kok jadi malas meditasi

Started by unhan87, 17 April 2014, 08:45:42 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

unhan87

Rutinitas yg padat, bikin capek dan malas utk meditasi duduk,
ada masukan supaya kembali rajin meditasi?
Selain itu, yg bikin "takut" utk meditasi adalah merasakan efek meditasi dgn ciri di tengah kening kepala
(antara kedua mata) kadang berdenyut seperti kita menekan mata ikan
apabila dekat di tempat yg konon ktnya ada "makhluk lain" yg tak terlihat mata biasa...
NB : biasanya dgn objek anapanasati
Mohon tips, saran, kritikan,dll supaya bs rajin kembali utk meditasi..
terima kasih  _/\_

morpheus

Quote from: unhan87 on 17 April 2014, 08:45:42 AM
Rutinitas yg padat, bikin capek dan malas utk meditasi duduk,
ada masukan supaya kembali rajin meditasi?
dengan rutinitas yang padat, pasti meditasi ditempatkan diprioritas nomor paling bawah. karena paling bawah, baru mikir meditasi setelah semua kegiatan lain kelar, sehingga malas dan sudah terlanjur capek.

mungkin perlu dievaluasi segara rutinitas sehari2, apakah semuanya penting dan ada yang gak terlalu penting. sesudah jadwalnya mulai longgar, tempatkan meditasi diwaktu tertentu di mana anda blom bener2 capek dan blom ngantuk, misalnya jam 10 malam. terus bermeditasi di jam yang sama dan tempat yang sama sehingga jadi kebiasaan...

Quote from: unhan87 on 17 April 2014, 08:45:42 AM
Selain itu, yg bikin "takut" utk meditasi adalah merasakan efek meditasi dgn ciri di tengah kening kepala
(antara kedua mata) kadang berdenyut seperti kita menekan mata ikan
apabila dekat di tempat yg konon ktnya ada "makhluk lain" yg tak terlihat mata biasa...
NB : biasanya dgn objek anapanasati
coba terusin aja...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

unhan87

Quote from: morpheus on 17 April 2014, 09:31:44 AM
dengan rutinitas yang padat, pasti meditasi ditempatkan diprioritas nomor paling bawah. karena paling bawah, baru mikir meditasi setelah semua kegiatan lain kelar, sehingga malas dan sudah terlanjur capek.

mungkin perlu dievaluasi segara rutinitas sehari2, apakah semuanya penting dan ada yang gak terlalu penting. sesudah jadwalnya mulai longgar, tempatkan meditasi diwaktu tertentu di mana anda blom bener2 capek dan blom ngantuk, misalnya jam 10 malam. terus bermeditasi di jam yang sama dan tempat yang sama sehingga jadi kebiasaan...
coba terusin aja...

benar, capek kerja

mau seperti dulu aja, setelah bangun dan sblm tidur  :)
hanya malas lebih dominan dari rajin  :(

mengenai denyut itu kl stop meditasi, nanti lama" hilang sendiri.

misalnya sudah ga pernah meditasi
dan ada ketemu Bhante, namaskara sama Bhante, atau baca paritta
nanti mulai denyut lagi
dan jawaban yg selalu didapatkan adalah "lanjutkan"

Lex Chan

untuk fenomena denyut, dulu saya juga merasakannya.. kadang di tangan, kadang di kaki.. sekarang karena jarang meditasi, malah tidak terasa lagi.. mungkin karena sensitivitas sudah berkurang.. :hammer:

rasanya hampir semua meditator punya masalah yang kurang lebih sama dalam menghadapi kemalasan. saya juga punya masalah ini. dan bagaimanapun juga obatnya cuma satu: "lanjutkan"... mau tanya ke meditator manapun juga (dari kelas amatir sampai kelas veteran) jawabannya ya cuma "lanjutkan".. :)
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

seniya

Untuk kemalasan sebagai salah satu rintangan (nivarana) dalam meditasi, bisa dibaca di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19100.0
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

unhan87

Quote from: Lex Chan on 17 April 2014, 02:29:08 PM
untuk fenomena denyut, dulu saya juga merasakannya.. kadang di tangan, kadang di kaki.. sekarang karena jarang meditasi, malah tidak terasa lagi.. mungkin karena sensitivitas sudah berkurang.. :hammer:

rasanya hampir semua meditator punya masalah yang kurang lebih sama dalam menghadapi kemalasan. saya juga punya masalah ini. dan bagaimanapun juga obatnya cuma satu: "lanjutkan"... mau tanya ke meditator manapun juga (dari kelas amatir sampai kelas veteran) jawabannya ya cuma "lanjutkan".. :)

benar, makin rajin medit, makin bertambah sensi nya

ok, semangat  ;D _/\_

Quote from: Shinichi on 17 April 2014, 02:36:56 PM
Untuk kemalasan sebagai salah satu rintangan (nivarana) dalam meditasi, bisa dibaca di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19100.0

siap om aryakumara  ;D

inJulia

lagu lama.......








sama saya juga he he he  (just a joke, di atas.)

Kalao sudah begini, Umat BUddha hanya mementingkan ritual. Tapi intinya (meditasi) banyak umat yg tidak praktekkan. Akhirnya malah umat lain yg menikmati "kuning telur" Ajaran Sang Buddha. :-(

Yah, syukurnya saya berusaha menyadari badan dan pikikran, perasaan dalam semua kegiatan sehari-hari.

Maaf kalau tidak berkenan...

unhan87

Quote from: inJulia on 02 May 2014, 12:27:06 PM
lagu lama.......








sama saya juga he he he  (just a joke, di atas.)

Kalao sudah begini, Umat BUddha hanya mementingkan ritual. Tapi intinya (meditasi) banyak umat yg tidak praktekkan. Akhirnya malah umat lain yg menikmati "kuning telur" Ajaran Sang Buddha. :-(

Yah, syukurnya saya berusaha menyadari badan dan pikikran, perasaan dalam semua kegiatan sehari-hari.

Maaf kalau tidak berkenan...

saya bukan Umat Buddha  ;D

seniya

"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Kang_Asep

selama Anda bisa berpikir bekerja dengan baik, belajar dengan baik, bergaul dengan baik, menjalani kehidupan yang baik, untuk apa lagi meditasi ?

RuyLopeZ

Quote from: Kang_Asep on 11 June 2014, 05:50:58 AM
selama Anda bisa berpikir bekerja dengan baik, belajar dengan baik, bergaul dengan baik, menjalani kehidupan yang baik, untuk apa lagi meditasi ?

saya dulu seperti anda
dulu saya juga berpikiran kenapa harus sembahyang, kenapa harus meditasi, kalo kita dasarnya org baik, ga ada niat jahat, prilaku baik, tidak berbuat jahat, yang penting kita org baik2

dan ternyata saya salah. bukan hanya berbuat baik saja, bukan hanya menjadi org baik saja, bukan hanya berprilaku baik saja.
tetapi penyadaran akan apa arti hidup ini. (kenapa kita tetap menderita walau kita sudah berbuat baik dan menjadi org baik??)
apa itu hidup?
kenapa kita harus berbuat baik?
kenapa kita dilahirkan?
kenapa nasib kita berbeda dgn org lain?
kenapa kita tetap menderita walaupn kita suda berbuat baik?

jawabannya ada di meditasi

bermeditasi dan kita akan menemukan jawabannya.
penyadaran akan dhamma jg penting
saya mendapat pengertian dhamma yg rinci dari buku ajahn chah
cobalah baca buku2 yg menjelaskan dhamma dengan rinci

A.A

#11
sharing pengalaman pribadi;
saya mengenal meditasi sudah cukup lama (sekitar tahun 1996, ada keluarga yang setiap hari meditasi dan mengajari sedikit meditasi kepada saya) sejak itu kadang-kadang meditasi (tapi banyak bolongnya juga, bahkan akhirnya jarang meditasi), sampai akhirnya mendapat "badai" menerjang kehidupan, sejak itu karena saking stress-nya tiap malam meditasi. dari pikiran yang kacau balau (juga tindakan yang kacau) itu efek meditasi yang saya rasakan : tenang, tindakan2 yang diambil tidak ngaco lagi. beruntung saya berkenalan dengan orang yang akhirnya saya banyak bertanya kepada dia tentang meditasi.

"teknik" meditasi yang diajarkan kepada saya; kunci keberhasilan meditasi adalah DISIPLIN, tanpa disiplin adalah bull***t. cara berdisiplin yang diajarkan kepada saya sbb:
gunakan alarm hp untuk membatasi waktu (di ruang yang untuk meditasi juga diberi kalender untuk menghitung pencapaian meditasi), nyamankan meditasi selama 10 menit (cuma sepuluh menit loh; bandingkan dengan waktu yang dihabiskan untuk pesbukan)
-  6 minggu pertama (42 hari); meditasi 10 menit; jangan ditambah waktunya walaupun sudah nyaman.
- selanjutnya minggu ke 7 (selama 7 hari) waktunya ditambah 1 menit; jangan menambah waktu walaupun sudah nyaman.
- minggu ke 8 ditambah lagu 1 menit (jadi meditasi 12 menit); jangan menambah waktu walaupun sudah nyaman.
- dst dst dst dst dst dst dst sampai minggu ke 54 (rentang 1 tahun) anda sudah mendapatkan waktu meditasi 58menit, dan di akhir minggu ke 108 (tahun ke 2) anda sudah mendapatkan waktu meditasi 116 menit. (dan kunci itu semua adalah disiplin)

Kang_Asep

Apa yang dikatakan oleh RuyLopez di atas adalah benar. Adapun saya katakan, "Jika kita telah dapat berpikir dengan benar, bekerja dengan benar, dan belajar dengan benar, maka cukuplah semua itu, dan tidak perlu lagi bermeditasi." dengan kata lain, "Jika tujuan meditasi adalah agar kita dapat berpikir benar, berkata benar dan berbuat benar, dan jika tujuan meditasi tersebut telah kita capai, maka apakah lagi gunanya meditasi bagi kita ?"

saya mengerti, dengan bermeditasi kita dapat melakukan suatu perbuatan baik yang berkualitas dan kaya akan makna, bukan sekedar "melakukan perbuatan baik". itulah yang saya maksud "hal  yang lebih bagus dari perbuatan baik".  Tetapi, kalau orang merasa meditasi itu terlalu berat baginya, atau dia malas bermeditasi, maka cobalah untuk berbuat baik saja, berpikir dengan benar, berkata dengan benar.  Sekedar berbuat baik adalah jauh lebih mudah dari pada meditasi. Dan itu akan menjadi landasan yang baik bagi meditasi, sehingga akhirnya ia akan memiliki kekuatan untuk menjalankan meditasi. Dan meditasi akan melahirkan perbuatan baik yang berkualitas.

Terkadang orang terlalu fokus pada praktik meditasi. Tapi dia tidak memperhatikan aspek-aspek moral sebagai landasan bagi meditasi itu. mereka yang konsentrasinya sulit berkembang dalam meditasi, mungkin akibat dari praktik moral yang rendah. oleh karena itu saya katakan, "bila konsentrasi Anda sulit berkembang, maka berhentilah meditasi, pergilah untuk bersedekah kepada fakir miskin atau anak yatim. uang yang Anda sedekahkan, akan menjadi kekuatan bagi Anda untuk melanjutkan praktik meditasi".

muncul pertanyaan, apakah kita berbuat baik agar kuat bermeditasi ataukah kita bermeditasi agar dapat berbuat baik ? untuk menjawab pertanyaan ini, perlu difahami dua jenis perbuatan baik. jenis pertama adalah perbuatan baik yang bersifat eksternal. jenis kedua adalah perbuatan baik yang bersifat internal.

maksud dari perbuatan baik yang bersifat eksternal adalah perbuatan baik yang berlandaskan kepatuhan kepada aturan yang disepakati sebagai aturan yang bernilai luhur. seperti kepatuhan kita pada norma-norma agama, etika, estetika, aturan sekolah, lembaga, norma masyarakat dan negara. kepatuhan terhadap norma-norma tersebut saya sebut "perbuatan baik eksternal". menjalankan aturan seperti ini akan berguna untuk membentuk kondisi batin yang baik. dalam kondisi ini, sebenarnya orang berkecenderungan untuk berbuat salah. tapi karena takut akan melanggar hukum atau mengharapkan akibat baik dari menjalankan hukum, maka ia mengekang dirinya agar tidak melanggar hukum.

perbuatan baik yang bersifat intrenal adalah muncul dari kondisi batin yang sudah baik tadi, baik kondisi yang dibentuk oleh latihan terhadap kepatuhan aturan hukum, maupun karena sifat sejati dari batin itu sendiri. perbuatan baik jenis ini bersifat murni. ia tidak bersifat mengekang. orang yang mempunyai kekuatan melakukan perbuatan murni ini menjalankan kebaikan bukan karena patuh pada aturan hukum, tapi sudah menjadi naluri alaminya saja. dia tidak memiliki kecenderungan untuk berbuat jahat , tidak ada kecenderungan melanggar hukum. dia tidak perlu mengekang dirinya agar tidak melanggar hukum. tak perlu memaksa dirinya untuk berbuat kebaikan. berbuat kebaikan adalah kebebasannya. kondisi inilah yang  menjadi tujuan dari meditasi.