antara arahat dan boddhisatva?

Started by waterlily, 03 December 2010, 05:00:50 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kelana

Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2010, 12:49:50 PM
Dalam hal ini, logika tersebut tidak tepat karena disebutkan jumlah makhluk adalah tidak terpikirkan, maka premis keadaan "Buddha tanpa murid (yang berarti jumlah makhluk adalah sejumlah tertentu)" adalah tidak sah. 

Jadi, maksud Sdr. Kainyn tidak mungkin Buddha tanpa murid?
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Sostradanie

Quote from: raynoism on 11 December 2010, 04:50:54 PM

menilai orang lain menderita atau bahagia kan hanya pikiran kita saja yang menciptakan..kalau pikiran sudah bebas dari kegelapan batin kan otomatis semua orang yang kita lihat sudah tidak ada yang menderita ataupun bahagia ataupun netral sekalipun. toh semua hal di alam semesta ini kan masuk pikiran kita ya? Buddha di jaman dulu dan yang akan datang masuk pikiran kita semua ya? pencerahan mereka, makhuk lain semuanya berikut penderitaan kan masuk pikiran kita, tidak ada yang diluar kan?

Kalau tepatnya saya tidak tahu juga yah,karena saya masih penuh dengan noda batin.Tapi menurut saya, tidak seperti yang bro katakan.Sang Buddha untuk mencapai pencerahan,sudah mengumpulkan banyak sekali parami.Kalau seperti yang bro katakan,saya malah menangkap ketidakpedulian/cuek bebek.
Jika penderita diabetes yang kakinya sampai membusuk,berulat dan harus diamputasi.Dimanakah penderitaannya?Didalam pikiran sajakah?Jika bro tabrakan dan patah,apakah bisa merasakan sakit?


Quoteoh ttg tubuh kita yang bisa tua dan mati, kita kan tidak bisa menunjuk dengan tepat apa tubuh itu, bagaimana kita bisa bilang tubuh itu bisa sakit dan mati? kan hanya paduan unsur...

Paduan unsur yang punya kesadaran.Dan selama kesadaran itu masih ada,maka kita masih merasakan sakit,tua dan mati.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

adi lim

Quote from: Sumedho on 11 December 2010, 12:52:28 PM
ada bacaan menarik

Arahant, Buddha dan Bodhisatva oleh Bhikkhu Bodhi
http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/arahantsbodhisattvas.html

Sudah diterjemahkan oleh Bro Jerry dan sedang dalam tahap editing.

tunggu editing Bro Jerry aja !
anumodana Bro Jerry

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Sumedho

Quote from: adi lim on 12 December 2010, 06:02:27 AM
tunggu editing Bro Jerry aja !
anumodana Bro Jerry

_/\_
sy yg ngedit sih. maka itu lama :))
There is no place like 127.0.0.1

adi lim

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Mahadeva

Quote from: sriyeklina on 11 December 2010, 05:52:33 PM
Kalau tepatnya saya tidak tahu juga yah,karena saya masih penuh dengan noda batin.Tapi menurut saya, tidak seperti yang bro katakan.Sang Buddha untuk mencapai pencerahan,sudah mengumpulkan banyak sekali parami.Kalau seperti yang bro katakan,saya malah menangkap ketidakpedulian/cuek bebek.
Jika penderita diabetes yang kakinya sampai membusuk,berulat dan harus diamputasi.Dimanakah penderitaannya?Didalam pikiran sajakah?Jika bro tabrakan dan patah,apakah bisa merasakan sakit?


Paduan unsur yang punya kesadaran.Dan selama kesadaran itu masih ada,maka kita masih merasakan sakit,tua dan mati.

hmm..menurut saya kalau arahat itu terkena diabetes mellitus tipe 2 atau tipe 1, dan kakinya gangren, beliau tentu saja tidak menderita, tubuh kan nda kekal..gangren juga nda kekal..apanya yang  mau disedihkan?
kalau belum arahat  ya jelas masih menderita, (dan bisa sakit diabet)

tentang ketidak pedulian atau cuek, Buddha saja bilang, dirimu adalah pelindung bagi dirimu sendiri...

yang saya masih heran kok seorang Arahat dikatakan masih punya belas kasih? kan tidak ada lagi makhluk yang perlu dibantu lagi...keberadaan makhluk lain kan sirna juga kalau sudah parinibbana...

tentang paduan unsur yang punya kesadaran, kesadaran itu sendiri kan timbul berlangsung lenyap.....
jadi ilusi juga....

benarkah demikian?

Indra

Quote from: raynoism on 12 December 2010, 09:43:03 AM
yang saya masih heran kok seorang Arahat dikatakan masih punya belas kasih? kan tidak ada lagi makhluk yang perlu dibantu lagi...keberadaan makhluk lain kan sirna juga kalau sudah parinibbana...


Ray, menurut pendapat anda, mengapakah Sang Buddha mau bersusah-payah mengajarkan Dhamma selama 45 tahun? padahal Beliau sudah terbebas dan menurut logika anda tidak ada yg harus diselamatkan lagi? ini sebenarnya adalah pertanyaan anda sendiri, tapi saya ingin mengetahui pandangan anda atas hal ini terlebih dulu.

Mahadeva

Quote from: Indra on 12 December 2010, 10:11:37 AM
Ray, menurut pendapat anda, mengapakah Sang Buddha mau bersusah-payah mengajarkan Dhamma selama 45 tahun? padahal Beliau sudah terbebas dan menurut logika anda tidak ada yg harus diselamatkan lagi? ini sebenarnya adalah pertanyaan anda sendiri, tapi saya ingin mengetahui pandangan anda atas hal ini terlebih dulu.

kalau menurut saya Buddha tidak bersusah payah atau berusaha keras dalam melakukan segala sesuatu sejak tercerahkan, kan usaha keras dan susah payah kan ada karena kotoran batin saja..

saya tanya begitu karena pernah baca ada orang yang bilang seorang arahat itu penuh belas kasih. Buddha kan arahat juga, namun saya belum pernah baca dalam kutipan dari kanon pali (saya memang belum baca semua) ada kata2 dari Buddha, " Karena belas kasih-Ku dan cinta-Ku pada semua makhluk yang menderita, Aku kan menyelematkan mereka...dsb..."

Setau saya Buddha sudah bebas dari rasa cinta..
jadi sebenarnya ketika sudah jadi arahat kok semuanya terlihat dengan jelas bahwa sesungguhnya tidak ada lagi yang menderita atau bahagia, tidak ada yang dimusnahkan juga karena juga tidak pernah ada yang muncul

maka dari itu saya tidak mengerti kok ada yang bilang Buddha punya perasaan belas kasih, cinta dll..
saya ketemu ini di thread lain yang sejenis,

Tatra kho áyasmá Sáriputto bhikkhú ámantesi, Sukham idam ávuso
     nibbánam, sukham idam ávuso nibbánanti. Evam vutte áyasmá Udáyi
     áyasmantam Sáriputtam etad avoca, Kim panettha ávuso Sáriputta
     sukham yad ettha natthi vedayitanti. Etad eva khvettha ávuso sukham
     yad ettha natthi vedayitam.
     (Anguttara IX,34)

     YM Sáriputta mengatakan kepada bhikkhu, 'Kepadaman ini sahabat,
     adalah menyenangkan.' Ketika ini dikatakan, YM Udáyi berkata kepada
     YM Sáriputta, 'Tapi, sahabat Sáriputta, apa yg menyenangkan di sini,
     berhubung tidak ada perasaan?'
     'Karena itulah, sahabat, menyenangkan di sini, bahwa di sini tidak ada
     perasaan.'


Indra

Quote from: raynoism on 12 December 2010, 11:44:17 AM
kalau menurut saya Buddha tidak bersusah payah atau berusaha keras dalam melakukan segala sesuatu sejak tercerahkan, kan usaha keras dan susah payah kan ada karena kotoran batin saja..

saya tanya begitu karena pernah baca ada orang yang bilang seorang arahat itu penuh belas kasih. Buddha kan arahat juga, namun saya belum pernah baca dalam kutipan dari kanon pali (saya memang belum baca semua) ada kata2 dari Buddha, " Karena belas kasih-Ku dan cinta-Ku pada semua makhluk yang menderita, Aku kan menyelematkan mereka...dsb..."

Setau saya Buddha sudah bebas dari rasa cinta..
jadi sebenarnya ketika sudah jadi arahat kok semuanya terlihat dengan jelas bahwa sesungguhnya tidak ada lagi yang menderita atau bahagia, tidak ada yang dimusnahkan juga karena juga tidak pernah ada yang muncul

maka dari itu saya tidak mengerti kok ada yang bilang Buddha punya perasaan belas kasih, cinta dll..
saya ketemu ini di thread lain yang sejenis,

Tatra kho áyasmá Sáriputto bhikkhú ámantesi, Sukham idam ávuso
     nibbánam, sukham idam ávuso nibbánanti. Evam vutte áyasmá Udáyi
     áyasmantam Sáriputtam etad avoca, Kim panettha ávuso Sáriputta
     sukham yad ettha natthi vedayitanti. Etad eva khvettha ávuso sukham
     yad ettha natthi vedayitam.
     (Anguttara IX,34)

     YM Sáriputta mengatakan kepada bhikkhu, 'Kepadaman ini sahabat,
     adalah menyenangkan.' Ketika ini dikatakan, YM Udáyi berkata kepada
     YM Sáriputta, 'Tapi, sahabat Sáriputta, apa yg menyenangkan di sini,
     berhubung tidak ada perasaan?'
     'Karena itulah, sahabat, menyenangkan di sini, bahwa di sini tidak ada
     perasaan.'



kalau begitu untuk tujuan apa Sang Buddha mengajar selama 45 tahun itu? mendirikan Sangha di mana para siswaNya bercekcok, harus mengalami masa-masa sulit misalnya diserang oleh Devadatta, difitnah, kesulitan dalam memperoleh makanan, dll? bukankah lebih baik Sang Buddha segera parinibbana saja atau berdiam sendirian dalam kenyamanan?

saya pikir sebaiknya tidak menginterpretasikan sutta secara sepotong2, dalam mempelajari sutta sebaiknya juga mengetahui latar belakang sutta itu

choroqie

[at] bro ray

saya asumsikan menurut bro ray makhluk yg telah mencapai penerangan sempurna seharusnya "cuek", tidak peduli terhadap makhluk2 lain???
lalu mengapa pada masa lalu para arahat,yang tercerahkan mengadakan konsili sangha jika mereka tidak peduli dengan makhluk2 lain,apa tujuannya??

"Pergilah kalian, demi kebaikan semua, demi kebahagiaan semua, atas dasar belas kasih kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Janganlah pergi berdua dalam satu jalan. Babarkanlah Dhamma ini, yang indah pada awalnya, indah pada tengahnya, dan indah pada akhirnya." Buddha Gotama (Marakatha, Mahavagga Pali, Vinaya Pitaka I)

Mahadeva

#26
Quote from: choroqie on 12 December 2010, 12:33:40 PM
[at] bro ray

saya asumsikan menurut bro ray makhluk yg telah mencapai penerangan sempurna seharusnya "cuek", tidak peduli terhadap makhluk2 lain???
lalu mengapa pada masa lalu para arahat,yang tercerahkan mengadakan konsili sangha jika mereka tidak peduli dengan makhluk2 lain,apa tujuannya??

"Pergilah kalian, demi kebaikan semua, demi kebahagiaan semua, atas dasar belas kasih kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Janganlah pergi berdua dalam satu jalan. Babarkanlah Dhamma ini, yang indah pada awalnya, indah pada tengahnya, dan indah pada akhirnya." Buddha Gotama (Marakatha, Mahavagga Pali, Vinaya Pitaka I)


bukannya jadi cuek...tapi bagaimana mau menyelamatkan sesuatu yang sesungguhnya tidak pernah ada? dirinya sendiri yang mau menyelamatkan juga tidak ada kok..
peduli makhluk lain atau tidak, yang bisa menolong makhluk lain kan makhluk lain itu, dan menurut saya ajaran Buddha kan tentang membebaskan  diri sendiri dari dukkha bukan tentang membebaskan makhluk lain dari dukkha... karena menurut saya kalau diri sendiri bebas dari dukkha (tercerahkan), makhluk lain pun akan terbebas dari dukkha

(yah, sesungguhnya tidak ada yang terbelenggu atau terbebas kok....)

ttg kata2 Buddha untuk mengutus bhikkhu2, "atas dasar belas kasih" kan buat bhikkhu yang ngerasain bukan buat Buddha, lagian apakah ada dalam sutta itu dijelaskan, bhikkhu yang diutus itu ada yang Arahat? (maaf saya juga belum cek memang, kalau ternyata ada tolong kasi tau saya).

Ya Arahat mengadakan konsili menurut saya sama seperi Arahat makan pagi atau minum air...
Buddha dalam kata2 terakhir juga nda pernah mau berencana mengadakan konsili...
karena toh Ajaran Buddha kan nda kekal juga...mau dibuat konsili juga hanya menunda saja

hmm memang sih, berspekulasi ttg pikiran Arhat adalah hal yang tidak dianjurkan Buddha (selain cara kerja karma, jhana dan alam semesta), tapi bagaimana lagi seru sih




Sostradanie

Quote from: raynoism on 12 December 2010, 09:43:03 AM
hmm..menurut saya kalau arahat itu terkena diabetes mellitus tipe 2 atau tipe 1, dan kakinya gangren, beliau tentu saja tidak menderita, tubuh kan nda kekal..gangren juga nda kekal..apanya yang  mau disedihkan?
kalau belum arahat  ya jelas masih menderita, (dan bisa sakit diabet)

Yang saya tanyakan pada bro sebelumnya manusia,bukan arahat.Bukankah bro sebelumnya mengatakan semua hanya ada dipikiran?
Sang Buddha sendiri juga masih bisa sakit dan merasakan sakit.Tapi Beliau sudah tidak melekat dengan rasa itu.


Quotetentang ketidak pedulian atau cuek, Buddha saja bilang, dirimu adalah pelindung bagi dirimu sendiri...
Yah,karena yang bisa menolong dirimu adalah usahamu sendiri.Dari perkataan bro diatas,seharusnya sudah terjawab pertanyaan bro sendiri tentang pencapaian kesucian orang lain apakah bisa menyelamatkan orang lain?Atau apakah orang lain ikut terkena imbas juga tersucikan.


Quoteyang saya masih heran kok seorang Arahat dikatakan masih punya belas kasih? kan tidak ada lagi makhluk yang perlu dibantu lagi...keberadaan makhluk lain kan sirna juga kalau sudah parinibbana...
Bro,saya ingin bertanya arti parinibbana menurut anda?
Kalau bro bertanya seorang arahat masih punya belas kasih.Jawabannya iya.Belas kasih yang jauh kualitasnya dari makhluk yang belum tercerahkan.Belas kasih yang sudah tidak melekat pada perasaan.Belas kasih dari batin yang sudah seimbang.Bukan seperti yang bro pikirkan,seolah-olah mereka jadi tidak merasakan apa-apa.Blong....kosong...seperti makhluk yang tanpa perasaan.

Quotetentang paduan unsur yang punya kesadaran, kesadaran itu sendiri kan timbul berlangsung lenyap.....
jadi ilusi juga....

Dan paduan unsur yang saya bicarakan sekarang adalah anda.Kesadaran timbul tenggelam menunjukkan tidak kekal dan itu menunjukkan tidak ada aku.Tapi kamu masih terkurung didalam paduan unsur yang kita sebut tubuh.Dimana ada jantung,ginjal,syaraf-syaraf dan lain sebagainya.Yang berarti kamu masih merasakan sakit.Jika anda berpikir,"Ah,ini hanya paduan unsur/ilusi terus sakit itu hilang?" Tidak akan bisa seperti itu.
Tapi dengan  kebijaksanaan kamu memahami sakit itu seperti adanya.Maka batinmu tetap seimbang.

Ini contoh sakit:
-4.20. Dan setelah memakan makanan yang dipersembahkan oleh Cunda, Sang Bhagavā diserang oleh penyakit parah hingga mengalami diare berdarah, dan dengan sangat kesakitan nyaris meninggal dunia. [128] Namun Beliau menahankannya dengan penuh perhatian dan dengan kesadaran jernih, dan tanpa mengeluh. Kemudian Sang Bhagavā berkata: 'Ānanda, mari kita pergi ke Kusināra.' 'Baiklah, Bhagavā,' jawab Ānanda.

Ini contoh belas kasih:
Kisah Putigattatissa Thera

Sesudah mendapatkan cara-cara bermeditasi dari Sang Buddha, Tissa Thera rajin melaksanakan meditasi dalam keadaan menderita suatu penyakit. Bisul-bisul kecil nampak di seluruh tubuh dan bisul itu berkembang menjadi luka yang besar, ketika luka ini pecah, jubah atas dan bawahnya menjadi lengket, dicemari nanah dan darah, seluruh tubuhnya berbau busuk. Karena hal itu, beliau dikenal dengan sebutan Putigattatissa, Tissa yang tubuhnya berbau.

Pada saat Sang Buddha memandang alam semesta dengan penglihatan batin sempurna, Tissa Thera nampak dalam penglihatannya. Beliau melihat kesedihan Tissa Thera, yang telah ditinggal sendirian oleh murid-muridnya karena tubuhnya berbau. Dalam waktu yang sama, Sang Buddha mengetahui bahwa Tissa dapat segera mencapai tingkat kesucian arahat.

Sang Buddha mengeluarkan pancaran api di dekat tempat tinggal Tissa. Di tempat itu, Sang Buddha mendidihkan air, kemudian Beliau datang ke tempat Tissa berbaring, memegang tepi dipan.

Hal ini membuat murid-murid Tissa Thera berkumpul mengelilingi gurunya. Sesuai petunjuk Sang Buddha, mereka mengangkat Tissa Thera mendekati tempat pancaran api. Di tempat tersebut Tissa Thera dibasuh dan dimandikan. Ketika ia masih dimandikan, jubah atas dan bawahnya dicuci dan dikeringkan. Sesudah mandi, tubuh dan pikiran Tissa Thera menjadi segar. Segera batinnya berkembang mencapai satu titik konsentrasi.

Berdiri pada kepala dipan, Sang Buddha berkata kepadanya bahwa dalam tubuh ini tidak ada inti seperti sebatang kayu yang terbujur di atas tanah.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 41 berikut:

Aduh, tak lama lagi tubuh ini akan terbujur di atas tanah, dibiarkan saja, tanpa kesadaran,
bagaikan sebatang kayu yang tidak berguna.

Tissa Thera mencapai tingkat kesucian arahat bersamaan dengan pencapaian pandangan terang analitis setelah khotbah Dhamma itu berakhir, kemudian beliau meninggal dunia. Sang Buddha kemudian menyuruh murid-murid Tissa Thera untuk segera mengkremasikan tubuh gurunya.

Atas pertanyaan mengapa Tissa tubuhnya berbau, Sang Buddha menerangkan bahwa Tissa, pada salah satu kehidupannya yang lampau adalah penangkap unggas yang kejam. Setelah tertangkap, tulang kaki dan tulang sayap burung itu selalu dipatahkannya, agar tak bisa melarikan diri. Akibat perbuatan kejamnya itu, Tissa terlahir kembali dengan tubuh berbau.


Menurut bro,kenapa sang Buddha harus repot-repot membantu thera tersebut?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

dilbert

Dalam term doktrin Theravada (kalau boleh dikatakan demikian), Bodhisatta malah belum termasuk dalam salah satu jenis makhluk suci.

Seorang makhluk menyandang gelar Bodhisatta / memasuki karir sebagai bodhisatta (calon sammasambuddha) setelah mencapai parami tertentu (ada persyaratannya) dan di-kukuh-kan dgn mendapat ramalan pasti dari seorang sammasambuddha (setidaknya dalam kebiasaan bodhisatta yg terjadi belakangan ini)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Mahadeva

#29
hmm...Buddha memang bisa merasakan sakit tapi rasanya sama saja seperti Buddha saat mandi. jadi tidak menderita karena rasa sakit dan tidak bahagia karena terguyur siraman air

nah itu dia kok aneh Buddha sampai bisa dikatakan merasa sangat kesakitan?, bukannya Buddha itu sudah seimbang dan pasti tenang2 saja, tidak ada sakit yang dapat membuat Beliau merana. Perlu diingat yang menggambarkan ttg Buddha sakit kan bukan Beliau sendiri namun saksi mata yang tentu saja bisa salah sangka.

begini, makhluk lain kan masuk pikiran kita berikut penderitaannya kalau seseorang itu merealisasi nibbana ya jelas pasti tidak ada makhluk lain lah...Buddha tidak pernah bilang, "Setelah suci, jangan lupa membantu makhluk laen"

di dunia ini ada penderitaan karena kita ini belum suci, coba kalau kita sudah parinibbana dari kemaren..langsung penderitaan makhluk lain juga tidak ada (dan memang tidak pernah ada, kita suci atau tidak)
coba cari di sutta, apakah keadaan parinibbana masih ada makhluk yang perlu diselamatkan. semua ini kan cuma delusi saja

Buddha aja setelah tercerahkan kan ingin cepat2 parinibbana kok

nah pencerahan Buddha ini masih masuk dalam pikiran kita....

ajaran Buddha kan tentang membebaskan diri sendiri bukan tentang membebaskan makhluk lain

ini bukti, seorang arahat sudah nda punya perasaan:
Tatra kho áyasmá Sáriputto bhikkhú ámantesi, Sukham idam ávuso
     nibbánam, sukham idam ávuso nibbánanti. Evam vutte áyasmá Udáyi
     áyasmantam Sáriputtam etad avoca, Kim panettha ávuso Sáriputta
     sukham yad ettha natthi vedayitanti. Etad eva khvettha ávuso sukham
     yad ettha natthi vedayitam.
     (Anguttara IX,34)

     YM Sáriputta mengatakan kepada bhikkhu, 'Kepadaman ini sahabat,
     adalah menyenangkan.' Ketika ini dikatakan, YM Udáyi berkata kepada
     YM Sáriputta, 'Tapi, sahabat Sáriputta, apa yg menyenangkan di sini,
     berhubung tidak ada perasaan?'
     'Karena itulah, sahabat, menyenangkan di sini, bahwa di sini tidak ada
     perasaan.'