Saya dulu mengenal agama Buddha sejak SMP wkt pertama kali ikut kebaktian vihara aliran Mahayana. Lalu SMA mulai malas dan akhirnya gak pernah pergi vihara sama sekali. Menjelang lulus SMA ada keluarga yg ngajak ke vihara aliran Maitreya. Wkt itu gak tau ajaran Maitreya spt apa.
Krn udah lama jg gak aktif di vihara, maka saya ikut sidang Dharma 3 hari di sana. Lalu abis dr itu ikut kelas mereka setiap minggu. Hingga akhirnya waktu kuliah menyadari ketidaksesuaian ajaran mereka dg ajaran Buddha yg sebenarnya. Ada teman dekat yg satu kampus jg yg aktif di sana. Saat itu mulai2 tdk aktif lg di sana dan akhirnya tdk pergi lg ke sana sampai lulus kuliah. Sedangkan teman tsb udh jd penyebar ajaran Maitreya ke India.
Nah, wkt tahun baru Imlek kmrn, teman tsb pulang ke Indonesia & ada berkunjung ke rmh. Ia menanyakan mengapa tdk aktif ke vihara lg. Saya jawab dg tdk berkata sebenarnya bhw saya bnyk kerjaan dan kadang kala malas,apalagi gak ada teman baik lg spt dia. Tetapi sepertinya ia tahu alasan sebenarnya saya tdk ke sana lg. Mgkn dr FB jg krn saya sering posting kutipan2 dari sutta Pali. Ia mengatakan bhw smua aliran Buddhis sesungguhnya mengakui Maitreya sbg Buddha berikutnya dan aliran Maitreya merintis jalan bg kemunculan Maitreya tsb, jd gak bertentangan dg ajaran aliran Buddhis mana pun. Krn tdk bermaksud utk berdebat/mendiskusikan mana yg benar/salah, saya tdk bnyk menanggapinya,apalg suasananya msh sincia. Trus ia bertanya pendapatku: saat ia pergi ke Bodhgaya di India ia melihat 2 org bhikkhu, satu duduk bermeditasi di bawah pohon, satu lg setiap satu langkah menuju ke Mahabodhi bersujud 1 kali. Mana yg lbh baik di antara keduanya?
Saya jawab yg duduk bermeditasi. Tak kukira ternyata dia menyetujui hal ini (biasanya org2 Maitreya lbh mengutamakan ritual drpd meditasi), alasannya krn pembinaan org yg bermeditasi lbh tinggi drpd org yg melakukan ritual. Tampaknya ia berusaha melunakkan hatiku.
Akhirnya ketika ia akan berangkat ke India, ia berpesan agar kembali aktif ke vihara. Saya tersenyum sambil menjawab, "Akan kuusahakan la" (ini termasuk musavada kali ya?). Krn tdk mau menyinggung hatinya, apalagi jika bs berakibat pd putusnya persahabatan kami, saya tdk bisa mengatakan yg sebenarnya bhw saya merasa ajaran aliran Maitreya itu bukan Buddhis. Juga dlm keluarga kami ada paman yg menjd pandita di sana shg rasanya tdk etis mengatakan hal demikian (Sang paman jg menanyakan knp tdk dtg lg ke vihara wkt ia berkunjung ke rumah saat sincia).
Bagaimana saya hrs bersikap thd mereka, satu teman baik, satu keluarga sendiri?
Kemudian dlm wkt dekat mereka akan mengadakan bazar vegetarian dan membutuhkan bantuan tenaga. Biasanya tiap tahun saya bantu. Saya pikir ya utk membantu2 kegiatan mereka toh gak masalah. Tetapi dlm Dhammapada Atthakatha ada kisah ttg bhikkhu yg bergaul dg para pengikut Devadatta & sering mengunjungi vihara mereka; walau sang bhikkhu tdk menganut ajaran mereka, Sang Buddha tetap menegurnya dg alasan org2 akan menganggap bhikkhu tsb pengikut Devadatta. Bgmn menurut teman2 se-Dhamma? Apakah kita jg tdk boleh membantu kegiatan vihara mereka?