Tepatnya yang sado-masochist, ia senang disiksa dan senang menyiksa. Jadi bisa dengan dalih itu mengatakan: karena gw gak keberatan disika, jadi gw boleh siksa2 orang dong.
Sadist tidak selalu masochist dan juga sebaliknya. Banyak juga orang sadis yang tidak suka di-sadisin, juga masochist yang tidak bisa men-sadis-i orang lain.
Iya, memang begitu.
Karena kelemahan dalam konsep mengukur apa yang patut dengan tolok ukur kita sendiri, maka filosofi tersebut jadi 'lemah'. Beberapa filsuf mengutarakan isu masochism ini sebagai olok-olok.
Saya memang lebih suka filosofi Buddhisme: sampaikanlah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Kadang walaupun bermanfaat, orang tersebut belum tentu mampu menerima, maka carilah cara yang tepat dan waktu yang tepat juga.