Saya sangat mengerti mungkin ini sangat sulit diterima senior kuntho, harus dibedakan, leluhur adalah pribadinya (manusia), dalam hal ini bisa ama, akong, tuaie, atau orang yang telah meninggal dan meninggalkan tradisi keluarga turun temurun. Yang saya tekankan adalah membuang tata cara agama lama, dalam agama kr****n memang tidak ada tata cara pegang hio, meja sembahyang dan lainnya, tetapi menghormati leluhur (pribadinya) itu pasti. Jika pribadi yang bersangkutan merasa tidak harus mengikuti tata cara kebiasaan leluhur yang menurut dia tidak sesuai dengan ajaran agama dia yang baru maka harus dihormati. Sama seperti saat seorang kr****n yang memeluk agama budha, bukankah harus mengikuti tata cara agama buddha?
Nah, anda tidak melihat perbedaan yang mana agama, yang mana budaya. Jika seorang Kr1sten meminta keselamatan dari Kwan Kong, itu memang ngaco. Tapi seorang Kr1sten tidak akan menjadi 'bukan-Kr1sten' hanya dengan pegang hio, bukan? Anda tidak akan menjadi 'non-Kr1sten' dengan memajang foto orang tua di meja (altar), bukan? Ataukah anda mengambil secara literal "biarkan orang mati mengubur orang mati"? Saya harap tidak yah. Setahu saya beberapa pandangan dari Kr1sten sudah mulai terbuka dalam melihat hal ini. Famili saya yang Kr1sten 'fanatik' (dari Abbalove) pun tetap makan makanan sembahyang. Menurutnya, "makanan yah makanan." Sikap tidak picik begini yang saya hormati, apapun agamanya.
Kalau anda memeluk islam pun hal ini akan terjadi dan saya bisa pastikan itu, jadi menurut saya yang anda katakan diatas itu kurang tepat. Mohon maaf jika memang janggal penjelasannya.
God bless...^^
Entahlah dengan Isl4m, namun yang jelas di Buddhisme yang ditekankan adalah pengertian, bukan ritual, budaya, dan kebiasaan. Oleh karena itu hal-hal yang tidak bertentangan dengan moralitas, bagi Buddhisme tetap boleh dijalankan, apapun bentuknya. Yang penting, seorang Buddhis memahami dan melihatnya dengan pandangan benar.