//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo  (Read 66142 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ming_l16ht

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 114
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #165 on: 28 August 2013, 02:00:49 PM »
Emangnya pensil pake runcing2 mas bro  ;D

hehehehe....  ;D
keliling2 liat pembahasan disini. awalnya sih gak masalah, tapi lama2 kok sampai bawa2 aliran..  :)
Give a Man a Fish, Feed Him For a Day
Teach a Man How to Fish, Feed Him For a Lifetime

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #166 on: 28 August 2013, 02:12:00 PM »
oh begitu ya, tq atas masukannya.
Sama2.

Quote
saya pernah baca bahwa karma ikut berperan disini, jadi apakah karena matangnya karma si mahkluk makanya pertemuan sperma dan sel telur memungkinkan terjadi, atau sebaliknya pertemuan sperma dan sel telur mengkondisikan matangnya karma si makhluk?
Pertemuan sperma dan telur itu proses biologis, saya pikir tidak menyebabkan kematian makhluk lain. Secara teori, kamma berperan dalam "masuknya" kesadaran pada saat ada pertemuan sperma dengan telur.

-------

Tapi rentang waktunya kan jadi lebih panjang.  Bukan saat ejakulasi yg cuma beberapa detik, melainkan bisa sampai dua hari tergantung cepat lambatnya perjalanan sperma ketemu ovum.  Lumayanlah kalo mau nunggu ada makhluk yg mati dalam 2 hari buat melanjutkan hidup baru ke situ.  Lagian gak harus lahir jadi manusia / binatang bersperma lagi kan? 
Sama saja. Intinya pada saat sperma bertemu telur, pada saat itulah harus mati. Kalau terlalu cepat, sperma belum sampai, kalau telat juga tidak jadi.


Quote
Yang paling cepat dan selalu ada slot kosong available setiap saat yah jadi peta ataupun makhluk lainnya yg terlahir spontan.  Nanti mereka mati dari sana baru lahir  lagi sebagai manusia saat sudah ada sperma-ovum bertemu. 

Jadi waktunya lebih fleksibel dan santai, ga usah buru2 mati karena lagi ada yg ejakulasi. :hammer:
Sama saja. Dari peta jadi manusia/hewan, tetap harus pas saat pembuahan = saat kematian dari makhluk 'asal' tersebut (apakah manusia, peta, binatang, dsb).

Yang jadi perbedaan adalah kalau dalam prinsip 'ada jeda', maka bisa ada 'antrian' yang siap masuk ketika ada pembuahan, sedangkan kalau 'tanpa jeda', saat pembuahan harus persis dengan saat kematian.

Fakta ini memang tidak kontradiktif, hanya saya lihat menarik saja kalau dipikir, secara statistik sangat kecil kemungkinannya.

Quote
Visuddhi Magga digolongkan di luar Tipitaka, jadi tetap tidak ada dasar literatur buddha 'aseli' yg mampu menjelaskan persoalan ini.  Sementara agama lain misalnya kr1sten & 1slam dapat menjawab sesuai kitab suci mereka, misalnya dalam kontroversi masalah aborsi.
Jawaban definitif dogmatis walaupun bisa dijawab dengan lantang, tidak artinya kalau tidak benar.


Quote
Wah ternyata Abhidharma-nya Mahayana sudah bisa dipastikan keliru secara sains ::)
Syukurlah, #:-S  untung bukan Abhidhamma-nya Theravada  :whistle:

Bahkan sutta sahih seperti Mahaparinibbana Sutta pun tak luput dari kekeliruan secara sains :
Iya, karena abhidhamma Theravada tidak ada isi yang bisa diproses, hanya kumpulan data untuk disusun sendiri. Jadi kalau Abhidharma ibaratnya kue yang bisa dicicipi enak atau tidak, Abhidhamma Theravada seperti tepung yang tidak bisa dimakan. "Kue" dari Abhidhamma Theravada contohnya yah visuddhimagga itu, dengan diameter bulan dan matahari yang mencengangkan.

Dan benar, sutta ataupun vinaya dinyatakan otoritas secara historis, namun bukan berarti isinya pasti benar, di samping diakui juga bisa ada kekeliruan preservasinya selama ribuan tahun sampai sekarang. Maka sebagai buddhis yang belajar, sudah sepantasnya kita meneliti, selain isi dan maknanya, juga latar belakang sejarahnya.
« Last Edit: 28 August 2013, 02:20:25 PM by Kainyn_Kutho »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #167 on: 28 August 2013, 02:18:50 PM »
hehehehe....  ;D
keliling2 liat pembahasan disini. awalnya sih gak masalah, tapi lama2 kok sampai bawa2 aliran..  :)
Suka atau tidak, memang faktanya buddhisme memiliki aliran yang sangat banyak dengan doktrinnya masing-masing yang berbeda-beda. Di sini idealnya kita membahas apa adanya tanpa perlu bersikap sentimentil terhadap satu aliran. Dengan begitu bisa objektif menerima kalau aliran yang dianut bisa salah dan aliran lain juga mungkin benar.


Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #168 on: 28 August 2013, 03:05:06 PM »
hehehehe....  ;D
keliling2 liat pembahasan disini. awalnya sih gak masalah, tapi lama2 kok sampai bawa2 aliran..  :)
gpp om ming, udh lama kita2 nggak tempur :)) , tapi kakao bingung mau mihak yang mana :P kakao lahir dilingkungan Tridharma, sejak kecil ikut tridharma  ;D , kebaktian ikut Theravada  ;D , sekarang gede kerja ada hubungan dg  Mahayana  ;D
bingung, mao ikut2an yang mana, tetep benjut kepala  :)) :)) :)) ...
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #169 on: 06 September 2013, 06:44:50 PM »
Sama2.
Pertemuan sperma dan telur itu proses biologis, saya pikir tidak menyebabkan kematian makhluk lain. Secara teori, kamma berperan dalam "masuknya" kesadaran pada saat ada pertemuan sperma dengan telur.

-------

Sama saja. Intinya pada saat sperma bertemu telur, pada saat itulah harus mati. Kalau terlalu cepat, sperma belum sampai, kalau telat juga tidak jadi.


6. “Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagavā sendiri: ‘Dengan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan Sang Bodhisatta meninggal dunia dari alam surga Tusita dan masuk ke dalam rahim ibunya.’ Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagavā.

7. “Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagavā sendiri: ‘Ketika Sang Bodhisatta meninggal dunia dari alam surga Tusita dan masuk ke dalam rahim ibunya, suatu cahaya yang tidak terukur yang melampaui para dewa muncul di dunia ini bersama dengan para dewa, Māra, dan Brahmā, dalam generasi ini bersama dengan para petapa dan brahmana, dengan para raja dan rakyatnya. Dan alam ruang antara yang tanpa dasar, kelam, gelap gulita, di mana bulan dan matahari, yang kuat dan perkasa, tidak dapat menjangkaunya – cahaya terang yang tidak terukur melampaui kemegahan para dewa juga muncul di sana.  Dan makhluk-makhluk yang terlahir kembali di sana dapat saling melihat karena cahaya itu: “Sesungguhnya, Tuan, ada makhluk-makhluk lain yang terlahir kembali di sini!” Dan sepuluh ribu sistem dunia ini bergoyang dan bergoncang dan bergetar, dan di sana juga muncul cahaya terang yang tidak terukur melampaui kemegahan para dewa.’ Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagavā.


Itu kutipan dari mn 123....

Dari sana kurasa ga ada jeda antara meninggal di alam tusita dan masuk kerahim...krn bukan suatu "perjalanan" fisik..dari surga tusina ..trus jalan ke alam manusia..baru kemudian masuk ke rahim....tp berupa pikiran. 

Kemudian muncul juga pertanyaan..jika memang saat sperma bertemu ovum... maka langsung ada mahluk yg terkandung....berarti...gempa bumi itu terjadi pada saat malam melakukan hub seks?  ( soalnya aku berpikir ada kemungkinan..terjadi pembuahan..tunggu sampe kondisi embrionya cocok...baru ada mahluk yg menempati embrio tsb)
...

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #170 on: 06 September 2013, 07:27:20 PM »


Kemudian muncul juga pertanyaan..jika memang saat sperma bertemu ovum... maka langsung ada mahluk yg terkandung....berarti...gempa bumi itu terjadi pada saat malam melakukan hub seks?  ( soalnya aku berpikir ada kemungkinan..terjadi pembuahan..tunggu sampe kondisi embrionya cocok...baru ada mahluk yg menempati embrio tsb)


Just info: menurut teks komentar dalam tradisi Theravada, pembuahan Bodhisatta dalam rahim ibunya tidak terjadi melalui hubungan seks karena ibu Bodhisatta sedang menjalankan Uposatha sila saat akan mengandung Bodhisatta. Demikian juga Mahavastu, teks Lokottaravada (subaliran dari Mahasanghika) yang merupakan campuran sutta dan komentar, menyatakan demikian....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #171 on: 06 September 2013, 09:14:23 PM »
Just info: menurut teks komentar dalam tradisi Theravada, pembuahan Bodhisatta dalam rahim ibunya tidak terjadi melalui hubungan seks karena ibu Bodhisatta sedang menjalankan Uposatha sila saat akan mengandung Bodhisatta. Demikian juga Mahavastu, teks Lokottaravada (subaliran dari Mahasanghika) yang merupakan campuran sutta dan komentar, menyatakan demikian....
Sayangnya diskusi scholar di DC tidak 'mengakui' kitab komentar, thus mentah kembali bahwa tidak menjadi embrio dari hubungan sex dan pertemuan ovum dan sperma. :-?

Juga apakah begitu terjadi pembuahan begitu bisa dikatakan sudah lahir kembali di sana?   Bisa saja pada usia beberapa bulan kandungan baru ada makhluk yg 'lahir kembali' di sana dari kematian yg sebelumnya. ::)
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #172 on: 06 September 2013, 10:24:16 PM »
Sayangnya diskusi scholar di DC tidak 'mengakui' kitab komentar, thus mentah kembali bahwa tidak menjadi embrio dari hubungan sex dan pertemuan ovum dan sperma. :-?


Yups. Ternyata di DN 14 Mahapadana Sutta dikatakan:

1.18. ‘Adalah peraturan bahwa sejak seorang Bodhisatta telah memasuki rahim ibu-Nya, ibunya akan, secara alami menjadi lebih berbudi, menghindari pembunuhan, dari mengambil apa yang tidak diberikan, dari melakukan hubungan seksual [13] yang salah, dari berbohong, atau dari meminum minuman keras dan obat-obatan yang dapat melemahkan kesadaran. Ini adalah peraturan.’

Cuma nambah masalah kayaknya ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #173 on: 06 September 2013, 11:13:52 PM »
Yups. Ternyata di DN 14 Mahapadana Sutta dikatakan:

1.18. ‘Adalah peraturan bahwa sejak seorang Bodhisatta telah memasuki rahim ibu-Nya, ibunya akan, secara alami menjadi lebih berbudi, menghindari pembunuhan, dari mengambil apa yang tidak diberikan, dari melakukan hubungan seksual [13] yang salah, dari berbohong, atau dari meminum minuman keras dan obat-obatan yang dapat melemahkan kesadaran. Ini adalah peraturan.’

Cuma nambah masalah kayaknya ;D

paragraf ini mengatakan bahwa setelah Sang Ibu mengandung Sang Bodhisatta, maka ia otomatis memiliki moralitas yang sempurna sebagai seorang umat awam. saya tidak menangkap ada makna lain selain hal ini. kalau dihubungkan dengan antarabhava masih lebih releven yg di MN 123
« Last Edit: 06 September 2013, 11:18:17 PM by Indra »

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #174 on: 06 September 2013, 11:47:18 PM »
Just info: menurut teks komentar dalam tradisi Theravada, pembuahan Bodhisatta dalam rahim ibunya tidak terjadi melalui hubungan seks karena ibu Bodhisatta sedang menjalankan Uposatha sila saat akan mengandung Bodhisatta. Demikian juga Mahavastu, teks Lokottaravada (subaliran dari Mahasanghika) yang merupakan campuran sutta dan komentar, menyatakan demikian....

Demikian juga, lalitavistara sutra dari mahayana mengatakan bahwa Mayadevi sedang melakukan uposatha sila. Sehingga tidak ada hubungan seks pada saat Bodhisattva turun ke rahim. Ketika sedang uposatha sila itu Mayadevi kemudian bermimpi gajah putih memasuki perutnya.

Versi lalitavistara sutra lebih gemerlap lagi deh. Bodhisattva turun ke rahim dengan membawa serta kutagara. Kutagara itu bisa dibayangkan semacam kapsul 4 dimensi, dalemnya istana dan tahta beliau. Jadi di dalam rahim itu berubah jadi istana suci.

anyway, udah habis bahan kayaknya ya buat ngomongin antarabhava?
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #175 on: 07 September 2013, 07:25:11 AM »
paragraf ini mengatakan bahwa setelah Sang Ibu mengandung Sang Bodhisatta, maka ia otomatis memiliki moralitas yang sempurna sebagai seorang umat awam. saya tidak menangkap ada makna lain selain hal ini. kalau dihubungkan dengan antarabhava masih lebih releven yg di MN 123

Benar, itu cuma untuk menunjukkan bahwa spt komentar bro Sanjiva, setidaknya menurut sutta, moralitas yang sempurna seorang ibu Bodhisatta otomatis terjadi setelah pembuahan Bodhisatta. Jadi pembuahan Bodhisatta kemungkinan besar terjadi melalui hubungan seks orang tuanya, tidak seperti komentar yang menyatakan sebaliknya. Jadi, hanya menambah panjang masalah "ketidakcocokan" sutta vs komentar ;D

Demikian juga, lalitavistara sutra dari mahayana mengatakan bahwa Mayadevi sedang melakukan uposatha sila. Sehingga tidak ada hubungan seks pada saat Bodhisattva turun ke rahim. Ketika sedang uposatha sila itu Mayadevi kemudian bermimpi gajah putih memasuki perutnya.

Versi lalitavistara sutra lebih gemerlap lagi deh. Bodhisattva turun ke rahim dengan membawa serta kutagara. Kutagara itu bisa dibayangkan semacam kapsul 4 dimensi, dalemnya istana dan tahta beliau. Jadi di dalam rahim itu berubah jadi istana suci.

anyway, udah habis bahan kayaknya ya buat ngomongin antarabhava?

Yups, setidaknya saya masih belum menemukan kesimpulan baru dari diskusi ini selain dari post saya sebelumnya:

Jadi, sekarang kita sementara memiliki 3 kesimpulan:

1. Tidak ada antarabhava (pandangan Theravada)
2. Ada antarabhava, yaitu keadaan sebelum kematian dan belum terlahir kembali, jadi belum benar-benar mati secara Buddhis walaupun sudah dinyatakan mati secara medis (pendapat sdr. Kelana)
3. Ada antarabhava, yaitu keadaan setelah kematian dan sebelum terlahir kembali (pandangan Abhidharma aliran non-Theravada seperti yang dijelaskan sdr. KK)

Walaupun sutta-sutta awal menyiratkan ada antarabhava, tetapi tidak ada sutta yang secara detail menjelaskan proses kematian dan kelahiran kembali sehingga ini masih grey area kalo hanya mau merujuk pada sutta-sutta awal saja. Kalo mau mengacu pada teks-teks komentar dan Abhidhamma/Abhidharma ataupun teks-teks sutra Mahayana, maka terbentur masalah validitas teks-teks tsb. Akhirnya diskusi menjadi melebar ke topik-topik yang sudah sering didiskusikan di DC ini.

Saya hanya bisa menyampaikan kesimpulan Bhikkhu Sujato tentang keadaan antara ini walaupun tidak terlepas dari pandangan pribadi beliau juga:

Tampaknya bagi saya terdapat sesuatu yang lebih dalam yang dapat kita pelajari dari merenungkan tentang keadan antara. Perubahan adalah traumatis, dan kita membutuhkan suatu periode untuk penyesuaian. Perumpamaan yang diberikan Sang Buddha – berkelana dari rumah ke rumah, atau melayang bagaikan percikan api di udara – menangkap suatu perasaan kesendirian dan tidak menentu di alam semesta ini. Makhluk yang telah meninggalkan badan mereka dihempaskan ke dalam sesuatu yang tidak diketahui, di mana semua ketakutan dan harapan mereka dapat disadari. Perbuatan, pengalaman, keinginan, dan kebiasaan-kebiasaan dari kehidupan ini dan masa lampau membuat kesan pada arus kesadaran: kita mengetahui hal ini, kita merasakannya tiap waktu. Hal-hal demikian memakan waktu untuk dicerna diri sendiri dan mengkristal dalam suatu pola baru. Kita tidak memutuskan hal-hal penting dalam kehidupan dengan sekejap. Masa kebingungan, yang telah meninggalkan satu hal dan belum mencapai hal yang lain, memberikan ruang bagi kesadaran untuk menyatukan pelajaran dari masa lampau dan mengarahkan dirinya sendiri ke masa depan.

Terlepas dari semua yang telah kita katakan untuk mendukung keadaan “antara”, saya masih akan membuat suatu keberatan penting. Gagasan “keadaan” menyatakan suatu modus keberadaan, tetapi sebaliknya, apa yang kita lihat menyatakan ketiadaan suatu keberadaan. Keadaan antara bukan suatu alam tersendiri yang entah bagaimana berdiri di ruang kosong di antara alam-alam lain. Kita mungkin membayangkan demikian, tetapi ini hanya sebuah perumpamaan untuk membantu kita memandang pengalaman ini secara masuk akal. Referensi-referensi tentang “keadaan antara” tidak berfokus pada keberadaan objektif atau kosmologis dari alam yang demikian, dan sejauh ini saya pikir keberatan Kathāvatthu atas keadaan antara dapat dibenarkan. Agaknya bacaan-bacaan itu berfokus pada pengalaman suatu individu tentang apa yang terjadi setelah kematian, tetapi sebelum kehidupan selanjutnya. Ini adalah suatu proses perubahan, pencarian, keinginan untuk menjadi ada. Untuk mengatakan ini sebagai “keadaan antara” sejujurnya adalah suatu aktualisasi dari konsep ini, yang telah melebarkan pernyataan sebenarnya dari mana istilah itu diturunkan. Namun demikian, mungkin tidak dapat disangkal bahwa kita tetap memakai istilah ini, yang akan baik-baik saja sepanjang kita mengingat bahwa ini hanya suatu cara yang sesuai untuk menyamaratakan tentang pengalaman individual, bukan suatu alam atau tempat kehidupan tertentu.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #176 on: 07 September 2013, 09:17:22 AM »

Walaupun sutta-sutta awal menyiratkan ada antarabhava, tetapi tidak ada sutta yang secara detail menjelaskan proses kematian dan kelahiran kembali sehingga ini masih grey area kalo hanya mau merujuk pada sutta-sutta awal saja. Kalo mau mengacu pada teks-teks komentar dan Abhidhamma/Abhidharma ataupun teks-teks sutra Mahayana, maka terbentur masalah validitas teks-teks tsb. Akhirnya diskusi menjadi melebar ke topik-topik yang sudah sering didiskusikan di DC ini.


ada kok teks awal yang secara eksplisit mengatakan ada antarabhava, yaitu pada kasus anagami, coba search "antaraparinibbayi"

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #177 on: 07 September 2013, 11:27:56 AM »
ada kok teks awal yang secara eksplisit mengatakan ada antarabhava, yaitu pada kasus anagami, coba search "antaraparinibbayi"

Yang ini kan: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24398.msg451827.html#msg451827

IMO, itu termasuk tersirat juga karena tradisi Theravada tidak menganggapnya sebagai mencapai Parinibbana dalam keadaan antara. Kalimatnya sendiri hanya menyatakan "pada masa antara" (masa antara apa? masa antara usia ... dan ... [interpretasi komentar], masa antara kelahiran dan kematian [antarabhava], dst), jadi masih secara tersirat.
« Last Edit: 07 September 2013, 11:30:56 AM by ariyakumara »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #178 on: 07 September 2013, 02:07:53 PM »
keknya..itu saat2 belum beneran mati... detik2 terakhir..muncul pengetahuan... dan mancapai nibanna
...

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kelahiran Kembali dan Antarabhava/Bardo
« Reply #179 on: 07 September 2013, 07:24:20 PM »
sehubungan dengan antaraparinibayyi
menariknya, di Tibetan book of the dead, juga dikatakan bahwa pencerahan bisa dialami di bardo.

Jika seseorang mampu melihat bahwa dia sudah mati, dia melihat cahaya sebagai proyeksi pikirannya sendiri, dia melihat ilusi sebagai ilusi, sepenuhnya sadar. Dia bisa "menyatu dengan tubuh Buddha dan pergi ke alam Buddha" alias pencerahan. Tapi rasanya gak mungkin orang biasa bisa, ini hanya untuk mereka yang selama hidupnya praktek.

Kalaupun gak tembus pencerahan, para praktisi tingkat tinggi mampu memilih kelahiran kembali selanjutnya. Mereka bisa memilih lahir di alam tinggi atau memilih alam manusia. Mereka bisa mencari keluarga yg tepat untuk kelahiran berikutnya. Contoh populernya adalah para tulku yg adalah kelahiran kembali dari Lama - Lama di tibet.

Tapi biasanya, makhluk biasa akan takut dan panik saat mati. Mereka melihat ilusi seperti kenyataan. Mereka "tidak sadar" selama proses itu.
Trus katanya akan ada beberapa cahaya. Cahaya yg menuju alam Buddha justru kelihatan paling menakutkan untuk makhluk yg belum tercerahkan. Cahaya yg menuju alam kelahiran akan terlihat nyaman, menarik, dll. Itu karena batin dipengaruhi kilesa. Dan karena batin dalam kondisi bingung, panik, batin akan mencari tempat bersembunyi di tempat yg kelihatannya nyaman itu, dan masuklah ke salah satu alam kelahiran.


btw, definisi kematian menurut mahayana
aku gak ada sumbernya, tapi menurut pemahamanku (yg entah dari baca atau denger)
kalau batin sudah melebur dengan sempurna menjadi kesadaran paling halus dan berpisah dengan tubuh. Ini juga biasanya dibarengi dengan meleburnya 4 unsur dalam tubuh.

Contoh paling nyata, menurut tradisi tibet, jika seorang praktisi dharma meninggal, tubuhnya dibiarkan dulu selama beberapa hari. Sampai ada tanda bahwa pikirannya sudah meninggalkan tubuh. Misalnya kalau mati dalam posisi duduk bersila, tubuh sang guru akan tegak selama beberapa hari, lalu tiba2 kepalanya menunduk. Itu tandanya pikiran sudah pergi. Atau ada setetes cairan merah keluar dari kepala.
Selama pikiran masih belum keluar dari tubuh, pikiran itu masih berproses dalam melebur dan akan mengalami banyak sensasi. Ini adalah masa paling kritis untuk praktisi tantra karena mereka akan berusaha mengenali sensasi itu dan menentukan kelahiran berikutnya.
Kalau selama periode ini tubuh diganggu, ya kemungkinan akan menggagalkan usaha
Dan yg bukan praktisi juga, ya kalau diganggu mungkin akan masuk alam rendah? Makanya banyak tradisi negara buddhis melarang kita menyentuh tubuh seseorang yg meninggal selama beberapa hari.

Termasuk kremasi juga, dilakukan setelah beberapa hari. Bayangkan kalau pikiran lagi melebur dan belum meninggalkan tubuh sepenuhnya, tiba-tiba dikremasi. Ada satu buku petunjuk kematian versi Buddhisme Tiongkok yang mengatakan "Jangan membakar tubuh almarhum dengan segera, karena kesadarannya mungkin masih disitu dan kalau dibakar maka dia akan merasakan panas terbakar". Saya rasa "merasakan dibakar" mungkin terlalu berlebihan tapi kalau pikiran belum lepas sepenuhnya dari tubuh pasti ada suatu penderitaan disana


tertarik buat koment yg ini.. Ingat ya.. Yg disutta itu.. Semuanya udah anagami semasa masih hidup..  Klo di mahayana..tampaknya bahkan tidak mencapai kesucian apa pun. 6 di atas..ttg bagaimana anagami.. Menjadi Arahat, 1 terakhir yah..tetap anagami saat kematiaannya.
...

 

anything