Bantuan saran?

Started by Mr. pao, 10 March 2011, 07:53:22 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

wang ai lie

Quote from: Indra on 19 March 2011, 11:41:18 AM

kata "siswanya" secara tata bahasa adalah bentuk tunggal, sedangkan untuk jamak digunakan "siswa-siswanya". jika ada yg mengartikan "siswanya" sebagai berarti "semua siswa", IMO itu adalah interpretasi yg salah. demikian pula dengan ungkapan, "bikunya" tidak mewakili "semua biku", mengartikannya sbg "semua biku" adalah interpretasi yg tergopoh2 untuk membantah statement seblumnya yg tidak dapat dibantah.

oleh sebab itu bro saya mengatakan tidak semua orang berpikir sama dengan yang di maksud dengan kita atau semua, kadang ada yang mengartikan siswa mewakili semua, walau dalam tata bahasa adalah bentuk tunggal , sedangkan kita semua belum tentu menafsirkan atau menerapkan sama, bentuk jamak bukannya menggunakan "para siswa"  ;D  .

kadang di real tidak semua orang menggunakan tata bahasa, misal ada sekelompok siswa kelas 1 dari sma B, berkelahi
. lalu ada orang yg bercerita ke temannya bahwa ada siswa sma B berkelahi, jika tanpa devinis kelas secara tidak langsung kata tersebut mewakili sekolah dan teman orang tersebut berpikir bahwa yang berkerlahi itu para siswa sma B.

mohon di ralat jika ada yg salah, dan mohon maaf jika kurang berkenan, terima kasih  _/\_

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Indra

Quote from: wang ai lie on 19 March 2011, 11:56:17 AM
oleh sebab itu bro saya mengatakan tidak semua orang berpikir sama dengan yang di maksud dengan kita atau semua, kadang ada yang mengartikan siswa mewakili semua, walau dalam tata bahasa adalah bentuk tunggal , sedangkan kita semua belum tentu menafsirkan atau menerapkan sama, bentuk jamak bukannya menggunakan "para siswa"  ;D  .
untuk membuat bentuk jamak dari suatu kata benda, selain menggunakan kata ulang seperti dalam "orang" menjadi "orang-orang", dapat juga dengan menggunakan kata "para", pemilihan kata ini disesuaikan dengan konteks dan juga unsur estetika dalam berbahasa.

Quote
kadang di real tidak semua orang menggunakan tata bahasa, misal ada sekelompok siswa kelas 1 dari sma B, berkelahi
. lalu ada orang yg bercerita ke temannya bahwa ada siswa sma B berkelahi, jika tanpa devinis kelas secara tidak langsung kata tersebut mewakili sekolah dan teman orang tersebut berpikir bahwa yang berkerlahi itu para siswa sma B.

mohon di ralat jika ada yg salah, dan mohon maaf jika kurang berkenan, terima kasih  _/\_



pada kasus di atas, apakah si pendengar mengartikan sebagai mewakili sekolah ataupun hanya beberapa siswa dari SMA B, kedua interpretasi ini tidak salah, karena yg berkelahi memang beberapa siswa dan siswa tersebut berasal dari SMA B.

dari beberapa contoh kasus ini, seseorang hendaknya menjaga perilakunya, karena apa yg ia lakukan tidak dapat terlepas dari institusi dimana ia berada. misalnya ada seorang anggota dewan yg melakukan aib berselingkuh dan videonya tersebar, anggota dewan itu juga dipecat untuk menjaga reputasi dewan bukan dibela mati2an. Karena perbuatan itu walaupun dilakukan bukan dalam kapasitasnya sebagai anggota dewan namun berdampak mencemarkan institusi itu. apalagi jika seseorang itu adalah biku yg diharapkan dapat menjadi teladan bagi umat awam. tentu reaksi publik seperti ini juga tidak terhindarkan.

Mr. pao

Quote from: bodhi on 19 March 2011, 11:19:10 AM
kalau mau keluar dari organisasi mending kasi alasan sejujurnya aja mister
hanya contoh buat anak scoll ajah.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Mr. pao

Quote from: Indra on 19 March 2011, 12:06:19 PM
untuk membuat bentuk jamak dari suatu kata benda, selain menggunakan kata ulang seperti dalam "orang" menjadi "orang-orang", dapat juga dengan menggunakan kata "para", pemilihan kata ini disesuaikan dengan konteks dan juga unsur estetika dalam berbahasa.

pada kasus di atas, apakah si pendengar mengartikan sebagai mewakili sekolah ataupun hanya beberapa siswa dari SMA B, kedua interpretasi ini tidak salah, karena yg berkelahi memang beberapa siswa dan siswa tersebut berasal dari SMA B.

dari beberapa contoh kasus ini, seseorang hendaknya menjaga perilakunya, karena apa yg ia lakukan tidak dapat terlepas dari institusi dimana ia berada. misalnya ada seorang anggota dewan yg melakukan aib berselingkuh dan videonya tersebar, anggota dewan itu juga dipecat untuk menjaga reputasi dewan bukan dibela mati2an. Karena perbuatan itu walaupun dilakukan bukan dalam kapasitasnya sebagai anggota dewan namun berdampak mencemarkan institusi itu. apalagi jika seseorang itu adalah biku yg diharapkan dapat menjadi teladan bagi umat awam. tentu reaksi publik seperti ini juga tidak terhindarkan.
Dalam  organisasi keagamaan pasti ada aturan mainnya, dan di dalamnya juga selalu ada oknum yang tidak mematuhi aturan. hal ini bukan hanya terjadi di jaman sekarang tetapi sudah ada pada jaman Buddha.
Saya setuju dengan satu kata ini "Siapa yang melakukan maka dia akan menanggung karmanya"
Teringat dengan satu contoh di thailand, saat pindapata ada ada umat bukannya isi makanan ke pattanya tetapi mengisi uang ke dalam pattanya, setelah itu uangnya digunakan bhikkhu untuk beli togel pula. DAn munuai kritik masyarakat. Begitu juga umat yang memberikan uang ke bhikkhu juga mendapatkan kritik. Saat ada orang menyatakan protes ke umat tersebut,  umatnya menjawab "Saya memberikan uang itu adalah karmaku, dan bhikku itu membeli togel itu karmanya bhikkhu tsb."
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D