News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

MELESTARIKAN AJARAN DHAMMA ATAU MENGHANCURKAN

Started by djoe, 02 March 2013, 09:07:50 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Top1

Quote from: Indra on 02 March 2013, 11:13:46 PM
ya yg anda posting itu sebenarnya kan untuk membantah bahwa agama Buddha adalah agama yg damai, bukan? yg pada kenyataannya ternyata juga ada konflik berdarah yg mungkin sengaja ditutup2i, seperti halnya kasus ketidak-bermoralan oknum2 "rahib" yg menurut sebagian orang seharusnya ditutup2i.

Ketidak-moralan oknum2 rahib saya setuju memang tidak perlu ditutup2in untuk aliran manapun.
Namun jika board aliran lain contohnya Mahayana, sutra-sutranya sering diolok-olok dan akhirnya OOT. Apakah jika diolok maka mereka harus terima saja bahwa sutra mereka dianggap tidak benar. Mungkin menurut aliran lain dalam hal ini theravada sutra-sutra itu tidak benar tapi setelah umat2 mahayana mempraktekkan-nya mereka merasakan manfaat-nya yah tidak harus dirubah keyakinan-nya dengan olokan dan sindiran.

Yah hal2 semacam itu harus diperhatikan. Bukan berarti tidak boleh dipertanyakan, tapi tidak perlu dengan sindiran dan olokan.

Indra

Quote from: Top1 on 02 March 2013, 11:24:35 PM
Ketidak-moralan oknum2 rahib saya setuju memang tidak perlu ditutup2in untuk aliran manapun.
Namun jika board aliran lain contohnya Mahayana, sutra-sutranya sering diolok-olok dan akhirnya OOT. Apakah jika diolok maka mereka harus terima saja bahwa sutra mereka dianggap tidak benar. Mungkin menurut aliran lain dalam hal ini theravada sutra-sutra itu tidak benar tapi setelah umat2 mahayana mempraktekkan-nya mereka merasakan manfaat-nya yah tidak harus dirubah keyakinan-nya dengan olokan dan sindiran.

Yah hal2 semacam itu harus diperhatikan. Bukan berarti tidak boleh dipertanyakan, tapi tidak perlu dengan sindiran dan olokan.

biasanya dalam menilai sutta/sutra, kami akan menelusuri asal-usulnya secara historis, apakah benar sutta/sutra itu berasal dari Sang Buddha, karena forum ini adalah forum Buddhis, maka kami hanya menerima dan menganut apa yg diajarkan Sang Buddha. jangankan ajaran yg ngaku2 ajaran Buddha, yg jelas2 ajaran agama lain pun bermanfaat bagi penganutnya, tapi itu tidak relevan di sini. karena soal bermanfaat atau tidak itu relatif dan subjektif, jadi kami tidak menggunakan patokan itu dalam penilaian kami. Ketika kami mengatakan itu tidak benar dan dibuktikan dengan fakta sejarah, tapi oleh penganutnya dianggap benar, maka silakan diklarifikasi dengan bukti2.

Top1

Bertanya itu tidak masalah, asal tidak dengan asumsi bahwa itu sudah salah.

Boleh dipertanyakan tapi penanya yang baik tidak berasumsi dahulu bahwa dia sudah benar.

Contoh thread ini yang bukan aliran : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2534.0.html

Penjelasan bro Forte dalam hal ini sangat baik :

Quote from: Forte on 04 May 2008, 09:44:45 PM
Mohon maaf jika OOT

Hm.. sedikit komplen ya buat bro Riki..
Anda di sini dalam status bertanya.. jadi anggaplah diri Anda tidak tahu.
Jadi jika Anda bertanya, lalu ada yang menjawab pertanyaan Anda, Anda idealnya menghargai jawaban itu, dan bila tidak puas dengan jawaban itu Anda bisa bertanya kembali dengan nada yang lebih sopan.

IMO, Menjudge seseorang yang menjawab pertanyaan Anda menurut pengetahuan dia dengan mengatakan dia berbuat karma buruk itu sangatlah tidak etis. Bahasa kasarnya, sudah baik pertanyaan Anda dijawab, tetapi malah dikatakan berbuat karma buruk. Ini forum diskusi, bukan forum benar / salah. Semuanya didiskusikan di sini. Kalau ada yang tidak benar maka diluruskan bukan dijudge benar dan salah.

Karena praktek Buddha Dhamma tidak hanya suci dari tidak memakan daging, tetapi juga dari menjaga ucapan dan perkataannya termasuk dalam sila ke 4 dari Pancasila Buddhis

Semoga dapat dipahami. Mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan

Indra

Quote from: Top1 on 02 March 2013, 11:35:55 PM
Bertanya itu tidak masalah, asal tidak dengan asumsi bahwa itu sudah salah.

Boleh dipertanyakan tapi penanya yang baik tidak berasumsi dahulu bahwa dia sudah benar.

Contoh thread ini yang bukan aliran : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2534.0.html

Penjelasan bro Forte dalam hal ini sangat baik :


dalam sebuah forum dengan jumlah member ribuan spt DC ini, kita tentu tidak bisa berharap bahwa semua membernya memiliki sifat dan watak serupa, dan sebenarnya para moderator yg diharapkan menjaga ketertiban forum ini pun kadang sengaja membiarkan suatu perdebatan panas, padahal mrk bisa saja me-lock atau menghapus thread itu, tentu para mod itu memiliki pertimbangan tertentu dalam hal ini. sebenarnya dari survey yg pernah dilakukan, sering kali suatu thread panas itu paling banyak digemari dan dibaca oleh para pengunjung (member/guest), ini menunjukkan bahwa thread tersebut memiliki rating tinggi. dari banyak postingan2 sampah OOT ataupun celaan, mungkin saja terdapat 1 atau 2 postingan ingin berpotensi mencerahkan pembacanya.

Top1

Quote from: Indra on 02 March 2013, 11:47:24 PM
dalam sebuah forum dengan jumlah member ribuan spt DC ini, kita tentu tidak bisa berharap bahwa semua membernya memiliki sifat dan watak serupa, dan sebenarnya para moderator yg diharapkan menjaga ketertiban forum ini pun kadang sengaja membiarkan suatu perdebatan panas, padahal mrk bisa saja me-lock atau menghapus thread itu, tentu para mod itu memiliki pertimbangan tertentu dalam hal ini. sebenarnya dari survey yg pernah dilakukan, sering kali suatu thread panas itu paling banyak digemari dan dibaca oleh para pengunjung (member/guest), ini menunjukkan bahwa thread tersebut memiliki rating tinggi. dari banyak postingan2 sampah OOT ataupun celaan, mungkin saja terdapat 1 atau 2 postingan ingin berpotensi mencerahkan pembacanya.

Dalam hal banyak hal memang saya melihat mod yang justru sengaja melempar thread panas. Baiklah jika memang demikian tujuan forum ini.

IMHO, kualitas justru lebih penting daripada kuantitas. Makanya orang yang mencapai kesucian selalu jumlahnya jauh lebih sedikit. Dengan memberi contoh bahwa debat dalam forum diwarnai Celaan, olokan atau sejenisnya, menimbulkan kesan yang kurang baik terhadap agama Buddha itu sendiri.

Baiklah jika demikian ada-nya karena anda mengatakan mungkin ada 1 atau 2 postingan yang mencerahkan. Semoga member2 yang berkualitas semakin banyak.

Indra

Quote from: Top1 on 03 March 2013, 12:02:23 AM
Dalam hal banyak hal memang saya melihat mod yang justru sengaja melempar thread panas. Baiklah jika memang demikian tujuan forum ini.

IMHO, kualitas justru lebih penting daripada kuantitas. Makanya orang yang mencapai kesucian selalu jumlahnya jauh lebih sedikit. Dengan memberi contoh bahwa debat dalam forum diwarnai Celaan, olokan atau sejenisnya, menimbulkan kesan yang kurang baik terhadap agama Buddha itu sendiri.

Baiklah jika demikian ada-nya karena anda mengatakan mungkin ada 1 atau 2 postingan yang mencerahkan. Semoga member2 yang berkualitas semakin banyak.

tentu saja, kualitas lebih penting daripada kuantitas, tapi kita juga tidak perlu membatasi kuantitas itu, bukan? seperti yg saya katakan di atas, apa yg dilakukan mod tentu saja sudah dengan pertimbangan, seseorang ditunjuk jadi mod tentu karena memiliki kualitas2 yg dianggap pantas jadi mod, itu sebabnya tidak semua orang menjadi mod. saya pribadi juga tidak setuju jika perdebatan panas atau hal2 tertentu dibungkam oleh mod, karena sebuah forum yg sepi akan menjadi tidak berguna.

mengenai harapan anda, marilah kita mulai dari diri sendiri untuk menjadi berkualitas. kalau saya perhatikan, hal yg tidak disukai member adalah jika seorang member (tanpa merujuk pada member tertentu) mulai memperlihatkan gejala2 "sakit", terutama penyakit menganggap diri sendiri lebih suci atau bahkan "overestimate" menganggap sudah mencapai tingkat kesucian tertentu.

sanjiva

Quote from: ariyakumara on 02 March 2013, 10:18:57 PM
[at] Sunya:

Dari dulu sudah ada konflik antar aliran Buddhis. Satu-satunya yang tercatat adalah dalam Mahavamsa (kitab kronologi sejarah perkembangan agama Buddha di Sri Lanka dari masa Raja Asoka sampai raja-raja Sri Lanka). Di sana ada sejarah konflik berdarah internal pada aliran Theravada Sri Lanka antara kubu Mahavihara dan kubu Abhayagiri (yang dianggap menganut ajaran Vetulavada/Mahayana)....

Bisakah diterangkan maksud dari kata konflik berdarah di atas?  Apakah artinya di situ ada bhikkhu yang membunuh bhikkhu lainnya karena berbeda paham dan penafsiran akan ajaran Sang Buddha?

Pemerhati DC dari agama samawi tentu bergembira dengan detail yang anda berikan karena akan bisa mematahkan premis bahwa agama samawi sejarahnya penuh darah sementara buddhism tidak pernah disebarkan dengan darah. Gw yakin tulisan lengkap anda bakal menjadi acuan ke depannya dalam diskusi di forum2 mereka.  ^:)^
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Top1

Quote
Kejadian-kejadian yang digambarkan dekat dengan kematian raja Mahasena sekitar tahun 304 M, yang mengikuti kemenangan Mahavihara atas musuh pahit mereka vihara Abhayagiri. Permusuhan ini telah dimulai sekitar 400 tahun sebelumnya, ketika vihara Abhayagiri, setelah didirikan oleh raja Vattagamani, menjadi rumah dari Bahalamassutissa, pengikut seorang (bernama) Mahatissa tertentu, yang dikeluarkan dari Mahavihara karena keakraban yang tidak pantas dengan umat awam. Vihara ini kemudian dianggap sebagai perpecahan dari Theravada. Abhagiri diasosiasikan dengan ajaran yang dicurigai yang diimpor dari daratan (India). Karena sedikitnya literatur mereka yang bertahan, tidak jelas bagaimana posisi ajaran mereka terlibat.

Kedua vihara menerima dukungan kerajaan sampai masa Voharika Tissa, sekitar tahun 230 M, ketika Abhagirivasin dituduh mengimpor kitab 'Vetulya'. Biasanya diduga bahwa kitab ini berhubungan dengan Mahayana, walaupun terdapat sedikit bukti langsung. Dalam segala hal, kitab-kitab ini ditindas. Tidak ada pembicaraan atas ajaran yang diajarkan atau mengapa ajaran ini sangat berbahaya. Kita mungkin dimaafkan untuk membayangkan apakah isi sebenarnya teks-teks ini semuanya relavan.

Dalam setiap kasus, buku-buku 'Vetulya' dibakar dan para bhikkhu ditindas. Mengikuti hal ini, raja Voharikatissa, Gothabhaya, dan Jetthatissa mendukung Mahavihara. Namun Abhayagiri terus-menerus membuat masalah. 60 orang bhikkhu dikeluarkan oleh raja Gothabhaya karena menganut Vetullavada; ini digambarkan dalam Mahavamsa sebagai 'duri dalam agama sang Penakluk', sama persis seperti Dipavamsa menyebut Vajjiputtaka dan pemecah belah lainnya 'duri dalam pohon banyan'. Agak belakangan kemudian, Nikayasangraha dari Dharmakirti (abad ke-14) mengubah analogi tulisan ini menjadi sejarah, dengan mengakui bahwa sekitar tahun 32 M, beberapa saat setelah Abhayagiri didirikan, sekelompok bhikkhu Vajjiputtaka dibawah kepemimpinan seorang (bernama) Dharmaruci tertentu, datang ke Sri Lanka dan, ditolak oleh Mahaviraha, menemukan dukungan di Abhayagiri. Inilah para Vajjiputtaka/Mahasanghika yang lalai (mematuhi Vinaya).

Namun segera keadaan berubah. Seorang bhikkhu bernama Sanghamitta tiba dari India. Digambarkan dalam warna yang paling gelap oleh Mahaviharavasin, bhikkhu ini menolong Abhayagiri untuk mengelompokkan diri kembali. Ia ditolak oleh raja Jetthatissa dan kembali ke India; tetapi saat naik tahtanya Mahasena ia kembali dan mengadakan upacara penobatan untuk sang raja. Di bawah pengaruh Sanghamitta raja Mahasena memperlakukan dengan kejam Mahavihara: para bhikkhu diusir keluar dari vihara selama sembilan tahun, dan Abhayagirivasin bersama dengan menteri yang jahat Sona, melucuti Mahavihara dari harta kekayaannya untuk menghiasi Abhayagiri. Pendukung Mahavihara sangat gempar sehingga seorang menteri bernama Meghavannabhaya mengundurkan diri ke wilayah Malaya, di mana para Mahaviharavasin berdiam dalam pengasingan, mengumpulkan bala tentara dan berjaga-jaga di ibukota. Namun hari-hari itu adalah hari-hari yang bersifat ksatria. Menteri yang memberontak merenungkan bahwa ia tidak seharusnya makan jauh dari sahabat baiknya sang raja, maka pada malam menjelang pertempuran mereka berbagi sarapan. Raja bertanya mengapa Meghavannabhaya bermaksud berperang, dan ia menjawab bahwa ia tidak dapat menahan diri melihat penghancuran Mahavihara. Raja dengan bijaksana meminta maaf dan berjanji untuk membangun kembali Mahavihara: teladan yang mengagumkan bagi mereka yang akan melancarkan perang suci saat ini. Namun salah satu istri raja sangat bersedih sehingga ia memerintahkana Sanghamitta dan Sona dibunuh. Abhayagiri kemudian dilucuti untuk menghias Mahavihara.

Kejadian ini berujung dengan kematian Mahasena. Mahavamsa, dalam terjemahan Geiger, berakhir dengan kata-kata: 'Demikianlah ia mengumpulkan bagi dirinya sendiri banyak kebajikan dan banyak kesalahan," yang sangat sempurna membungkus dunia moral dari kronologi Sri Lanka yang mendalam dan ambigu. Selama ini kita melihat sebuah kesetiaan yang asli terhadap cita-cita Dhamma, Sementara terdapat sedikit bukti penembusan ajaran yang lebih maju dan prakteknya melalui kebudayaan tersebut, raja masih membuat usaha yang gigih untuk hidup sesuai dengan cita-cita raja bajik seperti yang diwakili oleh raja Asoka. Namun permintaan pemerintah tidak dapat dielakkan lagi berkompromi dengan cita-cita luhur ini. Setelah dengan dekat menjalin konsepsi agama Buddha mereka dengan bangsa Sri Lanka, Sangha menemukan bahwa tidak mungkin mempertahankan kemerdekaan dari arena politik. Sementara kita tidak dapat menerima semua yang kita temukan dalam halaman-halaman berdarah ini, kita harus mengingat bahwa sejarah adalah seperti ini, di mana pun, setiap waktu. Pada keseluruhan Sri Lanka tidak lebih buruk dari yang lain, dan mungkin lebih baik daripada yang terburuk. Tidak diragukan lagi tradisi Buddhis lainnya telah menghadapi pilihan yang pahit dan perjuangan yang berbahaya. Perbedaannya bahwa kita tidak mengetahui apa pun tentang mereka, karena Sinhala (orang Sri Lanka) satu-satunya umat Buddha dari India kuno yang memelihara literatur sejarah. Literatur tersebut menegaskan bahwa tanpa beberapa kali kekerasan yang mendukung, agama Buddha tidak akan dapat bertahan. Sementara kita harus menyesali kekerasan tersebut, kita tidak dapat menyangkal bahwa tradisi, termasuk teks-teks yang mengatakan pada kita kisah ini, kenyataannya telah bertahan sedangkan yang lain gagal.

[dst....]

Mahavamsa melukiskan raja Dutthagamani yang dikuasai rasa bersalah kembali dari medan perang dan mencari pelipur lara dari Sangha karena membunuh ribuan orang dalam pertempuran, seperti halnya Asoka mencari pelipur lara dari Moggaliputtatissa karena pembunuhan para bhikkhu Asokarama, atau Ajatasattu mencari pelipur lara dari Sang Buddha karena membunuh ayahnya raja Bimbisara. Para arahanta meyakinkan raja bahwa ia tidak perlu merasa sangat menyesal, karena ia sesungguhnya hanya membunuh satu setengah orang: satu orang yang menjalankan lima pelatihan (Pancasila), setengahnya (adalah orang yang) mengambil Tiga Perlindungan (Tisarana). Sisanya tidak dianggap. Seperti semua mitos yang baik, kisah ini tidak lekang oleh waktu; oleh sebab itu kisah ini menjadi sentral bagi dasar pembenaran Sangha Sri Lanka atas perang melawan bangsa Tamil.

Versi lain pernah bahas di DC ada di thread ini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,18007.0.html

Sunya


Sunya

Quote from: Indra on 03 March 2013, 12:12:21 AMmengenai harapan anda, marilah kita mulai dari diri sendiri untuk menjadi berkualitas. kalau saya perhatikan, hal yg tidak disukai member adalah jika seorang member (tanpa merujuk pada member tertentu) mulai memperlihatkan gejala2 "sakit", terutama penyakit menganggap diri sendiri lebih suci atau bahkan "overestimate" menganggap sudah mencapai tingkat kesucian tertentu.

Saya kira itu urusan pribadi yang bersangkutan. Yang lebih penting adalah esensi dari dialog/diskusi, bukan urusan pribadi para anggota.  Rasa senang tidak senang itu relatif, bukan parameter yang ilimah dan obyektif. _/\_

adi lim

#25
Quote from: Sunya on 03 March 2013, 05:38:06 AM
Saya kira itu urusan pribadi yang bersangkutan. Yang lebih penting adalah esensi dari dialog/diskusi, bukan urusan pribadi para anggota.  Rasa senang tidak senang itu relatif, bukan parameter yang ilimah dan obyektif. _/\_

ini pembelaan yang mengatakan tidak terjadi konflik
umumnya konflik berawal dari urusan pribadi.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

seniya

Quote from: sanjiva on 03 March 2013, 01:22:18 AM
Bisakah diterangkan maksud dari kata konflik berdarah di atas?  Apakah artinya di situ ada bhikkhu yang membunuh bhikkhu lainnya karena berbeda paham dan penafsiran akan ajaran Sang Buddha?

Pemerhati DC dari agama samawi tentu bergembira dengan detail yang anda berikan karena akan bisa mematahkan premis bahwa agama samawi sejarahnya penuh darah sementara buddhism tidak pernah disebarkan dengan darah. Gw yakin tulisan lengkap anda bakal menjadi acuan ke depannya dalam diskusi di forum2 mereka.  ^:)^

Quote from: Top1 on 03 March 2013, 02:05:08 AM
Versi lain pernah bahas di DC ada di thread ini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,18007.0.html


Yang dikutip sdr. Top1 itu dari buku Sects and Sectarianisme oleh Bhikkhu Sujato, juga sudah pernah dibahas di DC maupun forum Buddhis tetangga.....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Indra

Quote from: Sunya on 03 March 2013, 05:38:06 AM
Saya kira itu urusan pribadi yang bersangkutan. Yang lebih penting adalah esensi dari dialog/diskusi, bukan urusan pribadi para anggota.  Rasa senang tidak senang itu relatif, bukan parameter yang ilimah dan obyektif. _/\_

saya kira bagaimana forum ini berjalan adalah urusan mod. yg lebih penting adalah bagaimana mod menilai mana yg urusan pribadi dan mana yg ilimiah [sic] dan obyektif. tapi secara umum, acuan yg digunakan di sini adalah " "Hal-hal ini adalah bermanfaat; hal-hal ini adalah tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dijalankan dan dipraktikkan, akan mengarah menuju kesejahteraan dan kebahagiaan," maka tulisan yg memenuhi kriteria begini akan diterima oleh para member. Sebaliknyanya postingan yg "gue adalah orang suci, maka kalian harus percaya gue", tulisan spt ini hanya dianggap tulisan "orang sakit" di sini

Indra

Quote from: Sunya on 03 March 2013, 05:31:28 AM
Ditanya malah bertanya balik.  ^-^

setidaknya anda tidak protes dengan panggilan "mbak" yg mengindikasikan bahwa panggilan ini setidaknya lebih baik daripada "OM"