Kata kunci dalam posting Anda adalah 'pegangan/penunjuk arah' ... Memang itulah yang diberikan agama--termasuk Agama Buddha--kepada penganutnya ... karena manusia takut memikirkan masa depan yang penuh ketidakpastian. ... Jadi 'agama' dengan 'pegangan/penunjuk arah'-nya adalah untuk memenuhi kebutuhan ego/atta/aku. ...
Kata 'kepercayaan' itu sendiri digunakan untuk hal-hal yang kita sendiri tidak tahu, tapi merasa perlu untuk berpegang kepadanya sebagai "kebenaran" ... misalnya percaya pada "Tuhan", percaya pada "Nibbana", percaya pada "Pencerahan Sang Buddha" ... dst.
Untuk "kualitas koneksi internet" sebetulnya tidak tepat digunakan kata "percaya", melainkan "tahu" sekalipun tahu itu tidak 100% pasti, tetapi cukup tinggi probabilitas kebenarannya berdasarkan pengalaman di masa lampau. Sebetulnya "pengetahuan" yang kita gunakan untuk hidup sehari-hari, untuk membuat planning, manajemen dsb tidak pernah ada yang pasti 100%, masing-masing mempunyai taraf ketidakpastian tertentu, tetapi kita tetap menggunakannya untuk mengambil keputusan (decision making), dan kita tidak menyebutnya "kepercayaan". ... Jadi mohon jangan "percaya" dan "tahu" dicampuradukkan.
Kembali kepada 'percaya' yang kita gunakan untuk hal-hal yang bersifat batiniah, memang susah 'dipikirkan' bagaimana hidup tanpa 'percaya' ... pertama, karena 'memikirkan, membayangkan' itu sendiri adalah fungsi/gerak si aku, yang sebenarnya takut menghadapi keadaan itu ... kedua, 'hidup tanpa kepercayaan' itu sendiri hanya mungkin dialami kalau si aku ini sudah runtuh, hidup itu mengalir apa adanya, tanpa tujuan, harapan, usaha, semangat untuk diri sendiri. ... Ini yang tidak akan pernah bisa dipahami oleh si aku dengan pikirannya.
Sang Buddha dan para arahat, setelah mencapai Pencerahan Terakhir ... untuk apa lagi mereka hidup di dunia? ... Jelas si aku & pikiran ini tidak bisa memahaminya. ... Para arahat bilang: "Khina jati, vusitam brahmacariyam, katam karaniyam, na param itthataya'ti" ("Berakhir sudah kelahiran ini, sempurna sudah kehidupan suci, selesai sudah apa yang harus dikerjakan, tidak ada apa-apa lagi yang perlu dikerjakan.") ... Lalu untuk apa hidup??? Untuk apa sa-upadisesa nibbana itu? ... Jelas si aku & pikiran ini tidak mampu memahami keadaan batin seperti itu.
Salam,
hudoyo