Apakah di Buddhim ada Doa kepada Mr. X

Started by dipasena, 25 July 2007, 11:11:31 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

dipasena

ehm apakah didalam Buddhism itu sendiri ada doa ? selain melantunkan syair/sutta/sutra, gatha, partia
kepada siapa kira2 kita berdoa, siapa yg dengerin ? apakah bs ditangapi doa kita ?

FZ

Setahu saya ada, tapi dianjurkan lebih ke usaha sendiri.
Saya mengatakan ada, karena dalam Buddhism,
ada Avalokitesvara yang welas asih yang selalu menolong manusia yang kesusahan..

Makanya banyak yang memanjatkan doa kepada beliau.
Dan saya secara pribadi, jika berdoa berusaha agar tidak meminta ini itu
Tapi lebih ke pengharapan agar semua makhluk berbahagia tanpa terikat pada pengharapan tersebut dan ucapan terima kasih kepadanya karena telah berniat mulia membantu manusia.


dipasena

Quote from: Hedi Kasmanto on 25 July 2007, 11:21:57 AM
Setahu saya ada, tapi dianjurkan lebih ke usaha sendiri.
Saya mengatakan ada, karena dalam Buddhism,
ada Avalokitesvara yang welas asih yang selalu menolong manusia yang kesusahan..


berarti disini "usaha ke diri sendiri" ga berlaku donk, krn ada Avalokitesvara yg selalu menolong manusia.


Quote
Makanya banyak yang memanjatkan doa kepada beliau.
Dan saya secara pribadi, jika berdoa berusaha agar tidak meminta ini itu
Tapi lebih ke pengharapan agar semua makhluk berbahagia tanpa terikat pada pengharapan tersebut dan ucapan terima kasih kepadanya karena telah berniat mulia membantu manusia.



kalo memanjatkan doa meminta ini itu bagaimana ? apakah bisa doa yg penuh permohonan ini itu ?
kalo merenung apakah bs dikatakan doa ?


Sumedho

Mr. X sapa toh ?
Itu kan model pemikiran yg terpengaruh tetangga.

Harusnya diganti, koq di sebelah ada yah Doa2x kepada Mr. X ? :P

[at] Hedi:
Soal avalokitesvara itu jadi bahan rame tuh di milis SP sampe ratusan mail sehari.....
There is no place like 127.0.0.1

FZ

Quote from: dhanuttono on 25 July 2007, 11:28:00 AM
Quote from: Hedi Kasmanto on 25 July 2007, 11:21:57 AM
Setahu saya ada, tapi dianjurkan lebih ke usaha sendiri.
Saya mengatakan ada, karena dalam Buddhism,
ada Avalokitesvara yang welas asih yang selalu menolong manusia yang kesusahan..


berarti disini "usaha ke diri sendiri" ga berlaku donk, krn ada Avalokitesvara yg selalu menolong manusia.


Quote
Makanya banyak yang memanjatkan doa kepada beliau.
Dan saya secara pribadi, jika berdoa berusaha agar tidak meminta ini itu
Tapi lebih ke pengharapan agar semua makhluk berbahagia tanpa terikat pada pengharapan tersebut dan ucapan terima kasih kepadanya karena telah berniat mulia membantu manusia.



kalo memanjatkan doa meminta ini itu bagaimana ? apakah bisa doa yg penuh permohonan ini itu ?
kalo merenung apakah bs dikatakan doa ?



Menurut saya lebih ke arah opsi, bahwa ada opsi ingin berusaha sendiri, dan opsi ditolong.
Itu perbedaannya dengan agama tetangga, karena agama tetangga, gak ada opsi, dan semuanya harus ditolong oleh Mr. X

Opsi di sini maksudnya begini, saya ilustrasikan :
Kebetulan bro Dhanu kan orang IT. Jadi saya bawa ilustrasi yang berbau IT (sorry OOT)

Anggaplah saya ingin belajar VB.NET jadi saya ada  beberapa opsi
1. Belajar dari Bro. Dhanu (berarti saya minta tolong pada Bro Dhanu)
2. Belajar dari orang lain (berarti saya tidak minta tolong ke Bro Dhanu, tapi ke orang lain)
3. Usaha sendiri mencari tahu 

Jadi dalam hal ini ada beberapa opsi dalam Buddhism. (Bila Bro Dhanu ilustrasi dari Mr. X)
Dan perbandingannya dengan agama lain jika :

1. kita melaksanakan opsi 1 : Berarti kita saleh dan taat beragama
2. kita melaksanakan opsi 2 : Berarti kita menduakan Mr. X / syirih
3. kita melaksanakan opsi 3 : Berarti kita sombong dan takabur..






FZ

Quote from: Sumedho on 25 July 2007, 11:38:18 AM
[at] Hedi:
Soal avalokitesvara itu jadi bahan rame tuh di milis SP sampe ratusan mail sehari.....

Ya.. Saya ada baca.. Sedih juga rasanya.. saling menghujat padahal satu rumpun..


dipasena

Quote from: Hedi Kasmanto on 25 July 2007, 11:50:39 AM
Quote from: Sumedho on 25 July 2007, 11:38:18 AM
[at] Hedi:
Soal avalokitesvara itu jadi bahan rame tuh di milis SP sampe ratusan mail sehari.....

Ya.. Saya ada baca.. Sedih juga rasanya.. saling menghujat padahal satu rumpun..




wah jangan dilarikan ke arah debat kusir sono dengan membahas perbedaan antar aliran Buddhism... saya anti untuk itu, moga2 aja topik ini ga lari kesana... bro ben harus waspada, waspada la....

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

dipasena

Quote from: Hedi Kasmanto on 25 July 2007, 11:47:11 AM

Menurut saya lebih ke arah opsi, bahwa ada opsi ingin berusaha sendiri, dan opsi ditolong.
Itu perbedaannya dengan agama tetangga, karena agama tetangga, gak ada opsi, dan semuanya harus ditolong oleh Mr. X

Opsi di sini maksudnya begini, saya ilustrasikan :
Kebetulan bro Dhanu kan orang IT. Jadi saya bawa ilustrasi yang berbau IT (sorry OOT)

Anggaplah saya ingin belajar VB.NET jadi saya ada  beberapa opsi
1. Belajar dari Bro. Dhanu (berarti saya minta tolong pada Bro Dhanu)
2. Belajar dari orang lain (berarti saya tidak minta tolong ke Bro Dhanu, tapi ke orang lain)
3. Usaha sendiri mencari tahu 

Jadi dalam hal ini ada beberapa opsi dalam Buddhism. (Bila Bro Dhanu ilustrasi dari Mr. X)
Dan perbandingannya dengan agama lain jika :

1. kita melaksanakan opsi 1 : Berarti kita saleh dan taat beragama
2. kita melaksanakan opsi 2 : Berarti kita menduakan Mr. X / syirih
3. kita melaksanakan opsi 3 : Berarti kita sombong dan takabur..


menarik mengenai opsi ini, tapi jika opsi itu memang ada, berarti ini bertentangan dengan konsep Kamma/Karma yg diajarkan/ditemukan oleh Buddha, mengapa ? ketika kita susah, kita menyadari bahwa itu pasti akibat dari perbuatan kita (beberapa sebab yg saling bergantungan)...

Buddha pernah menyatakan jg, bahwa tidak ada tempat dimana kita bs melarikan diri dari akibat perbuatan kita. sehingga kita tentu akan menerima akibat dan tidak bs akibat itu kita limpahkan ke orang lain (sistem penebusan pada agama tong-go) nah jika ada opsi ditolong, ini ditolong dalam bentuk apa ? jika terbebas dari penderitaan yg kita alami (akibat perbuatan kita sendiri di waktu lampau) berarti bertentangan dengan konsep Kamma/Karma, tapi lain hal nya kalo kita ditolong untuk mencapai pencerahan/penerangan disini bs diartikan kita di tuntun oleh beliau...

dari contoh opsi yg dianalogika-kan oleh bro Hedi sangat menarik, tapi tetap saja kita membutuhkan usaha kita sendiri untuk belajar, bantuan yg kita terima beragam, minta bantuan dari orang lain agar kita dapat memahaminya atau mencari sendiri pemahaman itu, bisa dikatakan bahwa bantuannya berupa materi... tapi toh tetap saja kita mempraktekan nya sendiri... kan kita tidak bisa mengatakan bahwa ketika saya mengajari VB.NET ke anda, tanpa mempraktekan cuma mengerti tiba2 anda bisa membuat program menggunakan VB.NET (ini cukup aneh  ;D)

oh ya, pertanyaan saya sebelumnya :
kalo memanjatkan doa meminta ini itu bagaimana ? apakah bisa doa yg penuh permohonan ini itu ?
kalo merenung apakah bs dikatakan doa ?

mohon sharingnya  _/\_

FZ

Yang Bro Dhanu bilang memang benar..

Hebat. Anda bisa menebak apa jalan pikiran saya melalui perumpamaan VB.NET
dan Anda bertanya sesuai dengan apa yang saya duga..

Ini coba saya jawab dengan tinjauan dari segi Buddhism.

Tapi saya pernah membaca bahwa dengan berpikiran baik dapat membuahkan karma baik.
Dan pada saat kita memohon / berdoa, maka kita juga telah melakukan suatu perbuatan baik dengan berpikiran baik yang menguntungkan diri sendiri..

Jadi bila ditinjau dari segi Buddhism, yang menyelamatkan diri kita tetap diri kita sendiri.
Bila saya ditolong oleh Bro Dhanu sebagai Mr. X atau ditolong oleh Avalokitesvara itu bukanlah melanggar hukum Karma, tetapi karena karma kita mencukupi untuk keluar dari masalah kita melalui bantuan Bro Dhanu / Mr. X atau Avalokitesvara.

Inilah sesuai dengan post Bro. Dhanu sendiri, bahwa walau saya berguru pada Anda untuk belajar VB.NET kalau saya malas tentu tidak akan bisa VB.NET

Dan bila ditranslate ke Bahasa Buddhism

Ini juga menjadi alasan mengapa Avalokitesvara tidak bisa menolong semua manusia. Karena manusia masih terikat dengan kamma masing2. Avalokitesvara bisa dikatakan menolong untuk mempercepat pembuahan karma baik kita.

Menanggapi pertanyaan yang lain, terus terang saya agak bingung karena doa itu adalah istilah di agama lain jadi kesulitan menjawab karena akan menimbulkan ambiquitas.
Menurut saya itu hanya pelabelan istilah saja. Saya intinya lebih menekankan pada tindakan yang dibuat dan apa yang dihasilkan. Jadi merenung apa bisa disebut doa. Jawaban menurut saya bisa iya.. bisa tidak.. tergantung apa tindakannya.


dipasena

Quote from: Hedi Kasmanto on 25 July 2007, 12:43:48 PM
Yang Bro Dhanu bilang memang benar..

Hebat. Anda bisa menebak apa jalan pikiran saya melalui perumpamaan VB.NET
dan Anda bertanya sesuai dengan apa yang saya duga..


[mode joke on] jadi malu nih  :-[ jangan terlalu menyanjung karena kata Mr. X itu adalah sesat/setan  >:D haha...


Quote
Ini coba saya jawab dengan tinjauan dari segi Buddhism.

Tapi saya pernah membaca bahwa dengan berpikiran baik dapat membuahkan karma baik.
Dan pada saat kita memohon / berdoa, maka kita juga telah melakukan suatu perbuatan baik dengan berpikiran baik yang menguntungkan diri sendiri..

Jadi bila ditinjau dari segi Buddhism, yang menyelamatkan diri kita tetap diri kita sendiri.
Bila saya ditolong oleh Bro Dhanu sebagai Mr. X atau ditolong oleh Avalokitesvara itu bukanlah melanggar hukum Karma, tetapi karena karma kita mencukupi untuk keluar dari masalah kita melalui bantuan Bro Dhanu / Mr. X atau Avalokitesvara.

Inilah sesuai dengan post Bro. Dhanu sendiri, bahwa walau saya berguru pada Anda untuk belajar VB.NET kalau saya malas tentu tidak akan bisa VB.NET

Ini juga menjadi alasan mengapa Avalokitesvara tidak bisa menolong semua manusia. Karena manusia masih terikat dengan kamma masing2. Avalokitesvara bisa dikatakan menolong untuk mempercepat pembuahan karma baik kita.



betul, ini bs dijadikan alasan yg mendukung mengapa adanya doa/permohonan di-Buddhism, Bodhisatva/Para Dewa mungkin terkesan bs meluluskan apa permohonan kita, tapi sebenarnya hal itu tidak terlepas dari kekuatan Kamma/Karma yg kita miliki sendiri, dimana Bodhisatva/Para Dewa cuma mengkondisikan agar Kamma/Karma baik dari seseorang itu berbuah sehingga memberikan keuntungan dan kebahagian bagi pemohon...

thank's atas sharingnya  _/\_


Quote
Menanggapi pertanyaan yang lain, terus terang saya agak bingung karena doa itu adalah istilah di agama lain jadi kesulitan menjawab karena akan menimbulkan ambiquitas.
Menurut saya itu hanya pelabelan istilah saja. Saya intinya lebih menekankan pada tindakan yang dibuat dan apa yang dihasilkan. Jadi merenung apa bisa disebut doa. Jawaban menurut saya bisa iya.. bisa tidak.. tergantung apa tindakannya.


ehm... saya pernah membaca tulisan seorang Bhikkhu Theravada, [Bhante Uttamo kalo ga salah, maaf kalo salah tak maksud hati untuk salah ;D] bahwa doa permohonan didalam Buddhism itu sendiri tidak ada [yg saya tulis ini cuma ringkasan dr tulisan beliau] namun kita dapat merenungkan sifat dari Kamma/Karma dan mengkondisikan agar Kamma/Karma baik kita berbuah melalui tekad...  [pernah ada yg tau ?]

nah apakah hal tersebut bs dikatakan doa jg ? krn toh tetap ada permohonan. oh ya, bagaimana dengan doa mau makan, mau tidur dan mau segalanya dah, apakah ada di Buddhism ?  :-? [byk loh yg tanya ini, terutama anak kecil/remaja]


FZ

Quote from: dhanuttono on 25 July 2007, 01:22:10 PM
Quote from: Hedi Kasmanto on 25 July 2007, 12:43:48 PM
Menanggapi pertanyaan yang lain, terus terang saya agak bingung karena doa itu adalah istilah di agama lain jadi kesulitan menjawab karena akan menimbulkan ambiquitas.
Menurut saya itu hanya pelabelan istilah saja. Saya intinya lebih menekankan pada tindakan yang dibuat dan apa yang dihasilkan. Jadi merenung apa bisa disebut doa. Jawaban menurut saya bisa iya.. bisa tidak.. tergantung apa tindakannya.
ehm... saya pernah membaca tulisan seorang Bhikkhu Theravada, [Bhante Uttamo kalo ga salah, maaf kalo salah tak maksud hati untuk salah ;D] bahwa doa permohonan didalam Buddhism itu sendiri tidak ada [yg saya tulis ini cuma ringkasan dr tulisan beliau] namun kita dapat merenungkan sifat dari Kamma/Karma dan mengkondisikan agar Kamma/Karma baik kita berbuah melalui tekad...  [pernah ada yg tau ?]

nah apakah hal tersebut bs dikatakan doa jg ? krn toh tetap ada permohonan. oh ya, bagaimana dengan doa mau makan, mau tidur dan mau segalanya dah, apakah ada di Buddhism ?  :-? [byk loh yg tanya ini, terutama anak kecil/remaja]

Ya.. Kita sama  ;D , saya juga membaca dari Web Samaggi-Phala. Kalau tidak salah juga dari forum tanya jawab.
Doa sebelum makan, sebelum tidur menurut saya pribadi sejauh itu sifatnya renungan ya tidak masalah. Renungan di sini saya contohkan, bahwa kita beruntung kondisi karma kita masih memungkingkan kita makan 3 x 1 hari, tidur dengan nyaman, full AC (kalau ada)..  ^-^

Tapi bila doa sebelum makan, tidur, dll itu berupa permohonan, gak salah sih tapi lebih baik dikurangi. Dan lebih percaya diri agar tidak menimbulkan kemelekatan terhadap doa..



Tan

Ikut Nimbrung ya....

Sebenarnya, dalam Buddhisme sendiri khususnya Mahayana, tidak ada istilah meminta-minta pada Buddha atau Bodhisattva. Seorang bhikshu pernah melihat umatnya yang berdoa memohon pada Avalokitesvara dan Beliau menasihati dengan satu kalimat saja: "Kalau kalian tidak pernah menjadi Avalokitesvara (Guanyin) bagi orang lain, bagaimana mungkin Avalokitesvara dapat menolong kalian?" Dalam sadhana Jambhala, kita juga memvisualisasikan diri kita berubah menjadi Jambhala dan menganugerahkan berkah bagi semua makhluk. Jadi intisari Mahayana adalah "merubah" diri kita sendiri menjadi "Bodhisattva." Yang ujung2nya juga sama yaitu "berlindung pada pulau perlindungan diri kita sendiri."
Hanya saja umat yang masih duniawi memang masih memikirkan dirinya sendiri. Ini yang menyebabkan orang salah tafsir terhadap Mahayana. Oleh karena itu, saya pernah bilang pada teman saya, selama seseorang masih duniawi, maka susah dapat mencerap ajaran Buddha.
Master Shengyen pernah memberikan ajaran dalam bukunya yang sangat bagus: "Avalokitesvara membawa sebuah tasbih di tangannya, lalu untuk membaca nama siapa? Membaca nama "Avalokitesvara"! Karena diri sendiri adalah perlindungan yang utama.
Meskipun demikian, saya tidak melarang atau merendahkan orang yang masih suka memohon keduniawian pada Buddha, Bodhisattva, dan deva. Saya pernah meminta sesuatu pada orang lain, misalnya orderan. Itu berarti orang lain itu adalah obyek permohonan saya. Dia dapat dianggap "deva" saya. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari2 saya masih banyak permohonan. Sehingga tidak konsisten bila saya melarang atau mengecam orang yang memohon. Waktu kecil kita juga dulu masih banyak permohonan ke orang tua. Selama kita masih menjadi manusia di muka bumi, keinginan kita masih kental.
Memohon tidaklah patut disalahkan atau dikecam. Terkadang mengucapkan permohonan itu bagus bagi psikologis. Sebagai contoh, dulu urat di kaki saya pernah terjepit. Waktu itu tidak ada siapa-siapa, tetapi saya berteriak juga, "Tolong!" Walau saya tahu tidak ada yang akan menolong saya. Setelah itu agak enak. Duduk sebentar lalu bisa jalan lagi. Minta tolong ke siapa saya juga tidak tahu, tetapi yang pasti ada kelegaan.
Saya pernah baca juga, bahwa deva-devi bisa melimpahkan pertolongan pada kita dalam hal2 duniawi (meskipun kamma juga penting). Sebagai contoh, seorang pengemis yang malas (kemalasan juga adalah kamma), meskipun kita tolong berapa miliar pun juga akan tetap miskin. Jadi tetap harus ada perubahan attitude yang semuanya saling melengkapi. Tanpa pertolongan deva pun kita juga bisa sukses, karena kita sudah dapat menjadikan diri kita sebagai deva bagi diri sendiri. Sekedar sharing lagi. saya pernah lihat pengemis yang menolak kalau dikasih Rp. 50. Uang itu langsung dibuangnya. Padahal dia lupa kalau 2 keping Rp.50 dikumpulkan jumlahnya Rp.100 juga. Jadi kurangnya penghargaan terhadap uang ini yang menyebabkan dia tidak bisa kaya. Misalnya ada seorang deva yang melimpahkan 1 miliar keping uang Rp. 50, semuanya akan dibuangnya, padahal jumlah keseluruhannya adalah Rp. 50 miliar!!! Oleh karenanya, semuanya kembali lagi pada attitude dan pola pikir kita terhadap sesuatu atau pulang ke diri sendiri.
Jadi di sini tidak ada yang bertentangan dengan hukum karma. Semoga bermanfaat. Mohon maaf kalau tulisan saya amburadul atau ada yang salah.

NB: kalau doa makan menurut Mahayana, isinya berupa ucapan terima kasih pada yang telah menyiapkan makanan itu, mulai dari para petani, penanak beras, pembuat lauk, dan lain sebagainya. Tanpa mereka kita tidak dapat menyantap hidangan itu. Jadi bukannya pada makhluk adikuasa.


Metta,

Tan

morpheus

bang tan, anda musti banyak bikin post2 soal mahayana yg bener. kita banyak yg gak tau di sini  ^:)^
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1