Apakah ada penjelasan terperinci tentang javana?
Sebab javana termasuk penting untuk diketahui, dari informasi bahwaapakah Hukum Kamma memang demikian,dimana kalau satu aksi maka akan membuahkan sampai 7 kali?
yaitu:
1x di kehidupan ini
1x di 1 kehidupan yg akan datang
dan 5 lagi akan menunggu waktu yg tepat..... ..
semoga ada penjelasan terperinci mengenai javana
Hubungan proses berpikir dengan timbulnya kamma ya? Kalo iya. mungkin ini yang anda maksudkan:
Cara kerja hukum karma adalah rumit dan hanya seorang Buddha yang dapat memahaminya sepenuhnya. Namun karena hukum karma bekerja secara mental/pikiran (batiniah), maka seseorang dapat memahami cara kerja hukum karma dengan mempelajari proses berpikir (cittavitthi) berdasarkan Abhidhamma.
Pertama-tama kita harus memahami dulu istilah "bhavanga citta" yang merupakan faktor kesadaran yang penting dalam proses berpikir. Ketika seseorang tidur nyenyak dan tanpa bermimpi, ia mengalami suatu jenis kesadaran yang tidak aktif. Kesadaran ini juga dirasakan ketika seseorang mengalami kelahiran kembali (saat kesadaran pertama kali terbentuk ketika bayi dalam kandungan) dan pada saat kematian. Kesadaran inilah yang disebut bhavanga citta, yang muncul dan lenyap setiap saat dan mengalir bagaikan aliran sungai yang tidak pernah sama dalam dua momen yang berurutan.
Kita tidak hanya mengalami jenis kesadaran bhavanga citta ini dalam kondisi tidur tanpa mimpi, tetapi juga dalam kondisi sadar. Oleh sebab itu, dalam kehidupan seseorang mengalami bhavanga citta lebih sering dari pada jenis kesadaran lainnya. Ia merupakan kondisi kehidupan yang diperlukan karena ia mengawali dan mengakhiri suatu proses kesadaran atau proses berpikir itu sendiri.
Menurut Abhidhamma, tidak ada saat di mana kita tidak merasakan jenis kesadaran tertentu, yang bergantung pada objeknya fisik ataupun mental. Batas waktu kesadaran yang demikian disebut dengan satu saat pikiran. Setiap saat pikiran diikuti dengan saat pikiran yang lain. Kecepatan pergantian saat pikiran ini sangat sulit dibayangkan dengan pengetahuan manusia biasa. Para komentator mengatakan bahwa selama waktu yang diperlukan oleh sekilat halilintar, bermilyar-milyar saat pikiran dapat terjadi.
Bhavanga citta akan terus terjadi selama ia tidak terganggu oleh rangsangan dari luar. Ia bergetar selama satu saat pikiran dan lenyap ketika suatu objek fisik atau mental memasuki pikiran. Misalnya objek tersebut berupa bentuk fisik yang dilihat melalui mata. Sekarang aliran bhavanga citta tertahan dan kesadaran pintu indera (pancadvaravajjana) yang berfungsi mengarahkan kesadaran pada objeknya muncul dan lenyap. Segera setelah itu muncul kesadaran penglihatan (cakkhuvinnana) yang melihat objek tersebut, tetapi tidak mengetahui lebih dari itu. Bekerjanya indera diikuti dengan suatu momen penerimaan objek yang dilihat (sampaticchana). Kemudian muncul saat-pikiran pemeriksa (santirana) yang seketika memeriksa objek yang dilihat. Ini diikuti dengan saat-pikiran penentu (votthapana) ketika pembedaan terjadi dan kehendak bebas dapat memainkan peranannya.
Berikutnya terjadi tahap Javana, yang memainkan peranan yang penting secara psikologis. Pada tahap ini suatu perbuatan dinilai, apakah ini baik atau buruk. Kamma bekerja pada tahap ini. Jika dipandang dengan benar (yonisomanasikara), ia akan menjadi perbuatan baik; jika dipandang dengan salah (ayonisomanasikara), maka menjadi perbuatan buruk.
Terlepas dari apakah objek yang diterima pikiran diinginkan atau tidak diinginkan, adalah memungkinkan bagi seseorang untuk membuat proses Javana menjadi baik atau buruk. Sebagai contoh, seseorang bertemu dengan musuhnya, kemarahan akan timbul dengan sendirinya. Namun seorang yang bijaksana dengan pengendalian diri memancarkan pikiran yang penuh cinta kasih pada musuhnya.
Merupakan kenyataan yang diterima bahwa lingkungan, keadaan sekitar, kebiasaan dan seterusnya mengkondisikan pikiran kita. Pada keadaan ini kehendak bebas dikesampingkan. Namun terdapat kemungkinan untuk mengalahkan kekuatan luar ini dan menghasilkan pikiran baik dan buruk berlandaskan kehendak bebas saja. Unsur tambahan mungkin menjadi faktor pendorongan, tetapi kita sendirilah yang langsung bertanggung jawab atas perbuatan yang berikutnya mengikuti.
Javana secara harfiah berarti "berjalan". Disebut demikian karena dalam proses pikiran ini ia berjalan selama tujuh saat pikiran, atau lima saat pikiran ketika kematian. Keadaan mental yang terjadi dalam semua saat pikiran ini sama, tetapi kekuatan potensialnya berbeda.
Semua proses pikiran ini yang memakan waktu sangat singkat berakhir dengan kesadaran perekam (tadalambana) yang bertahan selama dua saat pikiran. Dengan demikian satu proses pikiran berlangsung selama tujuh belas saat pikiran.
Secara singkat proses pikiran ini digambarkan sebagai berikut:
1 Atita bhavanga (bhavanga masa lalu)
2 Bhavanga calana (bhavanga yang bergetar)
3 Bhavanga upaccheda (bhavanga yang tertahan)
4 Avajjana (kesadaran pintu indera)
5 Panca vinnana (kesadaran indera)
6 Sampaticchana (kesadaran penerima)
7 Santirana (kesadaran pemeriksa)
8 Votthapana (kesadaran penentu)
9,10,11,12,13,14,15 Javana
16,17 Tadalambana (kesadaran perekam)
Perumpamaan pohon mangga ini menggambarkan bagaimana proses pikiran ini terjadi:
Seseorang tertidur nyenyak di bawah pohon mangga dengan kepalanya tertutupi. Angin berhembus dan sebuah mangga jatuh di samping kepala orang yang tertidur tersebut. Ia membuka penutup kepalanya dan memalingkan wajahnya pada buah tersebut. Ia melihatnya dan kemudian mengambilnya. Ia memeriksanya dan memastikan bahwa itu adalah mangga yang ranum. Ia memakannya dan menelan sisanya dengan air liurnya, kemudian kembali tidur.
Tidur tanpa mimpi menunjuk pada aliran bhavanga yang tidak terganggu. Hembusan angin terhadao pohon mangga menunjuk pada bhavanga masa lalu dan goyangan dahannya menunjuk pada bhavanga yang bergetar. Jatuhnya buah mangga menunjuk pada bhavanga yang tertahan. Memalingkan wajah pada objek tersebut menunjuk pada kesadaran pintu indera; melihat objek menunjuk pada kesadaran indera; mengambilnya = kesadaran penerima; memeriksa objek = kesadaran pemeriksa. Memakan mangga = proses Javana; menelan potongan mangga = perekaman ingatan. Kembali tidur = kembali ke keadaan bhavanga lagi.
Dari ketujuh saat pikiran Javana yang disebutkan di atas, efek dari saat pikiran pertama yang kekuatannya paling lemah dapat menimbulkan akibatnya pada kehidupan ini juga. Kamma yang bekerja pada saat pikiran pertama ini disebut "kamma yang berbuah pada kehidupan saat ini juga" (ditthadhammavedaniya kamma). Jika ia tidak berbuah pada kehidupan sekarang, ia menjadi "mandul" (ahosi kamma).
Yang paling lemah berikutnya adalah pada saat pikiran ketujuh. Efeknya dapat dirasakan pada kehidupan berikutnya. Oleh sebab itu, kamma yang bekerja pada tahap ini disebut "kamma yang berbuah pada kehidupan berikutnya" (upapajjavedaniya kamma) yang juga akan menjadi ahosi jika tidak memberikan buahnya pada kehidupan setelah kehidupan ini.
Efek dari saat pikiran di antaranya (antara saat pikiran pertama dan ketujuh) dapat terjadi pada waktu kapan pun selama kehidupan seseorang dalam samsara hingga tercapainya Pembebasan. Jenis kamma yang demikian disebut kamma yang berbuah pada berbagai kehidupan berikutnya (aparaparivedaniya kamma).