Wakakaka.... bagi agama K, mr. Y adalah THE BEST, bagi agama I, mr. M adalah THE BEST dan bagi agama Buddha, Shakyamuni adalah THE BEST. Tapi alasan mengapa mereka THE BEST inilah yang harus tepat. Kalau saya sih, saya mengatakan Buddha Gautama adalah THE BEST karena ajaran Dharma beliau banyak yang bsia dibuktikan dalam berbagai bidang kehidupan, dan Dharma yang disebutkan dibabarkan oleh beliau mengubah hidup saya ketika saya aplikasikan, mengubah hidup orang-orang yang ada di dekat saya, merubah pola pandang saya (welas asih, kelogisan, dsb), semuanya ke arah yang lebih baik.
Itulah mengapa saya menganggap Buddha sebagai THE BEST bagi diriku, tapi bukan berarti bagi orang lain. Mereka punya kecenderungan karma sendiri untuk menganggap guru lain sebagai THE BEST-nya mereka.
Kalau THE BEST alasannya hanya karena Buddha tertera di Tripitaka, hanya karena di Tripitaka tertulis ada Arhat dsb lantas percaya maka "THE BEST" ini sangat prematur. Siapapun juga bisa mengklaim seperti itu. Orang K bisa bilang eh guru gua THE BEST soalnya ngajarin ini itu, dan sering sekali saya jumpai demikian..... dan... saya akan selalu mengatakan: " leh di agama gua ya ada juga yg kaya guru lo ajarin". Nah lho? Sapa yang THE BEST?
Masalah Buddha benar-benar membabarkan Dharma atau tidak, dan apakah Beliau benar-benar atau tidak, semuanya dapat melihat penemuan para sejarawan bahwa memang kok Buddha BENAR-BENAR ada. Yang ngmg Buddha tokoh fiksi itu bener-bener orang aneh. Beliau nyata bukan khayalan. Lagian saya ya EMOH kalau Buddha seandainya para sejarawan bilang kalau beliau itu tokoh fiksi (mislanya saya kan gak mungkin mengikut agama yang katanya didirikan DORAEMON atau SINCHAN - tokoh fiksi), tapi nyatanya beliau adalah tokoh historikal.
Klaim THE BEST adalah ketika seseorang benar-benar berlindung pada kualitas Buddha Dharma dan Sangha, dan mampu menerapkan kelogisan, kebijaksanaan dan kewelasasihan pada masyarakat. Ini adalah dasar yang paten untuk mengatakan agama A. B, C adalah THE BEST. Berlindung seperti ini bukan berlindung pada Buddha secara sosok
"person", tetapi berlindung pada potensi Buddha secara yang di dalam diri, yang kualitas-kualitasnya atau
"personality" disebutkan dalam Buddhanusmrti, dsb yang akhirnya berujung pada aplikasi nyata dari ajaran Sang Buddha.
Jadi sih ya saya cenderung setuju dengan bro. morph karena dari awal sampai akhir yang dibicarakan benernya maunya sama, cuma bahasanya kaga nyambung...hahaha
Yang pasti kita tidak boleh terlalu melekat dengan namanya history (sejarah) sepihak yang sampai sekarang kaga bisa dibuktikan. Misal apakah Sutra Mahayana ataukah Kanon Pali yang bohong. Na ini gak akan ada yang bisa buktikan semuanya hanya hipotesis. Mislanya deh dari kacamata orang Mahasanghika fanatik, kanon Pali itu isinya pada BOHONG, dengan seenak udel mengurang-ngurangi sabda Sang Buddha. Dari kacamata orang Theravada fanatik, isi kitab Mahasanghika itu juga BOHONG karena nambah-nambahi sabda Buddha. Tapi mereka yang sadar, tahu bahwa semuanya itu tidak ada bukti yang jelas, meyakini Buddha Dharma karena aplikasinya dalam kehidupan NYATA, baik dalam pandangan maupun perilaku, tidak peduli pandangan aliran apa.
The Siddha Wanderer