umum), dalam Budhisme kita kenal sebagai faktor mental/kualitas mental: hiri & ottappa.
hiri = rasa malu utk melakukan tindakan akusala.
ottappa = rasa takut utk melakukan tindakan akusala.

2. bisikan setan  >:D kita kenal sebagai ahirika (lawan dari hiri), anottapa (lawan dari ottapa)...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

williamhalim

Quote from: tesla on 16 May 2008, 06:08:18 PM
Quote
Kalau disimpulkan, secara umum dipahami sbb:
bisikan nurani <--- atta, saya, adalah yg baik2 dan bagus saja
bisikan setan <---- faktor luar, bukan tangung jawab saya, adalah perbuatan2 yg buruk

yup, pemakaian kata 'nurani' memang membingunggkan, tetapi menurut saya, sesuatu itu (nurani) juga ada dibahas di abhidhamma dg bahasa yg lebih tepat, yaitu:

1. bisikan nurani yg baik  0:) (dalam bahasa umum), dalam Budhisme kita kenal sebagai faktor mental/kualitas mental: hiri & ottappa.
hiri = rasa malu utk melakukan tindakan akusala.
ottappa = rasa takut utk melakukan tindakan akusala.

2. bisikan setan  >:D kita kenal sebagai ahirika (lawan dari hiri), anottapa (lawan dari ottapa)...

Sip.

Seperti yg saya tulis di thread 'Apakah Pikiran Itu', bahwa Ajaran Buddha merinci dengan jelas apa yg kita sebut 'hati nurani' / 'pikiran' ini (Bro Tesla telah melengkapinya dengan postingan diatas: hiri, ottappa).

Sedangkan bahasa indonesia menggunakan hati nurani/pikiran secara bias dan kadang malah salah kaprah.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)