Apakah mahluk halus atau mahluk lain selain di manusia pengerti bahasa Pali

Started by mettama, 30 July 2011, 12:32:06 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Quote from: Kang_Asep on 03 January 2012, 03:39:23 PM
kalau dipertanyakan boleh, tapi jangan dipertanyakan rujukannya karena gak nyambung.

sebenarnya membuktikan kebenaran itu bukan dengan sebuah rujukan. sang Buddha sendirpun ketika berdialog tidak pernah dengan menyatakan "ii menurut kitab ona, itu menurut kitab anu". tapi penjelasannya menyentuh akal, sehingga kebenara dapat difahami.

hahaha... justru itu bro... kalau doktrin-nya buddhis-me kan katanya bersumber dari sabda Buddha ataupun sabda-nya murid utama buddha. Jadi yah memang trademark-nya buddha.

Jadi sebenarnya tidak salah kalau memang ada yang menanyakan rujukan sesuai dengan Kitab (dalam hal ini tentu-nya Tipitaka ataupun Tripitaka). Kalau memang disebutkan berdasarkan pengalaman pribadi / pandangan pribadi, maka memang tidak perlu dipertanyakan. Itupun kalau memang dari awal ada disebutkan diawal ataupun setelah ditanyakan ada diberitahu itu adalah pengalaman/pandangan pribadi.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Kang_Asep

Quote from: Yani Puk on 03 January 2012, 03:43:04 PM
Klo gk ada rujukan (selain pengalaman pribadi), kt gmn tau tuh orang benar apa cuma bullshit? ??? :-?

pertama, janganlah kita selalu menempatka diri dalam posisi "percaya" atau "tidak percaya". kita dapat menanggap sebuah informasi sebagai informasi saja yang mengandung dua kemungkinan, yaitu "mungkin benar" atau "mungkin salah" tanpa memposisikan diri dalam posisi "percaya" atau "tidak percaya"

Percaya begitu saja adalah hal yang salah, karena kalau orang itu ternyata bulshit, maka celakalah kita.
tidak percaya begitu saja juga salah, karena kalau ternyata orang itu benar, celakalah kita.

sikap menghargai setiap informasi yang mengandung dua kemungkinan atau yang sudah pasti benar salahnya, itu adalah sikap terbaik.

kedua, di dalam diri kita ada alat yang mampu memahami hal benar sebagai benar dan hal salah sebagai salah. hal tersebut adalah akal (bukan pikiran), atau istilah lainnya adalah citta (kesadaran)

ketika, fahamilah semua teknik "uji kebenaran". menguji kebenaran karya tulis ilmiah dengan memeriksa rujukan-rujukannya adalah hal yang benar. itulah salah satu cara pengujiannya. jika seseorang berkata, "sang buddha berkata begini dan begitu". lalu tnayakan pada diri sendiri, kebenaran semacam apa yang ingin kita uji? kebenaran ilmiah, kebenaran logis atau kebenaran empiris? jika sesuatu ternyata tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, mungkin dapat dibuktika secara empiris, dll. jangan semua-muanya harus dibuktikan secara referensi. karena kebenaran referensi itu adalah kebenaran yang dangkal. pencerhaan-pencerhaan  yang bisa dicapai oleh seseorang dalam meditasi, itu adalah kebenaran empirik yang sangat berharga.

Kang_Asep

Quote from: dilbert on 03 January 2012, 03:44:44 PM
hahaha... justru itu bro... kalau doktrin-nya buddhis-me kan katanya bersumber dari sabda Buddha ataupun sabda-nya murid utama buddha. Jadi yah memang trademark-nya buddha.

Jadi sebenarnya tidak salah kalau memang ada yang menanyakan rujukan sesuai dengan Kitab (dalam hal ini tentu-nya Tipitaka ataupun Tripitaka). Kalau memang disebutkan berdasarkan pengalaman pribadi / pandangan pribadi, maka memang tidak perlu dipertanyakan. Itupun kalau memang dari awal ada disebutkan diawal ataupun setelah ditanyakan ada diberitahu itu adalah pengalaman/pandangan pribadi.

apa yang ditulis dlaam sutta pun harus merujuk pada kebenaran yang nyata, yaitu alam semesta dan diri manusia itu sendiri. alam semesta dan diri manusia itulah sebenarnya merupakan "kitab ilmu pengetahuan yang sesungguhnya", sedangkan Tipitaka atau kitab suci lainnya hanyalah "catatan" dari apa yang  terjadi pada diri manusia dan alam semesta itu. oleh karena itu, ketka seseorang memahami makna kandungan dari kitab suci, berarti seharusnya ia melihat pula pada alam semesta atau pada dirinya sendiri "kejadian" sebagaimana yang dimaksud oleh catatan di dlam kitab.

djoe

Quote from: Indra on 30 July 2011, 12:49:15 PM
sptnya makhluk2 itu memahami dari apa yg ada dalam pikiran kita saat itu. itulah sebabnya sebaiknya kita mengerti apa yg sedang kita bacakan. jika kita sendiri tidak memahami, berharaplah semoga makhluk2 lain itu mengerti bahasa pali.

bolehkah saya meminta rujukan untuk penjelasan anda ini? kalau boleh mohon anda menampilkan rujukannya, kalau tidak boleh mohon dijawab dengan "tidak boleh".

adi lim

Quote from: djoe on 03 January 2012, 04:41:54 PM
bolehkah saya meminta rujukan untuk penjelasan anda ini? kalau boleh mohon anda menampilkan rujukannya, kalau tidak boleh mohon dijawab dengan "tidak boleh".

aneh nih, orang minta rujukan dari suatu pernyataan
sekarang anda minta rujukan dari rujukan, jadi kapan habisnya !
buling nih !  =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

mettama

 ;D
Quote from: adi lim on 03 January 2012, 04:59:41 PM
aneh nih, orang minta rujukan dari suatu pernyataan
sekarang anda minta rujukan dari rujukan, jadi kapan habisnya !
buling nih !  =))
BEtul itu, kang asep jelmaan dr mahluk alam mana ya? Reputasinya -1 ,

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: Kang_Asep on 03 January 2012, 02:50:17 PM
sudah dinyatakan bahwa hal itu merupakan pengalaman pribadi. nyatanya ada yang "ngotot" minta rujukan.

YM Belut, saya tidak melihat anda mengatakan bahwa penjelasan anda adalah pengalaman pribadi anda pada postingan di bawah ini dan yg setelahnya. silakan menggeliat yg lebih licin lagi.

Quote from: Kang_Asep on 03 January 2012, 01:28:28 PM
ada bermacam-macam makhluk halus.

ada makhluk halus yang karakteristiknya seperti binatang. dia mengeram, mengaum, meringkik, dll. dan itu adalah bahasanya.

ada makhluk halus yang berbicara seperti manusia dan terikat oleh bahasa lokal. ia hanya mengerti bahasa lokal dan berbicara dengan bahasa lokal.

kedua kelompok makhluk di atas termasuk makhluk yang penuh dengan penderitaan.

ada makhluk yang berbicara dan mengerti seluruh bahasa manusia. Dia tidak terikat dengan bahasa lokal. Dia mengerti bahasa universal, yaitu bahasa pikiran. Makhluk ini dapat berbicara menggunakan bahasa manusia maupun bahasa pikiran. suara bukanlan sarana yang dia gunakan untuk berbicara, melainkankan getaran pikiran. Komunikasi berlangsung sangat cepat, seperti pemindahan data dari satu otak ke otak lainnya dengan menggunakan media radiasi.

Indra

Quote from: djoe on 03 January 2012, 04:41:54 PM
bolehkah saya meminta rujukan untuk penjelasan anda ini? kalau boleh mohon anda menampilkan rujukannya, kalau tidak boleh mohon dijawab dengan "tidak boleh".

tidak boleh

djoe

Quote from: Indra on 03 January 2012, 01:32:49 PM
bolehkah saya meminta rujukan untuk penjelasan anda ini? kalau boleh mohon anda menampilkan rujukannya, kalau tidak boleh mohon dijawab dengan "tidak boleh".

aneh nih, orang minta rujukan dari suatu pernyataan
sekarang anda minta rujukan dari rujukan, jadi kapan habisnya !
buling nih !  =))

Indra

Quote from: djoe on 03 January 2012, 07:42:41 PM
aneh nih, orang minta rujukan dari suatu pernyataan
sekarang anda minta rujukan dari rujukan, jadi kapan habisnya !
buling nih !  =))

epilepsinya kambuh bang?

djoe

Quote from: adi lim on 03 January 2012, 04:59:41 PM
aneh nih, orang minta rujukan dari suatu pernyataan
sekarang anda minta rujukan dari rujukan, jadi kapan habisnya !
buling nih !  =))

orang yang memberi reputasi - artinya bullying =)) =))

adi lim

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

dipasena

Quote from: Kang_Asep on 03 January 2012, 01:28:28 PM
ada bermacam-macam makhluk halus.

ada makhluk halus yang karakteristiknya seperti binatang. dia mengeram, mengaum, meringkik, dll. dan itu adalah bahasanya.

ada makhluk halus yang berbicara seperti manusia dan terikat oleh bahasa lokal. ia hanya mengerti bahasa lokal dan berbicara dengan bahasa lokal.

kedua kelompok makhluk di atas termasuk makhluk yang penuh dengan penderitaan.

ada makhluk yang berbicara dan mengerti seluruh bahasa manusia. Dia tidak terikat dengan bahasa lokal. Dia mengerti bahasa universal, yaitu bahasa pikiran. Makhluk ini dapat berbicara menggunakan bahasa manusia maupun bahasa pikiran. suara bukanlan sarana yang dia gunakan untuk berbicara, melainkankan getaran pikiran. Komunikasi berlangsung sangat cepat, seperti pemindahan data dari satu otak ke otak lainnya dengan menggunakan media radiasi.

kang acep yg baik, mesti nya a-kang menambahkan kalimat "ewame sutang"/"demikian lah yg saya denger"

dah, pasti ga ada ditanya rujukan lg... seperti yg a-kang katakan, ini adalah pengalaman pribadi a-kang dan tentu nya a-kang acep bs dikategorikan sebagai a-kang indigo.. ;D keep smile...

adi lim

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.