Tidak ada jalan menuju kebenaran, dan tidak ada dua kebenaran. Kebenaran bukan dari masa lampau atau masa kini, ia bebas dari waktu [timeless]; dan orang yang mengutip kebenaran dari Buddha, dari Shankara, dari Kristus, atau yang sekadar mengulang-ulang apa yang saya katakan, tidak akan menemukan kebenaran, oleh karena pengulangan bukanlah kebenaran. Pengulangan adalah kebohongan. Kebenaran adalah suatu keberadaan yang muncul ketika pikiran—yang mencoba memilah-milah, yang menjadi eksklusif, yang hanya bisa berpikir dari sudut hasil, pencapaian—berakhir. Hanya di situ ada kebenaran. Batin yang berupaya, mendisiplinkan dirinya untuk mencapai suatu tujuan, tidak bisa mengenal kebenaran, oleh karena tujuan itu adalah proyeksi dirinya sendiri, dan mengejar proyeksi itu, betapa pun mulianya, adalah suatu bentuk pemujaan diri. Orang seperti itu memuja dirinya sendiri, dan dengan demikian ia tidak dapat mengenal kebenaran. Kebenaran hanya bisa dikenal apabila kita memahami seluruh proses pikiran, artinya, apabila tidak ada lagi pergulatan.
J. Krishnamurti: "The Book of Life"
SEMAR:
Di sinilah letak perbedaan antara agama dan meditasi (sadar/eling), agama apa pun termasuk Agama Buddha. Agama berisi doktrin, yang dihafalkan, diingat-ingat, diulang-ulang. Meditasi, yang mengembangkan sadar/eling, justru mengamati pikiran, yang menjadi instrumen utama dari agama, sampai pikiran itu berhenti dengan sendirinya.