//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka  (Read 77667 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #135 on: 12 April 2011, 08:13:19 PM »
_/\_ bagaimanapun juga, siswa sang Buddha jangan hanyut demi 6 jt yah  :)) :)) :))

*Kompor Mode : On

Bukan terhanyut Boz, tapi hanya menagih janji dan tanggung jawab pihak penyelenggara.. xixixi

*Kompor mode : Off

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #136 on: 12 April 2011, 08:18:03 PM »
Yang disayembarakan tidak menyebutkan apakah harus mengecualikan'makna kiasan' ataukah tidak. Yang terpenting adalah 'pernyataan dalam Tipitaka'. Makna sesungguhnya dalam syair di atas dijelaskan dalam kitab komentar dan bukan Tipitakanya. Beberapa kata-kata yang ada dalam tanda kurung di terjemahan bahasa Inggris di atas diambil dalam Kitab komentar. Secara pernyataan, dengan melupakan makna yang tersembunyi di balik syair di atas, sudah memenuhi syarat untuk memenangkan sayembara di atas. hehe....

Samanera yang saya hormati,  ^:)^  Pada waktu saya menyusun kata-kata untuk sayembara saya sudah memperhitungkan syair yang satu ini, karena DC pernah mendiskusikan sebelumnya (mungkin bro Kainyn masih ingat), oleh karena itu saya tambahkan dengan kata-kata secara fisik. Maksudnya ya benar-benar nyata membunuh bukan kiasan.

Pada kenyataannya Bhikkhu yang dimaksud tidak benar-benar membunuh ayah-ibunya secara fisik kan...? Hadiah enam juta berlaku bila Bhikkhu tersebut benar-benar membunuh ayahnya dan/atau ibunya secara fisik lalu dibenarkan oleh Sang Buddha. Dalam awal thread disebutkan "membenarkan pembunuhan secara fisik" Sedangkan dalam syair tersebut tidak dikatakan membunuh secara fisik... Jadi enam juta selamat hehehe....

Quote
Sekarang juga mesti dibahas mengenai Abhāyarājākumārasutta, Majjhimanikāya terutama ketika Sang Buddha mengklaim bahwa Beliau sendiri juga terkadang mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan (appiyā) dan tidak disetujui (amanāpā) kepada orang lain. Meskipun kata-kata yang diucapkan Beliau pada akhirnya bermanfaat bagi si pendengar, setidaknya, kata-kata tersebut pada awalnya melukai.

Kembali lagi Disini tak dikatakan bahwa Sang Buddha membenarkan pembunuhan atau melukai secara fisik. Dalam hal ini Sang Buddha mengatakan kata-kata yang menyenangkan dan yang tak menyenangkan hanya melukai di hati, bukan fisik...

Quote
Lihat saja dalam Aggikkhandhasutta, Aṇguttaranikāya. Ketika Sang Buddha membabarkan Sutta ini, ada 60 bhikkhu langsung memuntahkan darah ( Imasmiñca   pana   veyyākaraṇasmiṃ   bhaññamāne   saṭṭhimattānaṃ   bhikkhūnaṃ  uṇhaṃ  lohitaṃ  mukhato uggañchi).

Kalau menurut saya Disini tak ada dikatakan bahwa Sang Buddha membenarkan melukai secara fisik. Misalnya memenggal tangan, memotong kuping atau membunuh dengan pisau, menusuk mati dengan tombak dsbnya....

Bhikkhu-Bhikkhu yang muntah darah karena mereka menanggapi dengan negatif kata-kata Sang Buddha, itu bukan urusan Sang Buddha, karena Sang Buddha khotbah secara umum, buktinya sebagian Bhikkhu kalau tidak salah mencapai kesucian ketika itu.

Kasus ini ada kemiripan dengan kasus brahmana Magandiya, Sang Buddha berkhotbah hanya untuk membawa brahmana Magandiya pada kesucian, mengenai calon permaisuri Magandiya sakit hati bukan urusan Sang Buddha, karena Sang Buddha tak ada pikiran menjerumuskan Magandiya pada kebencian, ia sendiri yang menanggapi negatif kata-kata yang seharusnya membawa ke arah kesucian bila ditanggapi positif.

Quote
Di sutta ini, ada indikasi bahwa kata-kata yang melukai diperbolehkan jika pada akhirnya memberikan manfaat yang lebih besar. Bagaimana, 6 jutakah? hehehe....

Melukai hati tidak sama dengan melukai fisik.  Jadi..... enam jutanya masih awet..... maaf Samanera xixixixi....

Mettacittena,  _/\_

« Last Edit: 12 April 2011, 08:37:14 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #137 on: 12 April 2011, 08:25:56 PM »
selalu ada term and condition baru jika ada jawaban yg benar, sayembara ini tidak sah

Loh.... kan sudah dibilang term and condition baru untuk tahap ke 2...? Jawaban teman-teman belum ada yang memenuhi term and condition yang ada, jadi 6 jutanya masih aman hehehe.... maaf  ^-^

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #138 on: 12 April 2011, 08:26:07 PM »
perumpamaan bayi menelan kerikil adalah contoh kasus yg paling pas. memang tidak disebutkan bahwa Sang Buddha membenarkan atau menolak cara itu, tapi Sang Buddha menggunakan perumpamaan ini yg menyiratkan bahwa Sang Buddha menerima (menyetujui) cara itu sbg cara untuk menyelamatkan bayi bahkan jika seandainya harus melukai bayi itu, karena bayi yg terluka adalah lebih baik daripada bayi yg mati.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #139 on: 12 April 2011, 08:30:15 PM »
Loh.... kan sudah dibilang term and condition baru untuk tahap ke 2...? Jawaban teman-teman belum ada yang memenuhi term and condition yang ada, jadi 6 jutanya masih aman hehehe.... maaf  ^-^

Mettacittena,

lupakan 6 juta,
tambah 1 juta, hadiah jadi 7 juta !
menarik !   :jempol:
« Last Edit: 12 April 2011, 08:31:51 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #140 on: 12 April 2011, 08:33:32 PM »
lupakan 6 juta,
tambah 1 juta, hadiah jadi 7 juta !
menarik !   :jempol:

gini aja deh, gue double-in, 14 jt untuk masing2 Bro Adi dan mbah Fabian, jika anda berdua bisa menemukan fakta spt topik sayembara. *kita adu ilmu geliat belut*

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #141 on: 12 April 2011, 08:40:16 PM »
 [at] Fabian:

Bagi seorang puthujjana, semua bentuk mental akan mempengaruhi kondisi fisik. Jika pikiran muncul ketidak-senangan karena mendengarkan kata-kata yang tidak menyenangkan, jasmani pun akan terpengaruhi. Jasmani akan menjadi tegang, dada terasa sesak, hati menjadi panas. Ini juga merupakan luka jasmani.. hehehehe....... 

Btw, dalam kitab Komentar untuk Aggikkhandhasutta, dijelaskan bahwa sebelum memberikan khotbah ini, Sang Buddha terlebih dahulu sudah melihat akibat yang akan terjadi. Namun karena mempertimbangkan bahwa melalui khotbah tersebut 60 bhikkhu akan mencapai arahat, Beliau memberikan khotbah ini, meski Beliaupun tahu bahwa 60 bhikkhu akan memuntahkan darah segar. Nah kitab komentar dengan jelas memberikan indikasi bahwa terkadang melukai secara fisik dibenarkan jika ada keuntungan yang lebih besar. hehehe....

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #142 on: 12 April 2011, 08:53:09 PM »
perumpamaan bayi menelan kerikil adalah contoh kasus yg paling pas. memang tidak disebutkan bahwa Sang Buddha membenarkan atau menolak cara itu, tapi Sang Buddha menggunakan perumpamaan ini yg menyiratkan bahwa Sang Buddha menerima (menyetujui) cara itu sbg cara untuk menyelamatkan bayi bahkan jika seandainya harus melukai bayi itu, karena bayi yg terluka adalah lebih baik daripada bayi yg mati.

Bro Indra yang baik, dalam kisah tersebut nampaknya pangeran Abhaya tidak ada mengatakan bahwa ia akan melukai anak itu untuk mengambil batu atau rantingnya, tetapi dalam Sutta tersebut dikatakan bahwa dalam usaha menyelamatkan bayi tersebut mungkin bayinya luka dan mengeluarkan darah, tetapi luka bukanlah tujuan, luka adalah efek samping.

Cetananya bukan untuk melukai, tetapi untuk mengambil batu, untuk menolong menyelamatkan yang merupakan kebalikan dari melukai atau membunuh..

Sutta ini klop dengan kasus brahmana Magandiya dan Bhikkhu-Bhikkhu yang muntah darah.

lupakan 6 juta,
tambah 1 juta, hadiah jadi 7 juta !
menarik !   :jempol:

Siip......   :jempol:

gini aja deh, gue double-in, 14 jt untuk masing2 Bro Adi dan mbah Fabian, jika anda berdua bisa menemukan fakta spt topik sayembara. *kita adu ilmu geliat belut*

14 juta kali dua jadi 28 juta....
Tambah 7 juta jadi 35 juta..... kamsiah.... 
Hayo yang bisa menemukan sesuai dengan term and condition, hadiahnya menjadi 35 juta hehehe.....  :jempol:
« Last Edit: 12 April 2011, 08:57:56 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #143 on: 12 April 2011, 08:56:13 PM »
[at] Fabian:

Bagi seorang puthujjana, semua bentuk mental akan mempengaruhi kondisi fisik. Jika pikiran muncul ketidak-senangan karena mendengarkan kata-kata yang tidak menyenangkan, jasmani pun akan terpengaruhi. Jasmani akan menjadi tegang, dada terasa sesak, hati menjadi panas. Ini juga merupakan luka jasmani.. hehehehe....... 

Btw, dalam kitab Komentar untuk Aggikkhandhasutta, dijelaskan bahwa sebelum memberikan khotbah ini, Sang Buddha terlebih dahulu sudah melihat akibat yang akan terjadi. Namun karena mempertimbangkan bahwa melalui khotbah tersebut 60 bhikkhu akan mencapai arahat, Beliau memberikan khotbah ini, meski Beliaupun tahu bahwa 60 bhikkhu akan memuntahkan darah segar. Nah kitab komentar dengan jelas memberikan indikasi bahwa terkadang melukai secara fisik dibenarkan jika ada keuntungan yang lebih besar. hehehe....

Samanera yang saya hormati,  ^:)^  kan Samanera sendiri yang bilang kitab penjelasan bukan termasuk Tipitaka...? Jadi 35 juta belum kena kan....?  ;D

Mettacittena,    _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #144 on: 12 April 2011, 09:01:33 PM »
kalau menurut saya tipitaka nda ada kelemahannya...

saya pernah baca di artikel yang membahas Agama Sutra (ada yang bilang agama sutra ada beberapa yang sama dengan kanon pali ya?)...ada tentang kata2 Buddha yang unik ttg pembunuhan, berikut saya terjemahkan:

"Buddha bertanya pada kepala desa yang juga seorang pelatih kuda: "Berapa lama sih yang dibutuhkan untuk melatih kuda?"
  kepala desa jawab, "Ada 3 cara buat melatih kuda: ada cara lembut, cara keras dan cara setengah lembut setengah keras."
Buddha tanya lagi, "lha kalo si kuda tidak bisa dilatih pake ke tiga cara tersebut"
Kepala desa jawab, "wah Buddha,  kuda itu harus dibunuh berarti."

Kepala desa gantian tanya,"Sekarang kalau Buddha ngajar murid-murid bagaimana caranya?"
Buddha jawab, "Oh kepala desa, ada 3 cara untuk ngajar murid: ada cara lembut, cara keras dan cara setengah lembut setengah keras."
kepala desa tanya," Kalau si murid nda bisa mengerti juga setelah diajari pakai 3 cara tersebut?"
Buddha jawab, " wah murid itu harus dibunuh berarti, aku tidak mau dhammaku dilecehkan " 
Kepala desa: " Hah? Buddha dulu bilang katanya tidak baik kalau membunuh, lha ini kok orang tidak mengerti malah harus dibunuh?"
Buddha: "Yoi, km bener, membunuh tu nda baek dan kita jangan membunuh, kalau aku ngajar seseorang dengan 3 cara di atas dan dia masih tidak paham, aku tidak akan bicara lagi dengan dia, tidak mengajari dia lagi dan tidak akan mengkritik dia lagi, itu kan sama saja saya bunuh dia kan?"


ini artikelnya: http://www.purifymind.com/IntroAgamaSutra.htm

"…Buddha asked a village chief who was a horse trainer: 'How many ways are there to train a horse?' The village chief replied: 'There are three ways. gentle; hard; half gentle half hard.' Buddha said: 'What happens if the horse is not trained by any of these ways?' The village chief said: 'Then it ought to be slaughtered.' "Tell me, "He continued, 'how do you teach your students?' Buddha told the village chief: 'I also use three ways to teach them. Gentle, hard, half gentle half hard.' The village chief asked Buddha: 'What happens if the person doesn't learn after the three ways?' Buddha said: 'If the three ways fail to teach the student, he ought to be killed. Why? I won't want my dharma to be disgraced.' The village chief exclaimed: 'You have said that it is not good to kill, and that we should not kill. Why do you say that those who can't be taught should be killed?' Buddha said: 'As you said, it is not good to kill, and we ought not kill. If I can't teach someone after these three ways, I will not speak with him, nor will I teach him or criticize him again. Isn't that the same as killing him?" [S-1211]

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #145 on: 12 April 2011, 09:02:08 PM »
Samanera yang saya hormati,  ^:)^  kan Samanera sendiri yang bilang kitab penjelasan bukan termasuk Tipitaka...? Jadi 35 juta belum kena kan....?  ;D

Mettacittena,    _/\_

Saya menyebutkan penjelasan kitab komentar karena dalam menanggapi dua syair Dhammapada yang dikutip Kainyn, anda juga menggunakan kitab komentar untuk mendukung bahwa syair tersbt hanya merupakan kiasan. ;D

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #146 on: 12 April 2011, 09:02:37 PM »
gini aja deh, gue double-in, 14 jt untuk masing2 Bro Adi dan mbah Fabian, jika anda berdua bisa menemukan fakta spt topik sayembara. *kita adu ilmu geliat belut*

  =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #147 on: 12 April 2011, 09:09:41 PM »
Bro Indra yang baik, dalam kisah tersebut nampaknya pangeran Abhaya tidak ada mengatakan bahwa ia akan melukai anak itu untuk mengambil batu atau rantingnya, tetapi dalam Sutta tersebut dikatakan bahwa dalam usaha menyelamatkan bayi tersebut mungkin bayinya luka dan mengeluarkan darah, tetapi luka bukanlah tujuan, luka adalah efek samping.

Cetananya bukan untuk melukai, tetapi untuk mengambil batu, untuk menolong menyelamatkan yang merupakan kebalikan dari melukai atau membunuh..


benar bahwa cetananya bukan untuk melukai, tapi fakta bahwa bayi itu mungkin terluka sudah bisa diterima bahkan oleh Sang Buddha, ini menyiratkan bahwa Sang Buddha tidak keberatan (=menyetujui) bayi tersebut terluka.

lagipula kalau hal ini menjadi alasan, seorang badut yg menyeberangkan orang lain juga bisa berdalih dengan alasan cetana ini. ;D
Quote
Sutta ini klop dengan kasus brahmana Magandiya dan Bhikkhu-Bhikkhu yang muntah darah.

Siip......   :jempol:

14 juta kali dua jadi 28 juta....
Tambah 7 juta jadi 35 juta..... kamsiah.... 
Hayo yang bisa menemukan sesuai dengan term and condition, hadiahnya menjadi 35 juta hehehe.....  :jempol:


tawaran ini khusus untuk mbah fabian dan Bro adi lim

Offline Anestan

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.830
  • Reputasi: 106
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #148 on: 12 April 2011, 09:11:22 PM »
 

14 juta kali dua jadi 28 juta....
Tambah 7 juta jadi 35 juta..... kamsiah.... 
Hayo yang bisa menemukan sesuai dengan term and condition, hadiahnya menjadi 35 juta hehehe.....  :jempol:

ckckc... baru 1 hari prize sudah bertambah dari sebelumnya 5 jt -> 6 jt -> 7 jt -> 35 jt (meskipun special tuk om Adi & om Fabian) .. wow makin menggiurkan saja ;D

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #149 on: 12 April 2011, 09:14:47 PM »
Saya menyebutkan penjelasan kitab komentar karena dalam menanggapi dua syair Dhammapada yang dikutip Kainyn, anda juga menggunakan kitab komentar untuk mendukung bahwa syair tersbt hanya merupakan kiasan. ;D

Samanera yang saya hormati,  ^:)^ Coba baca lagi dengan seksama syair ke 295. Sayir 295 dengan jelas mengatakan bahwa itu kiasan. Sedangkan syair 294 dan syair 295 berkaitan. Maaf Samanera hehehe....

Mettacittena,   _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

 

anything