News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Apa motivasi seseorang berpacaran?

Started by Sumedho, 09 March 2012, 03:36:37 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

seniya

Quote from: Kelana on 01 April 2012, 10:41:46 AM
Tanha, Sdr. Sumedho. Menurut saya, tanha adalah motivasi seseorang berpacaran.
Ada pepatah Jawa : Witing tresno jalaran soko kulino - Asmara tumbuh karena keterbiasaan.

Kata 'tresno' berasal dari kata 'tresna' dan dalam bahasa Sanskerta yaitu 'trsna', dan dalam bahasa Pali yaitu 'tanha'.
Dengan demikian tanha berasal dari keterbiasaan.

Jika kita mengaitkannya dengan Paticcasamuppāda,
tanha muncul karena vedana (perasaan),
vedana muncul karena phassa (kesan-kesan/kontak)...dst

Karena seseorang sering dan sering melakukan kontak terhadap sesuatu sehingga menjadi keterbiasaan, maka timbullah perasaan, dan kemudian timbullah tanha. Dari tanha timbullah upadana (kemelekatan).

Karena tanha (kehausan, kerinduan) seseorang menginginkan sesuatu yang menyenangkan dirinya, ia memilih apa-apa saja yang ia anggap sukai. Suka melihat fisik cantik/tampan, bahkan yang unyu-unyu, dan ia ingin untuk tetap dapat melihatnya lagi dan lagi. Bukan hanya fisik seseorang tapi suara, sentuhan, aroma, pikiran dapat membuat seseorang ingin lagi dan lagi.

Agar tidak berpisah lama, tidak direbut oleh orang lain, maka seseorang ingin hal-hal tersebut menjadi miliknya. Ketika keinginannya tersebut disambut oleh orang yang dituju dengan alasan yang sama atau berbeda maka terjadilah hubungan, pacaran.

Dan tanha tidak hanya kehausan akan fisik, tapi juga bisa haus akan nama baik atau kehormatan. Haus akan nama baik juga bisa menjadi alasan seseorang berpacaran. Karena ingin namanya bersih di antara teman-temannya yang semuanya sudah berpacaran, seseorang berusaha keras mencari pacar.

Berdasarkan hal di atas maka saya sampaikan tanha adalah motivasi seseorang berpacaran.

Evam


Setuju sekali....

Sebab akibat yang saling bergantungan (paticcasamuppada) timbulnya cinta:

Bergantung pada pandangan pertama, timbul kontak.
Bergantung pada kontak, timbul perasaan.
Bergantung pada perasaan, timbul keinginan.
Bergantung pada keinginan,  timbul cinta.
Bergantung pada cinta, timbul proses jadian.
Bergantung pada proses jadian, timbul keterikatan
Demikianlah asal mula dari keseluruhan kumpulan suka duka ini.

Just intermezzo... :)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

bawel

Quote from: Rina Hong on 01 April 2012, 12:29:21 PM
:) Bro Bahkan akan ada 1000 yang lebih baik dari saya, yang akan mengantri untuk jadi pasangan Bro.

kunci nya ada di anda, anda ingin menjadi orang yang "merendah" atau ingin menjadi "idola" para wanita.   ^-^

wah... wah..  wah...  :)).

saya cukup 'merendah' saja deh, bisa kurus kering saya kalo harus menghadapi 1000 wanita =)).

cumi polos

Quote from: tommy88lim on 18 March 2012, 08:08:20 PM
kalau ada cewek yang ciuman pertamanya diberikan kepada cowok.
bahkan keperawanannya juga diberikan kepada cowok.
tapi ga mau pacaran dan ga mau dinikahi cowok yang melakukan hubungan dengannya.
padahal cowok itu mau bertanggungjawab dan menikahinya.
itu apa motivasinya?

berarti cewek tsb masih ada pilihan lain yg lebih bagus
berarti cewek tsb gak mau sama cowok yg merusak segelnya dia....habis yg jojos segel juga sih cowok... _/\_
merryXmas n happyNewYYYY 2018

febrianariya94

bisa karena nafsu yang bergejolak, bisa karena penasaran, bisa hanya karena ikut-ikutan kawan, dan bisa juga karena malu diledek sama kawannya karena JOMBLO, makannya pacaran.

kasus yang terakhir itu terjadi sama saya. hahaha

Shasika

Quote from: Kelana on 01 April 2012, 10:41:46 AM
Tanha, Sdr. Sumedho. Menurut saya, tanha adalah motivasi seseorang berpacaran.
Ada pepatah Jawa : Witing tresno jalaran soko kulino - Asmara tumbuh karena keterbiasaan.

Kata 'tresno' berasal dari kata 'tresna' dan dalam bahasa Sanskerta yaitu 'trsna', dan dalam bahasa Pali yaitu 'tanha'.
Dengan demikian tanha berasal dari keterbiasaan.

Jika kita mengaitkannya dengan Paticcasamuppāda,
tanha muncul karena vedana (perasaan),
vedana muncul karena phassa (kesan-kesan/kontak)...dst

Karena seseorang sering dan sering melakukan kontak terhadap sesuatu sehingga menjadi keterbiasaan, maka timbullah perasaan, dan kemudian timbullah tanha. Dari tanha timbullah upadana (kemelekatan).

Karena tanha (kehausan, kerinduan) seseorang menginginkan sesuatu yang menyenangkan dirinya, ia memilih apa-apa saja yang ia anggap sukai. Suka melihat fisik cantik/tampan, bahkan yang unyu-unyu, dan ia ingin untuk tetap dapat melihatnya lagi dan lagi. Bukan hanya fisik seseorang tapi suara, sentuhan, aroma, pikiran dapat membuat seseorang ingin lagi dan lagi.

Agar tidak berpisah lama, tidak direbut oleh orang lain, maka seseorang ingin hal-hal tersebut menjadi miliknya. Ketika keinginannya tersebut disambut oleh orang yang dituju dengan alasan yang sama atau berbeda maka terjadilah hubungan, pacaran.

Dan tanha tidak hanya kehausan akan fisik, tapi juga bisa haus akan nama baik atau kehormatan. Haus akan nama baik juga bisa menjadi alasan seseorang berpacaran. Karena ingin namanya bersih di antara teman-temannya yang semuanya sudah berpacaran, seseorang berusaha keras mencari pacar.

Berdasarkan hal di atas maka saya sampaikan tanha adalah motivasi seseorang berpacaran.

Evam
Apakah pengalaman pribadi demikian ?
Saya pribadi tidak setuju, karena ada yang TERPAKSA DIJODOHKAN, ada YANG DEMI CINTA TULUS MURNI....
Jadi bukan Tanha semata, kalo kemelekatan belum tentu ada tanha awalnya, terbukti Pangeran Siddhatta melekat terus dalam kelahirannya sebanyak 450 kali dengan Putri Yasodhara.
I'm an ordinary human only

DeNova

Quote from: Shasika on 07 December 2013, 07:21:47 PM
Apakah pengalaman pribadi demikian ?
Saya pribadi tidak setuju, karena ada yang TERPAKSA DIJODOHKAN, ada YANG DEMI CINTA TULUS MURNI....
Jadi bukan Tanha semata, kalo kemelekatan belum tentu ada tanha awalnya, terbukti Pangeran Siddhatta melekat terus dalam kelahirannya sebanyak 450 kali dengan Putri Yasodhara.

yang baru WITING TRESNO JALARAN SOKO ARTO LAN BONDHO...  :whistle: :whistle: :whistle:  ^-^ ^-^ ^-^ ^-^
;D ;D

seniya

Quote from: Shasika on 07 December 2013, 07:21:47 PM
Apakah pengalaman pribadi demikian ?
Saya pribadi tidak setuju, karena ada yang TERPAKSA DIJODOHKAN, ada YANG DEMI CINTA TULUS MURNI....
Jadi bukan Tanha semata, kalo kemelekatan belum tentu ada tanha awalnya, terbukti Pangeran Siddhatta melekat terus dalam kelahirannya sebanyak 450 kali dengan Putri Yasodhara.

Kemelekatan tak bukan dan tak lain muncul dari tanha:

"Dan apakah, para bhikkhu, kemunculan bergantungan? Dengan ketidaktahuan sebagai kondisi, bentukan-bentukan kehendak [muncul];[1] dengan bentukan-bentukan kehendak sebagai kondisi, kesadaran; dengan kesadaran sebagai kondisi, nama-dan-bentuk; dengan nama-dan-bentuk sebagai kondisi, enam landasan indria; dengan enam landasan indria sebagai kondisi, kontak; dengan kontak sebagai kondisi, perasaan; dengan perasaan sebagai kondisi, ketagihan; dengan ketagihan sebagai kondisi, kemelekatan; dengan kemelekatan sebagai kondisi, penjelmaan; dengan penjelmaan sebagai kondisi, kelahiran; dengan kelahiran sebagai kondisi, penuaan-dan-kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan muncul. Demikianlah asal-mula dari keseluruhan kumpulan penderitaan. Ini, para bhikkhu, disebut kemunculan bergantungan.
(SN 12.1)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Shasika

Quote from: DeNova on 07 December 2013, 10:36:52 PM
yang baru WITING TRESNO JALARAN SOKO ARTO LAN BONDHO...  :whistle: :whistle: :whistle: ^-^ ^-^ ^-^ ^-^
;D ;D
=)) =)) =))

Emang sis, sekarang udh menjadi motto dimana2 cukup realistis tapi memprihatinkan  :( :(


Quote from: Shinichi on 07 December 2013, 10:46:06 PM
Kemelekatan tak bukan dan tak lain muncul dari tanha:

"Dan apakah, para bhikkhu, kemunculan bergantungan? Dengan ketidaktahuan sebagai kondisi, bentukan-bentukan kehendak [muncul];[1] dengan bentukan-bentukan kehendak sebagai kondisi, kesadaran; dengan kesadaran sebagai kondisi, nama-dan-bentuk; dengan nama-dan-bentuk sebagai kondisi, enam landasan indria; dengan enam landasan indria sebagai kondisi, kontak; dengan kontak sebagai kondisi, perasaan; dengan perasaan sebagai kondisi, ketagihan; dengan ketagihan sebagai kondisi, kemelekatan; dengan kemelekatan sebagai kondisi, penjelmaan; dengan penjelmaan sebagai kondisi, kelahiran; dengan kelahiran sebagai kondisi, penuaan-dan-kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan muncul. Demikianlah asal-mula dari keseluruhan kumpulan penderitaan. Ini, para bhikkhu, disebut kemunculan bergantungan.
(SN 12.1)
Ini berdasarkan sutta memang demikian tapi maksud saya beliau itu menjadi melekat hingga 450 kali kelahiran selalu bersama tidak terpisahkan hingga ajal menjemput, itu lebih disebabkan karena PARAMI mereka dan addhitthana (persembahan bunga teratai kepada Buddha Dipankara).
I'm an ordinary human only

seniya

Quote from: Shasika on 07 December 2013, 10:57:51 PM


Ini berdasarkan sutta memang demikian tapi maksud saya beliau itu menjadi melekat hingga 450 kali kelahiran selalu bersama tidak terpisahkan hingga ajal menjemput, itu lebih disebabkan karena PARAMI mereka dan addhitthana (persembahan bunga teratai kepada Buddha Dipankara).

Saya rasa tidak ada bedanya kemelekatan tsb karena juga bermula dari tanha, tanha bermula dari vedana, vedana bermula dari phassa, dst yang pada akhirnya berakar dari avijja. Ingat, seorang Bodhisatta pun belum bebas dari avijja karena belum tercerahkan (setidaknya dalam konsep Buddhisme awal).
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Shasika

Quote from: Shinichi on 07 December 2013, 11:11:09 PM
Saya rasa tidak ada bedanya kemelekatan tsb karena juga bermula dari tanha, tanha bermula dari vedana, vedana bermula dari phassa, dst yang pada akhirnya berakar dari avijja. Ingat, seorang Bodhisatta pun belum bebas dari avijja karena belum tercerahkan (setidaknya dalam konsep Buddhisme awal).
Kisah ini memang tidak di Sutta tp di kitab komentar, namun Buddha Dipankara aja udah jelas menyatakan disana bahwa mereka akan selalu bersama hingga mencapai keBuddhaan karena PARAMI dan ADDHITTHANA.

Point saya adalah CARILAH pasangan yang memiliki TINGKAT KEYAKINAN YANG SAMA dalam Dhamma. Saya rasa cocok sesuai judul thread, jangan hanya mengejar dari penampilan fisik semata (penampilan sekarang bisa PALSU banyak operasi plastik yang murah2 sekarang).
I'm an ordinary human only

seniya

Quote from: Shasika on 07 December 2013, 11:18:24 PM
Kisah ini memang tidak di Sutta tp di kitab komentar, namun Buddha Dipankara aja udah jelas menyatakan disana bahwa mereka akan selalu bersama hingga mencapai keBuddhaan karena PARAMI dan ADDHITTHANA.

Baiklah, anggap saja benar spt yg dikatakan oma. Sekarang, apakah bedanya kemelekatan biasa (krn tanha) dengan kemelekatan krn parami? Apakah melekat dg parami lebih baik drpd melekat krn tanha?

QuotePoint saya adalah CARILAH pasangan yang memiliki TINGKAT KEYAKINAN YANG SAMA dalam Dhamma. Saya rasa cocok sesuai judul thread, jangan hanya mengejar dari penampilan fisik semata (penampilan sekarang bisa PALSU banyak operasi plastik yang murah2 sekarang).

:outoftopic:

Judul thread sudah sangat jelas bahwa yang dibahas adalah apakah motivasi yang mendorong orang mencari pasangan, bukan membahas bagaimana mencari pasangan secara Buddhis. Dan secara Buddhis sudah jelas apa pun bentuk cinta antara dua sejoli adalah kemelekatan (upadana) yang berlandaskan keinginan/ketagihan (tanha), bahkan cinta antara seorang Bodhisatta dan pasangannya.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

wirya

Quote from: Kelana on 01 April 2012, 10:41:46 AM
Tanha, Sdr. Sumedho. Menurut saya, tanha adalah motivasi seseorang berpacaran.
Ada pepatah Jawa : Witing tresno jalaran soko kulino - Asmara tumbuh karena keterbiasaan.

Kata 'tresno' berasal dari kata 'tresna' dan dalam bahasa Sanskerta yaitu 'trsna', dan dalam bahasa Pali yaitu 'tanha'.
Dengan demikian tanha berasal dari keterbiasaan.

Jika kita mengaitkannya dengan Paticcasamuppāda,
tanha muncul karena vedana (perasaan),
vedana muncul karena phassa (kesan-kesan/kontak)...dst

Karena seseorang sering dan sering melakukan kontak terhadap sesuatu sehingga menjadi keterbiasaan, maka timbullah perasaan, dan kemudian timbullah tanha. Dari tanha timbullah upadana (kemelekatan).

Karena tanha (kehausan, kerinduan) seseorang menginginkan sesuatu yang menyenangkan dirinya, ia memilih apa-apa saja yang ia anggap sukai. Suka melihat fisik cantik/tampan, bahkan yang unyu-unyu, dan ia ingin untuk tetap dapat melihatnya lagi dan lagi. Bukan hanya fisik seseorang tapi suara, sentuhan, aroma, pikiran dapat membuat seseorang ingin lagi dan lagi.

Agar tidak berpisah lama, tidak direbut oleh orang lain, maka seseorang ingin hal-hal tersebut menjadi miliknya. Ketika keinginannya tersebut disambut oleh orang yang dituju dengan alasan yang sama atau berbeda maka terjadilah hubungan, pacaran.

Dan tanha tidak hanya kehausan akan fisik, tapi juga bisa haus akan nama baik atau kehormatan. Haus akan nama baik juga bisa menjadi alasan seseorang berpacaran. Karena ingin namanya bersih di antara teman-temannya yang semuanya sudah berpacaran, seseorang berusaha keras mencari pacar.



Berdasarkan hal di atas maka saya sampaikan tanha adalah motivasi seseorang berpacaran.

Evam


Kelana
Itu bukan tanha
Itu adalah jati
Mbahnya tanha.

Kenapa jati
Karena jika diukur
Dengan alat osiloskop
Amplitudonya besaaar sekali.
Lebih keras daripada
Orang yg sudah menikah lama
Dan sudah punya anak.


tesla

Quote from: Sumedho on 09 March 2012, 04:43:07 PM
[at] MT & RT: pergaulan maksudnya temen2 dah pacaran, jadi ikut2an pacaran. kek trend gitu

[at] M: tapi kalo prakteknya, yah setidaknya utk kita2, mo pacaran itu aimnya not always bukan mau "have sex" sih, yah tapi ada kenal ama yg gitu sih hehehe

[at] Tesla: bookin n assesment buat apaan?


Maaf kalau udah kelamaan...

To the point nya,  siap pacaran kan mau nikah.

Udah nikah mau meneruskan DNA.

Setelah itu merawat DNA sampai bisa meneruskan DNA lagi ;P
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

cumi polos

motivasi pacaran udah tentu tertanam didalam "otak" kita...
karna itulah jalur utk meneruskan keturunan.....

sewaktu menggenggam tangan pacar/cewek yg begitu lembut dan mulus...
terasa ENAK... itulah udah terprogram sejak awal...supaya kita
akan bertanggung jawab utk meneruskan keturuanan....

semua udah terprogram... supaya kita tertarik pada lawan jenis.... :P
klo tdk, tentu specis tsb akan PUNAH!
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Mas Tidar

biru:
saya ndak nyambung blas hubungannya antara menggenggam tangan ce yang begitu lembut dan mulus
bisa berakhibat bertanggung jawab untuk meneruskan keturunan.
gimana caranya ? ???

bagaimana kalau tangan si ce itu kasar karena dia atlet angkat besi atau sering menyapu/mengepel ?
apakah tidak perlu bertanggung jawab ketika menggenggam tangan dengan tangan yang kasar tersebut dan
apa kah masih perlu dipertanggung jawabkan untuk meneruskan keturunan dengan ce bertangan kasar ?


Quote from: cumi polos on 07 December 2014, 08:49:25 PM
motivasi pacaran udah tentu tertanam didalam "otak" kita...
karna itulah jalur utk meneruskan keturunan.....

sewaktu menggenggam tangan pacar/cewek yg begitu lembut dan mulus...
terasa ENAK... itulah udah terprogram sejak awal...supaya kita
akan bertanggung jawab utk meneruskan keturuanan....

semua udah terprogram... supaya kita tertarik pada lawan jenis.... :P
klo tdk, tentu specis tsb akan PUNAH!
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha