Namo Buddhaya,
Kalau dasar pemikirannya: hubungan sex yg boleh dilakukan hanyalah untuk mendapatkan keturunan.
Berarti hubungan badan yg dilakukan oleh suami istri pun hampir semuanya tidak sah. Karena, hubungan sex antar suami istri yg dilakukan untuk mendapat keturunan paling hanya berapa kali? sedangkan sisanya yg dilakukan beberapa hari sekali dalam puluhan tahun (ribuan kali) adalah tidak sah, karena jelas2 demi kesenangan belaka.
pertama berkaitan dengan hubungan resmi suami-istri.
kedua, setelah itu baru bisa membicarakan hal hubungan intim selanjutnya.
inti dari seksual yg paling penting adalah penurunan generasi selanjutnya.
kemudian silakan tambahan tujuan seksual yang lain, seperti pememuhan harsat seksual (biologis).
kalau pemenuhan hasrat seksual (biologis) pada lubang yg tidah tepat, tentu saja saya secara pribadi tidak setuju (sudah jelas dalam sutta mahayana maupun theravada.
kalau membandel mau juga, silakan lakukan (tidak ada yg merasa bersalah atau ter-opresi, karena semua orang bertanggung jawab atas tindakannya).
Jadi mohon dimengerti bahwa bukan urusan "Sah" atau tidaknya suatu hubungan untuk menurunkan keturunan, namun hubungan seksual antar suami istri sah yang merupakan kategori pemenuhan hasrat seksual (biologis), tentu saja sah, yang tidak tepat adalah pada lubang yang tidak semestinya.
Dasar pemikiran ini menurut saya tidak logis.
Hubungan badan biasa, oral, anal, dengan berbagai macam variasinya, semuanya hanyalah untuk memuaskan nafsu ragawi. Kegiatan ini adalah untuk pemuasan panca indra.
Sama halnya dengan makan eskrim... kita makan eskrim bukan untuk kebutuhan jasmani bukan? melainkan untuk memuaskan panca indra kita. Lantas, apakah makan eskrim tidak dibenarkan?
Makan eskrim adalah tindakan sendiri (melakukan sendiri), yaitu memasukkan bahan makanan ke dalam tubuh kita (kecuali ada orang yg memaksa atau menjejali anda makan eskrim hehehe).
kalau hubungan seksual berkaitan dengan 2 manusia (suami - istri), jadi lebih byk aspek yg perlu diperhatikan.
kalau lagi panas banget, makan eskrim bisa melegakan...then why not.......kalau makan eskrim karena tertarik sama rasanya, karena bungkusannya, karena mereknya.....tentu anda perlu mikir beberapa kali....
namun kalau mau makan eskrim karena tertarik sama warna, rasanya, dsb...tentu saja boleh, karena kamu berhak penuh untuk makan eskrik atau tidak.
Memang berbeda, aturan untuk perumah tangga dan aturan untuk sangha.
Setahu saya, apapun kegiatan demi kesenangan, termasuk makan eskrim, tidak dibenarkan bagi Sangha. Sedangkan untuk umat awam, tidak ada larangan.
Aturan umat biasa dan sangha memiliki kesamaan sampai taraf tertentu, dan memiliki fondasi penjelasan yang mirip.
namun memang lebih kompleks aturan untuk monastik, dan lebih detail, begitulah sempurnanya Buddha Sakyamuni dalam menurunkan aturan demi kebaikan para monastik utk melatih badan jasmani dan ucapan yang akhirnya mendukung latihan mentalnya.
Karena Buddha mengerti posisi sebagai perumah tangga, maka diberikan 5 Sila, dan setiap upasotha ada boleh melaksanakan 8 sila (sila satu hari), buktinya buddha tidak memberikan 50 Sila utk umat berumah tangga
Monastik tentu saja boleh makan eskrim, namun seorang monastik yg berlatih akan selalu memeriksa batinnya, makan eskrim utk kesenangan doang? kesenangan lidah? untuk kenyang? menerima tawaran umat? memberi kesempatan kepada orang lain utk berbuat dana?
ini tugas wajib dari monstik utk selalu menge-cek batinnya......
kalau umat biasanya juga mau menge-cek batinnya setiap kali berkaitan dengan 5 Sila, tentu saja bagus, ini bisa jadi latihan spiritual yg bagus, kembali lagi, mau melakukannya atau tidak...itu tergantung umat tersebut.
bagi monastik, itu suatu kebajikan utk menjaga ketat aturannya...
tentu saja bagi umat juga demikian, jagalah 5 sila dengan serius....jangan menganggap enteng 5 Sila......
bow and respect,